Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Hukum manakah yang paling terutama menurut Tuhan Yesus?
Hukum kedua manakah yang sama seperti hukum pertama?
Yesus pasti mengetahui bahwa golongan Saduki adalah salah satu golongan yang paham betul dan” taat” dengan ajaran hukum Taurat.
Orang Saduki itu bertanya tentang hukum manakah yang paling utama dalam kitab suci?
maka jawab Yesus: “Hukum yang terutama: dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa.
Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.
Hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini.”
JawabanNya sama seperti isi doa “Shema Israel” yang pasti diketahui dan selalu diucapkan oleh orang-orang Yahudi termasuk orang Saduki pada masa itu.
Bahkan jawaban Yesus ditegaskan kembali oleh ahli Taurat.
Dengan kata lain ahli Taurat mengakui dan setuju dengan jawaban Yesus (perlu di ingat, sangat jarang kita temui bahwa ahli taurat setuju dengan perkataan Yesus).
Berbicara dalam konteks agama, Kristen adalah agama yang dikenal mengajarkan tentang hukum Kasih dibandingkan dengan agama – agama lain yang ada di dunia saat ini.
Surat 1 Yohanes 4:8c mengatakan “Sebab Allah adalah Kasih”. Yang dibuktikan Bapa mengutus anakNya ke dunia ini untuk menderita, memberikan nyawaNya mati di kayu salib untuk menebus dosa manusia.
Itulah bukti nyata bahwa Allah yang berinisiatif mengasihi kita. KasihNya tanpa batas.
Selama Dia hidup 33,5 thn lamanya, Yesus selalu konsisten menunjukkan perbuatan kasih dimanapun Dia berada.
Pertanyaan untuk kita semua yang percaya kepada Dia, apakah kita sungguh-sungguh mengasihi Dia?
Mari kita buktikan dengan tindakan nyata, misalkan konsisten sabar terhadap orang-orang yang membuat kita marah atau kesal, mengasihi orang yang mungkin pernah mengecewakan atau merugikan kita.
Kita mengampuni orang yang bersalah kepada kita, bersedia dengan tulus berbuat baik dengan memberikan “bantuan apa saja” yang kita mampu.
Renungan hari ini mengingatkan kita kembali, apakah betul kita mengasihi Allah yang tidak bisa dilihat oleh mata, sedangkan manusia yang kita bisa lihat terkadang sulit untuk kita kasihi?
Hal itu sesuai dengan hukum kasih yang diajarkan oleh Tuhan Yesus sendiri.
Saudaraku, marilah kita terus belajar untuk saling mengasihi sesama manusia, sebab kasih itu berasal dari Allah.
Setiap orang yang mengasihi lahir dan mengenal Allah.
Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih. (lihat 1 Yohanes 4:7-8).
Dalam melakukan tindakan kasih itu, tidak perlu berlama-lama dalam teori. Mari kita belajar bersama-sama melakukannya! Mulai dari diri kita sendiri, mulai dari hal-hal kecil atau sederhana dan mulailah dari hari ini!
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Mengapa Yesus menekankan pentingnya kesatuan murid-murid seperti kesatuan antara Dia dan Bapa?
Bagaimana Yesus menggambarkan peran-Nya dalam menjaga para murid selama Ia ada di dunia?
Yesus tahu bahwa Ia akan segera disalibkan, bahwa saatnya akan tiba, Dia akan kembali kepada Bapa dan akan meninggalkan murid-murid-Nya.
Yesus merasakan kesedihan karena akan berpisah secara fisik dari murid-muridNya, yang telah berjalan bersama-Nya selama tiga tahun.
Namun, doa-Nya bukan doa keluhan, melainkan penyerahan diri kepada Bapa, yang menunjukkan kedamaian dan pengharapan yang dalam.
Seluruh isi doa-Nya menunjukkan betapa dalam kasih Yesus kepada murid-murid-Nya.
Ia berdoa agar mereka dipelihara, disatukan, dikuduskan, dan mengalami kemuliaan bersama-Nya.
Ini menunjukkan kerinduan Yesus agar mereka tetap dekat dengan Allah meskipun Ia pergi.
Yesus berpikir tentang kondisi murid-murid-Nya. Ia menyadari mereka akan menghadapi tantangan besar tanpa kehadiran fisik-Nya.
Maka Ia berdoa agar mereka tetap dalam kasih dan kesatuan, sama seperti kesatuan antara Yesus dan Bapa.
Yesus juga sadar bahwa dunia akan membenci murid-murid-Nya karena mereka memiliki firman-Nya dan hidup dalam kebenaran.
Oleh karena itu Ia berdoa untuk perlindungan mereka dari yang jahat.
Ia tidak meminta agar mereka diambil dari dunia, tetapi agar mereka dikuatkan.
Dan yang luar biasa, Tuhan Yesus juga berpikir tentang kita, generasi yang akan percaya melalui pemberitaan para murid. Ia berdoa agar semua orang percaya dari zaman ke zaman menjadi satu, sehingga dunia dapat melihat kasih Allah yang nyata.
Tuhan Yesus menutup doa-Nya dengan menyatakan kerinduan-Nya agar semua orang percaya melihat kemuliaan-Nya, yaitu berada bersama-Nya kelak dalam kekekalan.
Ia ingin kita umat tebusan-Nya mengalami kasih-Nya, yaitu Kasih yang telah ada sebelum dunia dijadikan.
Doa Yesus ini mengungkapkan bahwa di saat-saat paling berat menjelang penderitaan-Nya, Yesus tidak memikirkan diri-Nya sendiri, tetapi memikirkan kita. Tuhan Yesus mengasihi kita umat tebusan-Nya, dan sebagai bentuk tanggung jawab sebagai Gembala Agung atas murid-murid-Nya.
Yesus berdoa agar kita: dipelihara dalam kebenaran, dilindungi dari si jahat. disatukan dalam kasih, dipenuhi dengan sukacita surgawi dan mengalami kemuliaan kekal bersama-Nya.
Saudara, dalam kelompok pemuridan, diskusikan apakah engkau hidup dalam kesatuan, ataukah engkau membiarkan perpecahan, kebencian, atau ego menguasai relasimu dengan saudara seiman? Dan ketika engkau menghadapi tantangan, apakah engkau percaya bahwa Tuhan tidak membiarkanmu sendirian?
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Bagaimana sikap kita ketika diperlakukan secara tidak adil?
Hal-hal apa saja yang membuat seseorang tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah?
1 Korintus 6:7 ”Adanya saja perkara di antara kamu yang seorang terhadap yang lain telah merupakan kekalahan bagi kamu. Mengapa kamu tidak lebih suka menderita ketidakadilan? Mengapakah kamu tidak lebih suka dirugikan?”
Firman Tuhan ini adalah tentang perilaku dengan kategori: the next level! Tuhan ingin membawa umat-Nya untuk masuk dalam tingkatan rohani yang semakin tinggi.
Yang pertama. “Adanya saja perkara di antara kamu yang seorang terhadap yang lain telah merupakan kekalahan bagi kamu”.
Hal ini berarti Tuhan ingin agar ada kerukunan yang sejati di antara saudara seiman.
Ini bisa terwujud jika satu dengan yang lain saling mengasihi dan mudah untuk memberikan pengampunan.
Alkitab memberikan contoh bagaimana perbedaan pendapat terjadi antara Petrus dan Paulus (lihat Galatia 2:11-14).
Paulus menegur Petrus karena Petrus bersikap munafik yaitu dia makan sehidangan dengan saudara-saudara yang tidak bersunat, tetapi setelah orang Yahudi datang, ia mengundurkan diri dan menjauhi mereka karena takut akan saudara-saudara yang bersunat.
Petrus dengan rendah hati menyadari bahwa dia salah dan menyebut Paulus sebagai sebagai “saudara kita yang kekasih” (2 Petrus 3:15).
Yang kedua. “Mengapa kamu tidak lebih suka menderita ketidakadilan? Mengapakah kamu tidak lebih suka dirugikan?” Saudara,hanya orang yang dewasa rohani yang bisa tetap bersukacita ketika diperlakukan tidak adil.
Untuk tujuan yang lebih besar, Tuhan ingin agar kita mampu untuk mengalah, dirugikan tanpa mengorbankan kebenaran.
Ingat bagaimana sikap Abraham kepada Lot seperti yang terdapat dalam Kejadian 13:1-18.
Pada waktu itu, Abraham dan keponakannya, Lot, memiliki harta yang sangat banyak, sehingga terjadi pertengkaran di antara para pegawai mereka.
Abraham sebagai paman, dia bisa meminta keponakannya, Lot, untuk berpindah ke tempat yang lebih jauh.
Tetapi apa yang dilakukan Abraham adalah dia meminta Lot untuk memilih tempat terlebih dulu.
“Baiklah pisahkan dirimu dari padaku; jika engkau ke kiri, maka aku ke kanan, jika engkau ke kanan, maka aku ke kiri.” (Kejadian 13:9).
Dan Lot memilih tanah yang tampak lebih subur, yaitu wilayah lembah sungai Yordan yang di situ terdapat kota Sodom dan Gomora.
Abraham bersedia mengalah, dia bersedia melepaskan hak sebagai yang lebih senior, dia bersedia untuk rugi dengan memilih tanah yang lebih tandus.
Dan akhir cerita, kita tahu bahwa ternyata Lot salah memilih, lokasi tanah yang tampak lebih subur ternyata menyimpan kejahatan dan dosa yang sangat buruk.
Saudara, dalam kelompok pemuridan, diskusikan tentang bagaimana konflik sering terjadi, misalnya berebut warisan antar saudara. Diskusikan bagaimana solusi hal-hal seperti itu menurut kebenaran Firman Tuhan.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Manakah yang lebih berharga: melakukan mujizat kesembuhan atau melakukan kehendak Bapa?
Manakah yang lebih penting: berkhotbah atau mentaati perintah Tuhan?
Setiap orang yang mengasihi Tuhan, mereka akan rindu untuk melayani Tuhan sesuai dengan bakat dan karunia rohani yang mereka miliki.
Ada yang dipanggil dalam pelayanan musik dan pujian: sebagai penyanyi di gereja, worship leader, pemusik, ikut dalam paduan suara dan sebagainya.
Ada orang-orang tertentu yang memiliki kharisma khusus dalam berkhotbah sehingga jika berkhotbah, maka banyak orang yang dikuatkan, dimotivasi, diteguhkan.
Atau orang yang memiliki karunia melakukan mujizat (1 Korintus 12:28), sehingga dia banyak melakukan mujizat kesembuhan, mengusir roh jahat bahkan membangkitkan orang mati.
Ya, banyak orang yang dipanggil untuk melayani dan mereka akan melayani sesuai dengan talenta dan panggilan Allah.
Baik sebagai diaken, penginjil, pengajar, pendeta, pengkhotbah, misionaris atau utusan misi.
Semua itu baik jika dilakukan dengan benar.
Tetapi Tuhan memberikan peringatan yang sangat keras bagi umat Tuhan, termasuk para hamba Tuhan: diaken, pendeta, pengkhotbah dan semua orang yang acap kali disebut sebagai pelayan Tuhan.
Peringatan itu adalah: “Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!” (Matius 7:22,23).
Ini adalah peringatan bagi kita semua, terlebih bagi kita yang sudah melayani Tuhan.
Karena Tuhan menilai bukan dari apa yang tampak kita lakukan, tetapi bagaimana seseorang melakukannya.
Orang bisa melakukan banyak pelayanan rohani yang hebat, tetapi ketika motifnya adalah agar orang memuji dia, menghormati dia, maka sesungguhnya dia bukan sedang melani Tuhan, tetapi melayani ego atau keinginannya sendiri.
Tuhan ingin agar kita melakukan kehendak-Nya saja.
Karena hanya dengan melakukan kehendak-Nya, maka apa yang kita lakukan, termasuk pelayanan kita, menjadi berarti di hadapan Tuhan.
Saudara, dalam kelompok pemuridan, diskusikan tentang berbagai jebakan rohani, yaitu hal-hal yang tampak baik di mata manusia tetapi sesungguhnya itu adalah hal yang mendukakan Roh Kudus.