Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya dan dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Hal apa yang menyebabkan rasul Paulus ingin sekali berkunjung ke Roma?
Orang benar akan hidup oleh apa?
Rasul Paulus adalah penulis kitab Roma, Paulus menulis tiga belas surat kiriman.
Empat belas jika Kitab Ibrani juga dihitung.
Kitab Ibrani oleh banyak teolog diyakini juga ditulis oleh rasul Paulus.
Dalam penyusunan kitab di Alkitab, kitab Roma diletakkan di posisi pertama di antara surat-surat kiriman Paulus.
Hal ini bukan karena kitab Roma adalah yang ditulis paling awal, tetapi karena kitab Roma ditulis lebih sistematis dibandingkan kitab yang lain.
Konten atau isinya lebih seperti esai teologis yang rumit daripada sebuah surat kiriman.
Penekanannya pada doktrin Kristen.
Jumlah dan pentingnya tema teologis yang disinggung sangat lengkap.
Kitab Roma membahas berbagai doktrin, antara lain: dosa dan kematian, keselamatan, anugerah, iman, kebenaran, pembenaran, pengudusan, penebusan dan kebangkitan.
Tentang Injil, rasul Paulus menuliskan dengan jelas, di antaranya seperti yang telah kita baca: “Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.”(Roma1:16).
Injil disebut sebagai kekuatan Allah, sarana Allah yang sangat kuat untuk menyelamatkan baik orang Yahudi maupun orang-orang non-Yahudi, termasuk kita.
Ya, untuk itulah Allah mengutus Yesus untuk lahir di bumi hingga mati dan bangkit.
Tentang Injil Keselamatan, Paulus dengan sangat jelas menuliskan di kitab Roma10:9“Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.”
Pengertian ini sangatlah jelas, tanpa perlu interpretasi yang rumit, maka setiap orang yang mau percaya, mereka akan diselamatkan.
Firman Tuhan pendukung doktrin tentang keselamatan jiwa dalam kitab Roma:
Semua orang telah berdosa yaitu Roma 3:23”Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah,”
Upah dosa adalah maut atau kematian kekal yaitu Roma 6:23”Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.”
Jadi yang dibutuhkan adalah iman untuk mempercayai apa yang Tuhan janjikan.
Dan itu semua dengan jelas tertulis di Alkitab. Kita hanya perlu percaya dan beriman.
Tentu bukan malah berdebat tentang apa yang kita percaya. Karena tanpa intervensi Roh Kudus, orang tidak mungkin bisa percaya, jadi kita tidak perlu berdebat untuk meyakinkan orang tentang kebenaran Injil.
Saudara, dalam kelompok pemuridan diskusikan tentang pengalamanmu memberitakan Injil Keselamatan.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya dan dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apa sajakah yang harus dibuang?
Siapakah yang dimaksud dengan batu penjuru?
1 Petrus 2:9”Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:”
Ini adalah pernyataan yang menakjubkan yang ditulis oleh rasul Petrus.
Ayat ini menyatakan bahwa kita sebagai umat yang telah ditebus, disebut sebagai imamat yang Rajani.
Kita dikategorikan sebagai imam sekaligus sebagai “raja”.
Kita juga dikatakan sebagai bangsa yang kudus.
Dan tentang hidup kudus, rasul Petrus menulis di ayat 1: “Karena itu buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah.”
Tuhan ingin agar umatNya ikut serta dalam “memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia”, artinya kita bersaksi untuk memberitakan Kabar Baik.
Namun pelayanan atau kesaksian kita itu tidak akan efektif kalau kita mengabaikan ayat satu tentang perintah untuk hidup kudus, yaitu:
Buanglah segala kejahatan: apa pun bentuk kejahatan, baik kejahatan berupa pelanggaran hukum yang ditetapkan pemerintah maupun kejahatan yang adalah pelanggaran hukum Allah.
Segala tipu muslihat: buang dan jangan melakukan tipu muslihat apa pun dan kepada siapa pun.
Segala macam kemunafikan: buanglah perilaku orang munafik. Orang munafik adalah orang yang bermuka dua, berbeda antara ucapan dan tindakan. Termasuk berpura-pura menjadi orang yang baik, tetapi perilakunya akan berbeda jika tidak ada yang melihat.
Kedengkian: jangan berlaku dengki. Dengki adalah perilaku yang didasari iri hati, orang yang dengki, mereka tidak senang melihat orang lain berbahagia.
Fitnah: jangan memfitnah. Fitnah adalah perkataan bohong yang bertujuan untuk memberikan stigma negatif kepada orang lain.
Tuhan ingin agar kita memiliki hati yang mengasihi Tuhan dan mengasihi jiwa-jiwa yang terhilang. Dan itu bisa dimulai dengan menjaga hidup kita kudus dan menjauhi segala bentuk kejahatan.
Saudara, dalam kelompok pemuridan diskusikan tentang makna kekudusan dan bagaimana menerapkannya di masa kini.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya dan dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Mengapa Yerusalem disebut sebagai pembawa kabar baik?
Apa perbedaan gembala ketika mereka menggembalakan induk domba dan anak domba?
Yesaya menubuatkan tentang Sion dan Yerusalem sebagai pembawa kabar baik.
Dan nubuat ini tidak terjadi di masa Perjanjian Lama, karena justru di masa itu, umat Israel justru sedang dibuang ke Babel. Umat Israel dibuang ke Babel dan tembok Yerusalem diruntuhkan.
Baru pada jaman nabi Nehemia, tembok Yerusalem dibangun kembali dan umat Israel kembali ke Yerusalem.
Tetapi itu adalah awal dari pemulihan Israel, tetapi bukan kabar baik yang dimaksudkan nabi Yesaya.
Kabar baik itu baru datang ketika Yesus lahir di Betlehem dan ketika dewasa Dia melayani dari kota-kota di Israel.
Dan puncaknya adalah ketika Yesus disalibkan, mati dan dikuburkan.
Dan pada hari ketiga, Yesus dibangkitkan dari kematian.
Kebangkitan-Nya melambangkan kemenangan dan kesempurnaan janji penebusan Allah bagi umat manusia.
Kabar Baik atau Injil keselamatan adalah kabar sukacita bagi orang yang mau percaya pada karya keselamatan Kristus di kayu salib.
Sion adalah bukit di kota Yerusalem, itu adalah lokasi Sion secara geografis.
Tetapi nubuat Yesaya juga dapat dimaknai tentang Gereja yang adalah Sion, sebagai pembawa kabar baik.
Gereja yaitu sekumpulan orang yang telah menerima Kristus sebagai Penebus dosa, sebagai Juru Selamat yang telah menyelamatkan kita secara pribadi.
Gereja itulah yang Tuhan inginkan untuk menjadi pembawa kabar baik.
Tuhan tidak lagi menetapkan para nabi sebagai pembawa kabar dari Allah kepada umat manusia, seperti yang Tuhan lakukan di masa Perjanjian Lama.
Tetapi Tuhan menghendaki agar Sion atau Yerusalem rohani yaitu Gereja menjadi pembawa kabar baik.
Kita, orang-orang yang telah ditebus oleh darah Kristus, kita orang yang telah memperoleh dan mengalami kasih Kristus.
Tuhan ingin agar melalui kita kabar baik itu diwartakan.
Dan ini bukan tugas pendeta atau penginjil saja, tetapi sesungguhnya ini adalah tugas umat percaya.
Ketika Yesus hidup, berkali-kali Yesus mengutus murid-muridNya untuk pergi menceritakan tentang Kerajaan Allah, untuk menyembuhkan mereka yang sakit, untuk mengusir setan-setan.
Dan ketika Yesus hendak naik ke sorga Dia memberikan amanat penting yang diyakini bukan hanya bagi para muridNya, tetapi juga kepada setiap orang percaya.
Matius 28:19-20”Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”
Saudara, dalam kelompok pemuridan ceritakan pengalamanmu ketika memberitakan Kabar Baik.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya dan dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Sebelum sampai di Tesalonika di kota manakah Paulus memberitakan Injil hingga mengalami aniaya?
Apakah yang memotivasi Paulus untuk memberitakan Injil di Tesalonika?
Paulus jauh sebelum dia menjadi rasul, ia adalah penganiaya jemaat. Sebagai seorang muda yang sangat cerdas, pintar dan dididik untuk mempelajari hukum dan teologi oleh “Profesor” Gamaliel.
Sehingga sangat sulit bagi Saulus -nama Paulus sebelum bertobat- untuk mempercayai Yesus sebagai Anak Allah.
Saulus menganggap ajaran Yesus sebagai ajaran sesat dan oleh karenanya dia pergi dari kota ke kota untuk menganiaya para pengikut Kristus.
Dan Saulus juga turut menyaksikan ketika Stefanus yang menceritakan dengan detail kisah kehidupan leluhur bangsa Yahudi mulai dari Abraham hingga Allah mengutus Putera Tunggal-Nya.
Kisah tentang Abraham dan para nabi, Saulus tahu dan dia mempercayai sejarah leluluhurnya itu.
Tetapi ketika Stefanus menceritakan Yesus dengan mengatakan: “Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah.”
Saulus dan para pemuka Agama Yahudi menjadi tidak tahan, mereka menyeret Stafanus dan melemparinya dengan batu hingga mati.
Tetapi setelah dia mengalami pertobatan yang dramatis, Paulus menjadi pembela jalan Tuhan yang mungkin paling militan.
Paulus menjadi rasul yang paling sering bepergian untuk memberitakan Injil.
Oleh anugerah Allah, Paulus menjadi penulis kitab yang paling banyak dalam Alkitab.
Karena kesibukannya yang sangat luar biasa, Paulus bahkan tidak sempat untuk memikirkan kebutuhannya pribadi, yaitu dengan sadar dia memilih untuk tidak memiliki isteri dan keturunan.
Jika dikatakan kehidupan adalah kumpulan dari berbagai pilihan.
Paulus telah memilih hal-hal yang sangat baik dan mulia, sejak dia menerima Kristus hingga dia ditangkap, dipenjarakan, diadili dan dihukum mati.
Tuhan tidak memanggil kita untuk menjadi seperti Paulus, tetapi Tuhan menghendaki kita untuk bertumbuh menjadi dewasa di dalam Tuhan.
Kita tidak hanya menjadi dewasa dan menjadi tua secara biologis.
Tetapi yang lebih penting, apakah kita juga menjadi semakin dewasa di dalam Tuhan.
Efesus 4:13”sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus,”
Efesus 4:13(terjemahan Amplified Bible) ”sampai kita semua mencapai kesatuan dalam iman dan dalam pemahaman tentang pengetahuan [penuh dan akurat] tentang Anak Allah, agar [kita dapat mencapai] kedewasaan yang sesungguhnya (kelengkapan kepribadian yang tidak kurang dari standar tinggi dari kesempurnaan Kristus sendiri), ukuran perawakan dari kepenuhan Kristus dan kesempurnaan yang ditemukan di dalam Dia.”
Saudara, dalam kelompok pemuridan diskusikan tentang hubungan antara penderitaan dan kedewasaan rohani.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya dan dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apakah inti pemberitaan yang Paulus sampaikan?
Apakah konsekuensi dari yang Paulus lakukan?
Ibrani 12:5 ”Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: “Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya;”
Ketika seseorang telah dilahirkan kembali, itu adalah awal kehidupannya yang baru.
Mereka atau kita yang telah dilahirkan kembali, Allah menghendaki agar kita bertumbuh menjadi semakin dewasa di dalam Tuhan.
Dengan berbagai cara, Tuhan akan mendidik kita, itulah sebabnya penulis kita Ibrani menuliskan: “Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya.”
Kita di didik untuk melakukan kehendak dan perintah Tuhan.
Dan salah satu perintah yang sangat penting adalah agar kita menjadi saksi.
Kita yang telah mengalami sukacita oleh karena keselamatan yang telah kita peroleh.
Tuhan mau agar mulut kita menceritakan apa yang telah kita alami.
Dengan bekal Firman Tuhan yang kita pahami sebagai petunjuk untuk memperoleh keselamatan, kita bisa menceritakan Injil keselamatan kepada anggota keluarga yang belum mengenal Kristus.
Lalu bagaimana jika oleh pemberitaan Injil itu kita kemudian diprotes, ditentang, bahkan dianiaya? Jika hal itu terjadi -khususnya jika kita sudah berhati-hati dalam memberitakan Injil- maka kita sedang mengambil bagian dalam penderitaan Kristus.
Tuhan sudah menganggap kita layak untuk mengalami atau mencicipi kemuliaan yang Kristus telah alami dua ribu tahun yang lalu.
Inilah salah satu makna “memikul salib”.
Ya, Kristus telah memikul salib bagi keselamatan orang berdosa.
Saat ini, kita bisa secara pro aktif mengambil bagian dalam penderitaan Kristus dengan memikul salib.
Artinya kita sadar bahwa tindakan yang kita lakukan itu mengandung konsekuensi.
Matius 16:24 ”Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.”
Kehidupan juga dapat dimaknai sebagai kumpulan dari keputusan atas pilihan-pilihan dalam kehidupan.
Tuhan memberikan kita kebebasan, termasuk untuk mengikut Tuhan atau tidak; menyangkal diri atau tidak bersedia menyangkal diri; memikul salib atau menolak memikul salib.
Sebaiknya semakin hari kita menjadi semakin dewasa, dan kedewasaan rohani ditandai dengan pilihan-pilihan hidup yang benar.
Saudara, dalam kelompok pemuridan diskusikan apakah engkau pernah memberitakan Injil hingga mengalami penolakan?
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya dan dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Sebelum sampai di Tesalonika di kota manakah Paulus memberitakan Injil hingga mengalami aniaya?
Apakah yang memotivasi Paulus untuk memberitakan Injil di Tesalonika?
Paulus jauh sebelum dia menjadi rasul, ia adalah penganiaya jemaat. Sebagai seorang muda yang sangat cerdas, pintar dan dididik untuk mempelajari hukum dan teologi oleh “Profesor” Gamaliel.
Sehingga sangat sulit bagi Saulus -nama Paulus sebelum bertobat- untuk mempercayai Yesus sebagai Anak Allah.
Saulus menganggap ajaran Yesus sebagai ajaran sesat dan oleh karenanya dia pergi dari kota ke kota untuk menganiaya para pengikut Kristus.
Dan Saulus juga turut menyaksikan ketika Stefanus yang menceritakan dengan detail kisah kehidupan leluhur bangsa Yahudi mulai dari Abraham hingga Allah mengutus Putera Tunggal-Nya.
Kisah tentang Abraham dan para nabi, Saulus tahu dan dia mempercayai sejarah leluluhurnya itu.
Tetapi ketika Stefanus menceritakan Yesus dengan mengatakan: “Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah.”
Saulus dan para pemuka Agama Yahudi menjadi tidak tahan, mereka menyeret Stafanus dan melemparinya dengan batu hingga mati.
Tetapi setelah dia mengalami pertobatan yang dramatis, Paulus menjadi pembela jalan Tuhan yang mungkin paling militan.
Paulus menjadi rasul yang paling sering bepergian untuk memberitakan Injil.
Oleh anugerah Allah, Paulus menjadi penulis kitab yang paling banyak dalam Alkitab.
Karena kesibukannya yang sangat luar biasa, Paulus bahkan tidak sempat untuk memikirkan kebutuhannya pribadi, yaitu dengan sadar dia memilih untuk tidak memiliki isteri dan keturunan.
Jika dikatakan kehidupan adalah kumpulan dari berbagai pilihan.
Paulus telah memilih hal-hal yang sangat baik dan mulia, sejak dia menerima Kristus hingga dia ditangkap, dipenjarakan, diadili dan dihukum mati.
Tuhan tidak memanggil kita untuk menjadi seperti Paulus, tetapi Tuhan menghendaki kita untuk bertumbuh menjadi dewasa di dalam Tuhan.
Kita tidak hanya menjadi dewasa dan menjadi tua secara biologis.
Tetapi yang lebih penting, apakah kita juga menjadi semakin dewasa di dalam Tuhan.
Efesus 4:13”sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus,”
Efesus 4:13(terjemahan Amplified Bible) ”sampai kita semua mencapai kesatuan dalam iman dan dalam pemahaman tentang pengetahuan [penuh dan akurat] tentang Anak Allah, agar [kita dapat mencapai] kedewasaan yang sesungguhnya (kelengkapan kepribadian yang tidak kurang dari standar tinggi dari kesempurnaan Kristus sendiri), ukuran perawakan dari kepenuhan Kristus dan kesempurnaan yang ditemukan di dalam Dia.”
Saudara, dalam kelompok pemuridan diskusikan tentang hubungan antara penderitaan dan kedewasaan rohani.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya dan dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apakah tandanya bahwa kita mengasihi anak-anak Allah?
Apakah tandanya bahwa kita mengasihi Allah?
Apakah yang mengalahkan dunia?
Ketika kita mengikut Kristus, penderitaan dan penganiayaan tidak dapat kita hindari.
Saat itu terjadi, dari manakah kekuatan kita untuk bertahan? Bukan dari kemampuan kita, tapi dari Roh Kudus lewat iman kita kepada Allah.
Iman timbul dari pendengaran akan Firman Allah.
Matius 28:20 berkata bahwa Yesus menyertai kita murid-muridNya sampai kepada akhir zaman.
Artinya, tidak ada sedetik pun Tuhan meninggalkan kita, termasuk dalam masa-masa kesukaran ketika kita dianiaya karena namaNya.
Oleh karena itu, kita percaya bahwa selalu ada kekuatan dan pertolongan dari Tuhan ketika kita dianiaya karena Kristus.
Kita bisa belajar dari Petrus dan Yohanes bagaimana mereka menghadapi berbagai kesulitan dengan iman yang luar biasa ketika memberitakan Injil.
Petrus dan Yohanes mampu untuk tetap bersaksi di hadapan orang banyak, terlebih di hadapan imam-imam, kepala pengawal Bait Allah dan orang-orang Saduki.
Sekalipun mereka ditangkap dan ditahan, mereka beriman bahwa Allah menyertai dan akan menolong serta melepaskan mereka dari kesesakan -Kisah Para Rasul 4.
Paulus sangat sering mengalami penganiayaan dan penderitaan (dipukul, dipenjara, dilempari batu, karam kapal, dan lain-lain) dalam pemberitaan Injil, namun ia tetap kuat dan terus memberitakan Injil sampai akhirnya banyak orang percaya non Yahudi di Asia kecil (Mediterania) karena imannya bahwa Allah selalu menyertai dan menolongnya -2 Korintus 11.
Stefanus, dengan kuasa dan karunia Allah, mengadakan banyak tanda dan mujizat di antara orang banyak serta mampu untuk tetap bersaksi dan memegang teguh imannya dalam Kristus ketika di hadapan sidang Mahkamah Agama, bahkan sampai mati dirajam, karena ia percaya bahwa Yesus Kristus adalah anak Allah, dan ia pun menerima kehormatan untuk menyaksikan kemuliaan Allah di langit sebelum ia mati -Kisah Para Rasul 7.
Dan masih banyak lagi pahlawan iman yang luar biasa yang bisa kita teladani hidup dan imannya, termasuk dari masa perjanjian lama seperti Abraham, Musa, dan lain-lain.
Melalui teladan para rasul kita dapat melihat bahwa iman mereka kepada Allah tidak pernah sia-sia.
Allah tidak pernah lalai akan janjiNya. Dia pasti akan menepatinya.
Apapun penganiayaan dan penderitaan oleh karena Kristus yang kita alami hari-hari ini, ketahuilah, Saudara, itu sepadan dengan janji Tuhan kepada kita.
Allah akan selalu menyertai kita, menolong kita, bahkan membukakan jalan ketika semuanya tampak seperti jalan buntu. Tetap bergerak beritakan Injil bagi banyak orang sekalipun banyak penganiayaan dan penderitaan.
Lihatlah bagaimana Tuhan berkarya dan memakai hidup kita di masa kini. Amin.
Bagaimanakah Saudara dapat hidup berkemenangan dengan iman saudara? Diskusikanlah dengan rekan pemuridan saudara.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya dan dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Mengapa kita disebut berbahagia ketika dinista karena nama Kristus?
Apakah alasan seharusnya kita menderita?
Dari mana penghakiman dimulai?
Saudara, menjadi seorang Kristen yang sejati itu sesungguhnya berpadanan dengan penderitaan.
Jika hari-hari ini kita kekristenan terlihat mewah dan keren dengan gedung-gedung gereja yang megah, konser praise and worship yang meriah, dan lain-lain, itu semua boleh kita nikmati hari ini karena penderitaan dan penganiayaan yang dialami rasul-rasul Kristus di generasi-generasi awal ketika mereka memberitakan Injil.
Kita harus berterima kasih kepada Petrus, Paulus, dan semua murid Kristus lainnya yang telah menderita dan menyerahkan nyawanya agar kita beroleh keselamatan dan menjadi murid Kristus juga.
Namun, dengan semua kenyamanan beribadah hari-hari ini, apakah kita tidak perlu lagi menderita karena nama Tuhan?
Justru pada hari-hari ini penderitaan akan lebih menyakitkan karena dosa semakin bertambah hari demi hari dan sejatinya, itu akan semakin berlawanan dengan kita anak-anak Tuhan yang terus hidup dalam kekudusan Allah.
Dua kutub yang saling berlawanan.
Itulah sebabnya Tuhan berkata “sangkal diri, pikul salib, ikut Aku”.
Mengikut Kristus berarti kita harus mematikan keinginan daging kita yang selalu ingin berbuat dosa dan memilih hidup di luar kebenaran Firman Tuhan.
Selain itu, kita juga harus menghadapi penganiayaan yang berasal dari luar, yaitu dunia yang menolak kita karena kita memilih ikut Kristus.
Lambang salib pada masa kini seringkali diidentikkan dengan kekristenan.
Namun, pada masa Yesus hidup di bumi, salib berarti kematian.
Jika seseorang memikul salib, maka sudah dipastikan dia akan mati pada salib itu.
Pikul salib dan ikut Yesus berarti memikul penderitaan dan kematian karena mengikut Kristus.
Dunia tidak suka dengan Kristus, karya penebusanNya, kekudusan, dan kebenaran FirmanNya.
Jadi ketika kita hidup sesuai Firman Tuhan, adalah wajar orang tidak akan menyukai kita, bahkan seringkali itu dimulai dari lingkungan terdekat kita seperti keluarga, teman, tetangga, dan lain-lain.
Penganiayaan itu tetap ada bagi kita anak-anak Tuhan karena nama Kristus.
Namun, kita tidak sendiri. Para rasul di masa-masa awal pun mengalaminya.
Tetapi kita tidak perlu takut, karena Allah selalu mengaruniakan kekuatanNya melalui Roh Kudus kepada kita sehingga kita tetap kuat ketika dianiaya dan menderita karena namaNya.
Dan kita pun akan bersukacita karena memahami bahwa menderita karena Kristus adalah suatu kehormatan dari Tuhan, sebab kita “telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena Nama Yesus” seperti yang tertulis dalam Kisah Para Rasul 5:41. Amin.
Renungkanlah apakah saudara mengalami penderitaan karena nama Kristus atau saudara selama ini berkompromi sehingga tidak perlu menderita? Diskusikanlah dengan pembimbing saudara!
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya dan dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Mengapa kita perlu menyerahkan segala kekuatiran kita kepada Tuhan?
Mengapa kita perlu sadar dan berjaga-jaga?
Bagimana kita bisa melawan iblis dengan iman yang teguh?
Setiap orang punya masalah dan penderitannya sendiri.
Tapi seberat apapun masalah tersebut, seringkali kita masih bisa dikuatkan kalau memiliki sistem pendukung (support system) di sekitar kita.
Support system itu bisa keluarga, sahabat, teman persekutuan, kakak pembimbing, dan lain-lain.
Mereka adalah orang-orang yang mendukung kita, sekalipun mungkin mereka tidak bisa langsung memberikan jalan keluar atau menggantikan kita menanggung masalah tersebut.
Namun, ketika kita mulai merasa sendirian dan tidak ada orang yang mengerti, di situlah benih depresi muncul dan menggerogoti kita.
Kita mulai bermental korban, menutup diri, dan semakin terpuruk.
Kadang-kadang perasaan kesendirian ini bahkan menjadi lebih berat masalahnya daripada masalah semula yang dihadapi.
Nabi Elia mengalami hal ini.
Dikisahkan bagaimana Elia melawan para baal dengan kuasa Allah yang ajaib -1 Raja-raja 18-19, namun tidak lama setelah ia jatuh ke dalam depresi berat sampai ingin mati.
Dalam keputusasan, Elia berkata kepada Tuhan bahwa Ia sudah giat bekerja bagi Tuhan, tapi sekarang ia sendirian dan ketakutan karena ancaman pembunuhan oleh Izebel.
Saudara, bukan tidak mungkin kita pun mengalami hal ini.
Sekalipun kita sudah melihat kuasa Tuhan di masa lalu, sudah pernah menang dalam peperangan rohani, namun kita terpuruk karena pandangan kita tidak lagi tertuju kepadaNya di saat ini.
Elia tidak tahu bahwa masih ada nabi-nabi lain yang hidup.
Ia terlalu fokus kepada kesendiriannya dan ancaman akan dibunuh, padahal sebelumnya baru saja ia melawan dan membunuh 450 nabi baal!
1 Petrus 5:8-9 berkata “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. Lawanlah dia dengan iman yang teguh sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama.”
Melalui kisah Elia dan nasihat Rasul Petrus, kita diingatkan bahwa sesungguhnya kita tidak sendirian dalam mempertahankan kebenaran.
Ada banyak Saudara-saudara kita di seluruh dunia yang menanggung penderitaan yang sama.
Kita belajar bahwa memahami hal ini akan menolong kita dari mental korban dan keputusasaan.
Saudaraku, bacalah dan dengarlah kisah-kisah kesaksian mereka yang bertahan dalam iman mereka agar itu menjadi kekuatan bagi Saudara.
Berdoalah agar saudara dipertemukan dengan orang-orang yang tepat, yang juga pernah atau sedang mengalami penderitaan yang sama dengan saudara, sehingga saudara bisa berbagi dan meminta nasihat dari mereka.
Mari Saudara, berjuanglah dalam pertandingan iman.
Lawanlah iblis dengan iman yang teguh. Allah sumber segala kasih karunia akan melengkapi, meneguhkan, mengokohkan, dan menguatkan saudara.
Carilah kesaksian orang-orang yang mengalami penderitaan karena imannya, tariklah pelajaran dari kesaksian tersebut dan bagikanlah dengan sahabat saudara.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya dan dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Mengapa Yesus berkata orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran itu berbahagia?
Karena siapakah kita bisa berbahagia sekalipun kita dicela, dianiaya dan difitnah?
Apakah perintah, janji, dan hal yang Tuhan mau kita ingat ketika kita dianiaya?
Sebetulnya ada yang aneh dari khotbah Yesus di bukit dalam Matius 5 disebut dengan “Ucapan Bahagia”.
Karena, kalau kita perhatikan antara judul Bahagia dengan isinya sepertinya nggak nyambung.
Bagaimana bisa orang yang sedang miskin, berdukacita, lapar, dianiaya bisa berbahagia?
Bukankah mereka yang bermurah hati, lemah lembut, membawa damai, dan menjaga kesucian pun seringkali menanggung penderitaan karena dimanfaatkan oleh orang lain dan dianggap lemah.
Kali ini kita akan fokus kepada ucapan Yesus tentang “Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran karena merekalah yang empunya kerajaan Sorga.”
Ada beberapa hal penting yang bisa kita pelajari:
Kita hanya akan bisa berbahagia jika memang penyebab kita dianiaya adalah karena kebenaran. Artinya jika penyebab kita dianiaya adalah karena kebodohan dan kesalahan kita sendiri, maka janji ini tidak berlaku. Karena itu, jangan sampai kita menganggap sedang menderita bagi kebenaran padahal yang kita lakukan adalah ketidakbenaran. Contohnya ketika kita berusaha menginjili orang hanya dengan kata-kata tapi tidak menunjukkan perbuatan. Ada anak-anak yang berusaha mengkhotbahi orang tuanya, sementara di rumah tidak pernah membantu dan berkomunikasi dengan baik. Ada para isteri yang berusaha menasihati suaminya agar pergi ke gereja, tapi cara mengajaknya tidak dengan hormat. Ada karyawan yang seringkali izin ke perusahaan untuk kegiatan rohani, tapi kinerjanya buruk.
Kita perlu memahami bahwa ada resiko kita disalahpahami dan dianiaya ketika melakukan kebenaran. Tidak ada jaminan bahwa kalau kita taat pada Firman Tuhan, maka hidup kita akan bebas dari masalah. Yang Tuhan janjikan adalah kita bisa tetap berbahagia di tengah masalah. Inilah yang perlu kita perhatikan sehingga kita tidak kecewa ketika menghadapi penderitaan.
Yesus berkata bahwa kita yang melakukan kebenaran memiliki kerajaan sorga. Kerajaan Sorga tidak berbicara tempat, tapi pemerintahan. Dimana Yesus memerintah, disitu ada kuasa, damai sejahtera, sukacita, dan buah Roh. Ini bukanlah janji di masa yang akan datang saja ketika kita meninggal, tapi di masa sekarang dan saat ini juga dimanapun kita berada.
Saudara, adakah penderitaan yang sedang kau alami? Dapatkah Saudara memeriksa apakah penderitaan itu karena kebenaran? Dan apakah saudara dapat berbahagia?
Evaluasilah hidup saudara saat ini berdasarkan ketiga hal dalam renungan ini. Apakah ada hal yang perlu Saudara ubah atau justru Saudara dikuatkan untuk tetap melakukan kebenaran? Bagikanlah dengan rekan persekutuan saudara.