SEORANG SAHABAT MENARUH KASIH SETIAP WAKTU

Penulis : Bernard Tagor

This image has an empty alt attribute; its file name is D1.png

Pembacaan Alkitab Hari ini : 

AMSAL 17:17-20

Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.

This image has an empty alt attribute; its file name is D2.png
  1. Apa yang dilakukan seorang sahabat terhadap sahabatnya sendiri?
  2. Apa yang dilakukan oleh orang yang tidak berakal budi?
  3. Apa dampak dari orang yang suka serong hati dan orang yang memutar-mutar lidahnya?
This image has an empty alt attribute; its file name is D3.png

Kitab Amsal adalah kitab yang isinya banyak mengisahkan tentang nasihat-nasihat dan ajakan moral kepada kita orang yang percaya, agar kita menjadi orang-orang yang arif dan bijaksana dalam berbagai hal dalam segala aspek hidup kita.

Pernahkah kita mendengar atau mungkin juga kita pernah mengalami perlakuan teman yang mana mereka “senang melihat kita susah dan susah melihat kita senang?”

Di dalam pertemanan  dengan orang dunia, yakni orang yang tidak mengenal kasih Tuhan, hal tersebut wajar terjadi.

Namun jika hal ini terjadi diantara orang percaya atau sesama anak Tuhan, maka hal ini menggambarkan bahwa kita belum memahami betul tentang kasih sejati yang sudah Tuhan Yesus berikan kepada kita, yaitu kasih tanpa syarat.

Jika kita sudah mengalami kasih itu, seharusnya kita menjadi teman bahkan sahabat yang dapat mengasihi orang lain, terutama kasih kepada saudara seiman dengan tulus.

Hari-hari ini banyak orang ingin mencari sahabat sejati, bukan sekedar teman.

Mereka tahu bahwa sahabat sejati adalah orang yang mau mendengar, menyediakan pundaknya untuk bersandar yang menyediakan waktu untuk berdiskusi tentang pergumulan-pergumulannya, mendoakan dan orang yang dapat dipercaya untuk mencurahkan segala pergumulannya dengan tidak mengumbar kepada orang lain atau dengan kata lain, seorang sahabat adalah orang yang dapat dipercaya dan dapat diandalkan.

Anak-anak kita juga ingin agar kita orang tuanya bukan hanya memiliki status dan fungsi sebagai orang tua saja, namun mereka ingin agar orang tuanya bisa berfungsi sebagai sahabat mereka.

Ada “kesetaraan” antara mereka dengan kita orang tua, sehingga mereka dengan leluasa dan nyaman bergaul dan mencurahkan isi hati mereka tanpa dibatasi otoritas yang cenderung kaku.

Bahkan Yesus juga menyebut kita sahabat, bukan lagi hamba, karena Dia akan memberitahukan kepada kita segala sesuatu yang telah Dia dengar dari BapaNya –Yohanes 15:15.

Saudara, mari jadikan diri kita bukan hanya sekedar teman biasa, namun menjadi sahabat sejati bagi anak-anak kita, bagi saudara-saudara kita, bagi sahabat-sahabat kita yang menaruh kasih setiap waktu dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.

Seorang sahabat yang tidak suka bertengkar dan juga tidak suka kepada pelanggaran.

Namun menjadi sahabat yang dapat dipercaya dan diandalkan.

Diskusikan dengan kelompok PA dan persekutuan kita. Apakah kita saat ini hanya menjadi teman biasa untuk saudara-saudara kita? atau apakah kita sudah menjadi sahabat bagi saudara-saudara kita?

Pembacaan Alkitab Setahun

Yohanes 7-8