Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya saudara dapat mengikuti jalan ceritanya dan dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Siapakah yang disebut sebagai anak-anak dalam ayat 14 ini?
Siapakah yang takut kepada maut yang disebut dalam perikop ini?
Siapakah keturunan Abraham yang dimaksudkan dalam perikop ini?
Siapakah yang akan menjadi Imam Besar yang dimaksudkan dalam cerita ini?
Siapakah yang pernah di cobai dan hari ini menjadi penolong bagi mereka yang dicobai?
Saudara yang saya kasihi, kita sama-sama mengerti bahwa perikop ini bercerita tentang Yesus dan Israel sebagai saudara-Nya dari silsilah-Nya di bumi.
Yesus adalah anak Daud keturunan Yehuda, anak Yakub yang cucunya Abraham, yang berarti bahwa Yesus adalah keturunan Abraham juga.
“Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham.”(Matius 1:1).
Jadi Alkitab dengan jelas mengatkan bahwa Yesus adalah anak Abraham.
“Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan firman-Ku.”(Kejadian 22:18).
Jadi, memang Allah telah memilih Abraham sebagai nenek moyang orang percaya. Mereka yang percaya kepada Allah Bapa yang diperkenalkan Yesus Kristus, Yahwe, Yehova dan yang adalah Tuhan dari semua orang.
Dialah sesungguhnya Allah Bapa bagi semua golongan.
Saudara, jelaslah bahwa Allah sudah janji bahwa Dia yang akan membebaskan umat-Nya Israel dengan menjanjikan Mesias.
Namun, Israel menolak kehadiran Mesias yang dijanjikan oleh Allah bahkan mereka menyalibkan Mesias yang dijanjikan karena mereka tidak mengenal Yesus Kristus Sang Mesias.
Tujuan Yesus adalah untuk menyelamatkan umat manusia yang ada dalam tawanan setan.
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.”(Yohanes 3:16-17).
Dia datang sebagai Mesias bagi umat-Nya Israel yaitu bangsa-Nya sebagai anak manusia.
Yesus tahu bahwa mereka menolak diri-Nya karena bangsa itu telah menyimpang dan telah lama terlibat dengan penyembahan berhala sehingga mereka mendapatkan murka Allah dengan di buang ke seluruh penjuru bumi.
Namun oleh kesetiaan Allah terhadap janji-Nya kepada Abraham, maka Allah terus berusaha untuk menyatukan kembali umat-Nya ini dan akan mengembalikan mereka dari manapun mereka berada saat ini.
Sehingga pada tahun 1948, maka Republik Israel berdiri dan seluruh umat itu sedang kembali dari seluruh muka bumi untuk kembali ke Israel sebagai suatu bangsa yang utuh oleh anugerah Allah Yehova yang mereka sembah.
Untuk bangsa inilah, Yesus datang ke dunia ini.
Namun ketika Dia disalib, misinya bukan saja orang Israel tetapi seluruh penduduk bumi.
Namun masih ada keturunan Abraham yang lain berasal dari isterinya, Hagar, yang juga punya hak atas berkat Abraham.
Allah pernah berjanji kepada Abraham:
“Tentang Ismael, Aku telah mendengarkan permintaanmu; ia akan Kuberkati, Kubuat beranak cucu dan sangat banyak; ia akan memperanakkan dua belas raja, dan Aku akan membuatnya menjadi bangsa yang besar.”(Kejadian 17:20).
Allah tidak punya perjanjian dengan Ismael, namun Allah juga punya janji kepada Hagar, gundik Abraham.
“Lagi kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: “Aku akan membuat sangat banyak keturunanmu, sehingga tidak dapat dihitung karena banyaknya.” Selanjutnya kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: “Engkau mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan akan menamainya Ismael, sebab TUHAN telah mendengar tentang penindasan atasmu itu.”(Kejadian 16:10).
“Allah menyertai anak itu, sehingga ia bertambah besar; ia menetap di padang gurun dan menjadi seorang pemanah.”(Kejadian 21:20).
Saya percaya bahwa Allah juga akan memenuhi janji-Nya kepada Abraham dan Hagar supaya anaknya itu diberkati.
Setiap janji berkat bagi Abraham itu tidak saja berkata tentang hal-hal jasmani, tapi juga masalah rohani.
Rasul Paulus menuliskan itu dalam kitab Galatia 3:14:“Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu.”
Tuhan ingin agar anak-anak Ishak dan anak-anak Ismael beroleh Roh Kudus yang dijanjikan oleh Allah kepada Abraham.
Oleh karena itu, sudah saatnya kita melaksanakan janji Bapa itu supaya semua anak-anak Abraham di berkati dengan Roh Kudus yaitu orang-orang Yahudi dan orang-orang non Yahudi.
Orang Israel masih banyak yang tidak percaya pada Yesus Kristus apalagi orang-orang non Yahudi.
Inilah saatnya, kita memohon kepda Bapa supaya kita diberi belas kasihan dan keinginan untuk memberitakan Injil kepada orang-orang Yahudi dan orang-orang non Yahudi atau orang-orang non Kristen.
Haleluya, Puji Tuhan, Amen!
Mengapa kita segan memberitakan Injil Kasih Karunia kepada orang-orang Yahudi dan kepada orang-orang non Yahudi?
Karena ada golongan yang lebih menekankan pada hukum agama yang begitu sangat menuntut keamalan, kesalehan dan usaha.
KEMENANGANNYA TELAH MELUCUTI IBLIS DAN PEMERINTAHANNYA
Penulis : Pdt. Robinson Saragih
Pembacaan Alkitab Hari ini :
KOLOSE 2:12-15
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya saudara dapat mengikuti jalan ceritanya dan dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apakah yang dilambangkan oleh baptisan selam itu?
Apa yang menyebabkan kita dahulu sudah mati secara rohani, walaupun hidup secara jasmani?
Apa yang menyebabkan kita dihidupkan kembali oleh Allah?
Kapankah dosa kita yang dulu, sekarang dan yang akan datang di ampuni oleh Allah?
Dengan apa Allah mengampuni dosa kita?
Saudara, kehidupan Yesus yang tidak bercacat cela menyebabkan Yesus tidak patut di hukum atau menerima kematian sebagai hukuman dari kesalahan.
Yesus tidak pernah lalai, tidak ceroboh, tidak pernah khilaf, tidak berdusta, dan tidak ingkar janji.
Dia adalah domba Allah yang tidak bercacat cela sehingga Dia layak menjadi korban penghapus dosa dunia ini.
Namun, iblis sangat ingin menghabisi Yesus. Dalam pikiran iblis, jikalau Yesus dimusnahkan maka pengikut-pengikutNya akan hilang juga seperti kebanyakan orang-orang berkharisma di dunia ini ketika mereka meninggal dunia, maka pengikut mereka menjadi berkurang dan habis oleh zaman.
Sangat berbeda dengan Yesus justru ketika Dia dibunuh dan dikuburkan, maka Dia berkesempatan untuk menyerang iblis di kerajaan mautnya.
Ketika itu Dia mengambil semua kuasa yang pernah diambil setan dari adam di taman eden.
Ketika Yesus bangkit dari kematian, maka Dia berkata:
“Yesus mendekati mereka dan berkata: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.”(Matius 28:18).
Hidup kudus Yesus menyebabkan Bapa sangat puas dan Bapa berpesan kepadaNya:
“Dan kepada siapakah di antara malaikat itu pernah Ia berkata: “Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuh-Mu menjadi tumpuan kaki-Mu?” (Ibrani 1:13).
Saudara, kemenangan Yesus di dalam hidup hingga kematianNya telah melucuti iblis yang sering menjerat manusia untuk dijadikan hamba untuk iblis.
Yesus datang supaya kita dimerdekakan dan Yesus terus bekerja agar banyak manusia yang sudah di tawan oleh iblis bisa dimerdekakan.
Untuk itulah Dia pernah berkata:
“Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” (Kisah Para Rasul 1:8).
Allah Bapa akan membuat musuh Yesus sebagai tumpuan kakiNya melalui Roh Kudus dan Gereja atau tubuh Kristus.
Rasul Paulus mengatakan bahwa Yesus telah melakukan pendahuluan kemenangan itu di kayu salib.
“Ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangan-Nya atas mereka.”(Kolose 2:15).
Semua kekuasaan iblis telah dikalahkan oleh Yesus Kristus. Karena itu, maka marilah kita senantiasa hidup dalam kemenangan Tuhan.
Sebab itu, Tuhan mau supaya kita hidup dalam:
“Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!”(Filipi 4:4).
“Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus.”(Roma 14:17).
Bukan bersukacita karena usaha kita berhasil, tetapi karena Tuhan yang menganugerahkan keberhasilan itu.
Rasul Yohanes menulis dalam kitab Wahyu. Kitab yang ditulis untuk menuliskan apa yang dilihatnya dan yang dia dengar pada akhir zaman bahkan di sorga kelak.
“Dan aku mendengar suara yang nyaring di sorga berkata: “Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah kita, dan kekuasaan Dia yang diurapi-Nya, karena telah dilemparkan ke bawah pendakwa saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita. Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut. Karena itu bersukacitalah, hai sorga dan hai kamu sekalian yang diam di dalamnya, celakalah kamu, hai bumi dan laut! karena Iblis telah turun kepadamu, dalam geramnya yang dahsyat, karena ia tahu, bahwa waktunya sudah singkat.”(Wahyu 12:10-12).
Saudara, marilah dengan belas kasihan Bapa, kita memberitakan Injil Kasih Karunia kepada banyak orang yang belum percaya supaya kemenangan Yesus benar-benar dirasakan dan dinikmati oleh dunia ini sesuai misi Bapa kita.
Haleluya, Puji Tuhan. Amen!
Mengapa banyak anak-anak Tuhan mengalami kekuatiran, cemas dan ketakutan menghadapi kehidupan ini?
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya saudara dapat mengikuti jalan ceritanya dan dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Siapa yang di sebut sebagai ciptaan baru?
Apa yang sudah lalu dan apa yang datang?
Siapa yang mendamaikan Allah dengan manusia?
Apa yang tidak diperhitungkan oleh Allah dalam perdamaian diri-Nya dengan manusia?
Saudara yang kekasih, sejak kejatuhan Adam, Tuhan telah berjanji bahwa keturunan ular akan berseteru dengan keturunan perempuan (Hawa).
Yesus Kristus adalah keturunan perempuan yang dimaksud oleh Tuhan Allah. Yesus Kristus adalah anak dari perawan Maria, adalah Kristus (Mesias) yang dijanjikan oleh Allah yang akan menjadi seteru dari iblis.
Yesus Kristus, akan meremukkan kepala ular (iblis) dan iblis dapat memagut kaki Yesus Kristus dengan memakukan kaki-Nya di kayu salib.
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk meenyelamatkannya oleh Dia.” (Yohanes 3:16-17).
Yesus Kristus telah dinubuatkan akan menjadi korban untuk keselamatan umat manusia.
Dan Dia datang untuk dijadikan domba paskah Allah yang ditetapkan sebagai korban penghapus dosa dunia ini, yaitu untuk menyelamatkan umat manusia yang telah jatuh ke dalam dosa.
”Janganlah kamu menyangka bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.” (Matius 5:17).
Yesus hidup sebagai manusia dan Dia melakukan hidup sebagai Anak Bapa yang mengerjakan pekerjaan Bapa-Nya dan menyempurnakan penyelesaian pekerjaan Bapa.
Yesus Kristus setelah berumur tiga puluh tahun. Dia giat melakukan semua hukum-hukum Allah, untuk memenuhi syarat sebagai anak domba paskah Allah bagi dunia ini.
Dia sebagai manusia tidak boleh bercacat, kudus bagi kemuliaan dan kehormatan bagi Bapa yang sangat mengasihi dunia ini.
”Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya di dalam Di akita dibenarkan oleh Allah.” (2 Korintus 5:21).
Jadi melalui Yesus Kristus, kita bisa berdamai dengan Allah.
Murka Allah telah ditumpahkan di dalam tubuh Yesus ketika Dia disiksa dan disalibkan di Golgota.
Karena tubuh Yesus sebagai manusia telah berlumur dosa dunia ini maka itu sangat menjijikan bagi Bapa-Nya, sehingga Allah meninggalkan Dia di kayu salib sekarat sendirian.
Itulah sebab mengapa Yesus berkata:
“Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: ”Eli,Eli, lama sabakhtani?” Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Matius 27:46).
Bapa mana di dunia ini yang tega meninggalkan anaknya sekarat sendirian?
Namun itulah yang terjadi Ketika Yesus rela menggantikan kita di atas kayu salib, Dia sebagai pendamai, penebus dan pembela bagi kita orang berdosa.
Haleluya, Puji Tuhan, Amen!
Mengapa Yesus rela menjadi korban bagi kita orang berdosa?
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya saudara dapat mengikuti jalan ceritanya dan dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Siapa yang telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar itu?
Untuk apa anugerah dan janji-janji yang berharga diberikan kepada kita?
Dalam ayat 5, apakah Iman cukup? Apa yang harus ditambahkan?
Apa muara atau tujuan akhir dari Iman yang ditambahkan? (ayat 7)
Kita percaya dengan Iman, bahwa Yesus sudah mati dikayu salib untuk menanggung segala dosa-dosa kita dan tepat hari ini kita merayakan kebangkitanNya.
Ketika kita lahir baru, mengakui dan mempercayai Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat (percaya dengan sungguh-sungguh akan kematian Dia, kebangkitan Dia dan Dia naik ke sorga), maka secara Roh kita sudah memperoleh anugrah dan kuasa Ilahi, dan juga berhak mengambil bagian dalam kodrat Ilahi.
Mengambil bagian dalam kodrat Ilahi, bukan berarti kita menjadi Allah.
Mengambil bagian dalam kodrat Ilahi berarti kita dimampukan menjadi serupa dengan Dia, kita mampu melakukan apa yang Tuhan perintahkan, contoh: secara manusia (daging) kita akan kesulitan untuk berbuat baik, bekerja dengan baik, sulit untuk mengasihi orang lain atau bahkan diri sendiri, sulit untuk menguasai diri dan banyak keterbatasna kita.
Tetapi karena kita sudah menjadi ahli warisNya, maka kita dimampukan untuk melakukan hal- hal baik diatas.
Pertanyaannya adalah apakah hari-hari ini kita betul-betul menyadari, mengalami dan merasakan secara nyata kodrat Ilahi tersebut dalam kehidupan sehari-hari?
Sebagai orang-orang percaya yang telah diberi tanggung jawab menjadi seorang pelajar/mahasiswa, pengusaha, profesi atau karyawan, bahkan ibu rumah tangga kita telah dimampukan olehNya untuk mengambil dan menikmati segala kodrat Ilahi.
Contohnya ketika saya sebagai pelajar/mahasiswa yang pada awalnya memiliki prestasi akademik yang biasa-biasa saja, namun ketika percaya janji firmanNya maka saya dimampukan oleh Roh untuk belajar dengan baik, diberikan kemampuan dari Allah untuk mengerti apa yang diajarkan oleh guru atau dosen dan pada saat ujian berlangsung.
Oleh karena anugerahNya saya bisa memperoleh nilai pelajaran yang memuaskan atau yang semakin lebih baik.
Contoh lain, ketika saya sebagai karyawan atau profesi yang tidak memiliki jabatan tinggi di pabrik atau kantor, dengan gaji yang cukup bila tidak ingin dikatakan pas-pasan, tetapi saya diberikan kemampuan oleh Roh Kudus untuk bisa bekerja dengan baik, memiliki etos kerja yang baik dan integritas yang tinggi.
Sekalipun memiliki gaji yang pas-pasan tersebut, saya mampu mengelolanya dengan baik, bahkan diberikan kreativitas dari Roh Kudus sehingga mendapatkan pendapatan tambahan untuk bisa lebih memberkati orang lain.
Renungkan kebenaran Firman Tuhan hari ini, percayalah waktu Tuhan tetap ada dan kodrat Ilahi tersebut tidak akan hilang, meskipun tampaknya belum terjadi perubahan dengan hidup kita saat ini.
Sadarilah bahwa ketika kita percaya kepada Dia dengan sungguh-sungguh, kita boleh mengambil bagian dalam kodrat Ilahi.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya saudara dapat mengikuti jalan ceritanya dan dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apa yang dapat membuat kita mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas?
Bagaimana kita dapat bersungguh-sungguh saling mengasihi?
Dari benih seperti apa kita telah dilahirkan kembali?
Apa yang tetap untuk selama-lamanya?
Ketika dilahirkan kembali sebagai orang percaya kita dikuduskan oleh darah Yesus, namun dalam perjalanan kehidupan kita mengikut Tuhan tindakan ketaatan kepada kebenaraan adalah bagian kita untuk mempertahankan kekudusan yang Tuhan berikan.
Ayat firman Tuhan hari ini mengingatkan kita bahwa untuk dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas diperlukan ketaatan kepada kebenaran, hal ini berarti Tuhan menghendaki kita bukan hanya sebagai pendengar tetapi juga sebagai pelaku firman.
Kasih yang tidak tulus ikhlas datang karena kedagingan sebagai akibat ketidaktaatan kita kepada kebenaran.
Orang dunia mengasihi karena ada maksud lain, bisa karena ingin dapat balasan, bisa karena ingin dihargai, bisa karena masalah ekonomi, bisa karena hawa nafsu, tidak ada kasih yang tulus ikhlas bagi orang yang tidak taat kepada kebenaran dan tidak dibawah pimpinan Roh Kudus.
Kasih yang tulus ikhlas sejatinya berasal dari Roh Kudus yang tinggal dalam hidup kita, sebagai manusia yang masih hidup dalam daging kita memiliki keterbatasan untuk dapat mengasihi dengan tulus ikhlas.
Untuk itulah Tuhan melatih dengan cara meminta kita untuk mentaati kebenaran demi kebenaran yang dinyatakan kepada kita.
Bagaimana dengan hidup kita saat ini?
Apakah kita benar-benar mengasihi saudara yang lain dengan tulus ikhlas?
Pertama-tama seperti yang dikatakan dalam ayat hari ini, jagalah kekudusan yang Tuhan berikan dengan taat kepada kebenaranNya.
Bagaimana kita bisa taat kepada kebenaranNya?
Kita lakukan kebenaranNya dalam setiap aspek hidup kita.
Kasih yang tulus ikhlas akan teruji lewat waktu, ketika ada kekecewaan apakah kita taat kepada kebenaran untuk mengampuni, ketika ada gesekan satu sama lain apakah kita taat kepada kebenaran untuk terbuka dan tetap sabar, ketika ada kesalahpahaman apakah kita bersedia mendengarkan dengan hati terbuka, apakah kita tetap dapat mengasihi dengan tulus ikhlas?
Selama kita taat kepada kebenaran pasti kita akan mengasihi dengan tulus ikhlas.
Renungkan kebenaran Firman Tuhan hari ini, adakah yang Tuhan inginkan untuk saudara lakukan? diskusikan dengan kelompok PA dan Persekutuan.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya saudara dapat mengikuti jalan ceritanya dan dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Sesuai perikop yang kita baca hari ini, apakah Saudara dipanggil untuk merdeka?
Apa yang harus kita lakukan dalam kemerdekaan yang Tuhan anugerahkan kepada kita?
Satu firman apa yang mencakup seluruh hukum Taurat?
Apa yang harus kita waspadai supaya jangan saling membinasakan?
Melayani orang lain oleh kasih adalah aktivitas yang Tuhan inginkan agar kita tidak mempergunakan kemerdekaan yang Tuhan berikan sebagai kesempatan untuk berbuat dosa.
Melayani orang lain membuat waktu yang berharga yang Tuhan berikan tidak menjadi sia-sia, salah satu sebab manusia jatuh dalam dosa ialah karena menggunakan waktunya untuk memikirkan dirinya sendiri atau fokus kepada kepentingan diri sendiri.
Melayani oleh kasih juga menimbulkan sukacita yang meluap seperti pernah dialami oleh jemaat Makedonia dalam 2 Korintus 8:2-4:“Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan. Aku bersaksi, bahwa mereka telah memberikan menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka. Dengan kerelaan sendiri mereka meminta dan mendesak kepada kami, supaya mereka juga beroleh kasih karunia untuk mengambil bagian dalam pelayanan kepada orang-orang kudus”.
Jemaat Makedonia merupakan contoh bagaimana mempergunakan kemerdekaan untuk dapat melayani orang lain, bahkan mereka meminta dan mendesak Paulus supaya dapat ambil bagian dalam pelayanan kepada orang-orang kudus.
Jemaat Makedonia mempunyai alasan untuk fokus pada diri mereka sendiri karena seperti yang dicatat Paulus bahwa mereka dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan dan sangat miskin.
Pelayanan kasih dan tulus yang mereka lakukan membuktikan bahwa ketika mereka tidak fokus dengan diri mereka sendiri tetapi mereka memutuskan untuk dapat melayani orang lain, akan menghasilkan buah sukacita sejati dalam kehidupan mereka.
Mari kita melayani melalui karunia dan panggilan yang Tuhan percayakan kepada kita dengan motivasi kasih.
Kita akan menuai sukacita sejati ketika fokus untuk memikirkan bagaimana ikut ambil bagian dalam pelayanan.
Saudara, waktu yang Tuhan berikan kepada kita di dunia sangatlah singkat, namun bila kita menggunakannya untuk melayani dengan kasih maka anugerah kemerdekaan dari perbudakan dosa yang diberikan Tuhan kepada kita tidak menjadi sia-sia.
Renungkan kebenaran Firman Tuhan hari ini, adakah yang Tuhan inginkan untuk saudara lakukan? diskusikan dengan kelompok PA dan Persekutuan.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya saudara dapat mengikuti jalan ceritanya dan dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apa yang sesungguhnya terjadi ketika seseorang membenci saudaranya?
Bagaimana hubungan sesama saudara seharusnya di dalam terang?
Apa yang terjadi ketika seseorang berada dalam kegelapan?
Apakah yang membutakan mata seseorang?
Kehidupan di dalam terang sudah seharusnya diwarnai dengan kasih, mengasihi satu sama lain sebagai saudara seiman adalah hal yang Tuhan kehendaki dan itulah hukum kedua yang Yesus sebutkan setelah mengasihi Tuhan dengan segenap jiwa dan dengan segenap akal budi dan dengan segenap kekuatan.
Kebencian bukanlah karakter ilahi, iblis dapat menipu kita dengan menaburkan kebencian diantara saudara seiman bila kita jatuh dalam tipuannya.
Ketika seseorang hidup dalam kebencian sudah pasti sedang hidup dalam kegelapan dan penyesatan, hal sesuai dengan firman Tuhan yang kita baca hari ini.
Kebencian bisa timbul karena banyak hal, salah satunya adalah karena tidak ada komunikasi yang baik sehingga iblis menggunakan ini untuk memecah belah dan menyesatkan.
Bila kita tidak menjaga hati dan pikiran seringkali bisa timbul benih kebencian ketika salah menafsirkan nasehat atau masukan sebagai sesuatu yang menyerang pribadi kita.
Marilah kita yang dewasa dalam Tuhan tetap berpikir baik sekalipun mungkin cara yang digunakan saudara kita tidak tepat di dalam memberikan masukan.
Memang ini bukanlah hal yang mudah karena kita juga punya hati yang bisa terluka, namun Yesus telah memberikan teladan melalui pengampunanNya yang diberikan kepada kita sekalipun Dia berduka karena dosa-dosa kita.
Saudara, mari kita belajar untuk mengkomunikasikan dengan baik maksud kita kepada saudara lain dan juga kepada pemimpin sehingga tidak ada benih kebencian yang timbul.
Bila hati kita penuh kasih dan ingin senantiasa hidup dalam terang maka kita harus terbuka dan siap juga untuk dinasehati satu sama lain dan terutama oleh pemimpin yang Tuhan tempatkan diatas kita.
Kita semua memang belum sempurna, selalu ada kelemahan diantara kita, namun mari kita memutuskan untuk memiliki hati yang tulus dan mengasihi, kita tahu bahwa senantiasa harus menjaga hati kita baik-baik.
Amsal 4:23 dalam terjemahan versi BIS memberikan kalimat yang cukup jelas: ”Jagalah hatimu baik-baik, sebab hatimu menentukan jalan hidupmu”.
Saudara, tidak ada yang tahu apa isi hati kita sesungguhnya kecuali Tuhan, namun waktu akan membuktikan siapa yang hidup dalam terang dan siapa yang hidup dalam kegelapan dan penyesatan, hatimu menentukan jalan hidupmu.
Renungkan kebenaran Firman Tuhan hari ini, adakah yang Tuhan inginkan untuk Saudara lakukan? diskusikan dengan kelompok PA dan Persekutuan.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya saudara dapat mengikuti jalan ceritanya dan dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Siapakah yang menjadi contoh atau teladan dalam saling mengasihi?
Seperti apakah contoh dari kasih yang terbesar?
Yohanes 15:13 “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.”
Untuk manusia berdosa, Yesus datang ke dunia.
Dia tidak pernah menunggu orang berbuat baik, sebelum Dia menawarkan kasih-nya, pengorbanan-Nya di kayu salib.
Saulus adalah orang yang memburu pengikut Kristus untuk kemudian dianiaya.
Yesus tidak menunggu Saulus untuk berubah menjadi baik, baru kemudian Dia menyatakan kasih-Nya.
Yang terjadi adalah Yesus menyatakan kasih-Nya terlebih dulu kepada Saulus, hingga Saulus kemudian menyadari dosa dan kesalahannya.
Saulus bertobat dan menjadi percaya kepada Yesus, hingga akhirnya dia dipakai menjadi rasul yang memberitakan Injil ke tempat-tempat yang jauh dan namanya diubah menjadi Paulus.
Kasih Yesus seperti inilah yang kemudian menjadi inspirasi bagi para rasul, para murid di gereja yang mula-mula, para pemberita Injil di abad-abad kemudian.
Sebagian dari mereka bahkan rela menjadi martir, mati bagi Kristus oleh karena begitu besar cinta mereka kepada Kristus, sehingga mereka lebih rela mati daripada harus menyangkal iman mereka.
Mengasihi Tuhan adalah hal yang utama, tetapi perintah Tuhan juga sangat jelas, yaitu agar kita saling mengasihi sama seperti Aku telah mengasihi kamu.
Standarnya memang sangat tinggi: “sama seperti Aku telah mengasihi kamu”.
Tetapi Tuhan tidak memerintahkan kita untuk langsung melompat ke standar yang paling tinggi.
Kita bisa berlatih mengasihi dengan melakukan tahapan-tahapan dari yang paling rendah hingga semakin tinggi.
Kita bisa mulai berlatih dari definisi kasih yang ada di 1 Korintus 13:4-7.
Kasih itu sabar: sudahkan kita sabar ketika kita ada di jalan raya dan melihat orang menghambat laju kendaraan kita. Apakah kita sabar dalam mendengarkan keluhan saudara kita, atau kita langsung ingin berbicara memberikan jawaban sebelum lawan bicara kita menjelaskan permasalahannya.
Kasih itu murah hati: seorang yang murah hati, hatinya seluas samudera, dia tidak mudah tersinggung, tidak baperan, tidak egois atau mementingkan ego atau harga dirinya, dia juga mudah untuk memberi ketika melihat orang yang berkekurangan.
Hari ini kita bisa belajar dari dua definisi kasih di atas dan melihat bagaimana dampaknya bagi orang lain.
Tuhan tidak memerintahkan kita langsung pada top level, memiliki kasih seperti Kristus, dan memang mustahil hal itu langsung dilakukan.
Saudara, di tengah keluargamu dan di tempat kerja, cobalah mulai untuk berlaku sabar dan murah hati.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya saudara dapat mengikuti jalan ceritanya dan dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Manakah yang lebih baik, iman untuk memindahkan gunung atau mengasihi sesama?
Apa yang dimaksud dengan kasih menutupi segala sesuatu?
Saling mengasihi satu dengan yang lain adalah perintah yang jelas, ada begitu banyak ayat di Alkitab yang menyatakan tentang kasih dan saling mengasihi.
Untuk itu ada enam hal yang kita bisa lakukan dalam menerapkan kasih kepada sesama:
Dengarkan dengan sungguh-sungguh lawan bicara kita: Orang ingin dan mendambakan untuk didengarkan yaitu suaranya didengar dan ucapannya diperhatikan. Saat kita mendengarkan, kita membuat orang lain merasa dilihat, dipahami, diperhitungkan dan diterima.
Jika Saudara mengajukan komplen, ya komplen saja, tanpa menghakimi.Ketika Saudara tidak menyukai sesuatu, bicarakan tentang sesuatu itu dan bukan tentang orang yang menyebabkannya. Jangan menghakimi, menyalahkan orang, terlebih kalau hanya atas dasar asumsi.
Memberikan jawaban tanpa niat untuk membantah.Hindari perselisihan, pertengkaran, dan konflik yang tidak perlu. Kalau memang tersedia waktu untuk berdiskusi, beradu argumen, lakukan dengan sopan, tenang dan hindari nada tinggi dalam ucapan kita.
Memberi tanpa mengharap kembali atau pamrih.Jika ada yang meminta bantuan kepada kita. Dan setelah Saudara pertimbangkan bahwa permintaan itu benar dan Saudara sanggup untuk memenuhi. Maka berikan sesuatu itu tanpa mengharapkan imbalan apa pun.
Bersikaplah toleran dan mudah memaafkan.Toleran bukanlah kompromi. Toleran berarti kita bersedia untuk tidak memaksakan “kebenaran” kita kepada orang lain. Tidak ada seorang pun yang sempurna! Termasuk kita, jadi mengapa harus memaksakan standar “kesempurnaan” kita kepada orang lain?
Usahakan untuk melakukan hal-hal yang disukai orang yang kita kasihi.Hal ini bisa dilakukan dengan menunjukkan minat dan penerimaan atas apa yang disukai orang yang Saudara kasihi. Sekali pun itu mungkin hal-hal yang tampak bodoh atau konyol. Khususnya dibutuhkan dalam hubungan suami dan isteri atau orangtua dan anak.
Saudara, di tengah keluargamu.
Coba mulai menerapkan beberapa tips untuk membagikan kasih seperti diuraikan di atas.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya saudara dapat mengikuti jalan ceritanya dan dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Teladan apa saja yang Paulus minta untuk ditunjukkan oleh Timotius kepada orang percaya?
Tentang karunia, apa yang Paulus ingatkan untuk dilakukan oleh Timotius?
Kita tahu bahwa Allah adalah Kasih dan yang mengasihi umat-Nya.
Banyak ayat dalam Alkitab yang mendukung hal ini.
Tetapi tahukan kita bahwa Allah juga adalah Allah yang setia.
Ya, benar.
Dan banyak ayat yang menyatakan hal ini, baik dalam Kitab Perjanjian Lama, maupun Perjanjian Baru.
Beberapa di antaranya:
Ratapan3:22-23 “Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!”
1 Yohanes 1:9 “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.”
1 Tesalonika 5:24 “Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapinya.”
Allah adalah Allah yang setia dan Tuhan ingin agar kita juga menjadi seorang yang setia.
Dari ayat yang kita baca, Paulus juga meminta agar Timotius menjadi teladan dalam: tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.
Kesetiaan sebagai buah Roh Kudus disebut sebagai buah ke delapan – Galatia 5:22.
Jadi potensi untuk setia telah Tuhan berikan di dalam kita. Yang harus kita lakukan adalah menerapkan kesetiaan dalam kehidupan sehari-hari.
Di area mana saja kita bisa setia:
Kita setia dalam mentaati Firman Tuhan. Dalam hal ini arti setia adalah ketaatan kita yang terus menerus kepada Tuhan dan Firman-Nya.
Di rumah, suami atau isteri haruslah setia kepada pasangannya, sampai maut memisahkan…
Di tempat kerja, setia bisa dimaknai sebagai loyalitas kita kepada atasan dan tempat kita bekerja.
Di gereja atau dalam pelayanan, setia bisa dimaknai sebagai hormat kita kepada pemimpin, bersedia untuk tunduk dan bertanggungjawab dengan tugas pelayanan yang menjadi tanggung jawab kita.
Sebagai pemimpin pelayanan, apakah pemimpin pemuridan dan persekutuan setia bisa dimaknai sebagai kesediaan kita untuk menjadi teladan dalam memenuhi nilai-nilai Firman Tuhan, tanggung jawab kita dalam mendoakan dan mengasihi orang-orang yang kita layani.
Itu semua adalah contoh yang tentu bisa kita kembangkan.
Saudara, dalam kelompok pemuridan diskusikan tentang bagaimana menerapkan prinsip kesetiaan ini secara konkrit di dalam berbagai komunitas yang diikuti.