MEMIKIRKAN APA YANG DIPIKIRKAN OLEH ALLAH

Penulis : Pdt. Robinson Saragih

This image has an empty alt attribute; its file name is D1.png

Pembacaan Alkitab Hari ini : 

MATIUS 16:21-23

Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.

This image has an empty alt attribute; its file name is D2.png
  1. Apa tujuan Yesus pergi ke Yerusalem dalam bagian firman ini?
  2. Apa alasan Petrus tidak setuju dengan tujuan Yesus?
  3. Mengapa Yesus tega berkata “Iblis” kepada Petrus, murid-Nya sendiri?
  4. Mengapa Yesus menyebut Petrus sebagai batu sandungan bagi-Nya?
This image has an empty alt attribute; its file name is D3.png

Saudara, melalui cerita ini, kita dapat memahami bahwa Yesus selalu berjalan dalam pimpinan Bapa-Nya melalui Roh Allah atau Roh Kudus yang telah mengurapi dan memenuhi-Nya.

Yesus senantiasa memikirkan apa yang menjadi kehendak Bapa-Nya.

Yohanes 4:1-5 “Ketika Tuhan Yesus mengetahui, bahwa orang-orang Farisi telah mendengar, bahwa Ia memperoleh dan membaptis murid lebih banyak dari pada Yohanes–meskipun Yesus sendiri tidak membaptis, melainkan murid-murid-Nya, –Iapun meninggalkan Yudea dan kembali lagi ke Galilea. Ia harus melintasi daerah Samaria. Maka sampailah Ia ke sebuah kota di Samaria, yang bernama Sikhar dekat tanah yang diberikan Yakub dahulu kepada anaknya, Yusuf.”

Saudara, Tuhan Yesus senantiasa berjalan dalam arahan Bapa-Nya.

Itulah sebabnya Dia selalu berdoa kepada Bapa-Nya untuk mendapatkan arahan.

Ketika Yesus menyadari bahwa orang-orang Farisi telah mengetahui bahwa Ia memiliki banyak murid, maka Yesus mengerti bahwa waktu-Nya untuk dikorbankan sudah dekat.

Seperti yang telah Dia katakan kepada murid-murid-Nya, bahwa Dia akan ditangkap dan dianiaya oleh para tua-tua Israel, disalibkan serta dibunuh karena iri hati orang-orang Farisi.

Oleh sebab itu, Yesus melewati Samaria karena Dia akan mengakhiri pelayanan-Nya sebagai Anak Manusia.

Ketika Yesus mengutus ketujuh puluh murid-murid-Nya, Dia melarang mereka memberitakan kabar baik kepada orang Samaria dan melarang mereka memasuki wilayah Samaria.

Matius 10:5-6 “Kedua belas murid itu diutus oleh Yesus dan Ia berpesan kepada mereka: “Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.”

Saudara, Yesus memang melarang murid-murid-Nya, namun Ia sendiri dengan sengaja melintasi dan masuk ke kota Sikhar.

Yesus sudah tahu bahwa waktunya untuk dikorbankan semakin dekat sehingga Dia menyelesaikan tugas-Nya dalam memberitakan kabar baik (Injil Kerajaan Allah atau Injil Keselamatan) kepada Israel.

Pemberitaan kabar baik ini dimulai dari Yerusalem, seluruh Yudea, Samaria, sampai ujung bumi melalui murid-murid-Nya dan gereja-Nya kelak.

Ketika berada di Samaria, Yesus melayani seorang perempuan Samaria ketika murid-murid-Nya pergi mencari makanan.

Ketika para murid kembali dari membeli makanan, maka mereka mengajak Yesus untuk makan dan terjadilah percakapan berikut:

Yohanes 4:31-34 “Sementara itu murid-murid-Nya mengajak Dia, katanya: “Rabi, makanlah.” Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: “Pada-Ku ada makanan yang tidak kamu kenal.” Maka murid-murid itu berkata seorang kepada yang lain: “Adakah orang yang telah membawa sesuatu kepada-Nya untuk dimakan?” Kata Yesus kepada mereka: “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.”

Yesus senantiasa memikirkan tugas-tugas yang diperintahkan oleh Bapa-Nya.

Itulah sebabnya Yesus selalu berdoa untuk menantikan arahan dari Bapa-Nya.

Bahkan, Dia dengan jelas mengatakan bahwa makanannya adalah melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan Bapa-Nya.

Yesus dengan jelas menyatakan bahwa Dia akan menyelesaikan tugas-Nya.

Matius 16:21 “Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.”

Sementara itu, Petrus, salah seorang murid-Nya:

Matius 16:22 “Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.”

Petrus berpikir bahwa tidak mungkin Yesus diperlakukan seperti itu.

Setelah melihat dan mengikuti kehidupan Yesus selama tiga tahun, Petrus berkata bahwa hal tersebut tidak akan terjadi pada Yesus.

Baginya, Yesus adalah Mesias yang berkuasa dan akan memerintah Israel, tidak mungkin dapat dibunuh dengan cara yang begitu mudah.

Karena pemikiran itulah, Petrus menegur Yesus, namun Yesus berbalik menegur Petrus:

Matius 16:23 “Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.”

Saudara, Rasul Paulus dengan jelas menyatakan bahwa Gereja Tuhan atau jemaat Yesus Kristus di akhir zaman ini seharusnya memikirkan hal-hal yang ada di surga:

Kolose 3:1-2 “Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.”

Saudara, oleh karena itu, marilah kita merenungkan firman Tuhan yang tertulis dengan sungguh-sungguh agar kita dapat mengalami kepenuhan Kristus:

2 Timotius 3:16-17 “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.”

Jadi, marilah kita terus belajar setiap hari untuk membaca dan merenungkan firman Tuhan melalui Alkitab kita, dalam saat teduh, doa dan penyembahan.

Dengan demikian, kita akan mendapatkan arahan dari Tuhan melalui firman-Nya yang diterangi oleh Roh Kudus sehingga kita dapat bertumbuh menjadi seperti Yesus yang senantiasa berdoa kepada Bapa untuk meminta bimbingan.

Yesus senantiasa memikirkan apa yang telah direncanakan oleh Bapa-Nya.

Tidak ada satu pun tindakan Yesus yang keluar dari rencana Bapa, kecuali satu kali ketika Dia pernah berdoa.

Namun, pada akhirnya, Yesus tetap menaati kehendak Bapa-Nya:

Matius 26:36-39 “Maka sampailah Yesus bersama-sama murid-murid-Nya ke suatu tempat yang bernama Getsemani. Lalu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: “Duduklah di sini, sementara Aku pergi ke sana untuk berdoa.” Dan Ia membawa Petrus dan kedua anak Zebedeus serta-Nya. Maka mulailah Ia merasa sedih dan gentar, lalu kata-Nya kepada mereka: “Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku.” Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.”

Mengapa hal itu terjadi? Yesus adalah 100% manusia dan 100% Allah.

Sebagai manusia, Ia merasakan kegentaran saat menghadapi kejadian yang akan terjadi keesokan harinya ketika Dia akan mengalami siksaan, aniaya dan penyaliban.

Apakah Yesus takut akan kematian-Nya? Tidak, sebab kematian Yesus terjadi karena Yesus sendiri menyerahkan nyawa-Nya kepada Bapa.

Bukan kematian yang ditakutkan oleh Yesus Kristus, melainkan saat Dia ditinggalkan oleh Bapa-Nya.

Dari kekekalan sampai kekekalan, Allah Tritunggal tidak pernah terpisah dan Yesus Kristus yaitu Firman Allah yang hidup tidak pernah berpisah dengan Bapa-Nya.

Dalam kemahatahuan-Nya, Ia mengetahui bahwa akan tiba saatnya ditinggalkan oleh Bapa-Nya.

Hal Inilah yang membuat Dia takut.

Matius 27:46 “Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eli, Eli, lama sabakhtani?” Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”

Yohanes 1:1 “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah.”

Allah Tritunggal mengalami perpisahan ketika Yesus melakukan rencana Allah yaitu menebus dosa dunia.

Sebagai Anak Domba Allah, Yesus ditinggalkan oleh Bapa karena semua dosa dunia dipikulkan kepada-Nya.

Dosa itu melumuri dan menyelimuti Yesus, sehingga Bapa berpaling dan meninggalkan Yesus sendiri di atas kayu salib.

Hal inilah yang membuat Yesus sedih, berduka dan gentar.

Oleh sebab itu, Dia berdoa agar cawan murka Allah dilewatkan dari-Nya, tetapi Yesus berdoa, “Bukan kehendak-Ku melainkan kehendak-Mu, yang jadi.”

Jika selama di bumi Yesus selalu memikirkan apa yang dipikirkan oleh Bapa-Nya, maka sepatutnya kita juga senantiasa memikirkan apa yang Kristus pikirkan di surga.

Apa yang menjadi keinginan utama Kristus? Sepatutnya itulah yang menjadi tugas utama kita.

Kita harus memikirkan bagaimana tugas tersebut dilaksanakan. Tugas utama gereja adalah Amanat Agung Kristus. Inilah yang seharusnya menjadi pokok pikiran kita.

Haleluya, puji Tuhan, Amin.

Apa yang dapat jemaat lakukan agar kita dapat memikirkan apa yang Allah pikirkan?

Pembacaan Alkitab Setahun

Yosua 12-15