Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apa tujuan Yesus pergi ke Yerusalem dalam bagian firman ini?
Apa alasan Petrus tidak setuju dengan tujuan Yesus?
Mengapa Yesus tega berkata “Iblis” kepada Petrus, murid-Nya sendiri?
Mengapa Yesus menyebut Petrus sebagai batu sandungan bagi-Nya?
Saudara, melalui cerita ini, kita dapat memahami bahwa Yesus selalu berjalan dalam pimpinan Bapa-Nya melalui Roh Allah atau Roh Kudus yang telah mengurapi dan memenuhi-Nya.
Yesus senantiasa memikirkan apa yang menjadi kehendak Bapa-Nya.
Yohanes 4:1-5“Ketika Tuhan Yesus mengetahui, bahwa orang-orang Farisi telah mendengar, bahwa Ia memperoleh dan membaptis murid lebih banyak dari pada Yohanes–meskipun Yesus sendiri tidak membaptis, melainkan murid-murid-Nya, –Iapun meninggalkan Yudea dan kembali lagi ke Galilea. Ia harus melintasi daerah Samaria. Maka sampailah Ia ke sebuah kota di Samaria, yang bernama Sikhar dekat tanah yang diberikan Yakub dahulu kepada anaknya, Yusuf.”
Saudara, Tuhan Yesus senantiasa berjalan dalam arahan Bapa-Nya.
Itulah sebabnya Dia selalu berdoa kepada Bapa-Nya untuk mendapatkan arahan.
Ketika Yesus menyadari bahwa orang-orang Farisi telah mengetahui bahwa Ia memiliki banyak murid, maka Yesus mengerti bahwa waktu-Nya untuk dikorbankan sudah dekat.
Seperti yang telah Dia katakan kepada murid-murid-Nya, bahwa Dia akan ditangkap dan dianiaya oleh para tua-tua Israel, disalibkan serta dibunuh karena iri hati orang-orang Farisi.
Oleh sebab itu, Yesus melewati Samaria karena Dia akan mengakhiri pelayanan-Nya sebagai Anak Manusia.
Ketika Yesus mengutus ketujuh puluh murid-murid-Nya, Dia melarang mereka memberitakan kabar baik kepada orang Samaria dan melarang mereka memasuki wilayah Samaria.
Matius 10:5-6“Kedua belas murid itu diutus oleh Yesus dan Ia berpesan kepada mereka: “Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.”
Saudara, Yesus memang melarang murid-murid-Nya, namun Ia sendiri dengan sengaja melintasi dan masuk ke kota Sikhar.
Yesus sudah tahu bahwa waktunya untuk dikorbankan semakin dekat sehingga Dia menyelesaikan tugas-Nya dalam memberitakan kabar baik (Injil Kerajaan Allah atau Injil Keselamatan) kepada Israel.
Pemberitaan kabar baik ini dimulai dari Yerusalem, seluruh Yudea, Samaria, sampai ujung bumi melalui murid-murid-Nya dan gereja-Nya kelak.
Ketika berada di Samaria, Yesus melayani seorang perempuan Samaria ketika murid-murid-Nya pergi mencari makanan.
Ketika para murid kembali dari membeli makanan, maka mereka mengajak Yesus untuk makan dan terjadilah percakapan berikut:
Yohanes 4:31-34“Sementara itu murid-murid-Nya mengajak Dia, katanya: “Rabi, makanlah.” Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: “Pada-Ku ada makanan yang tidak kamu kenal.” Maka murid-murid itu berkata seorang kepada yang lain: “Adakah orang yang telah membawa sesuatu kepada-Nya untuk dimakan?” Kata Yesus kepada mereka: “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.”
Yesus senantiasa memikirkan tugas-tugas yang diperintahkan oleh Bapa-Nya.
Itulah sebabnya Yesus selalu berdoa untuk menantikan arahan dari Bapa-Nya.
Bahkan, Dia dengan jelas mengatakan bahwa makanannya adalah melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan Bapa-Nya.
Yesus dengan jelas menyatakan bahwa Dia akan menyelesaikan tugas-Nya.
Matius 16:21“Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.”
Sementara itu, Petrus, salah seorang murid-Nya:
Matius 16:22“Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.”
Petrus berpikir bahwa tidak mungkin Yesus diperlakukan seperti itu.
Setelah melihat dan mengikuti kehidupan Yesus selama tiga tahun, Petrus berkata bahwa hal tersebut tidak akan terjadi pada Yesus.
Baginya, Yesus adalah Mesias yang berkuasa dan akan memerintah Israel, tidak mungkin dapat dibunuh dengan cara yang begitu mudah.
Karena pemikiran itulah, Petrus menegur Yesus, namun Yesus berbalik menegur Petrus:
Matius 16:23“Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.”
Saudara, Rasul Paulus dengan jelas menyatakan bahwa Gereja Tuhan atau jemaat Yesus Kristus di akhir zaman ini seharusnya memikirkan hal-hal yang ada di surga:
Kolose 3:1-2“Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.”
Saudara, oleh karena itu, marilah kita merenungkan firman Tuhan yang tertulis dengan sungguh-sungguh agar kita dapat mengalami kepenuhan Kristus:
2 Timotius 3:16-17“Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.”
Jadi, marilah kita terus belajar setiap hari untuk membaca dan merenungkan firman Tuhan melalui Alkitab kita, dalam saat teduh, doa dan penyembahan.
Dengan demikian, kita akan mendapatkan arahan dari Tuhan melalui firman-Nya yang diterangi oleh Roh Kudus sehingga kita dapat bertumbuh menjadi seperti Yesus yang senantiasa berdoa kepada Bapa untuk meminta bimbingan.
Yesus senantiasa memikirkan apa yang telah direncanakan oleh Bapa-Nya.
Tidak ada satu pun tindakan Yesus yang keluar dari rencana Bapa, kecuali satu kali ketika Dia pernah berdoa.
Namun, pada akhirnya, Yesus tetap menaati kehendak Bapa-Nya:
Matius 26:36-39“Maka sampailah Yesus bersama-sama murid-murid-Nya ke suatu tempat yang bernama Getsemani. Lalu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: “Duduklah di sini, sementara Aku pergi ke sana untuk berdoa.” Dan Ia membawa Petrus dan kedua anak Zebedeus serta-Nya. Maka mulailah Ia merasa sedih dan gentar, lalu kata-Nya kepada mereka: “Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku.” Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.”
Mengapa hal itu terjadi? Yesus adalah 100% manusia dan 100% Allah.
Sebagai manusia, Ia merasakan kegentaran saat menghadapi kejadian yang akan terjadi keesokan harinya ketika Dia akan mengalami siksaan, aniaya dan penyaliban.
Apakah Yesus takut akan kematian-Nya? Tidak, sebab kematian Yesus terjadi karena Yesus sendiri menyerahkan nyawa-Nya kepada Bapa.
Bukan kematian yang ditakutkan oleh Yesus Kristus, melainkan saat Dia ditinggalkan oleh Bapa-Nya.
Dari kekekalan sampai kekekalan, Allah Tritunggal tidak pernah terpisah dan Yesus Kristus yaitu Firman Allah yang hidup tidak pernah berpisah dengan Bapa-Nya.
Dalam kemahatahuan-Nya, Ia mengetahui bahwa akan tiba saatnya ditinggalkan oleh Bapa-Nya.
Hal Inilah yang membuat Dia takut.
Matius 27:46“Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eli, Eli, lama sabakhtani?” Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”
Yohanes 1:1“Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah.”
Allah Tritunggal mengalami perpisahan ketika Yesus melakukan rencana Allah yaitu menebus dosa dunia.
Sebagai Anak Domba Allah, Yesus ditinggalkan oleh Bapa karena semua dosa dunia dipikulkan kepada-Nya.
Dosa itu melumuri dan menyelimuti Yesus, sehingga Bapa berpaling dan meninggalkan Yesus sendiri di atas kayu salib.
Hal inilah yang membuat Yesus sedih, berduka dan gentar.
Oleh sebab itu, Dia berdoa agar cawan murka Allah dilewatkan dari-Nya, tetapi Yesus berdoa, “Bukan kehendak-Ku melainkan kehendak-Mu, yang jadi.”
Jika selama di bumi Yesus selalu memikirkan apa yang dipikirkan oleh Bapa-Nya, maka sepatutnya kita juga senantiasa memikirkan apa yang Kristus pikirkan di surga.
Apa yang menjadi keinginan utama Kristus? Sepatutnya itulah yang menjadi tugas utama kita.
Kita harus memikirkan bagaimana tugas tersebut dilaksanakan. Tugas utama gereja adalah Amanat Agung Kristus. Inilah yang seharusnya menjadi pokok pikiran kita.
Haleluya, puji Tuhan, Amin.
Apa yang dapat jemaat lakukan agar kita dapat memikirkan apa yang Allah pikirkan?
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Siapakah yang disebut berbahagia?
Apa yang dimaksud dengan berdiri di jalan orang berdosa?
Apa yang dimaksud dengan duduk dalam kumpulan pencemooh?
Apa yang membuat seseorang selalu berhasil?
Saudara, Pemazmur mengatakan bahwa orang yang berbahagia adalah mereka yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik yaitu orang-orang yang tidak mengenal Tuhan dan tidak hidup dalam takut akan Tuhan.
Mereka adalah orang-orang yang bertindak sesuka hati tanpa rasa takut atau segan terhadap hal-hal yang dihormati dan dijunjung tinggi oleh banyak orang.
Jalan orang berdosa adalah kebiasaan hidup dari mereka yang tidak mengenal Tuhan.
Duduk dalam kumpulan pencemooh berarti bergabung dengan orang-orang yang suka memfitnah, berbohong serta merendahkan dan menyakiti orang lain melalui perkataan mereka.
Di masa yang akan datang akan muncul para pengejek yang merendahkan kebenaran:
2 Petrus 3:3“Yang terutama harus kamu ketahui ialah, bahwa pada hari-hari zaman akhir akan tampil pengejek-pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsunya.”
Orang-orang yang bergabung dengan kumpulan orang fasik, orang berdosa, dan pencemooh sedang menunggu waktu untuk hidup dalam penderitaan.
Contoh yang paling dikenal dalam kehidupan saat ini adalah geng motor, yaitu sekelompok orang yang memiliki hobi berkendara dengan motor.
Anggota mereka umumnya berasal dari kalangan anak muda yang memiliki kendaraan bermotor, termasuk mereka yang berpendidikan, anak-anak dari keluarga kaya, serta anak-anak polisi atau tentara.
Awalnya, pergaulan mereka mungkin hanya sebatas teman sekelas di SMP atau SMA yang sering melakukan touring bersama.
Seiring waktu, kegiatan mereka semakin beragam dan sering membutuhkan dana seperti untuk ngopi atau makan bersama.
Suasana pertemanan yang riang membuat banyak orang tertarik untuk bergabung.
Namun, dengan bertambahnya anggota dari berbagai latar belakang, kelompok ini berubah menjadi kumpulan yang lebih berorientasi pada kesenangan.
Untuk memenuhi kebutuhan finansial mereka, berbagai cara mulai ditempuh, mulai dari menjual barang pribadi, meminjam uang hingga munculnya ide-ide dari segelintir anggota yang berani untuk melakukan tindakan kriminal seperti merampok, membegal dan mencuri.
Pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik.
1 Korintus 15:33“Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.”
Karena masuknya orang-orang dengan pengaruh buruk, terutama bagi remaja yang masih mencari jati diri, timbul anggapan bahwa mereka akan terlihat hebat jika berani menjadi jagoan.
Mereka mulai menjadikan bersenang-senang sebagai gaya hidup yang pada akhirnya menuntut mereka untuk mencari cara mendapatkan uang.
Demi mendapatkan uang untuk bersenang-senang, kumpulan ini akhirnya berubah menjadi kelompok orang-orang jahat.
Padahal, awalnya tidak semua dari mereka memiliki niat jahat.
Orang-orang yang masih memiliki hati nurani biasanya akan memilih keluar dari kelompok ini.
Akibatnya, komunitas yang awalnya hanya sekadar kumpulan teman sekelas dengan hobi yang sama berkembang menjadi kelompok yang lebih besar, berisi orang-orang yang berani berbuat jahat.
Begitulah proses perubahan komunitas anak muda yang awalnya hanya berbagi hobi menjadi geng-geng kriminal di kota-kota.
Inilah yang disebut sebagai kumpulan orang fasik, kumpulan orang berdosa dan kumpulan pencemooh yaitu mereka yang gemar menyebarkan kebohongan, mengecam, memfitnah dan sering kali merugikan orang atau kelompok lain.
Mari kita memilih teman-teman yang baik sebagai teman dalam pergaulan kita.
Namun, ini bukan berarti kita harus meninggalkan semua orang di sekitar kita.
Bahkan, kita justru dianjurkan untuk tidak bergaul dengan saudara seiman yang memiliki perilaku buruk:
1 Korintus 5:9-11“Dalam suratku telah kutuliskan kepadamu, supaya kamu jangan bergaul dengan orang-orang cabul. Yang aku maksudkan bukanlah dengan semua orang cabul pada umumnya dari dunia ini atau dengan semua orang kikir dan penipu atau dengan semua penyembah berhala, karena jika demikian kamu harus meninggalkan dunia ini. Tetapi yang kutuliskan kepada kamu ialah, supaya kamu jangan bergaul dengan orang, yang sekalipun menyebut dirinya saudara, adalah orang cabul, kikir, penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk atau penipu; dengan orang yang demikian janganlah kamu sekali-kali makan bersama-sama.”
Saudara, jauhkanlah anak-anak kita dari pergaulan yang buruk seperti ini dan arahkan mereka ke dalam kelompok-kelompok hobi atau komunitas di dalam gereja.
Mari kita membangun komunitas pemuridan yang kesukaannya merenungkan firman Tuhan.
Hari-hari ini, kelompok-kelompok PA dapat dibentuk sebagai komunitas yang saling mengasihi dan saling memperhatikan untuk bersukacita bersama, bukan sebagai kelompok bersenang-senang seperti mengadakan acara makan-makan, minum-minum atau pesta yang boros.
Mari kita membangun kelompok PA, komsel atau persekutuan sebagai komunitas yang mencintai Tuhan.
Setiap pertemuan hendaknya diawali dengan meminta agar Tuhan Allah, Yesus Kristus dan Roh Kudus hadir supaya bisa merasakan dan menikmati kehadiran Roh Kudus.
Melalui pujian dan penyembahan, persekutuan ini dapat menjadi tempat dimana setiap anggota dapat melepaskan unek-unek, mengatasi kekuatiran dan ketakutan serta mendapatkan arahan dari semua teman-teman yang saling asah, asih dan asuh.
Berbahagialah orang-orang yang kesukaannya adalah membaca dan merenungkan Firman Tuhan.
Seperti yang telah kita mulai bangun di gereja, setiap orang membaca empat pasal Alkitab setiap hari.
Proses ini dikoordinasikan oleh pembimbing PA dalam kelompok PA atau komsel untuk merenungkan dan menyimpulkan bagian Firman yang perlu diterapkan, baik secara pribadi maupun bersama-sama.
Dengan demikian, seluruh jemaat dapat menikmati dan merasakan manfaat Firman Tuhan dalam kehidupan yang relevan di zaman ini.
Saudara, Yosua pernah menuliskan nasihatnya kepada bangsa Israel:
Yosua 1:8“Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung.”
Oleh karena itu, marilah kita semakin giat membaca dan merenungkan firman Tuhan agar hidup kita bertumbuh sesuai dengan kehendak Bapa. Yesus pernah berkata:
Matius 4:4“Tetapi Yesus menjawab: “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.”
Yohanes 6:63“Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup.”
Membaca dan merenungkan Firman Allah berarti menikmati makanan rohani yang dibutuhkan oleh batin, jiwa dan roh kita.
Membaca dan merenungkan firman Tuhan memiliki banyak manfaat karena:
2 Timotius 3:16-17“Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.”
Firman yang tertulis yang diilhamkan oleh Roh Kudus memiliki manfaat yang sangat besar bagi kita sebagai anak-anak Tuhan.
Melalui firman ini, kita dapat mengetahui janji-janji Tuhan, kehendak Tuhan dan rencana Tuhan.
Selain itu, firman Tuhan juga menyingkapkan kesalahan kita, mengajarkan cara memperbaiki perilaku kita serta membimbing dalam mendidik anak-anak kita maupun orang lain.
Oleh karena itu, marilah kita semakin giat membaca dan merenungkan firman Tuhan karena manfaatnya begitu besar bagi kehidupan kita.
Haleluya, puji Tuhan, Amin.
Apa yang menyebabkan saudara-saudara kita dan jemaat terjebak dan terikat oleh pinjaman online (Pinjol), hutang kartu kredit dan sejenisnya?
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Pengajaran tentang apa yang telah kita dengar dan terima?
Mengapa kita harus menanggalkan manusia lama?
Dalam kondisi apa, manusia baru kita akan terlihat dengan nyata?
Manusia baru itu telah diciptakan menurut kehendak siapa?
Saudara, ketika kita menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa:
2 Korintus 5:17“Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.”
Ketika Allah mengaruniakan Roh Kudus sebagai meterai kepemilikan-Nya, maka sepatutnya kita menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru.
Rasul Paulus mendorong kita untuk memulai kehidupan baru itu dengan:
Roma 12:1-2“Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”
Dengan perubahan akal budi kita, maka pertumbuhan yang baik akan terjadi jika disertai dengan keinginan akan makanan rohani.
Petrus menggambarkan:
1 Petrus 2:2-3“Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan, jika kamu benar-benar telah mengecap kebaikan Tuhan.”
Dia ingin kita tetap tinggal di dalam Yesus dan dengan pertolongan Roh Kudus, kita terus belajar serta bertumbuh.
Untuk itu, kita sangat membutuhkan firman Tuhan:
2 Timotius 3:16“Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.”
Saudara, dengan belajar membaca dan merenungkan firman Tuhan melalui saat teduh, maka kita akan bertumbuh sesuai dengan kehendak-Nya.
Pemimpin Israel pada masa lalu, yaitu Yosua, menuliskan nasihatnya bagi jemaat Israel:
Yosua 1:8“Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung.”
Memperkatakan firman Tuhan adalah cara yang baik untuk merenungkan dan menerapkannya dalam kehidupan kita.
Hal ini merupakan langkah mencapai keberhasilan karena kita hidup sesuai dengan apa yang Tuhan rancangkan dan rencanakan.
Ketika kita senantiasa hidup dalam kebenaran firman Tuhan, maka Tuhan berkenan memberkati kita.
Berkat Tuhan menjadi sumber sukacita dan menolong kita untuk terus bertumbuh.
Dalam hal ini, pemulihan dalam segala aspek kehidupan kita juga harus terjadi, baik dalam pertumbuhan tubuh, pertumbuhan rohani, maupun pertumbuhan jiwa.
Akan sangat baik, jika semuanya bertumbuh secara seimbang dan positif, terutama dalam pengenalan akan Tuhan.
Pertumbuhan itu akan semakin baik jika kita juga melakukan apa yang Rasul Paulus nasihatkan sebagai kelanjutan dari ayat-ayat firman Tuhan di atas:
Efesus 4:25-32“Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang lain, karena kita adalah sesama anggota. Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis. Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan. Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia. Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan. Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.”
Saudara, kita adalah generasi yang sangat beruntung, karena Tuhan Allah menyatakan bahwa kita adalah umat pilihan-Nya:
1 Petrus 2:9-10“Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib: kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan.”
Kepada kita, sebagai umat pilihan-Nya, Tuhan Allah telah menjanjikan bahwa Dia akan:
Ibrani 8:10“Maka inilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu,” demikianlah firman Tuhan. “Aku akan menaruh hukum-Ku dalam akal budi mereka dan menuliskannya dalam hati mereka, maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku.”
Ibrani 10:16-17“sebab setelah Ia berfirman: “Inilah perjanjian yang akan Kuadakan dengan mereka sesudah waktu itu,” Ia berfirman pula: “Aku akan menaruh hukum-Ku di dalam hati mereka dan menuliskannya dalam akal budi mereka dan Aku tidak lagi mengingat dosa-dosa dan kesalahan mereka.”
Dengan demikian, oleh pertolongan Roh Kudus, kita akan mengalami pertumbuhan sesuai dengan kehendak Tuhan Allah.
Tuhan Yesus pernah menjelaskan bagaimana Roh Kudus akan menolong kita:
Yohanes 14:26“tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.”
Rasul Paulus juga menuliskan hal ini dalam suratnya kepada jemaat di Roma pada waktu itu:
Roma 8:26-27“Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus.”
Melalui doa-doa dalam Roh yang kita lakukan atau yang didoakan oleh saudara-saudara kita, Allah akan mengerjakan apa yang Roh Kudus doakan.
Dengan demikian, segala yang dimintakan oleh Roh Kudus akan terjadi:
Roma 8:28“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”
Tuhan Allah akan melakukan apa yang dimintakan oleh Roh Kudus melalui doa-doa dalam bahasa Roh, baik yang kita lakukan sendiri maupun yang dilakukan oleh saudara-saudara kita.
Dengan demikian, Tuhan bertindak agar apa yang didoakan oleh Roh Kudus terjadi.
Roma 8:29-30“Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.”
Saudara, oleh kemurahan Allah, ketika kita merenungkan firman-Nya, bersekutu dan berdoa dalam bahasa Roh, maka Tuhan akan mewujudkan kehendak-Nya serta melaksanakan segala rencana-Nya.
Melalui perubahan akal budi yang terjadi karena pembacaan dan perenungan firman Tuhan serta doa dalam bahasa Roh, kita akan dimuliakan oleh Tuhan Allah.
Haleluya, Puji Tuhan, Amin.
Apa yang menyebabkan banyak orang Kristen, bahkan anak-anak Tuhan, tidak mengalami pertumbuhan rohani?
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Mengapa kita tidak boleh lagi hidup dengan cara orang-orang yang tidak mengenal Allah?
Apa akibat kebodohan dan kedegilan hati orang-orang yang tidak mengenal Allah?
Mengapa orang yang tidak mengenal Allah, menyerahkan diri kepada nafsu dan dengan serakah segala macam kecemaran?
Mengapa orang-orang yang mengenal Allah tidak hidup seperti itu?
Saudara, Rasul Paulus pernah menasihatkan jemaat di Korintus agar mereka memperhatikan pergaulan mereka. Dengan jelas, ia menyatakan akibat dari suatu pergaulan bagi anak-anak Tuhan.
1 Korintus 15:33“Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.”
Pergaulan sangat mempengaruhi hidup kita.
Itulah sebabnya Rasul Paulus dengan tegas menegur jemaat di Korintus agar mereka menjaga pergaulan mereka.
Teman yang kita pilih memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan kita.
Sebagai anak-anak Tuhan, dalam ayat-ayat firman Tuhan di atas, Rasul Paulus menasihatkan jemaat di Efesus agar mereka tidak lagi hidup seperti dulu, ketika masih seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah, dengan pikiran yang sia-sia dan pengertian yang gelap.
Orang yang tidak bergaul dengan Tuhan tidak hidup seperti anak-anak Tuhan yang menjalani hidup dalam ibadah dan menyadari bahwa hidup adalah sebuah penyembahan.
Apapun yang kita lakukan seharusnya menjadi perkara rohani dan bentuk penyembahan kepada Tuhan.
Setelah kita lahir baru, Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa kita adalah ciptaan yang baru.
Sebagai ciptaan baru, seharusnya kita memiliki kebiasaan yang baru dan tidak lagi melakukan kebiasaan lama, karena yang lama sudah berlalu dan yang baru sudah datang.
2 Korintus 5:17“.Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.”
Oleh karena itu, Rasul Paulus menasihatkan agar anak-anak Tuhan jangan lagi hidup seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah, dengan pikiran yang sia-sia, pengertian yang gelap dan jauh dari persekutuan dengan Allah.
Saudara, oleh karena itu, marilah kita menilai kembali pergaulan kita.
Mari bergaul dengan sesama anak Tuhan agar hidup kita diperkaya dengan masukan yang baik dari mereka.
Alangkah baiknya jika teman-teman dalam komunitas kita adalah anak-anak Tuhan yang memiliki keinginan untuk mengenal Yesus Kristus lebih dalam lagi.
Kita bisa bergabung dalam berbagai komunitas, seperti Komunitas pembaca Alkitab, komunitas berbagi sembako bagi orang miskin yang anggotanya adalah teman-teman segereja, komunitas jalan pagi bersama teman-teman segereja, komunitas gowes dengan sesama anak-anak Tuhan, komunitas bola basket, komunitas badminton dan lain sebagainya.
Dengan demikian, kemungkinan kita juga akan mengalami pertumbuhan rohani, meskipun kegiatan yang dilakukan adalah bersepeda.
Berolahraga bersama teman-teman seiman seperti bersepeda jauh ke luar kota, maka percakapan lebih terjaga, dapat saling mengingatkan dalam hal makanan dan minuman serta kebiasaan lainnya.
Dengan begitu, kita dapat menerapkan apa yang Rasul Paulus katakan kepada jemaat di Korintus dalam kehidupan kita saat ini.
Efesus 4:19-21“Perasaan mereka telah tumpul, sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran. Tetapi kamu bukan demikian. Kamu telah belajar mengenal Kristus. Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus”
Jika kita bergaul dalam komunitas yang anggotanya bukan anak-anak Tuhan, terutama bukan dari gereja yang sama, besar kemungkinan kita akan mengalami pencemaran rohani dalam kegiatan komunitas tersebut.
Saat mengikuti kegiatan gowes ke luar kota yang berlangsung selama beberapa hari, pasti akan ada waktu istirahat dan momen bersantai untuk mengobrol.
Dalam percakapan ini, akan terjadi pertukaran ide dan kebiasaan di antara anggota komunitas.
Pemimpin komunitas biasanya akan membicarakan hal-hal yang ia anggap penting atau menarik.
Jika pemimpin ini bukan anak Tuhan, ada kemungkinan ia mengajak anggotanya melakukan sesuatu sesuai keinginannya.
Ketika semua anggota berada jauh dari keluarga, maka godaan untuk melakukan hal-hal yang tidak baik bisa muncul dan berbagai bentuk kecemaran pun dapat terjadi.
Itulah sebabnya sangat penting menentukan dengan siapa kita bergaul.
Pergaulan yang buruk dapat merusak kebiasaan yang baik. Marilah kita bergaul dengan sesama anak-anak Tuhan, terutama mereka yang memiliki kerinduan mendalam untuk mengenal Yesus Kristus, Tuhan kita.
Bersaat teduh bersama dan berdoa bersama dalam komunitas yang beranggotakan sesama anak-anak Tuhan dapat menciptakan kebiasaan baik bahkan hingga merencanakan waktu libur bersama.
Kebiasaan baik ini juga dapat menular kepada seluruh keluarga. Oleh karena kita telah mengenal Yesus Kristus, marilah kita meninggalkan cara hidup lama kita.
Selain itu, mari kita juga mencari teman-teman yang memiliki kehidupan yang sama dengan kita sehingga kita dapat saling mendukung dalam pertumbuhan iman dan pengenalan akan Tuhan Yesus.
Ketika kita memasuki lingkungan baru, seperti kantor atau sekolah, tentu kita akan berkenalan dengan banyak orang.
Oleh karena itu, mulailah berdoa agar Tuhan memelihara kita di tempat tersebut.
Marilah kita mencari teman-teman yang dapat membawa kita semakin mengenal Tuhan Allah melalui pengenalan akan Yesus Kristus dan mendorong kita untuk erat bergaul dengan Roh Kudus.
Hal ini bisa dilakukan melalui pemuridan, persekutuan, komsel, membaca dan merenungkan firman Tuhan serta berdoa baik secara pribadi maupun korporat.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Didalam siapakah ada ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan?
Apa yang membuat Paulus mengalami sukacita?
Apakah perlu kita mencari kepentingan sendiri dan pujian yang sia-sia? Seperti apa bentuknya pujian yang sia-sia?
Apakah kepentingan orang lain perlu juga kita perhatikan? Apa yang dapat kita lakukan?
Kota Filipi adalah koloni Romawi yang terletak di wilayah Makedonia, dan penduduknya sebagian besar adalah orang-orang Yunani, Romawi, dan beberapa orang Yahudi.
Karena latar belakang budaya mereka yang beragam, jemaat Filipi kemungkinan menghadapi tantangan dalam menjaga kesatuan dan harmoni.
Meskipun secara umum jemaat ini dikenal sebagai komunitas yang setia dan mendukung pelayanan Paulus (misalnya, mereka sering membantu Paulus secara finansial), tetap ada potensi konflik internal akibat perbedaan budaya, status sosial, atau ego individu.
Paulus dalam suratnya kepada jemaat Filipi memberikan pesan secara khusus untuk tidak mencari kepentingan sendiri atau pujian yang sia-sia.
Dalam budaya Yunani-Romawi, pencarian kemuliaan pribadi (gloria dalam Latin) adalah hal yang sangat penting.
Orang-orang sering berusaha mendapatkan penghormatan dan pengakuan dari masyarakat melalui prestasi, status sosial, atau bahkan penampilan luar.
Namun, Paulus menegaskan bahwa sikap ini bertentangan dengan nilai-nilai Kerajaan Allah, yang menekankan kerendahan hati dan ketulusan.
Paulus menyadari bahwa Gereja adalah tubuh Kristus, dan setiap anggotanya harus bekerja sama dalam harmoni.
Jika anggota gereja saling bersaing atau mencari keuntungan pribadi, maka kesatuan gereja akan terancam.
Paulus menekankan bahwa kesatuan hanya dapat dicapai melalui kerendahan hati dan tidak mencari kepentingan sendiri.
Surat ini ditujukan kepada jemaat Filipi, itu berarti bahwa mereka bukanlah orang asing yang tidak mengenal kebenaran.
Kondisi jemaat Filipi memberikan pelajaran berharga bahwa ketidaksehatian akibat mementingkan diri sendiri tidak akan pernah membawa jemaat kepada kesehatian dan kesatuan.
Kepentingan sendiri membawa kita fokus pada masalah atau persoalan sendiri serta tidak peduli dengan masalah saudara yang lain bahkan lebih jauh orang lain yang belum mengenal Injil.
Kondisi ini tidak akan membawa kemajuan bagi kita secara pribadi namun juga kemajuan gereja lokal dalam menggenapi amanat agungNya.
Melalui renungan hari ini Roh Kudus mengingatkan kita bahwa kesatuan yang akan membawa kebangunan rohani dimulai dari kerendahan hati untuk memperhatikan kepentingan saudara yang lain dan juga orang-orang yang belum mengenal Kristus.
Diskusikan dengan kelompok PA dan persekutuan kita, bahwa adakah manusia yang tidak pernah berbuat dosa? Siapakah yang sanggup menebus dosa kita? Dan diskusikan hal apa yang harus kita lakukan agar dosa kita ditebus dan kita beroleh keselamatan.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Seperti siapa kita harus menaruh pikiran dan perasaan dalam hidup bersama saudara seiman yang lain?
Apa yang tidak dipertahankan oleh Yesus sesuai dengan perikop yang kita baca hari ini?
Siapa yang mengambil rupa seorang hamba?
Sampai kapan Yesus taat kepada Bapa?
Tidak mudah bagi seseorang yang memiliki kekuasaan dan sekaligus kekayaan mau dihakimi dan disalahkan karena suatu perbuatan yang tidak dilakukannya.
Bahkan pada masa kini dengan mudah seseorang yang memiliki kekuasaan dapat mengadukan pihak lain yang “mencemarkan nama baik” dalam media sosial kepada kepolisian untuk dapat diproses secara hukum.
Mereka dapat menyewa pengacara termahal sekalipun demi mempertahankan reputasi atau kekuasaan mereka.
Bisa dibayangkan bahwa tidak mudah bagi orang-orang yang memiliki kekuasaan atau kekayaan atau keduanya untuk “merendahkan dirinya” ketika “dicemarkan nama baiknya”.
Yesus memiliki kesetaraan dengan Allah seperti yang dinyatakan Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Filipi.
Kita tahu bahwa hingga hari ini tidak seorangpun di muka bumi dapat dianggap memiliki kesetaraan dengan Allah kecuali Yesus.
Kesetaraan dengan Allah artinya tidak hanya memiliki kekuasaan untuk menghukum orang-orang yang bersalah, tetapi juga memiliki kekayaan alam semesta beserta isinya.
Yesus yang walaupun dalam rupa Allah tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai miliki yang harus dipertahankan.
Mengosongkan diriNya dan mengambil rupa seorang hamba, bahkan sejarah mencatat bagaimana Yesus menderita aniaya serta penghinaan dari manusia tanpa melakukan perlawanan sekalipun Dia mampu dan berhak untuk melakukannya.
Saudara, Yesus telah memberikan teladan kepada kita, bagaimana Dia menjalankan perintah Bapa sekalipun punya kekuasaan dan wewenang untuk menindak manusia menyalibkan diriNya.
Yesus bahkan mengampuni mereka karena Dia tahu bahwa mereka tidak menyadari apa yang mereka perbuat.
Mari kita renungkan kembali kehidupan kita, sudahkah kita memahami apa yang menjadi kehendak Bapa dalam hidup kita?
Setiap kita memiliki panggilan khusus dari Bapa, seperti Yesus memiliki panggilan khusus untuk mati dalam penderitaan pada akhir hidupnya, demikian juga kita punya tugas khusus yang harus kita jalankan hingga akhir hidup kita.
Pesan hari ini adalah untuk memastikan bahwa kita sekalipun memiliki segala hal yang baik entah itu jabatan ataupun kekayaan, pastikan bahwa kita meneladani Yesus, siap menderita ketidaknyamanan karena mengikuti kehendak Bapa, sama seperti Yesus dimampukan oleh roh Kudus, demikian juga kita harus mengandalkan Roh Penolong ini, bukan jabatan atau kekayaan kita.
Diskusikan dengan kelompok PA dan persekutuan kita, bahwa adakah manusia yang tidak pernah berbuat dosa? Siapakah yang sanggup menebus dosa kita? Dan diskusikan hal apa yang harus kita lakukan agar dosa kita ditebus dan kita beroleh keselamatan.
TIDAK ADA YANG DAPAT MEMISAHKAN KITA DARI KASIHNYA
Penulis : Anang Kristianto
Pembacaan Alkitab Hari ini :
ROMA 8:35-39
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apakah penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang dapat memisahkan kita dari kasih Kristus?
Mengapa kita dapat menjadi lebih daripada orang-orang yang menang?
Apakah maut dapat memisahkan kita dari kasih Allah?
Hingga saat ini tulisan dalam suatu kertas atau buku adalah informasi yang dapat memberikan gambaran peristiwa, pemahaman, pelajaran, mengenai banyak hal dari generasi terdahulu pada generasi berikutnya.
Hal tersebut berlaku juga dengan perkataan-perkataan yang diilhami oleh Roh Kudus yang ditulis dalam lembaran-lembaran kertas oleh para rasul memberikan kita tidak hanya informasi tetapi juga kesaksian nyata kasih Allah dinyatakan kepada manusia pada zaman tersebut.
Tulisan-tulisan yang akhirnya terkumpul menjadi Alkitab sehingga kita bisa membaca bagaimana janji-janji Tuhan dalam tulisan sebelumnya di Perjanjian Lama digenapi dan juga bagaimana murid-murid mengerjakan dan menggenapi perintah atau amanat Kristus.
Dari catatan sejarah dan kesaksian para nabi dan murid-muridNya kita melihat suatu topik besar yang merangkai seluruh tulisan dalam Alkitab yaitu kasih Allah kepada manusia yang tak lekang oleh waktu.
Sejarah mencatat berbagai penindasan, kesesakan, penganiayaan dan bahaya hingga kematian yang terjadi terhadap umat pilihanNya bangsa Israel pada Perjanjian Lama hingga murid-muridNya pada masa Perjanjian Baru.
Berbagai pihak mulai dari raja, pemerintahan, ahli agama, ahli Taurat, orang-orang yang tidak menyukai injil mencoba untuk menganiaya atau bahkan memusnahkan umatNya, namun kasih Allah selalu menyertai mereka.
Kasih Allah merupakan warisan yang tidak ternilai harganya yang mengalir dari generasi ke generasi umatNya, kasih Allah membuat mereka bertahan bahkan bertambah banyak sekalipun mengalami aniaya dan penindasan dalam hidup mereka.
Hari ini kita melayani dalam kelompok pemuridan karena menerima warisan kasih Allah dan juga kerelaan untuk mengalirkan kasih itu kepada orang-orang yang kita layani.
Hari ini tantangan kita mungkin bukan penindasan, tetapi hal lain yang kita sebut kenyamanan dan pergumulan.
Kita mungkin sudah begitu nyaman dan disibukkan dengan pekerjaan atau keluarga, mari kita mengingat kembali bahwa pekerjaan atau keluarga yang Tuhan percayakan adalah sarana untuk kasih Allah sampai kepada dunia.
Manusia dibelenggu oleh banyak pergumulan sejak lahir, dari bayi hingga punya cucu selalu mengalami pergumulan sehingga bisa melupakan tujuan hidup yang sejati yaitu menjadi saluran kasih Allah kepada dunia dengan menjadikan mereka murid-murid Kristus.
Saudara, pergumulan tidak akan pernah selesai selama hidup, tapi kasih Allah harus sampai kepada dunia ini sebelum kita dipanggil pulang.
Diskusikan dengan kelompok PA dan persekutuan kita, bahwa adakah manusia yang tidak pernah berbuat dosa? Siapakah yang sanggup menebus dosa kita? Dan diskusikan hal apa yang harus kita lakukan agar dosa kita ditebus dan kita beroleh keselamatan.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apa yang dimaksud dengan akil balig?
Menurut pembacaan kita di kitab Galatia diatas jika seorang belum akil balig, dapatkan kita menerima warisan yang sah menurut hukum?
Kapan waktunya kita bisa dikatakan akil baligh menurut pembacaan kitab Galatia diatas?
Apa perbedaan antara hamba dengan anak, dalam konteks pembacaan kitab Galatia?
Paulus sesuai konteks bacaan menjelaskan bahwa ayat ini bukan berbicara mengenai perubahan dari “hamba menjadi anak”, dan juga bukan menjelaskan status kita “dulu waktu berdosa dan sekarang telah diselamatkan”.
Paulus ingin menekankan bahwa mereka orang-orang Galatia masa itu memang sudah berstatus anak atau sudah percaya, namun mereka kembali kepada kehidupan lamanya.
Mereka masih saja hidup dibawah hukum taurat.
Paulus menegaskan kembali, ketika kita sudah percaya kepada Dia, itu artinya kita juga percaya bahwa Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita -Galatia 3:13.
Ayat ini meyakinkan bahwa seharusnya kita sudah tidak lagi hidup dibawah hukum taurat.
Dengan demikian kita adalah anak yang sudah akil balig “sudah diperhitungkan dewasa”.
Dengan status kita yang sudah akil balig tersebut, kita sudah dianggap layak menjadi anak yang memiliki atau mewarisi hak penuh atas semua janji-janji Bapa kita.
Apa itu janji-janji Bapa? Adalah segala berkat rohani maupun jasmani yang Tuhan sediakan bagi kita, di bumi maupun di sorga.
Masih ingat kisah tentang perumpamaan anak yang hilang (Lukas 15 :11-32)?
Ada satu pernyataan yang menarik dari anak bungsunya yang sudah kembali kepada rumah bapanya “aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa, jadikanlah aku sebagai salah satu upahan bapa” (Lukas 15:19).
Anak bungsunya tahu persis meskipun dia sudah menjadi anak “durhaka” terhadap orang tuanya, namun itu tidak merubah statusnya bahwa dia tetap anak dari bapaknya, bukan menjadi anak orang lain.
Namun kenyataannya anak bungsu tersebut tidak mengetahui akan statusnya bahwa dia anak dari seorang ayah yang kaya.
Dalam prakteknya sering terjadi kita yang sudah berstatus anak Allah namun sikap dan tindakan kita tidak mencerminkan sebagai anak-anak Allah yang sudah akil baligh (“sudah dewasa”).
Kita masih saja dikuasai oleh keinginan daging. Kita masih diperhamba oleh uang, tak jarang anak-anak Tuhan lebih “mencintai uang dan materialisme” dibandingkan dengan mencintai Tuhan.
Kita juga masih sering dikuasai rasa takut dan kuatir yang berlebihan seolah-olah tidak ada penyertaan Tuhan dalam hidup kita.
Kita masih menyimpan rasa sakit hati kepada orang lain, kecewa terhadap banyak hal, sulit mengampuni, sulit untuk meminta maaf, sulit berterima kasih dan kurang bersyukur atas apa yang kita miliki saat ini.
Kita sering jatuh kepada dosa yang sama berulang kali dan lain sebagainya.
Hal-hal tersebut menunjukkan bahwa kita ini “anak” namun masih bermental “hamba” seperti pernyataan anak bungsu diatas -Lukas 15:19.
Diskusikan dengan kelompok PA dan persekutuan kita. Saat ini kita tahu tentang status kita di hadapan Tuhan yaitu kita adalah anak, namun kenapa kita masih saja bermental “hamba”?
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Siapakah orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah? (ayat 17)
Apa yang diyakini oleh Paulus tentang “penderitaan” pada waktu zamannya, yang juga masih relevan dengan saat ini, dibandingkan dengan kemuliaan yang kita terima kelak?
Apa dan siapa yang dinantikan oleh seluruh makhluk? (ayat 19)
Oleh kehendak siapa yang telah menaklukkan seluruh makhluk kepada kesia-siaan?
Jika kita ditanya, siapa yang mau menderita? Mungkin hampir sebagian besar orang akan menjawab tidak mau! Siapa sih yang mau menderita?
Sejak manusia jatuh kedalam dosa, yaitu pada zaman Adam dan Hawa, manusia sudah mulai menderita.
Penderitaan yang dialami oleh semua makhluk itu berlangsung sampai dengan hari ini.
Penderitaan tidak mengenal suku, bahasa dari negara mana mereka berada, penderitaan juga tidak mengenal usia, jenis kelamin, atau status sosial, kaya atau miskin. Semua kita bisa menderita.
Ada penderitaan terjadi oleh ulah kita sendiri, ada juga penderitaan yang terjadi di luar kendali kita manusia.
Contoh penderitaan oleh ulah kita sendiri: Penghasilan yang kita terima setiap bulan tidak terlalu besar, maka kita sebaiknya dapat mengatur keuangan kita sedemikian rupa, agar kita cukup menghidupi kebutuhan kita selama 1 bulan.
Namun kita tidak mau berusaha mengatur keuangan kita dengan sebaik mungkin, bahkan kita cenderung hidup boros.
Apa yang akan terjadi? kita akan menderita kekurangan setiap bulan, sehingga kita tidak dapat mencukupi kebutuhan kita.
Pada akhirnya sebagai jalan pintas, yang kita lakukan adalah pinjol dan juga kita meminjam uang ke beberapa tetangga atau teman, sebagai solusi untuk menutup kebutuhan hidup sehari-hari.
Pinjam-meminjam tersebut, di banyak kasus ujung-ujungnya beberapa jemaat terlilit dengan hutang-piutang.
Contoh penderitaan yang bukan karena ulah yang kita perbuat: Rumah kita dilanda angin puting beliung, sehingga kita mengalami penderitaan yaitu mengalami kerugian harta benda, masih banyak contoh-contoh penderitaan lainnya.
Setelah melihat contoh diatas, pertanyaan berikutnya, apakah “penderitaan” itu dapat kita hindari?
Tergantung dengan cara kita memandang tentang penderitaan itu sendiri.
Kata “penderitaan” yang dimaksud dalam konteks Roma 8:17, jika kita anak Allah, maka kita adalah ahli waris yang akan menerima janji-janji Allah, jika kita menderita bersama-sama dengan Dia.
Dengan kata lain, dalam konteks ayat ini maka menderita bersama dengan Yesus adalah penderitaan yang tidak bisa kita hindari karena iman kita.
Contoh menderita bersama Yesus: sering sekali karena iman yang kita percayai, juga keteladanan hidup kita yang baik serta berbeda dengan orang yang tidak percaya, kita di sebut kafir.
Darah kita halal untuk dibunuh, kita mungkin juga mendapat persekusi verbal dan perlakuan tidak adil.
Kita enggan memberitakan injil kepada mereka karena takut dengan perlakuan orang-orang.
Ada pula sebagian orang yang sudah percaya kepada Kristus, jika mau memperoleh kedudukan tinggi di suatu instansi/kantor tertentu atau dalam dunia pergaulan anak-anak muda jika kita bisa diterima baik oleh kelompok mereka.
Kita “dipaksa masuk” ke agama mereka.
Dengan kata lain kita harus menjual Iman percaya kita, agar semua jabatan atau kedudukan kita peroleh, kita diterima baik di dalam kelompok mereka.
Tetapi syukurlah, di ayat 18 dijelaskan bahwa penderitaan zaman ini tidak sebanding dengan kemuliaan yang akan dinyatakan Allah kepada kita kelak.
Jadi saudaraku, apapun penderitaan yang saat ini kita sedang hadapi, tetaplah tenang, percayalah kepada Dia, selalu bersyukur dan terus mengandalkan Dia.
Ada kemuliaan besar yang sedang dipersiapkan Kristus untuk kita, jika kita tetap teguh dan setia di dalam Dia.
Diskusikan dengan kelompok PA dan persekutuan kita, apakah kita pernah dilakukan tidak adil atau dijauhi karena kita menceritakan Nama Yesus kepada teman kantor, teman pergaulan, tempat usaha, sekolah, tetangga kita? Jika Iya, apakah kita masih mau belajar terus untuk menceritakan tentang Dia?
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Adakah saksi kebangkitan Yesus?
Apakah bukti kebangkitan Yesus?
Alkitab Perjanjian Lama berisi banyak nubuatan yang merujuk pada kedatangan Mesias.
Para ahli teologi berbeda pendapat tentang jumlah pasti nubuatan ini, namun beberapa kalangan memperkirakan lebih dari 400 referensi ayat dalam Perjanjian Lama tentang kedatangan Mesias.
Menurut seorang ahli teologi Alfred Edersheim, terdapat lebih dari 300 nubuat yang telah terjadi di Perjanjian Baru.
Artinya janji-janji Allah dalam nubuatan yang ditulis oleh para nabi di Perjanjian Lama tentang satu orang, yaitu Yesus, telah terwujud dalam Perjanjian Baru.
Lalu bagaimana kita memaknai janji-janji Allah yang tertulis dalam Kitab Suci? Allah bisa secara spesifik memberikan janji dan petunjuk kepada kita.
Misalnya janji keselamatan bagi seluruh anggota keluarga.
Kisah Para Rasul 16:31 ”…Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.”
Jika kita percaya, beriman dan mulai bertindak dengan mendoakan dan memberitakan Injil kepada anggota keluarga, maka seluruh isi rumah atau seluruh anggota keluarga akan diselamatkan.
Dan sesungguhnya sudah banyak kesaksian tentang keluarga-keluarga yang seluruh anggotanya diselamatkan, setelah satu orang diselamatkan dan orang tersebut kemudian bertindak untuk mendoakan dan bersaksi pada anggota keluarganya.
Hal yang penting selain janji, Firman Tuhan juga dapat memberikan arahan dan petunjuk bagi kita.
Betapa sesungguhnya kita membutuhkan arahan dan petunjuk bagi kehidupan kita sehari-hari agar kita dapat hidup sesuai dengan kehendak Tuhan dan tidak menyimpang dari nilai-nilai yang Alkitabiah.
Kitab Amsal yang terdiri dari 31 pasal, berisi sangat banyak petunjuk untuk kita hidup dengan benar.
Kita bisa membaca satu pasal setiap hari sesuai dengan tanggal. Misalnya, hari ini adalah tanggal 5, kita bisa membaca Amsal 5 dari ayat pertama hingga ayat terakhir.
Alkitab terbitan LAI atau Lembaga Alkitab Indonesia, memberikan judul “Nasihat mengenai perzinahan” pada Amsal pasal 5.
Dengan membaca pasal 5 ini kita akan diberi petunjuk untuk menjauhi perzinahan, bahkan mungkin ditegur oleh Firman yang kita baca, ketika kita membaca dengan hati yang terbuka.
Perzinahan dimulai dari mata dan pikiran kita, orang tidak tiba-tiba melakukan perzinahan.
Bisa saja itu dimulai dengan kebiasaan melihat pornografi.
Dengan membiasakan membaca Alkitab secara teratur, kita akan banyak mendapat petunjuk untuk hidup dengan benar.
Dan membaca kitab Amsal sesuai tanggal adalah hal yang sangat baik yang bisa kita lakukan.
Saudara, metoda apakah yang engkau gunakan dalam membaca Alkitab, diskusikan itu dalam kelompok pemuridan atau persekutuan.