Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya saudara dapat mengikuti jalan ceritanya dan dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Siapakah yang menjadi contoh atau teladan dalam saling mengasihi?
Seperti apakah contoh dari kasih yang terbesar?
Yohanes 15:13 “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.”
Untuk manusia berdosa, Yesus datang ke dunia.
Dia tidak pernah menunggu orang berbuat baik, sebelum Dia menawarkan kasih-nya, pengorbanan-Nya di kayu salib.
Saulus adalah orang yang memburu pengikut Kristus untuk kemudian dianiaya.
Yesus tidak menunggu Saulus untuk berubah menjadi baik, baru kemudian Dia menyatakan kasih-Nya.
Yang terjadi adalah Yesus menyatakan kasih-Nya terlebih dulu kepada Saulus, hingga Saulus kemudian menyadari dosa dan kesalahannya.
Saulus bertobat dan menjadi percaya kepada Yesus, hingga akhirnya dia dipakai menjadi rasul yang memberitakan Injil ke tempat-tempat yang jauh dan namanya diubah menjadi Paulus.
Kasih Yesus seperti inilah yang kemudian menjadi inspirasi bagi para rasul, para murid di gereja yang mula-mula, para pemberita Injil di abad-abad kemudian.
Sebagian dari mereka bahkan rela menjadi martir, mati bagi Kristus oleh karena begitu besar cinta mereka kepada Kristus, sehingga mereka lebih rela mati daripada harus menyangkal iman mereka.
Mengasihi Tuhan adalah hal yang utama, tetapi perintah Tuhan juga sangat jelas, yaitu agar kita saling mengasihi sama seperti Aku telah mengasihi kamu.
Standarnya memang sangat tinggi: “sama seperti Aku telah mengasihi kamu”.
Tetapi Tuhan tidak memerintahkan kita untuk langsung melompat ke standar yang paling tinggi.
Kita bisa berlatih mengasihi dengan melakukan tahapan-tahapan dari yang paling rendah hingga semakin tinggi.
Kita bisa mulai berlatih dari definisi kasih yang ada di 1 Korintus 13:4-7.
Kasih itu sabar: sudahkan kita sabar ketika kita ada di jalan raya dan melihat orang menghambat laju kendaraan kita. Apakah kita sabar dalam mendengarkan keluhan saudara kita, atau kita langsung ingin berbicara memberikan jawaban sebelum lawan bicara kita menjelaskan permasalahannya.
Kasih itu murah hati: seorang yang murah hati, hatinya seluas samudera, dia tidak mudah tersinggung, tidak baperan, tidak egois atau mementingkan ego atau harga dirinya, dia juga mudah untuk memberi ketika melihat orang yang berkekurangan.
Hari ini kita bisa belajar dari dua definisi kasih di atas dan melihat bagaimana dampaknya bagi orang lain.
Tuhan tidak memerintahkan kita langsung pada top level, memiliki kasih seperti Kristus, dan memang mustahil hal itu langsung dilakukan.
Saudara, di tengah keluargamu dan di tempat kerja, cobalah mulai untuk berlaku sabar dan murah hati.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya saudara dapat mengikuti jalan ceritanya dan dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Manakah yang lebih baik, iman untuk memindahkan gunung atau mengasihi sesama?
Apa yang dimaksud dengan kasih menutupi segala sesuatu?
Saling mengasihi satu dengan yang lain adalah perintah yang jelas, ada begitu banyak ayat di Alkitab yang menyatakan tentang kasih dan saling mengasihi.
Untuk itu ada enam hal yang kita bisa lakukan dalam menerapkan kasih kepada sesama:
Dengarkan dengan sungguh-sungguh lawan bicara kita: Orang ingin dan mendambakan untuk didengarkan yaitu suaranya didengar dan ucapannya diperhatikan. Saat kita mendengarkan, kita membuat orang lain merasa dilihat, dipahami, diperhitungkan dan diterima.
Jika Saudara mengajukan komplen, ya komplen saja, tanpa menghakimi.Ketika Saudara tidak menyukai sesuatu, bicarakan tentang sesuatu itu dan bukan tentang orang yang menyebabkannya. Jangan menghakimi, menyalahkan orang, terlebih kalau hanya atas dasar asumsi.
Memberikan jawaban tanpa niat untuk membantah.Hindari perselisihan, pertengkaran, dan konflik yang tidak perlu. Kalau memang tersedia waktu untuk berdiskusi, beradu argumen, lakukan dengan sopan, tenang dan hindari nada tinggi dalam ucapan kita.
Memberi tanpa mengharap kembali atau pamrih.Jika ada yang meminta bantuan kepada kita. Dan setelah Saudara pertimbangkan bahwa permintaan itu benar dan Saudara sanggup untuk memenuhi. Maka berikan sesuatu itu tanpa mengharapkan imbalan apa pun.
Bersikaplah toleran dan mudah memaafkan.Toleran bukanlah kompromi. Toleran berarti kita bersedia untuk tidak memaksakan “kebenaran” kita kepada orang lain. Tidak ada seorang pun yang sempurna! Termasuk kita, jadi mengapa harus memaksakan standar “kesempurnaan” kita kepada orang lain?
Usahakan untuk melakukan hal-hal yang disukai orang yang kita kasihi.Hal ini bisa dilakukan dengan menunjukkan minat dan penerimaan atas apa yang disukai orang yang Saudara kasihi. Sekali pun itu mungkin hal-hal yang tampak bodoh atau konyol. Khususnya dibutuhkan dalam hubungan suami dan isteri atau orangtua dan anak.
Saudara, di tengah keluargamu.
Coba mulai menerapkan beberapa tips untuk membagikan kasih seperti diuraikan di atas.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya saudara dapat mengikuti jalan ceritanya dan dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Teladan apa saja yang Paulus minta untuk ditunjukkan oleh Timotius kepada orang percaya?
Tentang karunia, apa yang Paulus ingatkan untuk dilakukan oleh Timotius?
Kita tahu bahwa Allah adalah Kasih dan yang mengasihi umat-Nya.
Banyak ayat dalam Alkitab yang mendukung hal ini.
Tetapi tahukan kita bahwa Allah juga adalah Allah yang setia.
Ya, benar.
Dan banyak ayat yang menyatakan hal ini, baik dalam Kitab Perjanjian Lama, maupun Perjanjian Baru.
Beberapa di antaranya:
Ratapan3:22-23 “Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!”
1 Yohanes 1:9 “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.”
1 Tesalonika 5:24 “Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapinya.”
Allah adalah Allah yang setia dan Tuhan ingin agar kita juga menjadi seorang yang setia.
Dari ayat yang kita baca, Paulus juga meminta agar Timotius menjadi teladan dalam: tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.
Kesetiaan sebagai buah Roh Kudus disebut sebagai buah ke delapan – Galatia 5:22.
Jadi potensi untuk setia telah Tuhan berikan di dalam kita. Yang harus kita lakukan adalah menerapkan kesetiaan dalam kehidupan sehari-hari.
Di area mana saja kita bisa setia:
Kita setia dalam mentaati Firman Tuhan. Dalam hal ini arti setia adalah ketaatan kita yang terus menerus kepada Tuhan dan Firman-Nya.
Di rumah, suami atau isteri haruslah setia kepada pasangannya, sampai maut memisahkan…
Di tempat kerja, setia bisa dimaknai sebagai loyalitas kita kepada atasan dan tempat kita bekerja.
Di gereja atau dalam pelayanan, setia bisa dimaknai sebagai hormat kita kepada pemimpin, bersedia untuk tunduk dan bertanggungjawab dengan tugas pelayanan yang menjadi tanggung jawab kita.
Sebagai pemimpin pelayanan, apakah pemimpin pemuridan dan persekutuan setia bisa dimaknai sebagai kesediaan kita untuk menjadi teladan dalam memenuhi nilai-nilai Firman Tuhan, tanggung jawab kita dalam mendoakan dan mengasihi orang-orang yang kita layani.
Itu semua adalah contoh yang tentu bisa kita kembangkan.
Saudara, dalam kelompok pemuridan diskusikan tentang bagaimana menerapkan prinsip kesetiaan ini secara konkrit di dalam berbagai komunitas yang diikuti.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya saudara dapat mengikuti jalan ceritanya dan dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Bagaimana kasih Allah kepada umat percaya?
Apa yang sepatutnya dilakukan oleh umat percaya?
Hal yang sangat membedakan antara kekristenan dengan agama atau kepercayaan yang lain adalah: Kasih.
Allah adalah Kasih dan Dia telah mengutus Yesus untuk ke dunia, memberitakan kabar baik, mati, disalibkan hingga kemudian kembali ke surga.
Sifat kasih yang sama, Tuhan ingin agar ditiru oleh kita sebagai umat tebusan dalam bentuk kita saling mengasihi satu dengan yang lain.
Lalu siapa saja orang yang kita kasihi?
Hal itu bisa dimulai dari orang yang terdekat.
Keluarga kita: orang tua, kakak, adik dan semua yang tinggal serumah.
Kita mengasihi saudara-saudara seiman di gereja, di persekutuan, di komunitas pemuridan.
Kita bisa mengasihi teman di kampus atau di sekolah, di tempat kerja.
Dan jika mereka belum menerima Kristus sebagai Juru Selamat, kita bisa mulai mendoakan mereka dan siap untuk memberitakan Kabar Baik.
Ada lima hal yang bisa kita lakukan untuk mengasihi sebagai wujud ketaatan kita untuk menerapkan perintah Tuhan.
Berdoa: Mendoakan mereka, mencoba mencari tahu kebutuhan atau pergumulan mereka dan mendoakan mereka.
Pengorbanan: Rela untuk berkorban dalam pengertian yang luas. Misalnya rekan kita membutuhkan bantuan ketika mengalami musibah, kita bisa bergegas untuk memberikan bantuan, baik tenaga ataupun dana.
Mudah mengampuni dan melupakan kesalahan orang lain: Misalnya kalau kakak kita atau siapa saja, tanpa sengaja menjatuhkan barang berharga yang kita miliki. Kita mudah untuk memaafkan dan mengampuni. Jadi prinsipnya kita mudah memberikan maaf dan tidak mengungkit atau mengingat kesalahan orang.
Pemberian Waktu, Talenta dan Harta: Semua yang kita miliki berasal dari Tuhan. Kita sepatutnya bertindak sebagai penatalayan yang siap untuk dipakai oleh Tuhan untuk menjadi berkat bagi orang lain. Tujuan kita adalah untuk menjadi penatalayan yang baik atas apa yang telah Allah berikan kepada kita untuk memajukan kerajaan-Nya.
Membagikan Injil: Membagikan Injil adalah bagian tersulit bagi kebanyakan orang, tetapi itu adalah cara terbaik untuk menunjukkan kasih Kristus kepada mereka yang belum mengenal Tuhan.
Saudara, dalam kelompok pemuridan diskusikan tentang bagaimana menerapkan saling mengasihi di bulan April ini.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya saudara dapat mengikuti jalan ceritanya dan dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Situasi apakah yang sedang Raja Daud hadapi pada saat itu?
Apakah permohonan Daud kepada Tuhan?
Berbeda dengan Salomo yang memerintah kerajaan Israel dalam situasi dan kondisi yang sudah aman, kondusif.
Daud memerintah kerajaan Israel bahkan ketika kerajaan Israel sedang menemukan bentuknya.
Ya, setelah orang-orang Israel meminta seorang Raja, maka Tuhan memberikan Saul sebagai Raja pertama di kerajaan Israel.
Tetapi oleh karena ketidaksetiaan Saul, maka Saul digantikan oleh Daud.
Sebagai kerajaan yang baru, banyak musuh-musuh Israel yang tidak rela kerajaan Israel berdiri.
Dan akibatnya sepanjang pemerintahan Raja Daud, ia harus melakukan banyak pertempuran, termasuk ketika anak kandungnya melawan dia, yaitu Absalom.
Dan hal-hal tersebut menyebabkan Daud sering mengalami distress, tekanan psikis yang hebat.
Tetapi Alkitab mencatat bagaimana Daud selalu berpaling kepada Tuhan.
Dalam kesulitan dan badai yang Tuhan ijinkan menimpa Daud, dia selalu berpaling kepada Tuhan dan memohon pertolongan-Nya.
Mazmur 25:19 “Lihatlah, betapa banyaknya musuhku, dan bagaimana mereka membenci aku dengan sangat mendalam.”
Ini bukan situasi yang mudah bagi semua orang, ketika mereka dikelilingi oleh musuh yang berusaha menghancurkan mereka.
Hal serupa ini yang sering dialami oleh Raja Daud.
Tetapi jika kita melihat respon Daud, dia mengakui kekurangannya dan mohon kepada Tuhan untuk menolong dia di setiap kesukaran yang dia hadapi.
Termasuk Daud memohon agar Tuhan mengawal dia, agar dia tetap tulus dan jujur.
Tulus adalah sikap hati, keinginan untuk tidak berpura-pura, keinginan untuk jujur dan inilah motif yang penting ketika seseorang ingin untuk melayani Tuhan.
Sedangkan jujur adalah perilaku yang apa adanya, tidak berpura-pura.
Dalam bahasa masa kini, seorang yang jujur juga dapat diartikan sebagai seorang yang berintegritas.
Ada kesesuaian antara perkataan yang diucapkan serta perbuatan yang dilakukan.
Jadi, ketulusan dan kejujuran adalah dua kata sifat yang sangat relevan untuk dimiliki oleh umat Tuhan di masa kini.
Ketulusan akan menyebabkan orang untuk menjadi seorang yang loyal pada tempat dimana dia bekerja.
Para bos atau majikan di tempat kerja, pasti senang memiliki pegawai yang loyal dan jujur atau berintegritas.
Sifat yang sama juga dibutuhkan di rumah tangga (misal: banyak masalah terjadi ketika ketidakjujuran, ketidaksetiaan ada pada pasangan suami isteri), di sekolah, di pelayanan di gereja, dan sebagainya.
Saudara, dalam kelompok pemuridan diskusikan tentang bagaimana menerapkan ketulusan dan kejujuran di sekolah dan tempat kerja.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya saudara dapat mengikuti jalan ceritanya dan dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Bagaimanakah kita harus saling mengasihi?
Bagaimana sikap kita ketika melihat kekurangan orang-orang kudus?
Bagaimana sikap kita kepada mereka yang menganiaya kita?
Firman Tuhan menyatakan bahwa setiap orang yang sudah percaya dan mengakui Yesus sebagai Juruslamat, mereka menjadi bagian dari Kerajaan Allah.
Kita bahkan disebut sebagai “Orang Kudus”.
Kudus bukan karena kita sempurna dan tidak pernah berbuat salah, tapi karena kita disempurnakan dan dikuduskan oleh darah Yesus yang sangat berharga.
Secara khusus Paulus mengingatkan kita untuk membantu kekurangan orang-orang kudus.
Ini bisa jadi menimbulkan pertanyaan kenapa perlu membantu saudara seiman kita?
Bukankah sama saja membantu siapa pun?
Bukankah yang penting kita sudah membantu orang lain?
Saudaraku, saudara seiman kita adalah keluarga rohani.
Sama seperti dalam satu keluarga, adalah hal yang tidak wajar jika seorang anak lebih sibuk membantu keluarga tetangga daripada orang tuanya sendiri.
Tidak seharusnya kita menyumbang untuk sosial, namun mengabaikan kebutuhan dari keluarga sendiri.
Hal ini tidak berarti kita tidak perlu berbuat baik kepada orang lain yang bukan saudara seiman, tapi kita perlu secara bijaksana melihat kebutuhan dan mengatur prioritas pemberian kita.
Sebuah komunitas akan dikenal dari kasih dan kesatuan mereka, demikian juga dengan umat Allah.
Kerinduan Tuhan Yesus adalah agar jemaat yang adalah tubuhNya masing-masing bisa berfungsi dan saling menolong sehingga tubuhNya bisa bergerak dengan bebas.
Lewat kasih yang nyata itulah, nama Tuhan Yesus ditinggikan dan banyak orang akan dibawa kepadaNya.
Hari ini, mari mulai melihat kebutuhan saudara-saudara seiman kita.
Barangkali keluarga PA atau teman persekutuan saudara.
Mulailah menanyakan pertanyaan sederhana kepada mereka, ”Apa yang sedang kamu butuhkan?
Apa yang bisa saya bantu?”
Kita juga bisa melihat kebutuhan saudara-saudara kita di ladang misi.
Kira-kira adakah yang bisa kita dukung?
Ingatlah bahwa bantuan, tidak selalu harus berupa uang dan materi yang besar, tapi setiap perhatian, doa, dan usaha akan sangat berarti.
Diskusikanlah dengan rekan PA atau persekutuan saudara, apa yang bisa dilakukan secara nyata untuk membantu saudara seiman di lingkup saudara atau di tempat lainnya yang membutuhkan.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya saudara dapat mengikuti jalan ceritanya dan dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apakah sebagai rasul Tuhan, Paulus bekerja?
Mengapa Paulus bekerja dengan tangannya sendiri?
Apa perkataan Tuhan Yesus yang diingat oleh Paulus?
Saudara, Tuhan Yesus mengajarkan satu prinsip yang luar biasa: “Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima.”
Apakah saudara pernah memberi kado kepada anak-anak dan melihat ekspresi mereka saat membuka kado tersebut dan berteriak kegirangan?
Apakah saudara pernah memperhatikan ekspresi dari Ibu saudara ketika menyambut saudara yang sudah lama tidak bertemu dan kemudian sibuk memasak makanan kesukaan saudara?
Ada sebuah kegembiraan dan rasa puas yang tidak terjelaskan ketika kita menyaksikan kepuasan dari orang-orang yang kita kasihi, kegembiraan mereka yang menerima pemberian kita.
Ada rasa hangat di hati yang membuat kita ingin lebih lagi menabur.
Berbahagia dalam memberi sesungguhnya adalah salah satu kebutuhan manusia yang Tuhan tanamkan dan seringkali tidak disadari oleh manusia.
Kita semua sebenarnya ingin bisa berkontribusi dan berdaya guna.
Itu sebabnya ada perasaan malu ketika kita harus terus menerus menerima pertolongan.
Namun, dalam beberapa kasus ketika keegoisan dibiarkan, maka sangat mungkin kita menjadi tidak lagi peduli kepada kebutuhan orang lain.
Yang menerima juga mulai merasa bahwa kebaikan yang diterima adalah sebuah kewajaran bahkan keharusan.
Pada saat itu terjadi, jangankan ada rasa berbahagia saat memberi, saat menerima pun juga sulit untuk berbahagia.
Apakah saudara masih merasakan sukacita dan rasa terima kasih yang besar ketika dijemput oleh orang tua, pasangan, atau anak?
Apakah saudara merasakan kehangatan di hati ketika melihat suami atau anak laki-laki saudara membantu mengangkat galon air yang berat?
Apa yang saudara pikirkan ketika Pembimbing saudara mentraktir saudara sekalipun itu di warung?
Sesungguhnya dalam keseharian, kita menerima banyak hal dari orang lain dan kita perlu belajar untuk bersyukur serta menghargai pemberian tersebut.
Kebahagiaan dalam memberi perlu diimbangi dengan kebahagiaan dalam menerima karena ketika hati kita dipenuhi dengan rasa syukur atas setiap pemberian, kita pun lebih termotivasi untuk memberi karena orang yang sungguh-sungguh dipenuhi rasa syukur tidak mungkin menjadi egois.
Motivasi yang paling besar tentu saja datang dari pribadi Tuhan sendiri, karena Ia selalu murah hati kepada kita.
Itu yang menyebabkan kita bisa tetap memberi dan berbahagia sekalipun tidak selalu dihargai.
Saudara, mari rasakan kebahagiaan pada saat saudara menerima dan memberi, karena itulah yang Tuhan rancangkan untuk kebaikan kita.
Dapatkah saudara mengingat kapan terakhir kali merasa kebahagiaan saat memberi?
Atau adakah hal-hal yang seringkali menahan saudara dari kebahagiaan saat memberi?
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya saudara dapat mengikuti jalan ceritanya dan dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Bagaimanakah Tuhan mewujudkan diriNya di dunia untuk kita layani?
Perhatikan, apakah orang-orang benar menyadari kepada siapa mereka memberi ketika ada di dunia?
Untuk siapa sesungguhnya segala kebaikan yang kita tabur?
Satu hari nanti kita akan menghadap tahta penghakiman Allah dan di sana kita akan dihakimi berdasarkan keputusan dan cara hidup kita selama hidup di dunia.
Yesus menyatakan bahwa perbuatan yang dilakukan bagi salah satu saudaraNya yang paling hina adalah sama dengan perbuatan yang dilakukan bagiNya.
Ketika kita kita memberi makan, minum, dan tumpangan, memberi pakaian kepada mereka yang telanjang, ketika kita menengok mereka yang sakit dan dalam penjara, perbuatan-perbuatan tersebut sangat dinilai olehNya.
Yang menarik disini adalah baik mereka yang bermurah hati maupun mereka yang tidak bermurah hati, ternyata sama-sama TIDAK MENYADARI bahwa Tuhanlah yang sesungguhnya sedang mereka layani.
Mari kita membayangkan jika suatu hari ketahuan bahwa Bapak Jokowi menyamar menjadi salah satu gelandangan di jalan tertentu.
Bukankah tidak mengherankan kalau kemudian orang banyak akan berbondong-bondong berbuat baik kepada Bapak Jokowi yang sedang menyamar tersebut?
Akan berbeda ceritanya jika kita tidak menyadari siapa gelandangan tersebut.
Maka setiap perbuatan baik kita kepadanya benar-benar murni karena kita ingin berbuat baik saja kepadanya, bukan karena mengharapkan imbalan.
Lukas 6:33 berkata “Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun berbuat demikian.”
Ada istilah “Tidak ada yang gratis di dunia ini”.
Pernyataan tersebut ada benarnya, hampir segala sesuatu di dunia memiliki suatu harga dan dalam kadar tertentu hal tersebut tidak salah karena memang dihargai merupakan salah satu kebutuhan manusia.
Namun, Tuhan mau mengajar umatNya untuk memiliki standar lebih tinggi di atas standar dunia ini.
Memberi tidak harus mengharapkan balasan.
Berbuat baik semata-mata karena untuk kepentingan orang lain.
Ketulusan semacam ini sudah sangat langka di dunia.
Tahukah saudara, hanya orang yang benar-benar memahami anugerah yang dapat melakukan ketulusan yang sejati?
Mereka menyadari dirinya begitu miskin namun dilimpahi kemurahan dari Allah.
Itu terjadi bukan karena dirinya begitu baik, tapi karena Allah lah yang baik.
Saudara, sadarilah kemurahanNya bagimu dan kemudian belajar untuk menjadi murah hati bagi mereka yang membutuhkan.
Saat ini lihatlah sekeliling saudara, siapakah yang sedang membutuhkan kemurahan hati saudara?
Ambilah satu komitmen dan tindakan untuk bermurah hati baginya dan bagikanlah kepada rekan persekutuan saudara apa yang dirasakan setelah saudara mempraktikkan kemurahan hati.
ORANG-ORANG PILIHAN ALLAH YANG MENGENAKAN KEMURAHAN
Penulis : Aris Handoko
Pembacaan Alkitab Hari ini :
KOLOSE 3:9-14
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya saudara dapat mengikuti jalan ceritanya dan dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Mengapa kita tidak lagi saling mendustai?
Kapankah kita diperbaharui untuk memperoleh pengetahun yang benar?
Apakah yang harus dikenakan oleh orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihiNya?
Masih banyak orang, bahkan anak Tuhan yang berkomentar seperti ini: “Oh tentu saja dia bisa menabur banyak, kan dia kaya” atau “Dia kan punya banyak waktu makanya bisa melayani”.
Tahukah saudara di dalam pernyataan-pernyataan seperti itu, sebenarnya mengandung pernyataan lain yang tersirat yaitu “Saya tidak punya uang sebanyak dia, makanya tidak bisa menabur banyak” atau “Saya tidak punya waktu sebanyak dia, makanya tidak bisa ikut melayani.”
Pada dasarnya kita paham, bahwa seseorang baru bisa memberi jika dia memiliki.
Tuhan pun mengerti, itu sebabnya 2 Korintus 8:12 berkata “Sebab jika kamu rela untuk memberi, maka pemberianmu akan diterima, kalau pemberianmu itu berdasarkan apa yang ada padamu, bukan berdasarkan apa yang tidak ada padamu.”
Namun, seringkali yang menjadi permasalahan adalah bukannya kita tidak memiliki, tapi kita tidak MENYADARI.
Kita tidak sadar betapa banyak yang kita miliki.
Kita sering tidak melihat betapa besar anugerahNya dalam hidup kita.
Kita bahkan lupa status kita sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihiNya.
Menjadi murah hati adalah sebuah HASIL dari kesadaran kita akan betapa kayanya kita di dalam Tuhan.
Selama mental kita masih miskin, maka berapa pun banyaknya yang kita miliki, kita tidak akan pernah menyadari apalagi membagikannya.
Kita akan terus hitung-hitungan, karena kita lupa betapa Allah sudah menghapuskan hutang kita yang tidak terukur besarnya.
Paulus mengingatkan kita agar MENGENAKAN belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran.
Mengenakan adalah suatu tindakan AKTIF untuk mengambil apa yang memang kita miliki dan kemudian memakainya.
Mari saudara, kita memulai satu perubahan mental untuk mengukur diri kita dari apa yang telah Tuhan lakukan bagi kita.
Sadarilah dan bersyukurlah untuk kekayaan yang kita miliki (bukan hanya materi) sehingga saudara bisa membagikan kemurahan yang saudara sudah sudah terima dan miliki itu.
Dalam hal apakah menjadi murah hati itu terasa sulit?
Diskusikanlah dengan pembimbing saudara bagaimana agar bisa mengenakan kemurahan hati dalam situasi sulit tersebut.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya saudara dapat mengikuti jalan ceritanya dan dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Bergantung siapakah kemurahhatian dan belas kasihan Allah?
Untuk apa Tuhan menyatakan kuasaNya yang ajaib?
Menurut saudara apakah Allah itu adil?
Murah hati adalah karakter yang seringkali dikaitkan dengan memberi.
Kemurahan hati juga biasanya dikaitkan dengan materi, karena pemberian materi bisa kelihatan.
Namun, materi bukanlah satu-satunya ukuran kemurahan hati.
Kasih, perhatian, kebaikan, waktu, pengampunan juga berhubungan dengan murah hati.
Kita sering mengukur orang lain dengan standar kita sendiri.
Bahkan kita sering mengukur Allah dengan standar kita juga.
Mungkin kita pernah bertanya-tanya “Kenapa ya, orang itu kok lebih diberkati daripada saya?”, “Kenapa ya, Tuhan kok memberi talenta lebih banyak kepada yang lain?”
Saudaraku, tidak sedikit orang yang protes tentang keadilan Allah karena mengukur pilihan dan pemberian Allah kepada setiap orang yang tampaknya berbeda-beda.
Mari kita bayangkan seorang ibu yang memiliki 3 anak dengan usia yang berbeda cukup jauh.
Anak pertama sudah remaja, anak kedua usia SD, dan anak ketiga usia balita.
Jika ibu itu hendak memberikan makanan ketiga anak tersebut, apakah ia harus menyamakan semuanya agar bisa dirasakan adil dan murah hati oleh ketiga anaknya?
Allah mengenal setiap ciptaanNya dengan detail.
Ia menaruh belas kasihanNya kepada siapa Ia mau menaruh belas kasihan, dan Ia bermurah hati kepada siapa Ia mau bermurah hati.
Hal ini tidak bergantung kepada kehendak atau usaha orang tetapi kepada kemurahan hati Allah.
Apakah artinya ini bagi kita?
Artinya kita patut bersyukur karena kasih dan kemurahan hati Allah tidak bergantung kepada pikiran atau usaha dan performa kita.
Kalau pemberian Allah bergantung kepada kita, maka Ia mungkin akan menyamaratakan semua pemberian kepada anak-anakNya padahal belum tentu kita membutuhkan.
Mungkin saat kita baik, Allah baru akan mengasihi dan memberkati kita.
Dan saat kita tidak baik mungkin Ia akan menarik semua kasih dan berkatNya dari kita.
Kemurahan Allah ini bukanlah sebuah “kelonggaran” agar kita bisa hidup dengan sembarangan – ingatlah tetap ada hukum “tabur tuai” di dalam kehidupan ini.
Namun, ini adalah sebuah ANUGERAH, karena dalam kelemahan, keterbatasan, dan kegagalan, kita tetap bisa berharap kepada kemurahan hati Allah bahwa Ia mau mengampuni, memulihkan dan membangkitkan kita kembali sampai rencana dan ketetapanNya jadi dalam hidup kita.
Daripada kita terus membandingkan hidup kita dengan orang lain dan mempertanyakan kemurahan hati Allah, sebaiknya kita mulai mengingat betapa hidup kita beroleh kasih dan kemurahanNya yang begitu melimpah dan ajaib.
Dalam hal apa saudara sebenarnya tidak layak?
Seperti apakah kemurahanNya diberikan kepada saudara?
Maukah saudara bersyukur karena segala yang dianugerahkanNya bagi hidup kita hari ini?
Bagaimana kebenaran tentang Allah yang murah hati membangkitkan hidup saudara hari ini?