Jumat, 11 Juli 2025

SALING MEMPERHATIKAN DALAM PEKERJAAN BAIK

Penulis : Pdt. Robinson Saragih

This image has an empty alt attribute; its file name is D1.png

Pembacaan Alkitab Hari ini : 

IBRANI 10:24-25

Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.

This image has an empty alt attribute; its file name is D2.png
  1. Apa yang membuat kita dapat mendorong orang lain dengan baik?
  2. Dalam hal apa, kita seharusnya saling memperhatikan dan saling mendorong?
  3. Dalam hal apa, kita dianjurkan untuk tidak menjauhkan diri?
  4. Dalam hal apa, kita dianjurkan untuk lebih giat melakukannya?
This image has an empty alt attribute; its file name is D3.png

Saudara, sebagai jemaat Kristus dalam gereja, kita dianjurkan untuk saling mengasihi.

Kata ‘saling’ berarti terjadi hubungan timbal balik, bukan sepihak, tetapi melibatkan kedua belah pihak untuk saling memperhatikan agar dapat saling mendorong.

Mengapa ada seseorang yang menasihati saudaranya, tetapi bukan didengarkan, melainkan justru nasihatnya dianggap sebagai mencari masalah, menjelekkan, dan menimbulkan pertikaian antara yang menasihati dan yang dinasihati?

Lalu muncullah anggapan bahwa saudara tersebut tidak senang diajar, keras kepala, sombong dan tidak mau mendengar nasihat baik dari saudaranya.

Ketika kita menyampaikan nasihat tanpa memahami keadaan sebenarnya dari penerima nasihat, maka ia bisa merasa diadili atau dituduh, sehingga menjadi tersinggung dan marah.

Padahal, nasihat yang kita berikan tidak tepat karena kita tidak terlebih dahulu mendengarkan atau memperhatikan keadaannya.

Akibatnya, ia menolak atau menentang nasihat tersebut karena merasa tidak dimengerti.

Efesus 2:10 ”Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.”

Setiap anak Tuhan memiliki bakat dan karunia rohani.

Kedua anugerah itu diberikan kepada kita karena Tuhan menghendaki dan merencanakannya, agar kita melakukan sesuatu yang telah dirancang dan ditentukan-Nya bagi kemuliaan-Nya.

Tuhan menghendaki agar kita hidup untuk memuliakan-Nya melalui bakat dan karunia rohani yang telah diberikan kepada kita.

Dalam hal ini, sepatutnyalah kita saling memperhatikan agar dapat saling menasihati, supaya setiap anak Tuhan dapat hidup memuliakan-Nya.

Itulah sebabnya kita harus saling memperhatikan, agar kita dapat memahami keadaan saudara-saudara kita.

Dari situlah kita dapat saling menasihati, dan nasihat itu sangat berguna untuk mendorong setiap saudara hidup memuliakan Tuhan, terutama ketika mereka melakukan pekerjaan baik yang menjadi tanggung jawabnya.

Saudara, alangkah indahnya jika dalam suatu komunitas, kita melakukan kebenaran Firman Tuhan dengan saling memperhatikan, sehingga kita dapat dengan mudah saling mendorong dan saling menguatkan satu sama lain.

Inilah bukti bahwa kita adalah murid-murid Tuhan dengan saling memperhatikan sebagai bukti kita saling mengasihi, sama seperti Yesus telah mengasihi kita.

Demikian juga, kita sebagai sesama orang percaya saling mengasihi, saling memperhatikan, saling menasihati, dan saling mendorong satu dengan yang lain.

Hal ini sangat ideal dilakukan oleh pembimbing kelompok PA kepada anak-anak PA-nya, agar nasihat yang diberikan menjadi lebih tepat.

Itulah sebabnya kita perlu dimuridkan, supaya lebih mudah mencapai hidup yang memuliakan Tuhan.

Haleluya, Puji Tuhan, Amin.

Mengapa banyak anak-anak Tuhan yang sudah lama mengikuti Tuhan, tetapi belum juga mengerti dengan apa mereka harus memuliakan Tuhan?

Pembacaan Alkitab Setahun

Mazmur 140-145

Kamis, 10 Juli 2025

SATU ANGGOTA MENDERITA SEMUA TURUT MENDERITA

Penulis : Anang Kristianto

This image has an empty alt attribute; its file name is D1.png

Pembacaan Alkitab Hari ini : 

1 KORINTUS 12:20-27

Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.

This image has an empty alt attribute; its file name is D2.png
  1. Apakah dalam satu tubuh hanya ada satu anggota?
  2. Apa jadinya bila salah satu anggota tubuh tidak berfungsi?
  3. Apa yang terjadi bila salah satu anggota menderita?
This image has an empty alt attribute; its file name is D3.png

Dalam perikop ini Paulus menggunakan gambaran tubuh sebagai ilustrasi utama untuk menjelaskan pentingnya keberagaman dalam kesatuan jemaat.

Konsep ini sangat kuat secara budaya, karena dalam masyarakat Yahudi dan Yunani kuno, tubuh sering dipakai sebagai metafora untuk organisasi sosial—menunjukkan bahwa setiap bagian memiliki fungsi yang unik tetapi tidak terpisahkan satu sama lain.

Secara teologis, Paulus sedang menegaskan bahwa semua anggota jemaat, tanpa memandang karunia atau status mereka, memiliki nilai dan peran yang setara dalam tubuh Kristus.

Tampaknya pada saat itu Jemaat Korintus sedikit terpecah, dengan kecenderungan untuk membanggakan karunia rohani tertentu—terutama yang tampak spektakuler seperti berbahasa roh atau nubuat—dan merendahkan yang lain.

Paulus membongkar pandangan ini dengan menyatakan bahwa bahkan bagian tubuh yang “tampaknya lebih lemah” justru sangat diperlukan (ayat 22), dan bagian yang kurang terhormat diberikan kehormatan yang lebih besar (ayat 23).

Bayangkan seseorang sedang berjalan di hutan tanpa alas kaki.

Tanpa sengaja, sebuah duri kecil menusuk jari kakinya. Luka itu kecil—nyaris tak terlihat.

Tapi begitu duri itu masuk, seluruh tubuhnya bereaksi: dia berhenti berjalan, tangannya segera turun memegang kaki, wajahnya meringis kesakitan, bahkan aliran darah mulai mengirimkan sinyal ke otak bahwa ada bahaya.

Padahal itu hanya satu jari kecil dari keseluruhan tubuhnya.

Tapi tubuh tidak berkata, “Ah, itu cuma jari kaki, biar saja.” Tidak.

Tubuh langsung bekerja sama untuk melindungi dan merawat bagian yang terluka: tangan menarik durinya, mata fokus mencari sumber luka, kaki yang lain menopang berat tubuh, bahkan otak mengingatkan agar dia berhati-hati ke depan.

Semuanya bergerak bersama demi satu bagian yang sedang menderita.

Demikian juga jemaat Kristus. Kita bukan hanya kumpulan orang-orang yang berjalan bersama, tapi tubuh rohani yang hidup.

Ketika satu orang sedang mengalami kesedihan, kejatuhan, atau penderitaan, kita tidak bisa berkata, “Itu urusannya sendiri.”

Jika kita benar-benar tubuh Kristus, penderitaannya adalah juga penderitaan kita.

Kita menangis bersamanya, menopang beban yang ia tanggung, dan mengangkatnya hingga sembuh kembali.

Dalam dunia yang semakin individualistis, pesan ini sangat radikal dan penuh kasih: Seperti tubuh yang tidak bisa mengabaikan luka kecil, demikianlah jemaat yang sejati tak bisa tinggal diam ketika satu anggotanya terluka.

Diskusikan dengan kelompok PA dan persekutuan kita, mengenai topik ini dengan lebih mendalam. Bagaimana kita bisa praktekkan dalam kehidupan sehari-hari dan berkat apa yang didapat dari melakukan Firman Tuhan ini.

Pembacaan Alkitab Setahun

Mazmur 133-139

Rabu, 9 Juli 2025

MENANGGUNG KELEMAHAN SAUDARA YANG TIDAK KUAT

Penulis : Anang Kristianto

This image has an empty alt attribute; its file name is D1.png

Pembacaan Alkitab Hari ini : 

ROMA 15:1-7

Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.

This image has an empty alt attribute; its file name is D2.png
  1. Apakah kewajiban kita bagi orang lan atau saudara yang lebih lemah?
  2. Apakah yang harus kita usahakan dan cari bagi sesama?
  3. Apakah Kristus mencari kesenanganNya sendiri?
This image has an empty alt attribute; its file name is D3.png

Dalam suratnya kepada jemaat di Roma, Rasul Paulus mengajak jemaat untuk hidup dalam semangat saling menanggung kelemahan dan mencari kebaikan bersama.

Secara konteks, surat Roma ditujukan kepada jemaat yang terdiri dari orang Yahudi dan non-Yahudi (bangsa-bangsa lain), yang memiliki latar belakang budaya, hukum, dan kebiasaan ibadah yang sangat berbeda.

Ketegangan antara kelompok “yang kuat” (kemungkinan besar non-Yahudi atau Yahudi yang bebas dari hukum Taurat secara ketat) dan “yang lemah” (mereka yang masih terikat pada praktik-praktik tradisional Yahudi) menjadi tantangan dalam komunitas Kristen awal.

Paulus, sebagai seorang Farisi yang paham mendalam akan hukum Taurat dan budaya Yahudi, memahami betul pentingnya menjaga kesatuan dalam perbedaan.

Bayangkan sebuah keluarga besar yang sedang mengadakan acara makan malam syukur di halaman rumah.

Meja panjang sudah disiapkan, kursi tertata rapi, dan makanan tersedia melimpah.

Anggota keluarga inti sudah duduk, tetapi tiba-tiba datang beberapa tamu tak diundang—ada tetangga baru yang belum dikenal, ada anak-anak kecil yang belum tahu sopan santun makan bersama, dan bahkan ada seorang kakek yang jalannya lambat dan memerlukan bantuan.

Sebagian orang di meja merasa terganggu. Mereka berpikir, “Kenapa mereka harus ikut? Mereka bahkan tidak membawa apa-apa.”

Namun sang pemilik rumah—kepala keluarga—berdiri, tersenyum, dan berkata, “Tolong, ambilkan kursi tambahan.

Geser sedikit mejanya. Kita luaskan tendanya. Mereka juga bagian dari pesta ini.”

Begitulah gambaran dari ajakan Paulus dalam Roma 15.

Seperti Kristus telah menyambut kita semua—yang dulunya orang luar, orang berdosa, dan lemah—maka kita pun dipanggil untuk menjadi rumah yang terbuka, bukan eksklusif.

Ketika kita menyambut orang lain yang berbeda dengan kasih dan kesabaran, kita tidak hanya menciptakan keharmonisan sosial, tetapi kita memuliakan Allah.

Karena penerimaan semacam itu adalah bayangan dari kasih Kristus sendiri.

Bagi kita hari ini, Firman Tuhan ini adalah pengingat bahwa kita tidak boleh mudah menyalahkan atau menjauhi saudara seiman hanya karena mereka belum sempurna atau berbeda dengan kita.

Namun, seperti Kristus yang tidak membiarkan siapapun yang datang kepada-Nya binasa, marilah kita juga belajar untuk menanggung kelemahan saudara yang tidak kuat, dengan penuh kasih, tanpa syarat, dan dalam kesabaran.

Karena di situlah kesatuan gereja terjaga, dan kemuliaan Allah terlihat nyata.

Diskusikan dengan kelompok PA dan persekutuan kita, mengenai topik ini dengan lebih mendalam. Bagaimana kita bisa praktekkan dalam kehidupan sehari-hari dan berkat apa yang didapat dari melakukan Firman Tuhan ini.

Pembacaan Alkitab Setahun

Mazmur 120-132

Selasa, 8 Juli 2025

MEMPERHATIKAN KEPENTINGAN ORANG LAIN

Penulis : Anang Kristianto

This image has an empty alt attribute; its file name is D1.png

Pembacaan Alkitab Hari ini : 

FILIPI 2:1-5

Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.

This image has an empty alt attribute; its file name is D2.png
  1. Dimanakah ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan?
  2. Bagaimana kita seharusnya menganggap kepentingan saudara yang lain?
  3. Pikiran dan perasaan seperti apakah yang harus senantiasa ada dalam hidup kita?      
This image has an empty alt attribute; its file name is D3.png

Dalam Filipi 2:1–5, Rasul Paulus menasihati jemaat di Filipi untuk hidup dalam kesatuan, kasih, dan kerendahan hati.

Nasihat ini disampaikan dalam konteks budaya Romawi yang sangat menjunjung tinggi status sosial, kehormatan pribadi, dan pencapaian diri.

Paulus justru membalikkan nilai-nilai tersebut dengan menyerukan kehidupan yang saling mengutamakan satu sama lain, mengesampingkan kepentingan pribadi, dan meneladani sikap Yesus Kristus yang penuh kerendahan hati.

Ini adalah pesan yang sangat radikal di tengah masyarakat Romawi yang sangat kompetitif dan hirarkis.

Nasihat selanjutnya menekankan pentingnya kerendahan hati.

Paulus menggunakan istilah kenodoxia (kemuliaan yang kosong atau kesombongan yang sia-sia) untuk menggambarkan sikap yang harus dijauhi, dan menekankan bahwa setiap orang harus menganggap yang lain lebih utama daripada dirinya sendiri.

Ini adalah nilai yang bertentangan tajam dengan budaya Romawi yang mengagungkan diri.

Dalam dunia Yahudi pun, ini merujuk pada nilai-nilai seperti yang tertulis dalam Mikha 6:8 — hidup dengan rendah hati di hadapan Allah.

Paulus sedang membentuk kembali pemahaman mereka tentang kehormatan, bukan sebagai sesuatu yang diraih melalui kekuasaan, melainkan melalui pelayanan dan pengorbanan.

Bayangkan sebuah orkestra besar.

Di sana ada pemain biola, cello, klarinet, trompet, dan begitu banyak alat musik lainnya.

Masing-masing pemain adalah profesional berbakat yang memiliki kemampuan luar biasa.

Namun ketika mereka mulai bermain, tidak ada satupun yang menonjolkan dirinya.

Tidak ada pemain yang berkata, “Saya harus lebih keras dari yang lain agar terdengar!” Sebaliknya, mereka semua tunduk pada satu konduktor.

Mereka menyelaraskan irama, tempo, dan dinamika—bukan demi kepentingan pribadi, tapi demi menghasilkan harmoni yang indah bersama.

Ketika semua instrumen berbeda itu bersatu, hadirin pun terdiam dalam kekaguman.

Kristus adalah Konduktor Agung kita.

Dialah yang terlebih dahulu mengosongkan diri, turun dari kemuliaan-Nya, dan mengambil rupa seorang hamba.

Dia tidak memaksakan kehendak-Nya, tetapi taat kepada kehendak Bapa sampai mati di kayu salib.

Ketika kita memiliki pikiran dan sikap seperti Kristus, kehidupan kita akan menjadi seperti simfoni yang memuliakan Allah—penuh kasih, kesatuan, dan pengorbanan.

Diskusikan dengan kelompok PA dan persekutuan kita, mengenai topik ini dengan lebih mendalam. Bagaimana kita bisa praktekkan dalam kehidupan sehari-hari dan berkat apa yang didapat dari melakukan Firman Tuhan ini.

Pembacaan Alkitab Setahun

Mazmur 119:89-176

Senin, 7 Juli 2025

MEMPERHATIKAN KEBUTUHAN SESAMA MANUSIA

Penulis : Bernard Tagor

This image has an empty alt attribute; its file name is D1.png

Pembacaan Alkitab Hari ini : 

LUKAS 10:25-37

Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.

This image has an empty alt attribute; its file name is D2.png
  1. Apa motif ahli Taurat bertanya kepada Yesus tentang cara memperoleh hidup yang kekal?
  2. Apa jawaban Yesus terhadap pertanyaan yang dilontarkan oleh ahli Taurat kepadaNya? (ayat 26)
  3. Apa tanggapan ahli Taurat itu terhadap jawaban dan sekaligus pertanyaan balik Yesus kepada ahli Taurat itu? (ayat 27)
  4. Jelaskan jawaban Yesus terhadap pertanyaan yang dilontarkan oleh ahli Taurat kepadaNya, tentang perumpamaan “siapakah sesamaku manusia”?
  5. Jawab ahli Taurat itu kepada Yesus “orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya” Apa yang Yesus katakan/perintahkan kepada ahli Taurat itu? (ayat 37c)
This image has an empty alt attribute; its file name is D3.png

Ketika ahli Taurat bertanya kepadaNya, Yesus tahu persis bahwa dia hafal isi hukum Taurat serta semua turunannya, yaitu sekitar 613 hukum.

Yesus dengan penuh hikmat menjawab apa yang ahli Taurat itu tanyakan, namun kali ini Yesus menjawab pertanyaannya dengan menggunakan perumpamaan, agar semua orang yang mendengar mudah mencerna dan memahaminya.

Perhatikan bahwa Yesus “sengaja” menjelaskan perumpamaanNya menggunakan tokoh-tokoh yang tidak asing di telinga ahli Taurat.

Yesus memakai tokoh “imam” di mana zaman itu dianggap tokoh yang sangat penting, memiliki pengetahuan agama yang cukup tinggi dan sekaligus pengajar hukum taurat.

Mereka sangat dihormati oleh masyarakat Yahudi. Begitu pula dengan orang “Lewi.”

Mereka mewakili tokoh-tokoh yang memiliki peran penting dalam pelayanan di bait suci di Yerusalem oleh masyarakat Yahudi.

Selain dikenal penyanyi dan pemain musik di ibadah bait suci, orang Lewi juga memiliki pengetahuan yang cukup tinggi karena mereka juga sebagai pengajar hukum taurat.

Sementara tokoh orang “Samaria”, pada zaman itu dianggap kelompok yang tidak disukai, dijauhi bahkan kelompok yang dihindari oleh orang Yahudi karena mereka ini bukan orang Yahudi asli, melainkan campuran.

Sehingga mereka dianggap najis oleh orang Yahudi.

Dari perumpamaan yang kita baca hari ini, hanya orang Samaria yang Yesus sebut sebagai “sesama manusia yang jatuh di tangan penyamun”.

Orang Samaria itu memiliki belas kasihan yang dibuktikan.

Belas kasihan yang mengabaikan kepentingannya yang harus diselesaikan saat itu.

Dia memberikan yang terbaik apa yang dia mampu berikan, dan dari apa yang dia miliki.

Mari kita terus mempraktekkan tindakan saling mengasihi dan memperhatikan kebutuhan sesama, tanpa melihat latar belakang, memperhitungkan untung rugi, membeda-bedakan status sosial, agama, jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan Firman, dan lainnya.

Kasih tidak bergantung kepada keadaan di luar kita, tetapi kepada keputusan dalam diri kita.

Kata Yesus kepada ahli Taurat itu, juga kepada kita murid-muridNya saat ini “Pergilah dan perbuatlah demikian! (seperti yang orang Samaria lakukan)”.

Dalam melakukan tindakan saling mengasihi dan memperhatikan kebutuhan sesama, tidak perlu berteori, tidak perlu didiskusikan. Mari kita belajar bersama-sama melakukannya!. Mulai dari diri kita sendiri, mulai dari hal-hal kecil atau sederhana dan mulailah dari hari ini!

Pembacaan Alkitab Setahun

Mazmur 119:1-88

Minggu, 6 Juli 2025

MENGASIHI SESAMA MANUSIA

Penulis : Bernard Tagor

This image has an empty alt attribute; its file name is D1.png

Pembacaan Alkitab Hari ini : 

MARKUS 12:28-34

Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.

This image has an empty alt attribute; its file name is D2.png
  1. Hukum manakah yang paling terutama menurut Tuhan Yesus?
  2. Hukum kedua manakah yang sama seperti hukum pertama?
This image has an empty alt attribute; its file name is D3.png

Yesus pasti mengetahui bahwa golongan Saduki adalah salah satu golongan yang paham betul dan” taat” dengan ajaran hukum Taurat.

Orang Saduki itu bertanya tentang hukum manakah yang paling utama dalam kitab suci?

maka jawab Yesus: “Hukum yang terutama: dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa.

Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.

Hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.

Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini.”

JawabanNya sama seperti isi doa “Shema Israel” yang pasti diketahui dan selalu diucapkan oleh orang-orang Yahudi termasuk orang Saduki pada masa itu.

Bahkan jawaban Yesus ditegaskan kembali oleh ahli Taurat.

Dengan kata lain ahli Taurat mengakui dan setuju dengan jawaban Yesus (perlu di ingat, sangat jarang kita temui bahwa ahli taurat setuju dengan perkataan Yesus).

Berbicara dalam konteks agama, Kristen adalah agama yang dikenal mengajarkan tentang hukum Kasih dibandingkan dengan agama – agama lain yang ada di dunia saat ini.

Surat 1 Yohanes 4:8c mengatakan “Sebab Allah adalah Kasih”. Yang dibuktikan Bapa mengutus anakNya ke dunia ini untuk menderita, memberikan nyawaNya mati di kayu salib untuk menebus dosa manusia.

Itulah bukti nyata bahwa Allah yang berinisiatif mengasihi kita. KasihNya tanpa batas.

Selama Dia hidup 33,5 thn lamanya, Yesus selalu konsisten menunjukkan perbuatan kasih dimanapun Dia berada.

Pertanyaan untuk kita semua yang percaya kepada Dia, apakah kita sungguh-sungguh mengasihi Dia?

Mari kita buktikan dengan tindakan nyata, misalkan konsisten sabar terhadap orang-orang yang membuat kita marah atau kesal,  mengasihi orang yang mungkin pernah mengecewakan atau merugikan kita.

Kita mengampuni orang yang bersalah kepada kita, bersedia dengan tulus berbuat baik dengan memberikan “bantuan apa saja” yang kita mampu.

Renungan hari ini mengingatkan kita kembali, apakah betul kita mengasihi Allah yang tidak bisa dilihat oleh mata, sedangkan manusia yang kita bisa lihat terkadang sulit untuk kita kasihi?

Hal itu sesuai dengan hukum kasih yang diajarkan oleh Tuhan Yesus sendiri.

Saudaraku, marilah kita terus belajar untuk saling mengasihi sesama manusia, sebab kasih itu berasal dari Allah.

Setiap orang yang mengasihi lahir dan mengenal Allah.

Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih. (lihat 1 Yohanes 4:7-8).

Dalam melakukan tindakan kasih itu, tidak perlu berlama-lama dalam teori. Mari kita belajar bersama-sama melakukannya!  Mulai dari diri kita sendiri, mulai dari hal-hal kecil atau sederhana dan mulailah dari hari ini!

Pembacaan Alkitab Setahun

Mazmur 115-118