Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Mengapa kita tidak boleh menghakimi saudara kita?
Apakah yang dimaksud dengan menghakimi?
Pernah saudara menghakimi orang lain? Apakah akibatnya?
“Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi” (Matius 7:1).
Hakim menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah orang yang mengadili perkara (dalam pengadilan atau mahkamah).
Hakim diberikan kewenangan oleh negara untuk memutuskan seseorang bersalah atau tidak, dan jikalau bersalah hakim menentukan hukuman yang diberikan atas kesalahan tersebut.
Menghakimi berarti berlaku seperti hakim, menempatkan kita seperti hakim, merasa memiliki hak menyatakan kesalahan orang lain, menilai perbuatan orang lain dari cara pandang kita.
Menghakimi orang lain, berarti menilai kesalahan orang lain berdasarkan pandangan kita, bukan berdasarkan kebenaran.
Saudara, menegur dan menghakimi adalah tindakan yang berbeda.
Alkitab mengajarkan untuk kita untuk tidak menghakimi tetapi saling menegur (kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain. Baca Kolose 3:16).
Ada persyaratan untuk menegur. Pertama, yaitu kita hidup dalam firman Tuhan (mengetahui kebenaran).
Kedua, dengan hikmat, sehingga teguran kita tepat sasaran.
Ketiga, menegur di dalam kasih, bukan dengan emosi atau kemarahan.
Selain itu ada tata cara menegur saudara. Tegurlah di bawah empat mata, atau bila tidak mau bertobat bawa seorang atau dua orang saksi -Matius 18:15.
Saudara, terkadang Tuhan memakai orang di sekitar kita untuk menegur, orang tua, istri, suami, anak, pembimbing, pendeta atau penatua.
Sesungguhnya teguran sangat berguna bagi pertumbuhan rohani.
Menurut Amsal,
1) Siapa mengindahkan teguran adalah bijak.
2) Tetapi siapa mengindahkan teguran, ia dihormati.
3) Tetapi siapa mengabaikan teguran, tersesat.
4) Orang yang mengarahkan telinga kepada teguran yang membawa kepada kehidupan akan tinggal di tengah-tengah orang bijak.
5) Tetapi siapa mendengarkan teguran, memperoleh akal budi.
6) Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi.
Oleh karena itu jangan alergi dengan teguran.
Jangan marah karena teguran.
Jangan menolak teguran.
Saudara, terimalah teguran dengan rendah hati.
Kalaupun engkau tidak merasa bersalah, terima teguran itu, dan ucapkan terima kasih.
Bila diperlukan, ambil waktu untuk mendiskusikan dalam kasih teguran tersebut.
Mungkin saja ada kesalahpahaman.
Diskusikan dalam kelompok PA saudara, bagaimana caranya menegur yang baik.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apakah hubungan pengampunan dengan pengorbanan Tuhan Yesus?
Apakah hubungan kasih Allah dengan Pengampunan?
Mengapa kita harus mengampuni orang yang bersalah kepada kita?
“Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya” (Efesus 1:7).
Apakah inti dari kasih Allah kepada manusia? Pengampunan dosa.
Dalam perjanjian lama, pengampunan dosa berkaitan dengan darah.
Tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan dosa (baca: Ibrani 9:22).
Bahkan ketika Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, untuk menutupi ketelanjangan mereka, Allah mengorbankan binatang untuk mengambil kulitnya.
Tuhan Yesus juga disebut sebagai Anak Domba yang menghapus dosa dunia (baca: Yohanes 1:29).
Karena begitu besar Kasih Allah, Dia mengorbankan Anak-Nya yang tunggal (untuk menghapus dosa manusia).
Salah satu bentuk kasih kita kepada saudara kita (atau keluarga) adalah kerelaan mengampuni.
Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk saling mengampuni.
“Hendaklah kalian baik hati dan berbelaskasihan seorang terhadap yang lain, dan saling mengampuni sama seperti Allah pun mengampuni kalian melalui Kristus”(Efesus 4:32 BIMK).
Kita diminta mengampuni seperti Tuhan Yesus sudah mengampuni.
Pengampunan adalah kerugian bagi orang yang memberikan pengampunan.
Pengampunan bukan hanya komitmen atau keputusan untuk melepaskan pengampunan.
Tetapi kesediaan untuk berkorban atau menderita kerugian.
Allah mengampuni dosa manusia, dengan cara mengorbankan Anak-Nya.
Jadi, pengampunan itu adalah pengorbanan atau kerugian.
Apabila kita meminjamkan barang kepada seseorang, kemudian orang itu merusakkan atau menghilangkan barang itu, kemudian dia meminta pengampunan dari kita, maka sebagai konsekuensinya, kita rela kehilangan barang.
Pengampunan memiliki harga yang harus kita bayar, kehilangan barang, kehilangan waktu, perasaan, dan hal lainnya.
Oleh karena itu memberikan pengampunan sulit tanpa kita mengerti pengampunan Tuhan.
Saudara, oleh darah Yesus kita sudah menerima pengampunan dari Allah sekali untuk selamanya.
Kita selalu menerima pengampunan.
Oleh karena itu, demikianlah kita harus mengasihi saudara-saudara yang bersalah kepada kita, dengan kerelaan untuk melepaskan pengampunan.
Diskusikan dengan pembimbingmu, bagaimana caranya dapat mengampuni padahal kita sudah sangat dirugikan.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apa yang kita percaya tentang kasih Allah kepada kita?
Jika seseorang berada dalam kasih, maka apa yang Allah lakukan terhadap orang itu?
Apa bukti bahwa kasih Allah sempurna di dalam kita?
Mengapa orang takut tidak sempurna di dalam kasih?
Saudara, Allah adalah kasih.
Hukum yang terutama dan pertama berbicara tentang kasih, demikian hukum yang kedua juga berbicara tentang kasih.
Matius 22:35-40“dan seorang dari mereka, seorang ahli Taurat, bertanya untuk mencobai Dia: “Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?” Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.”
Mampukah kita mengasihi sesuai dengan hukum yang telah disebutkan di atas?
Rasul Yohanes dengan jelas menuliskannya dalam:
1 Yohanes 4:19“Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.”
Oleh karena kasih dan kekuatan Allah yang diberikan kepada kita, maka kita mampu mengasihi Allah dan mengasihi sesama kita.
Filipi 4:13“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.”
Saudara, sebagai anak-anak Allah, kepada kita telah diberikan kuasa untuk menjadi anak-anak Allah sehingga kita memiliki kuasa sebagai anak-anak Allah:
Yohanes 1:12“Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya”
Kita juga diberi kuasa untuk menjadi murid Yesus. Sebagai murid Yesus, ciri utamanya adalah:
Yohanes 13:34-35“Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.”
Oleh karena itu, sebagai murid-murid Yesus Kristus, marilah kita saling mengasihi.
Saudara, karena Allah sangat mengasihi kita, sudah sewajarnya kita juga mengasihi Allah.
Rasul Yohanes pernah menuliskan hal penting untuk kita perhatikan mengenai mengasihi Allah.
Dalam suratnya kepada jemaat, ia menulis:
1 Yohanes 4:20-21 “Jikalau seorang berkata: “Aku mengasihi Allah,” dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya.”
Oleh karena itu, sebagai pewaris kasih Allah sudah sepatutnya kita, jemaat Yesus Kristus, untuk saling mengasihi, saling mengampuni dan tidak terus mengingat kesalahan saudara kita.
Jika Tuhan melakukan demikian, maka sebagai anak-anak-Nya, kita pun harus mengikuti jejak-Nya.
Penulis Ibrani menuliskan satu lagi tindakan Allah yang sangat luar biasa:
Ibrani 8:12“Sebab Aku akan menaruh belas kasihan terhadap kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa-dosa mereka.”
Ibrani 10:16-17“sebab setelah Ia berfirman: “Inilah perjanjian yang akan Kuadakan dengan mereka sesudah waktu itu,” Ia berfirman pula: “Aku akan menaruh hukum-Ku di dalam hati mereka dan menuliskannya dalam akal budi mereka, dan Aku tidak lagi mengingat dosa-dosa dan kesalahan mereka.”
Saudara, Tuhan Allah, Bapa kita, melupakan dan tidak mengingat-ingat segala dosa kita sebagai anak-anak-Nya.
Sebagai pewaris kasih Allah, maka kita merupakan jemaat yang telah lebih dahulu dikasihi oleh Allah, Bapa kita, dan sudah sepatutnya kita juga melakukan hal yang sama yaitu tidak mengingat-ingat dosa saudara-saudara kita apalagi mencatatnya dalam buku harian kita.
Saudara, dalam bahasa Yunani terdapat empat jenis kasih yaitu Agapē, Eros, Philia, dan Storgē.
Agapē adalah kasih Ilahi, kasih yang tanpa syarat yang berasal dari Allah kepada umat-Nya.
Eros adalah kasih antara pasangan seperti kasih antara suami dan istri.
Storgē adalah kasih dalam keluarga yaitu ikatan mendalam antara orang tua dan anak serta diantara saudara-saudara dalam satu keluarga.
Philia adalah kasih yang muncul dalam komunitas atau persahabatan antara saudara seiman dalam gereja.
Namun, sebagai anak-anak Allah, kita seharusnya mewarisi kasih Agapē, yaitu kasih yang tanpa syarat, kasih Ilahi yang sempurna.
Yohanes 13:34-35“Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.”
Yesus telah mengasihi kita dengan kasih Agapē dan kasih inilah yang diwariskan kepada kita.
Kasih Yesus adalah kasih Agapē, kasih yang tanpa syarat.
Oleh karena itu, kita juga diperintahkan untuk mengasihi saudara-saudara seiman, murid Kristus yang lain.
Haleluya, puji Tuhan, Amin.
Jika seseorang tidak dapat mengasihi sesamanya, mungkinkah ia hidup sebagai pengikut Kristus?
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Kapan kelaparan dan kehausan akan firman Tuhan terjadi?
Apa yang mereka lakukan untuk mendapatkan firman Tuhan?
Apa yang terjadi pada anak-anak dara yang cantik dan anak-anak teruna?
Mengapa mereka rebah dan tidak akan bangkit-bangkit lagi?
Saudara, pada masa Nabi Amos, terjadi berbagai dosa yang sangat dibenci oleh Tuhan Allah yaitu dosa kekejaman dan keganasan manusia dalam menindas sesamanya.
Hal itu terjadi karena Israel tidak mengindahkan firman Tuhan dan melakukan dosa yang sangat dibenci oleh Tuhan Allah yaitu menyembah dewa-dewi.
Selain itu, orang Israel atau Yahudi menolak hukum Allah dan tidak menghargai pesan para nabi yang menegur mereka.
Mereka tersesat oleh allah-allah bangsa di sekitar Israel dan ikut-ikutan menyembah berhala dari bangsa-bangsa asing di sekitar mereka.
Karena dosa-dosa mereka, maka Tuhan Allah mengirimkan bencana demi bencana atas umat itu dengan tujuan agar mereka bertobat.
Namun, mereka tetap hidup dalam kecemaran dan terus menyembah dewa-dewi asing sehingga Tuhan sangat murka terhadap Israel.
Amos 4:6“Sekalipun Aku ini telah memberi kepadamu gigi yang tidak disentuh makanan di segala kotamu dan kekurangan roti di segala tempat kediamanmu, namun kamu tidak berbalik kepada-Ku,” demikianlah firman TUHAN.”
Amos 4:11“Aku telah menjungkirbalikkan kota-kota di antara kamu, seperti Allah menjungkirbalikkan Sodom dan Gomora, sehingga kamu menjadi seperti puntung yang ditarik dari kebakaran, namun kamu tidak berbalik kepada-Ku,” demikianlah firman TUHAN.”
Di antara semua dosa Israel yang paling menonjol adalah dosa sosial mereka.
Orang-orang kaya mengambil keuntungan dari orang-orang miskin dan memeras saudara mereka yang lemah dan miskin.
Sementara mereka memeras saudara mereka yang lemah dan miskin, mereka tetap beribadah dan melakukan perayaan keagamaan.
Tuhan Allah sangat membenci ibadah yang seperti itu:
Amos 5:21-25“Aku membenci, Aku menghinakan perayaanmu dan Aku tidak senang kepada perkumpulan rayamu. Sungguh, apabila kamu mempersembahkan kepada-Ku korban-korban bakaran dan korban-korban sajianmu, Aku tidak suka, dan korban keselamatanmu berupa ternak yang tambun, Aku tidak mau pandang. Jauhkanlah dari pada-Ku keramaian nyanyian-nyanyianmu, lagu gambusmu tidak mau Aku dengar. Tetapi biarlah keadilan bergulung-gulung seperti air dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir. “Apakah kamu mempersembahkan kepada-Ku korban sembelihan dan korban sajian, selama empat puluh tahun di padang gurun itu, hai kaum Israel?”
Orang Israel berulang kali menolak firman Tuhan yang disampaikan melalui para nabi:
Amos 2:11-12“Aku telah membangkitkan sebagian dari anak-anakmu menjadi nabi dan sebagian dari teruna-terunamu menjadi nazir. Bukankah betul-betul begitu, hai orang Israel?” demikianlah firman TUHAN. “Tetapi kamu memberi orang nazir minum anggur dan memerintahkan kepada para nabi: Jangan kamu bernubuat!”
Amos 7:10-13“Lalu Amazia, imam di Betel, menyuruh orang menghadap Yerobeam, raja Israel, dengan pesan: “Amos telah mengadakan persepakatan melawan tuanku di tengah-tengah kaum Israel; negeri ini tidak dapat lagi menahan segala perkataannya. Sebab beginilah dikatakan Amos: Yerobeam akan mati terbunuh oleh pedang dan Israel pasti pergi dari tanahnya sebagai orang buangan.” Lalu berkatalah Amazia kepada Amos: “Pelihat, pergilah, enyahlah ke tanah Yehuda! Carilah makananmu di sana dan bernubuatlah di sana! Tetapi jangan lagi bernubuat di Betel, sebab inilah tempat kudus raja, inilah bait suci kerajaan.”
Saudara, sebagai Israel rohani, jangan sampai kita mengalami apa yang dialami oleh bangsa Israel pada waktu itu.
Kita mengabaikan orang miskin di antara kita atau bahkan tega mengambil keuntungan dari mereka yang lemah dan miskin yang seharusnya kita berikan bantuan.
Hal ini bisa terjadi ketika anak-anak Tuhan mulai mencintai uang, sehingga mereka tidak lagi merindukan firman Tuhan, meskipun tetap aktif ke gereja, memberikan persembahan dan perpuluhan, janji iman atau persembahan lainnya serta sibuk dalam berbagai kegiatan pelayanan.
Namun, tidak lagi memiliki belas kasihan terhadap orang-orang yang miskin secara rohani dan lemah kerohaniannya yang dimanfaatkan untuk mendapatkan keuntungan dan tidak lagi merindukan firman Tuhan melainkan hanya mencari pengajaran yang disukai saja.
Inilah sebabnya Tuhan akan mengirimkan masa kelaparan dan kehausan bukan untuk makanan dan minuman tetapi kelaparan dan kehausan akan mencari kebenaran dan firman Tuhan.
Amos 8:11“Sesungguhnya, waktu akan datang,” demikianlah firman Tuhan ALLAH, “Aku akan mengirimkan kelaparan ke negeri ini, bukan kelaparan akan makanan dan bukan kehausan akan air, melainkan akan mendengarkan firman TUHAN.”
Ketika Israel menolak nabi-nabi dan menolak firman Tuhan, maka Tuhan membuat mereka mengalami kelaparan dan kehausan akan kebenaran serta firman Tuhan.
Namun, Tuhan tidak lagi berfirman kepada mereka karena ibadah mereka hanya sebatas ritual saja.
Renungan ini menjadi peringatan bagi kita, anak-anak Tuhan, agar semakin rindu untuk bersekutu dengan Bapa melalui pembacaan dan perenungan firman Tuhan, selagi kita masih bisa dapatkan dengan mudah.
Kita tidak tahu apakah suatu saat akan datang masa sulit dimana firman Tuhan tidak bisa dibaca lagi, saat kegelapan meliputi dunia dan kekristenan mengalami tekanan seperti yang terjadi di Tiongkok pada zaman Mao Tse-tung, dimana Alkitab dilarang beredar, dimusnahkan dan pembacaannya dilarang.
Oleh karena itu, marilah kita beribadah dengan sungguh-sungguh, memuji dan menyembah Yesus saat kita masih memiliki kebebasan untuk bersaksi karena bisa saja suatu saat kita menghadapi kesulitan untuk bersaksi.
Mari kita beribadah secara spiritual bukan sekadar ritual, sebab kita masih diberi kebebasan untuk beribadah.
Haleluya, puji Tuhan, Amin.
Apakah mungkin kita akan mendapatkan larangan untuk beribadah dan bersaksi pada masa yang akan datang?
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apa tujuan Yesus pergi ke Yerusalem dalam bagian firman ini?
Apa alasan Petrus tidak setuju dengan tujuan Yesus?
Mengapa Yesus tega berkata “Iblis” kepada Petrus, murid-Nya sendiri?
Mengapa Yesus menyebut Petrus sebagai batu sandungan bagi-Nya?
Saudara, melalui cerita ini, kita dapat memahami bahwa Yesus selalu berjalan dalam pimpinan Bapa-Nya melalui Roh Allah atau Roh Kudus yang telah mengurapi dan memenuhi-Nya.
Yesus senantiasa memikirkan apa yang menjadi kehendak Bapa-Nya.
Yohanes 4:1-5“Ketika Tuhan Yesus mengetahui, bahwa orang-orang Farisi telah mendengar, bahwa Ia memperoleh dan membaptis murid lebih banyak dari pada Yohanes–meskipun Yesus sendiri tidak membaptis, melainkan murid-murid-Nya, –Iapun meninggalkan Yudea dan kembali lagi ke Galilea. Ia harus melintasi daerah Samaria. Maka sampailah Ia ke sebuah kota di Samaria, yang bernama Sikhar dekat tanah yang diberikan Yakub dahulu kepada anaknya, Yusuf.”
Saudara, Tuhan Yesus senantiasa berjalan dalam arahan Bapa-Nya.
Itulah sebabnya Dia selalu berdoa kepada Bapa-Nya untuk mendapatkan arahan.
Ketika Yesus menyadari bahwa orang-orang Farisi telah mengetahui bahwa Ia memiliki banyak murid, maka Yesus mengerti bahwa waktu-Nya untuk dikorbankan sudah dekat.
Seperti yang telah Dia katakan kepada murid-murid-Nya, bahwa Dia akan ditangkap dan dianiaya oleh para tua-tua Israel, disalibkan serta dibunuh karena iri hati orang-orang Farisi.
Oleh sebab itu, Yesus melewati Samaria karena Dia akan mengakhiri pelayanan-Nya sebagai Anak Manusia.
Ketika Yesus mengutus ketujuh puluh murid-murid-Nya, Dia melarang mereka memberitakan kabar baik kepada orang Samaria dan melarang mereka memasuki wilayah Samaria.
Matius 10:5-6“Kedua belas murid itu diutus oleh Yesus dan Ia berpesan kepada mereka: “Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.”
Saudara, Yesus memang melarang murid-murid-Nya, namun Ia sendiri dengan sengaja melintasi dan masuk ke kota Sikhar.
Yesus sudah tahu bahwa waktunya untuk dikorbankan semakin dekat sehingga Dia menyelesaikan tugas-Nya dalam memberitakan kabar baik (Injil Kerajaan Allah atau Injil Keselamatan) kepada Israel.
Pemberitaan kabar baik ini dimulai dari Yerusalem, seluruh Yudea, Samaria, sampai ujung bumi melalui murid-murid-Nya dan gereja-Nya kelak.
Ketika berada di Samaria, Yesus melayani seorang perempuan Samaria ketika murid-murid-Nya pergi mencari makanan.
Ketika para murid kembali dari membeli makanan, maka mereka mengajak Yesus untuk makan dan terjadilah percakapan berikut:
Yohanes 4:31-34“Sementara itu murid-murid-Nya mengajak Dia, katanya: “Rabi, makanlah.” Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: “Pada-Ku ada makanan yang tidak kamu kenal.” Maka murid-murid itu berkata seorang kepada yang lain: “Adakah orang yang telah membawa sesuatu kepada-Nya untuk dimakan?” Kata Yesus kepada mereka: “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.”
Yesus senantiasa memikirkan tugas-tugas yang diperintahkan oleh Bapa-Nya.
Itulah sebabnya Yesus selalu berdoa untuk menantikan arahan dari Bapa-Nya.
Bahkan, Dia dengan jelas mengatakan bahwa makanannya adalah melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan Bapa-Nya.
Yesus dengan jelas menyatakan bahwa Dia akan menyelesaikan tugas-Nya.
Matius 16:21“Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.”
Sementara itu, Petrus, salah seorang murid-Nya:
Matius 16:22“Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.”
Petrus berpikir bahwa tidak mungkin Yesus diperlakukan seperti itu.
Setelah melihat dan mengikuti kehidupan Yesus selama tiga tahun, Petrus berkata bahwa hal tersebut tidak akan terjadi pada Yesus.
Baginya, Yesus adalah Mesias yang berkuasa dan akan memerintah Israel, tidak mungkin dapat dibunuh dengan cara yang begitu mudah.
Karena pemikiran itulah, Petrus menegur Yesus, namun Yesus berbalik menegur Petrus:
Matius 16:23“Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.”
Saudara, Rasul Paulus dengan jelas menyatakan bahwa Gereja Tuhan atau jemaat Yesus Kristus di akhir zaman ini seharusnya memikirkan hal-hal yang ada di surga:
Kolose 3:1-2“Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.”
Saudara, oleh karena itu, marilah kita merenungkan firman Tuhan yang tertulis dengan sungguh-sungguh agar kita dapat mengalami kepenuhan Kristus:
2 Timotius 3:16-17“Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.”
Jadi, marilah kita terus belajar setiap hari untuk membaca dan merenungkan firman Tuhan melalui Alkitab kita, dalam saat teduh, doa dan penyembahan.
Dengan demikian, kita akan mendapatkan arahan dari Tuhan melalui firman-Nya yang diterangi oleh Roh Kudus sehingga kita dapat bertumbuh menjadi seperti Yesus yang senantiasa berdoa kepada Bapa untuk meminta bimbingan.
Yesus senantiasa memikirkan apa yang telah direncanakan oleh Bapa-Nya.
Tidak ada satu pun tindakan Yesus yang keluar dari rencana Bapa, kecuali satu kali ketika Dia pernah berdoa.
Namun, pada akhirnya, Yesus tetap menaati kehendak Bapa-Nya:
Matius 26:36-39“Maka sampailah Yesus bersama-sama murid-murid-Nya ke suatu tempat yang bernama Getsemani. Lalu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: “Duduklah di sini, sementara Aku pergi ke sana untuk berdoa.” Dan Ia membawa Petrus dan kedua anak Zebedeus serta-Nya. Maka mulailah Ia merasa sedih dan gentar, lalu kata-Nya kepada mereka: “Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku.” Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.”
Mengapa hal itu terjadi? Yesus adalah 100% manusia dan 100% Allah.
Sebagai manusia, Ia merasakan kegentaran saat menghadapi kejadian yang akan terjadi keesokan harinya ketika Dia akan mengalami siksaan, aniaya dan penyaliban.
Apakah Yesus takut akan kematian-Nya? Tidak, sebab kematian Yesus terjadi karena Yesus sendiri menyerahkan nyawa-Nya kepada Bapa.
Bukan kematian yang ditakutkan oleh Yesus Kristus, melainkan saat Dia ditinggalkan oleh Bapa-Nya.
Dari kekekalan sampai kekekalan, Allah Tritunggal tidak pernah terpisah dan Yesus Kristus yaitu Firman Allah yang hidup tidak pernah berpisah dengan Bapa-Nya.
Dalam kemahatahuan-Nya, Ia mengetahui bahwa akan tiba saatnya ditinggalkan oleh Bapa-Nya.
Hal Inilah yang membuat Dia takut.
Matius 27:46“Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eli, Eli, lama sabakhtani?” Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”
Yohanes 1:1“Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah.”
Allah Tritunggal mengalami perpisahan ketika Yesus melakukan rencana Allah yaitu menebus dosa dunia.
Sebagai Anak Domba Allah, Yesus ditinggalkan oleh Bapa karena semua dosa dunia dipikulkan kepada-Nya.
Dosa itu melumuri dan menyelimuti Yesus, sehingga Bapa berpaling dan meninggalkan Yesus sendiri di atas kayu salib.
Hal inilah yang membuat Yesus sedih, berduka dan gentar.
Oleh sebab itu, Dia berdoa agar cawan murka Allah dilewatkan dari-Nya, tetapi Yesus berdoa, “Bukan kehendak-Ku melainkan kehendak-Mu, yang jadi.”
Jika selama di bumi Yesus selalu memikirkan apa yang dipikirkan oleh Bapa-Nya, maka sepatutnya kita juga senantiasa memikirkan apa yang Kristus pikirkan di surga.
Apa yang menjadi keinginan utama Kristus? Sepatutnya itulah yang menjadi tugas utama kita.
Kita harus memikirkan bagaimana tugas tersebut dilaksanakan. Tugas utama gereja adalah Amanat Agung Kristus. Inilah yang seharusnya menjadi pokok pikiran kita.
Haleluya, puji Tuhan, Amin.
Apa yang dapat jemaat lakukan agar kita dapat memikirkan apa yang Allah pikirkan?