Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Mengapa penulis Kitab Ibrani mengatakan bahwa ia akan kekurangan waktu untuk menuliskan cerita-cerita tentang pahlawan iman?
Apa yang dialami oleh Daud sebagai seorang yang beriman dan percaya kepada Tuhan?
Apa yang dialami oleh pahlawan-pahlawan iman dalam kehidupan mereka?
Mengapa para ibu-ibu menerima kembali anak-anak mereka yang sudah mati?
Saudara, dalam Kitab Ibrani pasal sebelas, diceritakan bagaimana para pahlawan iman hidup berdasarkan iman mereka dan bagaimana Tuhan Allah sangat mengasihi mereka.
Apa yang dituliskan oleh penulis Kitab Ibrani adalah benar.
Ibrani 11:1”Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.”
Ibrani 11:6”Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.”
Tanpa iman, tidak ada seorang pun yang dapat berkenan kepada Allah.
Karena imannya, manusia sangat dihargai dan dicintai oleh Tuhan Allah.
Seorang pahlawan iman yang dikenal sebagai bapak orang beriman adalah Abraham.
Ketika Tuhan Allah memerintahkannya untuk keluar dari rumah ayahnya dan dari sanak keluarganya, bahkan untuk meninggalkan negerinya dia tidak berdiskusi atau mengajukan pertanyaan kepada Tuhan Allah, dia keluar dan pergi mengembara ke negeri yang belum dikenalnya.
Kejadian 12:1-3”Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: “Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.”
Saudara, tanpa berdiskusi atau bertanya kepada keluarganya maupun kolega-koleganya, Abram pergi meninggalkan sanak familinya.
Oleh karena janji-janji Tuhan Allah dan perintah untuk pergi, Abraham menaati perintah Tuhan.
Apa yang mendorongnya untuk menaati perintah Tuhan Allah?
Seorang laki-laki yang sudah berumur tujuh puluh lima tahun akan menjadi bangsa yang besar, tetapi istrinya, Sara adalah seorang perempuan mandul.
Apa yang mendorong Abram untuk bertindak keluar dari negeri dan sanak keluarganya?
Rasul Paulus menuliskan suratnya kepada jemaat di Roma, mengungkapkan suatu kebenaran yang menjadi dasar tindakan Abram:
Roma 4:18-21”Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: “Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.” Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup. Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah, dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan.”
Saudara, oleh karena iman, Abraham dibenarkan oleh Tuhan Allah, meskipun kita tahu bagaimana Abraham berbohong dan mengawini pembantu istrinya yaitu Hagar.
Namun, di hadapan Tuhan Allah dia sangat dimuliakan oleh Tuhan Allah.
Miliaran manusia hari ini mengaku sebagai anak Abraham. Semua orang yang percaya kepada keesaan Tuhan atau ketunggalan-Nya disebut orang beriman.
Tuhan Allah yang sangat baik itu sangat menghargai Abraham.
Tuhan Allah memilih Abraham karena dia mempercayai Tuhan.
Kita dapat belajar mengenai proses pertumbuhan iman Abraham yang jelas dituliskan oleh Tuhan Allah melalui nabi dan para rasul-Nya.
Musa menuliskan kisah Abraham dengan Firaun, raja Mesir:
Kejadian 12:10-20”Ketika kelaparan timbul di negeri itu, pergilah Abram ke Mesir untuk tinggal di situ sebagai orang asing, sebab hebat kelaparan di negeri itu. Pada waktu ia akan masuk ke Mesir, berkatalah ia kepada Sarai, isterinya: “Memang aku tahu, bahwa engkau adalah seorang perempuan yang cantik parasnya. Apabila orang Mesir melihat engkau, mereka akan berkata: Itu isterinya. Jadi mereka akan membunuh aku dan membiarkan engkau hidup. Katakanlah, bahwa engkau adikku, supaya aku diperlakukan mereka dengan baik karena engkau, dan aku dibiarkan hidup oleh sebab engkau.” Sesudah Abram masuk ke Mesir, orang Mesir itu melihat, bahwa perempuan itu sangat cantik, dan ketika punggawa-punggawa Firaun melihat Sarai, mereka memuji-mujinya di hadapan Firaun, sehingga perempuan itu dibawa ke istananya. Firaun menyambut Abram dengan baik-baik, karena ia mengingini perempuan itu, dan Abram mendapat kambing domba, lembu sapi, keledai jantan, budak laki-laki dan perempuan, keledai betina dan unta. Tetapi TUHAN menimpakan tulah yang hebat kepada Firaun, demikian juga kepada seisi istananya, karena Sarai, isteri Abram itu. Lalu Firaun memanggil Abram serta berkata: “Apakah yang kauperbuat ini terhadap aku? Mengapa tidak kauberitahukan, bahwa ia isterimu? Mengapa engkau katakan: dia adikku, sehingga aku mengambilnya menjadi isteriku? Sekarang, inilah isterimu, ambillah dan pergilah!” Lalu Firaun memerintahkan beberapa orang untuk mengantarkan Abram pergi, bersama-sama dengan isterinya dan segala kepunyaannya.”
Musa juga menuliskan kisah Abraham dengan Abimelek, raja Gerar:
Kejadian 20:1-7”Lalu Abraham berangkat dari situ ke Tanah Negeb dan ia menetap antara Kadesh dan Syur. Ia tinggal di Gerar sebagai orang asing. Oleh karena Abraham telah mengatakan tentang Sara, isterinya: “Dia saudaraku,” maka Abimelekh, raja Gerar, menyuruh mengambil Sara. Tetapi pada waktu malam Allah datang kepada Abimelekh dalam suatu mimpi serta berfirman kepadanya: “Engkau harus mati oleh karena perempuan yang telah kauambil itu; sebab ia sudah bersuami.” Adapun Abimelekh belum menghampiri Sara. Berkatalah ia: “Tuhan! Apakah Engkau membunuh bangsa yang tak bersalah? Bukankah orang itu sendiri mengatakan kepadaku: Dia saudaraku? Dan perempuan itu sendiri telah mengatakan: Ia saudaraku. Jadi hal ini kulakukan dengan hati yang tulus dan dengan tangan yang suci.” Lalu berfirmanlah Allah kepadanya dalam mimpi: “Aku tahu juga, bahwa engkau telah melakukan hal itu dengan hati yang tulus, maka Akupun telah mencegah engkau untuk berbuat dosa terhadap Aku; sebab itu Aku tidak membiarkan engkau menjamah dia. Jadi sekarang, kembalikanlah isteri orang itu, sebab dia seorang nabi; ia akan berdoa untuk engkau, maka engkau tetap hidup; tetapi jika engkau tidak mengembalikan dia, ketahuilah, engkau pasti mati, engkau dan semua orang yang bersama-sama dengan engkau.”
Saudara, pergumulan Abraham mengenai anaknya juga menghasilkan riwayat yang sangat panjang.
Sejak kasus itu hingga hari ini, selalu ada suasana yang memicu keributan.
Riwayat Abraham dengan gundiknya, Hagar, yang menghasilkan anak Ismael juga dituliskan oleh Musa dalam kitabnya:
Kejadian 16:1-16”Adapun Sarai, isteri Abram itu, tidak beranak. Ia mempunyai seorang hamba perempuan, orang Mesir, Hagar namanya. Berkatalah Sarai kepada Abram: “Engkau tahu, TUHAN tidak memberi aku melahirkan anak. Karena itu baiklah hampiri hambaku itu; mungkin oleh dialah aku dapat memperoleh seorang anak.” Dan Abram mendengarkan perkataan Sarai. Jadi Sarai, isteri Abram itu, mengambil Hagar, hambanya, orang Mesir itu, –yakni ketika Abram telah sepuluh tahun tinggal di tanah Kanaan–,lalu memberikannya kepada Abram, suaminya, untuk menjadi isterinya. Abram menghampiri Hagar, lalu mengandunglah perempuan itu. Ketika Hagar tahu, bahwa ia mengandung, maka ia memandang rendah akan nyonyanya itu. Lalu berkatalah Sarai kepada Abram: “Penghinaan yang kuderita ini adalah tanggung jawabmu; akulah yang memberikan hambaku ke pangkuanmu, tetapi baru saja ia tahu, bahwa ia mengandung, ia memandang rendah akan aku; TUHAN kiranya yang menjadi Hakim antara aku dan engkau.” Kata Abram kepada Sarai: “Hambamu itu di bawah kekuasaanmu; perbuatlah kepadanya apa yang kaupandang baik.” Lalu Sarai menindas Hagar, sehingga ia lari meninggalkannya. Lalu Malaikat TUHAN menjumpainya dekat suatu mata air di padang gurun, yakni dekat mata air di jalan ke Syur. Katanya: “Hagar, hamba Sarai, dari manakah datangmu dan ke manakah pergimu?” Jawabnya: “Aku lari meninggalkan Sarai, nyonyaku.” Lalu kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: “Kembalilah kepada nyonyamu, biarkanlah engkau ditindas di bawah kekuasaannya.” Lagi kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: “Aku akan membuat sangat banyak keturunanmu, sehingga tidak dapat dihitung karena banyaknya.” Selanjutnya kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: “Engkau mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan akan menamainya Ismael, sebab TUHAN telah mendengar tentang penindasan atasmu itu. Seorang laki-laki yang lakunya seperti keledai liar, demikianlah nanti anak itu; tangannya akan melawan tiap-tiap orang dan tangan tiap-tiap orang akan melawan dia, dan di tempat kediamannya ia akan menentang semua saudaranya.” Kemudian Hagar menamakan TUHAN yang telah berfirman kepadanya itu dengan sebutan: “Engkaulah El-Roi.” Sebab katanya: “Bukankah di sini kulihat Dia yang telah melihat aku?” Sebab itu sumur tadi disebutkan orang: sumur Lahai-Roi; letaknya antara Kadesh dan Bered. Lalu Hagar melahirkan seorang anak laki-laki bagi Abram dan Abram menamai anak yang dilahirkan Hagar itu Ismael. Abram berumur delapan puluh enam tahun, ketika Hagar melahirkan Ismael baginya.”
Saudara, pertumbuhan iman Abraham diuji oleh Tuhan. Tuhan meminta agar Ishak, anaknya, dipersembahkan sebagai korban bakaran dan Abraham menaati perintah Tuhan Allah tersebut.
Abraham menyediakan segala sesuatu untuk upacara persembahan korban bakaran termasuk kayu bakar, api, dan belati.
Pengorbanan ini dilakukan di sebuah gunung di daerah Moria yang berjarak tiga hari perjalanan.
Kejadian 22:7-19”Lalu berkatalah Ishak kepada Abraham, ayahnya: “Bapa.” Sahut Abraham: “Ya, anakku.” Bertanyalah ia: “Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk korban bakaran itu?” Sahut Abraham: “Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku.” Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama. Sampailah mereka ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Lalu Abraham mendirikan mezbah di situ, disusunnyalah kayu, diikatnya Ishak, anaknya itu, dan diletakkannya di mezbah itu, di atas kayu api. Sesudah itu Abraham mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya. Tetapi berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepadanya: “Abraham, Abraham.” Sahutnya: “Ya, Tuhan.” Lalu Ia berfirman: “Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku.” Lalu Abraham menoleh dan melihat seekor domba jantan di belakangnya, yang tanduknya tersangkut dalam belukar. Abraham mengambil domba itu, lalu mengorbankannya sebagai korban bakaran pengganti anaknya. Dan Abraham menamai tempat itu: “TUHAN menyediakan”; sebab itu sampai sekarang dikatakan orang: “Di atas gunung TUHAN, akan disediakan.” Untuk kedua kalinya berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepada Abraham, kata-Nya: “Aku bersumpah demi diri-Ku sendiri–demikianlah firman TUHAN–:Karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku, maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu sangat banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, dan keturunanmu itu akan menduduki kota-kota musuhnya. Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan firman-Ku.” Kemudian kembalilah Abraham kepada kedua bujangnya, dan mereka bersama-sama berangkat ke Bersyeba; dan Abraham tinggal di Bersyeba.”
Saudara, suatu teladan yang bisa kita ambil dari pahlawan iman ini adalah kejujuran dan kepercayaannya yang total, karena Abraham telah mengenal Tuhan Allah yang Maha Baik yang kasih-Nya tidak terbatas dan tidak bersyarat.
Haleluya, Puji Tuhan, Amin!
Bagaimana pertumbuhan imanmu? Apakah ada kekuatiran, kecemasan, atau bahkan ketakutan? Apa penyebab munculnya persoalan tersebut?
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Siapa yang mengirik gandum di tempat pemerasan anggur, dan mengapa?
Siapa yang dimaksud oleh Malaikat Tuhan dan disebut-Nya sebagai pahlawan yang gagah berani?
Mengapa Gideon mempertanyakan pernyataan Malaikat Tuhan yang mengatakan, “Tuhan menyertai kami”?
Apa yang diperintahkan oleh Tuhan kepada Gideon?
Apa jawaban Gideon?
Saudara, ketika Tuhan Allah ingin mengangkat seseorang menjadi alat-Nya, sering kali orang tersebut akan mengalami sesuatu yang sulit.
Hal ini juga terjadi pada Gideon ketika Tuhan ingin menjadikannya sebagai hakim di Israel.
Saat itu, Gideon sedang mengirik gandum di tempat pemerasan anggur agar bisa bersembunyi dari orang-orang Midian.
Mengapa Gideon bersembunyi? Tentu saja karena ia merasa takut.
Di tengah ketakutannya, Malaikat Tuhan menyapanya:
Hakim-hakim 6:11-12”Kemudian datanglah Malaikat TUHAN dan duduk di bawah pohon tarbantin di Ofra, kepunyaan Yoas, orang Abiezer itu, sedang Gideon, anaknya, mengirik gandum dalam tempat pemerasan anggur agar tersembunyi bagi orang Midian. Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya dan berfirman kepadanya, demikian: “TUHAN menyertai engkau, ya pahlawan yang gagah berani.”
Gideon, yang sedang ketakutan, disapa oleh Tuhan Allah dengan sebutan “Pahlawan yang Gagah Berani.”
Tuhan ingin memperlihatkan diri-Nya kepada Gideon dan memperkenalkan diri-Nya kepadanya.
Ketika seseorang bertemu dengan Tuhan, maka Tuhan akan memperkenalkan diri-Nya.
Jika seseorang mengenal Tuhan dengan benar, maka akan terjadi perubahan dalam diri orang tersebut.
Orang yang mengenal Tuhan dengan benar akan menjadi berani, berkuasa dan benar, serta mengalami pembaharuan bahkan mengalami kelahiran baru, pemulihan, dan pengurapan baru.
Ketika terjadi dialog dengan Tuhan, maka Tuhan Allah akan berfirman untuk meyakinkan, memerintah, atau mengajar.
Nah, itulah yang mengubah sikap dan pandangan, serta apa yang Tuhan ingin lakukan melalui orang tersebut.
Tuhan ingin supaya Gideon menjadi hakim di Israel, seorang penguasa sebelum zaman raja-raja di Israel.
Tuhan menetapkan Gideon sebagai hakim di Israel dan memerintahkannya untuk melepaskan Israel dari cengkeraman orang Midian.
Hakim-hakim 6:13-17”Jawab Gideon kepada-Nya: “Ah, tuanku, jika TUHAN menyertai kami, mengapa semuanya ini menimpa kami? Di manakah segala perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib yang diceritakan oleh nenek moyang kami kepada kami, ketika mereka berkata: Bukankah TUHAN telah menuntun kita keluar dari Mesir? Tetapi sekarang TUHAN membuang kami dan menyerahkan kami ke dalam cengkeraman orang Midian.” Lalu berpalinglah TUHAN kepadanya dan berfirman: “Pergilah dengan kekuatanmu ini dan selamatkanlah orang Israel dari cengkeraman orang Midian. Bukankah Aku mengutus engkau!” Tetapi jawabnya kepada-Nya: “Ah Tuhanku, dengan apakah akan kuselamatkan orang Israel? Ketahuilah, kaumku adalah yang paling kecil di antara suku Manasye dan akupun seorang yang paling muda di antara kaum keluargaku.” Berfirmanlah TUHAN kepadanya: “Tetapi Akulah yang menyertai engkau, sebab itu engkau akan memukul kalah orang Midian itu sampai habis.” Maka jawabnya kepada-Nya: “Jika sekiranya aku mendapat kasih karunia di mata-Mu, maka berikanlah kepadaku tanda, bahwa Engkau sendirilah yang berfirman kepadaku.”
Dialog inilah yang sering mengubah pandangan seseorang yang sedang dipersiapkan oleh Allah untuk menjadi pemimpin atas kehendak Allah.
Gideon meminta beberapa tanda untuk meyakinkan dirinya bahwa ia telah mendapatkan anugerah kasih karunia Tuhan untuk memimpin bangsa Israel dan melepaskan mereka dari cengkeraman orang Midian.
Hakim-hakim 6:33-35”Seluruh orang Midian dan orang Amalek dan orang-orang dari sebelah timur telah berkumpul bersama-sama; mereka telah menyeberang dan berkemah di lembah Yizreel. Pada waktu itu Roh TUHAN menguasai Gideon; ditiupnyalah sangkakala dan orang-orang Abiezer dikerahkan untuk mengikuti dia. Juga dikirimnya pesan kepada seluruh suku Manasye dan orang-orang inipun dikerahkan untuk mengikuti dia. Dikirimnya pula pesan kepada suku Asyer, Zebulon dan Naftali, dan orang-orang inipun maju untuk menggabungkan diri dengan mereka.”
Saudara, banyak orang yang ingin bergabung dengan seseorang yang ditunjuk Tuhan untuk menjadi pemimpin.
Hakim-hakim 7:1-7”Adapun Yerubaal–itulah Gideon–bangun pagi-pagi dengan segala rakyat yang bersama-sama dengan dia, lalu mereka berkemah dekat mata air Harod; perkemahan orang Midian itu ada di sebelah utaranya, dekat bukit More, di lembah. Berfirmanlah TUHAN kepada Gideon: “Terlalu banyak rakyat yang bersama-sama dengan engkau itu dari pada yang Kuhendaki untuk menyerahkan orang Midian ke dalam tangan mereka, jangan-jangan orang Israel memegah-megahkan diri terhadap Aku, sambil berkata: Tanganku sendirilah yang menyelamatkan aku. Maka sekarang, serukanlah kepada rakyat itu, demikian: Siapa yang takut dan gentar, biarlah ia pulang, enyah dari pegunungan Gilead.” Lalu pulanglah dua puluh dua ribu orang dari rakyat itu dan tinggallah sepuluh ribu orang. Tetapi TUHAN berfirman kepada Gideon: “Masih terlalu banyak rakyat; suruhlah mereka turun minum air, maka Aku akan menyaring mereka bagimu di sana. Siapa yang Kufirmankan kepadamu: Inilah orang yang akan pergi bersama-sama dengan engkau, dialah yang akan pergi bersama-sama dengan engkau, tetapi barangsiapa yang Kufirmankan kepadamu: Inilah orang yang tidak akan pergi bersama-sama dengan engkau, dialah yang tidak akan pergi.” Lalu Gideon menyuruh rakyat itu turun minum air, dan berfirmanlah TUHAN kepadanya: “Barangsiapa yang menghirup air dengan lidahnya seperti anjing menjilat, haruslah kaukumpulkan tersendiri, demikian juga semua orang yang berlutut untuk minum.” Jumlah orang yang menghirup dengan membawa tangannya ke mulutnya, ada tiga ratus orang, tetapi yang lain dari rakyat itu semuanya berlutut minum air. Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Gideon: “Dengan ketiga ratus orang yang menghirup itu akan Kuselamatkan kamu: Aku akan menyerahkan orang Midian ke dalam tanganmu; tetapi yang lain dari rakyat itu semuanya boleh pergi, masing-masing ke tempat kediamannya.”
Hakim-hakim 7:9-14”Pada malam itu berfirmanlah TUHAN kepadanya: “Bangunlah, turunlah menyerbu perkemahan itu, sebab telah Kuserahkan itu ke dalam tanganmu. Tetapi jika engkau takut untuk turun menyerbu, turunlah bersama dengan Pura, bujangmu, ke perkemahan itu; maka kaudengarlah apa yang mereka katakan; kemudian engkau akan mendapat keberanian untuk turun menyerbu perkemahan itu.” Lalu turunlah ia bersama dengan Pura, bujangnya itu, sampai kepada penjagaan terdepan laskar di perkemahan itu. Adapun orang Midian dan orang Amalek dan semua orang dari sebelah timur itu bergelimpangan di lembah itu, seperti belalang banyaknya, dan unta mereka tidak terhitung, seperti pasir di tepi laut banyaknya. Ketika Gideon sampai ke situ, kebetulan ada seorang menceritakan mimpinya kepada temannya, katanya: “Aku bermimpi: tampak sekeping roti jelai terguling masuk ke perkemahan orang Midian; setelah sampai ke kemah ini, dilanggarnyalah kemah ini, sehingga roboh, dan dibongkar-bangkirkannya, demikianlah kemah ini habis runtuh.” Lalu temannya menjawab: “Ini tidak lain dari pedang Gideon bin Yoas, orang Israel itu; Allah telah menyerahkan orang Midian dan seluruh perkemahan ini ke dalam tangannya.”
Saudara, melalui pengintaian yang dilakukan oleh Gideon, dia mendengar orang Midian menceritakan mimpinya.
Dari situ, Gideon menyadari bahwa Tuhan Allah berkehendak supaya Gideon menyerbu perkemahan orang Midian.
Hakim-hakim 7:15-22”Segera sesudah Gideon mendengar mimpi itu diceritakan dengan maknanya, sujudlah ia menyembah. Kemudian pulanglah ia ke perkemahan orang Israel, lalu berkata: “Bangunlah, sebab TUHAN telah menyerahkan perkemahan orang Midian ke dalam tanganmu.” Sesudah itu dibaginyalah ketiga ratus orang itu dalam tiga pasukan dan ke tangan mereka semuanya diberikannya sangkakala dan buyung kosong dengan suluh di dalam buyung itu. Dan berkatalah ia kepada mereka: “Perhatikanlah aku dan lakukanlah seperti yang kulakukan. Maka apabila aku sampai ke ujung perkemahan itu, haruslah kamu lakukan seperti yang kulakukan. Apabila aku dan semua orang yang bersama dengan aku meniup sangkakala, maka haruslah kamu juga meniup sangkakala sekeliling seluruh perkemahan itu, dan berseru: ‘Demi TUHAN dan demi Gideon!'” Lalu Gideon dan keseratus orang yang bersama-sama dengan dia sampai ke ujung perkemahan itu pada waktu permulaan giliran jaga tengah malam, ketika penjaga-penjaga baru saja ditempatkan. Lalu mereka meniup sangkakala sambil memecahkan buyung yang di tangan mereka. Demikianlah ketiga pasukan itu bersama-sama meniup sangkakala, dan memecahkan buyung dengan memegang obor di tangan kirinya dan sangkakala di tangan kanannya untuk ditiup, serta berseru: “Pedang demi TUHAN dan demi Gideon!” Sementara itu tinggallah mereka berdiri, masing-masing di tempatnya, sekeliling perkemahan itu, tetapi seluruh tentara musuh menjadi kacau balau, berteriak-teriak dan melarikan diri. Sedang ketiga ratus orang itu meniup sangkakala, maka di perkemahan itu TUHAN membuat pedang yang seorang diarahkan kepada yang lain, lalu larilah tentara itu sampai ke Bet-Sita ke arah Zerera sampai ke pinggir Abel-Mehola dekat Tabat.”
Hakim-hakim 7:25”Mereka berhasil menawan dua raja Midian, yakni Oreb dan Zeeb. Oreb dibunuh di gunung batu Oreb dan Zeeb dibunuh dalam tempat pemerasan anggur Zeeb. Mereka mengejar orang Midian itu, lalu mereka membawa kepala Oreb dan kepala Zeeb kepada Gideon di seberang sungai Yordan.”
Saudara, demikianlah Tuhan menyertai Gideon sehingga dia bisa menjadi pemenang.
Begitu juga kita, orang percaya, dapat menjadi pemenang karena Tuhan menyertai kita.
Dimanapun kita berada, Tuhan senantiasa menyertai kita.
Tuhan ingin agar kita selalu berhasil dan beruntung karena Dia menyertai kita dari dalam batin kita melalui Roh Kudus yang tidak pernah meninggalkan kita.
Dia berjanji akan menyertai kita sampai kepada kesudahan alam.
Haleluya, Puji Tuhan, Amin.
Mengapa banyak anak-anak Tuhan tidak selalu menang, bahkan seringkali mengalami kegagalan?
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Mengapa Yerusalem tidak perlu lagi takut, dan Sion tidak boleh menjadi lemah?
Siapa yang memberikan kemenangan?
Apa yang menyebabkan timbulnya rasa bercela?
Apa yang sedang terjadi pada Israel saat ini?
Saudara, sebagai konsekuensi dari perkataan-perkataan nenek moyang orang Yahudi saat mereka menyalibkan Yesus Kristus, yaitu Mesias yang dijanjikan, maka bangsa Israel mengalami penderitaan yang sangat berat dari zaman ke zaman.
Sejak tahun 70 Masehi, Israel hilang dari peta sejarah setelah Jenderal Titus menghancurkan kota-kota di Israel, terutama Yerusalem.
Matius 27:25”Dan seluruh rakyat itu menjawab: “Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!”
Nubuatan Yesus tentang Yerusalem terjadi pada tahun 70 Masehi, ketika tidak ada satu batu pun tersisa bertumpuk di reruntuhan Bait Allah.
Lukas 21:6“Apa yang kamu lihat di situ–akan datang harinya di mana tidak ada satu batupun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan.”
Bait Allah yang dibangun oleh Herodes sebagai pengganti Bait Allah Salomo adalah bangunan yang sangat megah karena dilapisi emas.
Ketika Jenderal Titus menghancurkannya, bangunan itu dibakar sehingga lapisan emas meleleh dan masuk ke celah-celah batu yang dipakai membangun Bait Allah.
Setelah bangunan tersebut hancur dan api padam, para tentara Romawi mencungkil setiap batu untuk mengambil lelehan emas yang masuk ke celah-celah batu itu sehingga benar-benar setiap batu dipisahkan oleh tentara-tentara itu untuk mendapatkan emasnya.
Kota Yerusalem yang megah itu hancur dan selama berabad-abad menjadi kota sunyi tanpa penghuni.
Seluruh negeri berubah menjadi gurun tandus karena Tuhan Allah benar-benar memakai bangsa-bangsa asing untuk menghancurkannya.
Tuhan menggunakan bangsa-bangsa asing sebagai sarana melampiaskan murka-Nya terhadap bangsa Israel karena penyembahan berhala terjadi di seluruh negeri, bahkan di Bait Allah menjadi tempat penyembahan kepada dewa-dewa yang disebut Tentara Langit.
Menurut Alkitab, Israel Utara yang dikenal sebagai kaum dari suku Efraim, anak Yusuf, bersekutu dengan sepuluh suku, sedangkan Yehuda hanya dihuni oleh dua suku, yaitu suku Yehuda dan suku Benyamin.
Nabi Zefanya telah menubuatkan bahwa akan ada masa pemulihan bagi negeri Israel, dan hal itu telah terjadi sejak tahun 1948, ketika Republik Israel didirikan.
Sejak saat itu, bangsa itu mengalami kemajuan yang sangat pesat.
Zefanya 1:4-6“Aku akan mengacungkan tangan-Ku terhadap Yehuda dan terhadap segenap penduduk Yerusalem. Aku akan melenyapkan dari tempat ini sisa-sisa Baal dan nama para imam berhala, juga mereka yang sujud menyembah di atas sotoh kepada tentara langit dan mereka yang menyembah dengan bersumpah setia kepada TUHAN, namun di samping itu bersumpah demi Dewa Milkom, serta mereka yang berbalik dari pada TUHAN, yang tidak mencari TUHAN dan tidak menanyakan petunjuk-Nya.”
Saudara, kita belajar bagaimana penyembahan berhala membuat Tuhan Allah sangat muak terhadap orang-orang Yahudi, khususnya suku Yehuda.
Tuhan begitu sebal melihat kota Yerusalem, dimana Bait Allah berada di dalamnya ternyata ada penyembahan berhala yaitu penyembahan kepada dewa langit yang disebut Tentara Langit.
Hal-hal inilah yang menyebabkan Tuhan Allah ingin agar negeri itu menjadi tandus dan ditinggalkan.
Sejak tahun 70 Masehi, orang-orang Yahudi mulai berdiaspora, keluar dari negeri mereka.
Banyak dari mereka dibenci oleh bangsa-bangsa lain, seperti bangsa Jerman dan bangsa Iran.
Lebih dari seribu tahun bangsa ini terbuang ke seluruh dunia dan meninggalkan negeri mereka.
Namun Tuhan Allah Yahwe yang disembah oleh Abraham, Ishak, dan Yakub, tetap menjadi Tuhan bagi bangsa Yahudi.
Ia adalah Tuhan yang panjang sabar, maha pemurah, pengampun, dan kasih-Nya tidak terbatas.
Pada abad ke-20, Inggris dan Prancis mulai menggagas pembentukan Negara Israel, yang diproklamasikan pada tahun 1948.
Sejak negara ini berdiri, Israel telah terlibat beberapa kali dalam perang karena negara-negara Arab di sekitarnya ada yang tidak ingin negara ini bangkit kembali.
Namun, negeri ini adalah bangsa yang dicintai oleh Tuhan Jehova, suatu kaum yang sengaja dibentuk oleh Tuhan untuk memperkenalkan diri-Nya.
Israel identik dengan bangsa penyembah Allah yang menyebut diri-Nya adalah “Aku adalah Aku. Tuhan yang tidak bernama, itulah Tuhan Allah, Yahwe.”
Pada saat perang, mereka selalu mengatakan bahwa peperangan mereka adalah peperangan Tuhan melawan musuh-Nya.
Dan nubuatan Zefanya:
Zefanya 3:20”Pada waktu itu Aku akan membawa kamu pulang, yakni pada waktu Aku mengumpulkan kamu, sebab Aku mau membuat kamu menjadi kenamaan dan kepujian di antara segala bangsa di bumi dengan memulihkan keadaanmu di depan mata mereka,” firman TUHAN.”
Saudara, nubuatan ini telah terjadi sejak tahun 1948, dan bangsa ini sudah eksis sebagai negara yang sangat maju.
Teknologinya berkembang pesat meskipun negara ini tergolong muda, namun sangat disegani karena persenjataannya.
Apa yang dinubuatkan oleh Zefanya sedang berlangsung yaitu negara ini memiliki nama yang dikenal dan sering dipuji, tetapi juga merupakan negara yang tidak disukai oleh negara-negara di sekitarnya.
Saat ini, orang-orang Yahudi sedang kembali pulang dari semua tempat dimana mereka berada sejak tahun 70 Masehi.
Bagi Yahudi, Tuhan adalah Tuhan yang memberi kemenangan dan sepatutnya anak-anak Tuhan juga memiliki pandangan yang sama, yaitu bahwa Tuhan adalah Tuhan yang selalu memberikan kemenangan.
Haleluya, Puji Tuhan, Amin.
Mengapa ada anak-anak Tuhan yang selalu mengeluh dan hidup seperti pecundang dan selalu merasa kalah?
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Kapan Musa dan bangsa Israel menyanyikan nyanyian ini?
Apa yang dilemparkan Tuhan ke dalam laut?
Siapakah Tuhan bagi Musa dan bangsa Israel?
Apa yang Tuhan benamkan ke dalam laut?
Saudara, ketika Musa memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir dan Tuhan memerintahkan mereka memasuki Tanah Kanaan yang dijanjikan kepada Abraham, maka bangsa Israel beberapa kali harus berperang untuk mempertahankan kebebasan yang telah mereka alami sebagai anugerah dari Tuhan Allah, Yahwe.
Cerita pada bagian firman yang dikutip adalah perang yang pertama. Tuhan Yahwe yang berperang bagi bangsa Israel.
Saat itu, bangsa Israel berada di tepi Laut Teberau dan mendirikan kemah di sana, dekat Pi-Hahirot, di depan Baal-Zefon.
Keluaran 14:10-31”Ketika Firaun telah dekat, orang Israel menoleh, maka tampaklah orang Mesir bergerak menyusul mereka. Lalu sangat ketakutanlah orang Israel dan mereka berseru-seru kepada TUHAN, dan mereka berkata kepada Musa: “Apakah karena tidak ada kuburan di Mesir, maka engkau membawa kami untuk mati di padang gurun ini? Apakah yang kauperbuat ini terhadap kami dengan membawa kami keluar dari Mesir? Bukankah ini telah kami katakan kepadamu di Mesir: Janganlah mengganggu kami dan biarlah kami bekerja pada orang Mesir. Sebab lebih baik bagi kami untuk bekerja pada orang Mesir dari pada mati di padang gurun ini.” Tetapi berkatalah Musa kepada bangsa itu: “Janganlah takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari TUHAN, yang akan diberikan-Nya hari ini kepadamu; sebab orang Mesir yang kamu lihat hari ini, tidak akan kamu lihat lagi untuk selama-lamanya. TUHAN akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja.” Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Mengapakah engkau berseru-seru demikian kepada-Ku? Katakanlah kepada orang Israel, supaya mereka berangkat. Dan engkau, angkatlah tongkatmu dan ulurkanlah tanganmu ke atas laut dan belahlah airnya, sehingga orang Israel akan berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering. Tetapi sungguh Aku akan mengeraskan hati orang Mesir, sehingga mereka menyusul orang Israel, dan terhadap Firaun dan seluruh pasukannya, keretanya dan orangnya yang berkuda, Aku akan menyatakan kemuliaan-Ku. Maka orang Mesir akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, apabila Aku memperlihatkan kemuliaan-Ku terhadap Firaun, keretanya dan orangnya yang berkuda.” Kemudian bergeraklah Malaikat Allah, yang tadinya berjalan di depan tentara Israel, lalu berjalan di belakang mereka; dan tiang awan itu bergerak dari depan mereka, lalu berdiri di belakang mereka. Demikianlah tiang itu berdiri di antara tentara orang Mesir dan tentara orang Israel; dan oleh karena awan itu menimbulkan kegelapan, maka malam itu lewat, sehingga yang satu tidak dapat mendekati yang lain, semalam-malaman itu. Lalu Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, dan semalam-malaman itu TUHAN menguakkan air laut dengan perantaraan angin timur yang keras, membuat laut itu menjadi tanah kering; maka terbelahlah air itu. Demikianlah orang Israel berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering; sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka. Orang Mesir mengejar dan menyusul mereka–segala kuda Firaun, keretanya dan orangnya yang berkuda–sampai ke tengah-tengah laut. Dan pada waktu jaga pagi, TUHAN yang di dalam tiang api dan awan itu memandang kepada tentara orang Mesir, lalu dikacaukan-Nya tentara orang Mesir itu. Ia membuat roda keretanya berjalan miring dan maju dengan berat, sehingga orang Mesir berkata: “Marilah kita lari meninggalkan orang Israel, sebab Tuhanlah yang berperang untuk mereka melawan Mesir.” Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Ulurkanlah tanganmu ke atas laut, supaya air berbalik meliputi orang Mesir, meliputi kereta mereka dan orang mereka yang berkuda.” Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, maka menjelang pagi berbaliklah air laut ke tempatnya, sedang orang Mesir lari menuju air itu; demikianlah TUHAN mencampakkan orang Mesir ke tengah-tengah laut. Berbaliklah segala air itu, lalu menutupi kereta dan orang berkuda dari seluruh pasukan Firaun, yang telah menyusul orang Israel itu ke laut; seorangpun tidak ada yang tinggal dari mereka. Tetapi orang Israel berjalan di tempat kering dari tengah-tengah laut, sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka. Demikianlah pada hari itu TUHAN menyelamatkan orang Israel dari tangan orang Mesir. Dan orang Israel melihat orang Mesir mati terhantar di pantai laut. Ketika dilihat oleh orang Israel, betapa besarnya perbuatan yang dilakukan TUHAN terhadap orang Mesir, maka takutlah bangsa itu kepada TUHAN dan mereka percaya kepada TUHAN dan kepada Musa, hamba-Nya itu.”
Demikianlah tindakan Tuhan menolong bangsa Israel, sehingga mereka menyadari bahwa Allah adalah Pahlawan. Haleluya, Puji Tuhan, Amin.
Dalam hal apa saja Tuhan telah memperlihatkan kepahlawanan-Nya kepadamu?
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Siapakah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus dan umat kepunyaan Allah sendiri?
Siapa yang dahulu bukan umat Allah tetapi sekarang menjadi umatNya?
Apa yang harus kita jauhkan dari kehidupan kita?
Mengapa kita harus memiliki cara hidup yang baik?
Sesuai dengan namanya surat ini ditulis oleh Rasul Petrus, salah satu dari dua belas rasul Yesus.
Petrus adalah tokoh yang sangat penting dalam perkembangan gereja mula-mula, dan perannya diakui dalam Kitab Kisah Para Rasul sebagai pemimpin jemaat.
Berdasarkan referensi surat ini ditulis pada masa di mana kekristenan mulai mengalami peningkatan penganiayaan, terutama di wilayah kekaisaran Romawi.
Surat ini ditujukan kepada para jemaat di Asia Kecil (Turki modern), khususnya di daerah seperti Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia, dan Bitinia -1 Petrus 1:1.
Jemaat-jemaat ini sebagian besar terdiri dari orang-orang non-Yahudi yang telah menjadi Kristen.
Mereka hidup di tengah masyarakat yang sebagian besar penyembah berhala dan sebagai orang Kristen, mereka menghadapi tekanan dan penganiayaan karena iman mereka yang berbeda dari kepercayaan mayoritas di daerah tersebut.
Kekristenan dianggap sebagai sekte asing, dan sering kali mereka disalahpahami atau bahkan diperlakukan dengan permusuhan.
Surat 1 Petrus 2 ini mendorong jemaat tetap beriman teguh meskipun menghadapi penganiayaan.
Ia juga menekankan pentingnya menjalani kehidupan yang saleh dan memberi kesaksian yang baik di tengah masyarakat non-Kristen, bahkan ketika mereka diperlakukan secara tidak adil.
Surat ini mengingatkan agar umat pilihan Allah memiliki cara hidup yang baik ditengah-tengah bangsa bukan Yahudi, hal ini merupakan tantangan tersendiri bagi mereka.
Namun kita meyakini bahwa kekristenan berkembang pesat pada masa itu karena murid-murid memiliki cara hidup yang berbeda dengan lingkungannya.
Di dalam penderitaan karena penganiayaan mereka menjadi sehati dan saling membantu, cara hidup mereka membedakan dengan lingkungan sosial pada masa itu sehingga banyak orang tertarik untuk bergabung dengan kumpulan murid-murid ini.
Sebutan sebagai “bangsa yang terpilih” membuat mereka menyadari bahwa gaya hidup murid-murid Kristus harus berbeda dengan gaya hidup umumnya masyarakat saat itu.
Tidak hanya diantara mereka ada kerukunan tetapi pada ayat selanjutnya (ayat 13 dst) memperlihatkan bagaimana mereka tunduk kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja maupun wali-wali yang diutusnya.
Firman Tuhan hari ini biarlah mengingatkan kita untuk berperilaku selayaknya sesuai gelar yang diberikan yaitu“ bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri”.
Di kantor, di tempat kita bekerja, di sekolah, di kampus baiklah kita memanifestasikan sebagai umat kepunyaan Allah yang memuliakan Dia melalui cara hidup kita.
Renungkan kebenaran Firman Tuhan yang kita baca hari ini. Pelajaran apa yang kita dapatkan dan komitmen apa yang akan kita lakukan di waktu dekat ini? Diskusikan dengan kelompok PA dan persekutuan.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Hal baik dan indah apa yang dinyatakan oleh Mazmur 133 ini?
Apa maksudnya minyak yang baik diatas kepala?
Apa yang Tuhan perintahkan turun ke orang-orang yang hidup dalam persaudaraan yang rukun?
Gunung Hermon terletak di ujung utara Israel, Gunung Hermon adalah gunung yang sangat tinggi dengan puncak mencapai sekitar 2.814 meter di atas permukaan laut.
Gunung ini terkenal karena sering tertutup salju, bahkan selama musim panas.
Pada masa PL Gunung Hermon adalah simbol kelimpahan air dan kesejukan.
Salju di puncaknya menghasilkan embun yang menyegarkan, dan embun ini diyakini turun ke lembah-lembah di sekitarnya, memberikan air yang vital bagi tanah yang lebih rendah.
Gunung Sion, di sisi lain berlokasi di Yerusalem, pusat ibadah bangsa Israel.
Dalam Alkitab, Gunung Sion sering melambangkan tempat pertemuan Tuhan dengan umat-Nya, pusat dari pemerintahan Allah di bumi, serta tempat di mana rumah Tuhan berada (yaitu Bait Allah).
Secara fisik, Gunung Hermon dan Gunung Sion berada sangat jauh satu sama lain (sekitar 332 km atau 5 ½ jam perjalanan dengan kendaraan), namun pemazmur menyatakan suatu kiasan akan pentingnya suatu kesatuan yang berkatnya mengalir hingga berdampak sangat jauh seperti embun Gunung Hermon turun ke atas Gunung Sion.
Ketika terjadi kerukunan di antara saudara-saudara maka Tuhan bisa memerintahkan berkat yang secara natural mustahil untuk terjadi namun karena kesatuan dan kesehatian berkat itu sampai kepada umatNya.
Kerukunan tidak hanya menciptakan damai sejahtera bagi kita yang mengalaminya tetapi juga membuat Tuhan memerintahkan berkatNya sampai kepada kita.
Pemazmur juga mengatakan bahwa kehidupan juga tercipta ketika terjadi kerukunan diantara Saudara.
Kehidupan dimanifestasikan dalam bentuk kesehatan dan pertumbuhan yang dialami oleh umat Tuhan secara korporat maupun secara pribadi.
Sudah seharusnya umat Tuhan mengalami berkat kehidupan, dimana terjadi pertumbuhan dan kehidupan yang sehat baik secara roh, jiwa maupun tubuh.
Tidak ada lagi yang sakit-sakitan dalam kumpulan umatNya karena semua mengalami sukacita dan hati yang gembira. Saudara, kita memerlukan kerukunan, karena itulah yang Tuhan kehendaki dan baik bagi umatNya.
Kerukunan di antara saudara seiman adalah sesuatu yang harus kita usahakan dan dipelihara bukan sekedar didoakan saja.
Jemaat lokal yang bertumbuh dan sehat, di dalamnya senantiasa ada kerukunan yang terpelihara sekalipun ada gesekan satu sama lain.
Kita pasti melihat banyak kelemahan ataupun kekurangan saudara yang lain, namun kerukunan adalah hal utama yang harus kita jaga.
Renungkan kebenaran Firman Tuhan yang kita baca hari ini. Pelajaran apa yang kita dapatkan dan komitmen apa yang akan kita lakukan di waktu dekat ini? Diskusikan dengan kelompok PA dan persekutuan.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apa yang dilakukan seorang sahabat terhadap sahabatnya sendiri?
Apa yang dilakukan oleh orang yang tidak berakal budi?
Apa dampak dari orang yang suka serong hati dan orang yang memutar-mutar lidahnya?
Kitab Amsal adalah kitab yang isinya banyak mengisahkan tentang nasihat-nasihat dan ajakan moral kepada kita orang yang percaya, agar kita menjadi orang-orang yang arif dan bijaksana dalam berbagai hal dalam segala aspek hidup kita.
Pernahkah kita mendengar atau mungkin juga kita pernah mengalami perlakuan teman yang mana mereka “senang melihat kita susah dan susah melihat kita senang?”
Di dalam pertemanan dengan orang dunia, yakni orang yang tidak mengenal kasih Tuhan, hal tersebut wajar terjadi.
Namun jika hal ini terjadi diantara orang percaya atau sesama anak Tuhan, maka hal ini menggambarkan bahwa kita belum memahami betul tentang kasih sejati yang sudah Tuhan Yesus berikan kepada kita, yaitu kasih tanpa syarat.
Jika kita sudah mengalami kasih itu, seharusnya kita menjadi teman bahkan sahabat yang dapat mengasihi orang lain, terutama kasih kepada saudara seiman dengan tulus.
Hari-hari ini banyak orang ingin mencari sahabat sejati, bukan sekedar teman.
Mereka tahu bahwa sahabat sejati adalah orang yang mau mendengar, menyediakan pundaknya untuk bersandar yang menyediakan waktu untuk berdiskusi tentang pergumulan-pergumulannya, mendoakan dan orang yang dapat dipercaya untuk mencurahkan segala pergumulannya dengan tidak mengumbar kepada orang lain atau dengan kata lain, seorang sahabat adalah orang yang dapat dipercaya dan dapat diandalkan.
Anak-anak kita juga ingin agar kita orang tuanya bukan hanya memiliki status dan fungsi sebagai orang tua saja, namun mereka ingin agar orang tuanya bisa berfungsi sebagai sahabat mereka.
Ada “kesetaraan” antara mereka dengan kita orang tua, sehingga mereka dengan leluasa dan nyaman bergaul dan mencurahkan isi hati mereka tanpa dibatasi otoritas yang cenderung kaku.
Bahkan Yesus juga menyebut kita sahabat, bukan lagi hamba, karena Dia akan memberitahukan kepada kita segala sesuatu yang telah Dia dengar dari BapaNya –Yohanes 15:15.
Saudara, mari jadikan diri kita bukan hanya sekedar teman biasa, namun menjadi sahabat sejati bagi anak-anak kita, bagi saudara-saudara kita, bagi sahabat-sahabat kita yang menaruh kasih setiap waktu dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.
Seorang sahabat yang tidak suka bertengkar dan juga tidak suka kepada pelanggaran.
Namun menjadi sahabat yang dapat dipercaya dan diandalkan.
Diskusikan dengan kelompok PA dan persekutuan kita. Apakah kita saat ini hanya menjadi teman biasa untuk saudara-saudara kita? atau apakah kita sudah menjadi sahabat bagi saudara-saudara kita?
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apa yang menjadi alasan agar kita jangan lupa memberikan tumpangan kepada orang lain?
Apa pula yang menjadi alasan agar kita selalu ingat kepada kepada orang-orang hukuman dan orang-orang yang diperlakukan sewenang-wenang?
Apa yang hendaknya kita hormati dan apa yang kita tidak boleh cemarkan? (ayat 4)
Perintah apa yang harus kita lakukan di ayat 5?
Kasih persaudaraan yang tercantum di Ibrani 13:1 merupakan perintah kepada penerima atau pembaca mula-mula supaya mereka memelihara kasih dan hidup di dalam kasih.
Kasih persaudaraan dalam bahasa aslinya berasal dari gabungan dari kata “Fileo” yang artinya kasih tulus dan murni tanpa menuntut imbalan apa-apa dan “delpho” yang artinya ikatan persaudaraan yang erat.
Jika kedua kata tersebut digabungkan maka menjadi kata “Filadelfia” yang menggambarkan kasih persaudaraan.
Kehidupan jemaat mula-mula yang percaya kepada Kristus pada saat itu sebenarnya sudah saling mengasihi satu dengan yang lainnya, namun karena adanya aniaya dan kesesakan karena Iman percaya mereka, maka penulis Ibrani perlu mengingatkan kembali agar mereka harus tetap menjaga kasih persaudaraan yang sudah terjalin diantara mereka, meskipun dalam situasi yang sulit pada masa itu.
Hal ini berlaku juga atas kita, bahwa kasih yang sudah ada di antara jemaat kita saat ini tetap harus dipelihara dengan baik.
Salah satu tindakan sederhana agar kasih tetap terpelihara adalah kita harus menyadari bahwa semua jemaat setara adanya, artinya tidak ada perbedaan usia, jenis kelamin, strata pendidikan, ekonomi, latar belakang keluarga yang membuat kita berbeda dalam mengasihi seseorang.
Atau dengan kata lain jangan pandang bulu dalam kita mengasihi seseorang.
Ayat Ibrani 13:2 ada perintah bahwa kita jangan lupa memberi tumpangan kepada orang lain atau jemaat.
Memang dalam prakteknya tidak mudah jika ada orang lain atau jemaat yang belum kita kenal dengan baik karena kondisi terpaksa mereka tidak memiliki tempat tinggal sementara, kita langsung mempersilahkan mereka untuk tinggal dirumah kita, atau jika kita memiliki rumah tinggal lebih dari satu, kita mau dengan rela memberikan tumpangan secara cuma-cuma.
Untuk kondisi jaman sekarang, tentu kita bisa berdiskusi dengan pasangan dan anggota keluarga yang ada dirumah kita.
Tindakan sederhana lainnya untuk memelihara kasih persaudaraan di antara jemaat yaitu, kita tidak boleh sewenang-wenang dalam memperlakukan orang lain.
Jangan menjadi hamba uang dan jangan juga karena uang yang kita miliki kita menjadi batu sandungan bagi orang lain.
Sebaliknya dengan uang yang kita miliki, kita bisa membantu orang atau jemaat lainnya yang berkekurangan tanpa meminta imbalan apa-apa.
Dengan beberapa contoh tindakan sederhana diatas, mari kita semua belajar untuk saling mengutamakan, bukan pribadi atau sekelompok orang/jemaat saja, namun untuk seluruh jemaat.
Mari kita terus pelihara kasih persaudaraan yang sudah ada diantara kita semakin erat dengan hati yang murni dan hati yang tulus, tanpa meminta imbalan apa-apa.
Diskusikan dengan kelompok PA dan persekutuan kita. Apakah kita saat ini sudah optimal memelihara kasih persaudaraan diantara kita? Jika Ya, Sudahkah kita melakukannya dengan konsisten? Jika belum, apa yang harus kita lakukan?
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Siapakah yang Daud (Penulis kitab Mazmur) maksudkan dengan orang kudus?
Kelompok orang yang manakah yang bertambah buruk keadaannya?
Mazmur 16 ini didahului dengan kata Miktam, lebih tepatnya Miktam Daud.
Miktam oleh penafsir Alkitab ada yang menyatakan bahwa ini berarti Mazmur Emas karena istimewa, ada yang menyebut, inilah prasasti Daud, sebuah Mazmur yang juga menubuatkan tentang Kristus.
Di Mazmur 16 ini, Daud sesungguhnya sedang dalam pelarian dari musuh-musuhnya.
Dan bagaimana Daud sungguh mengharapkan pertolongan Allah saja. “Jagalah aku ya Allah, sebab kepada Mu aku berlindung!” (Mazmur 16:1).
Dan dalam pelariannya, Daud berjumpa dengan orang-orang yang disebutnya sebagai orang kudus.
Orang-orang baik yang kemudian menjadi jalan bagi Tuhan untuk menguatkan Daud.
Saudara, ada saat-saat dimana Allah mengijinkan kita untuk masuk dalam lembah kekelaman, apakah itu kita mengalami sakit yang parah, mengalami kesulitan ekonomi, kehilangan orang yang kita cintai.
Bagi kita yang mengasihi Tuhan, itu semua bisa kita pahami sebagai cara Tuhan entah untuk berkomunikasi dengan kita, atau sebuah ujian agar kita naik kelas ke tingkat kedewasaan rohani yang lebih tinggi.
Lalu bagaimana posisi kita, ketika kita melihat ada saudara seiman yang Tuhan izinkan mengalami lembah kekelaman?
Apakah kita akan seperti sahabat Ayub yang turut menghakimi dengan menyatakan bahwa peristiwa tersebut oleh karena Ayub telah berdosa kepada Tuhan?
Dan kecenderungan untuk menghakimi seperti ini, tanpa disadari sering dilakukan oleh umat Tuhan.
Jika kita memang mengetahui dengan persis, penyebab dari kekelaman yang terjadi pada saudara kita, maka kita bisa datang sebagai sahabat untuk mengingatkan, mendoakan dan memberikan pertolongan.
Tetapi jika kita tidak tahu dengan pasti dan hanya berasumsi atau menduga-duga, maka tidak pantas bagi kita untuk datang dan memberikan penghakiman.
Daud dalam kesukaran yang dia hadapi, dia berjumpa dengan orang-orang kudus yang memberikan peneguhan dan pertolongan.
Siapkah kita untuk dipakai Tuhan sebagai orang-orang kudus, yang dapat memberikan penghiburan bagi orang-orang yang sedang mengalami lembah kekelaman?
Saudara, diskusikan dalam kelompok pemuridan apa yang terbaik yang bisa dilakukan ketika engkau mengetahui ada saudara seiman yang mengalami musibah?
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Bagaimana kita dapat menyucikan diri?
Seperti apakah kita dilahirkan kembali?
Setelah kita dilahirkan kembali, dan Tuhan ingin agar kita terus bertumbuh semakin dewasa.
Dan untuk mendukung pertumbuhan rohani ini, kita memerlukan lingkungan yang baru, komunitas yang baru agar kita bisa saling menguatkan.
Komunitas itu bisa kita dapatkan di persekutuan, di gereja dan tentu di rumah, jika banyak anggota keluarga yang telah dilahirkan kembali terlebih dulu.
Tetapi perlu dipahami bahwa komunitas baru ini bukan berarti bahwa kita menjadi eksklusif dengan tidak bergaul sama sekali dengan lingkungan atau orang yang belum menerima Kristus sebagai Juru Selamat.
Kita tetap bergaul dengan mereka tetapi bukan untuk menikmati kesenangan bersama mereka.
Karena jika ini yang menjadi tujuan, maka kita akan sukar untuk hidup dalam kebenaran dan kekudusan, mengingat nilai-nilai yang berbeda yang kita percayai dan lakukan dengan nilai-nilai yang mereka percaya.
Ingat apa yang Firman Tuhan katakan: “Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.” (1 Korintus 13:33).
Dalam komunitas umat Allah dimana kita berada, Firman Tuhan menyatakan agar kita hidup dalam persaudaraan yang tulus, seperti yang diungkapkan Rasul Petrus: “Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu.” (1 Petrus 1:22).
Dalam komunitas umat Tuhan yang heterogen, maka akan ada laki-laki dan perempuan, orang yang berbeda secara sosial.
Ada orang yang memiliki harta yang banyak ada juga yang memiliki harta yang secukupnya, malah mungkin tidak memiliki harta sama sekali.
Ada yang berasal dari lingkungan pejabat negara, dan yang lain umumnya dari lingkungan yang bukan pejabat.
Karena heterogenitas ini, maka bisa saja seseorang bisa tidak tulus dalam bergaul.
Misalnya, orang memperlakukan secara istimewa saudara seiman yang seorang pejabat karena dia ingin diberi kemudahan atau akses untuk menduduki jabatan tertentu dalam pemerintahan.
Atau orang memperlakukan orang yang kaya atau berharta sangat banyak dengan berlebihan agar orang kaya tersebut bisa memberikan bantuan keuangan kepadanya.
Atau ketika ada seseorang yang sangat cantik, maka banyak pemuda yang kemudian berebut untuk mencari perhatian.
Bagi kita yang memiliki keistimewaan, apakah karena posisi penting dalam pemerintahan, atau kekayaan yang berlimpah atau wajah yang rupawan, entah itu sangat cantik atau sangat tampan.
Maka kita harus tetap rendah hati, tidak sombong dan tetap mengandalkan Tuhan saja.
Sedangkan, kita yang berada dalam posisi yang sebaliknya, kita harus tetap bisa mengasihi dengan tulus, bukan dengan motif yang tidak murni.
Kita mengasihi bukan karena berharap memperoleh dari orang tersebut, tetapi kita mengasihi karena dia adalah saudara seiman yang perlu dikasihi dan didoakan.
Saudara, diskusikan dalam kelompok pemuridan apa yang terbaik yang bisa dilakukan dalam menjalin pertemanan di kampus, di tempat kerja maupun di lingkungan tempat tinggal.