Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apakah yang menyebabkan para murid bersungut-sungut?
Mengapa sebagian dari para murid ada yang mengundurkan diri?
Yesus mengatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Dia adalah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Nya, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan haus lagi -Yohanes 6:35.
Selanjutnya Yesus meminta agar para murid memakan dagingnya dan meminum darah-Nya -Yohanes 6:54-56.
Dan para murid yang masih bingung, mereka bergumam satu dengan yang lainnya, “Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup untuk mendengarkannya?”
Apa yang disampaikan Tuhan Yesus memang bukan hal yang mudah untuk dipahami, Yesus sedang berbicara tentang hal-hal yang rohani, bukan daging dan darah secara harfiah.
Yesus juga sedang menyatakan bahwa Dia lah Firman itu, yang harus “dimakan dan diminum” agar masuk ke dalam tubuh rohani kita.
Firman Allah yang kita baca dalam Alkitab adalah sekumpulan huruf-huruf mati yang membentuk kata dan kalimat.
Kalimat-kalimat itu hanya akan menjadi pengetahuan jika hanya kita pahami sebatas dengan pikiran kita.
Tetapi sesungguhnya Firman Allah, yang adalah Yesus, yang adalah Allah yang berkomunikasi dengan kita, maknanya jauh lebih dalam dari kumpulan kalimat-kalimat yang membentuk paragraf, pasal dan buku.
Yohanes 6:63 “Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup.”
Perkataan-perkataan yang Yesus katakan, atau Firman Allah yang kita bisa baca dalam Alkitab adalah roh dan hidup.
Artinya kata dan kalimat dalam Firman, jangan hanya berhenti dalam otak kita sehingga Firman itu berhenti hanya sebatas pengetahuan.
Tetapi jika kita membaca dengan hati yang terbuka dan mohon pimpinan Roh Kudus, maka Firman itu bisa masuk ke dalam roh kita dan menjadi hidup.
Tuhan bisa menasehati kita melalui Firman, memberikan arahan yang jelas atas apa yang menjadi kebutuhan kita.
Misalnya kita membutuhkan arahan yang jelas ketika kita berdoa untuk pasangan hidup, atau mengambil keputusan-keputusan penting lainnya.
Firman Tuhan yang menusuk hingga roh kita, juga bisa dipakai Tuhan untuk menegur kita, mungkin kita sudah lalai dalam perkara tertentu.
Firman Tuhan juga bisa Tuhan pakai untuk memberi perintah, misalnya agar kita tidak memfitnah termasuk di dalamnya adalah membicarakan kejelekan orang lain ketika orang tersebut tidak ada, juga agar kita tidak suka bertengkar, agar kita selalu ramah dan bersikap lemah lembut terhadap semua orang -Titus 3:2.
Saudara, dalam kelompok kecil ceritakan pengalamanmu dalam membaca Alkitab, apakah ada peringatan, nasehat, janji, perintah?
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Kapankah zaman akhir yang dimaksud dalam Alkitab?
Siapakah yang dimaksud dengan bapa-bapa leluhur?
Allah adalah Allah yang berdaulat, Allah yang Maha Kuasa, Allah Pencipta baik langit, bumi, seluruh alam semesta, hewan dan kita manusia.
Tetapi dari masa ke masa, selalu ada orang yang merasa lebih pintar dari Allah dengan mempertanyakan tentang Allah dan kuasa-Nya.
Bahkan Alkitab mencatat bahwa pada hari-hari zaman akhir akan tampil pengejek-pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsunya.
Mereka adalah orang-orang yang mengabaikan hati nurani mereka dan lebih mempercayai akal mereka yang terbatas, sehingga mereka bahkan tampil sebagai pengejek-pengejek yang mempertanyakan kedaulatan Allah.
Namun bagi kita umat percaya, kita adalah orang yang percaya pada kedaulatan Allah dan kuasa dari Firman Allah.
Oleh Firman Allah, maka dunia diciptakan, dan oleh Firman Allah juga bumi dan langit dipelihara.
Jika kita memandang langit dan melihat misalnya dengan teropong bintang, kita bisa menyaksikan berbagai bintang, tata surya hingga galaksi yang sangat jauh. Itu semua dipelihara oleh Firman.
Apa itu galaksi, galaksi adalah kumpulan bintang, gas, debu, dan materi gelap yang disatukan oleh gravitasi dan membentuk alam semesta.
Galaksi-galaksi ini tersebar di seluruh ruang angkasa dan memiliki bentuk yang berbeda-beda.
Bumi berada di galaksi Andromeda yang memiliki 100 miliar bintang, dimana matahari adalah salah satu di antara bintang-bintang itu dan bumi salah satu planet dalam tata surya dengan matahari sebagai pusat tata surya.
Dan Firman Allah yang memelihara semua itu: planet, bintang, tata surya hingga galaksi.
Lalu apa makna rohani dari itu semua? Maknanya adalah Allah yang mampu memelihara benda-benda mati yang kita bisa saksikan dengan mata, Allah yang sama juga mampu memelihara kita umat tebusan-Nya.
Tuhan yang memelihara kita, bahkan sewaktu kita masih dalam kandungan, Tuhan yang sama yang akan memelihara kita hingga kelak kita kembali kepada-Nya.
“Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, ….mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya.”(Mazmur 139:13-16).
Firman Allah yang memelihara langit dan bumi, Firman Allah yang sama yang juga akan memelihara kita.
Sehingga tidak ada alasan untuk khawatir akan hari depan, jika kita bersedia untuk menjadikan Firman yang tertulis sebagai pedoman untuk ditaati dan dilakukan.
Saudara, dalam kelompok kecil ceritakan pengalamanmu dalam membaca Alkitab, apakah ada peringatan, nasehat, janji, perintah?
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Siapakah yang dimaksud dengan Firman?
Siapakah yang dimaksud dengan anak-anak Allah?
Injil Yohanes dibuka dengan filosofi yang sangat dalam. Kalimat yang tampak sederhana, tetapi sesungguhnya memiliki makna yang sangat dalam.
Setelah menegaskan bahwa Firman itu ada pada mulanya (ayat 1a), kemudian Yohanes menyatakan bahwa Firman itu bersama-sama dengan Allah di ayat 1b, sebelum kemudian mengidentifikasi Firman sebagai Allah dengan frasa terakhir dari ayat 1, “dan Firman itu adalah Allah.”
Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.
Secara tidak langsung, Yohanes sedang menjelaskan tentang kemuliaan Allah Tritunggal.
Bahwa mereka adalah satu, setara, tetapi berbeda.
Tentang Firman, Yohanes mengidentifikasi dengan jelas bahwa Dia adalah Yesus di ayat 14: “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.” (Yohanes 14:1).
Firman adalah Allah yang berkomunikasi dengan manusia.
Di masa Perjanjian Lama, Allah berkomunikasi dengan manusia melalui para nabi.
Tetapi pada awal masa Perjanjian Baru, Allah berkomunikasi secara langsung dengan manusia, melalui kelahiran Yesus di Betlehem.
Ya, Yesus mencoba untuk berkomunikasi sebagai Allah yang menjadi Manusia.
Setelah Yesus naik ke sorga, maka ada Pribadi Allah yang kemudian menjadi Penolong bagi umat percaya, yaitu Roh Kudus.
Seperti yang Yesus pesankan kepada murid-murid-Nya, agar mereka menunggu di Yerusalem.
Dan peristiwa turunnya Roh Kudus, kita kenal sebagai hari Pentakosta -Kisah Para Rasul 2:1.
Jika Yesus adalah Firman, kata “Firman” dalam Bahasa Yunani adalah logos.
Lalu apakah definisi dari kata logos? Kamus Alkitab Lexham mendefinisikan logos sebagai “sebuah kata konsep dalam Alkitab yang melambangkan sifat dan fungsi Yesus Kristus.
Kata ini juga digunakan untuk merujuk pada wahyu Allah di dunia.”
Jadi bagi kita yang percaya, Logos dapat digunakan untuk merujuk kepada Alkitab.
Artinya Alkitab adalah Firman Allah, itu adalah Allah yang berkomunikasi dengan manusia.
Melalui Alkitab kita bisa mengetahui tentang bagaimana dunia diciptakan, tentang sejarah raja-raja Israel, tentang kisah kehidupan murid-murid Yesus.
Itu semua adalah pengetahuan.
Tetapi Allah menghendaki agar kita tidak sekedar tahu tentang hal-hal itu semua, tetapi kita mempercayai dan melakukan apa yang tertulis dalam Firman. Kita bisa menjadi percaya, jika kebenaran Firman itu “diwahyukan” kepada kita.
Aspek “diwahyukan” memang bukan konsep yang sederhana.
Tetapi bagi kita yang percaya, kita memahami itu, yaitu ketika makna “Logos” berubah menjadi makna “Rhema”.
Jadi saat ini, Allah berkomunikasi dengan manusia melalui Roh Kudus dan juga melalui Firman atau Logos atau Rhema, yaitu Firman Allah yang diwahyukan kepada kita yang percaya.
Saudara, dalam kelompok kecil ceritakan pengalamanmu memperoleh Rhema.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apa yang Firman Tuhan definisikan tentang kasih?
Apakah kita mengasihi ketika kita mencari keuntungan untuk diri sendiri?
Ketika ada yang bersalah kepada kita, apakah kita berhak untuk marah? Dan apakah diperbolehkan menyimpan kesalahan orang yang bersalah pada kita?
Di dalam hal apa kita bersukacita?
Hal apa yang tidak berkesudahan? Hal apa yang akan berakhir? Hal apa yang akan berhenti? Dan hal apa yang akan lenyap?
Saudara-saudari,
Pada zaman Paulus, berbahasa dalam bahasa yang berbeda karena dikuasai oleh Roh menunjukkan status rohani seseorang.
Dengan demikian, tidak mengejutkan untuk jemaat Korintus yang telah diperlengkapi Allah dengan berbagai karunia melalui roh kudusNya terpesona dengan karunia-karunia yang lebih spektakuler.
Oleh karena itu Paulus menulis kepada jemaat di Korintus untuk hidup dalam kasih yang sejati.
Kasih yang murni dan yang sempurna yang berasal dari kasih Allah. Kasih ini memiliki ciri-ciri yang dijabarkan;
Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu.
Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.
Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri.
Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.
Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi ia bersukacita karena kebenaran.
Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.
Segala sesuatu didunia ini mungkin akan berlalu; kekayaan, kemuliaan, bahkan pengetahuan kita, tetapi kasih tidak akan pernah berakhir.
Kasih adalah sifat Allah yang kekal, dan kita dipanggil untuk mencerminkan kasih Allah ini dalam kehidupan kita sehari-hari.
Tuhan Yesus memberkati.
Bagaimana mempraktekkan Firman Tuhan hari ini dalam komunitas kita? Ceritakan pengalaman saudara untuk mempraktekkan kasih yang tak berkesudahan?
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Seperti apa kita ketahui kasih Kristus?
Jika kita memiliki harta duniawi, apa yang akan kita lakukan jika kita melihat saudara kita mengalami kekurangan?
Apakah kasih Allah ada atas kita ketika kita tidak mau mengasihi saudara kita yang dalam kekurangan?
Bagaimana kasih yang Tuhan mau kita praktekkan dalam hidup kita?
Saudara-saudari,
Pernah mendengar istilah NATO yang singkatannya adalah No Action and Talk Only.
Terjemahannya adalah tidak ada tindakan, hanya bicara saja atau bisa dibilang banyak bicara tanpa melakukan tindakan apapun dari yang dibicarakannya.
Biasanya identik hanya sebagai teori yang diketahui tetapi tidak ada hasil yang didapatkan dari perkataannya.
Gaya hidup Kristiani dapat disingkat dengan satu kata, yaitu “KASIH”.
Perintah untuk saling mengasihi sebagai respon dari hubungan antar manusia.
Kasih Kristiani bukan hanya sekedar kata-kata atau perasaan saja.
Kita dapat mengukur kesungguhan kasih kita kepada Allah dari tekad untuk melaksanakan apa yang difirmankanNya, dengan mengasihi sesama.
Kita sedang menghidupi kebenaran Firman Tuhan dengan mengasihi sesama.
Di dalam kehidupan kita sehari-hari, kita diperhadapkan dengan orang-orang yang memiliki banyak kebutuhan.
Tuhan mengingatkan kepada kita kalau kasih yang sejati itu dimulai dari tindakan nyata kita kepada orang-orang ini dengan menjawab kebutuhan mereka.
Memberikan materi yang kita miliki, menjawab kebutuhan emosional mereka, mengorbankan tenaga kita, memberikan telinga untuk mendengarkan orang yang sedang mengalami kesepian, dan masih banyak hal yang lain yang bisa kita lakukan untuk melihat orang lain mendapatkan jawaban dari kebutuhan mereka.
Ada sukacita yang besar ketika kita bisa menyatakan kasih dalam kebenaran kepada orang lain.
Tuhan Yesus memberkati.
Apakah kita sudah menunjukkan kasih kita kepada orang lain dengan tindakan? Atau hanya kata-kata semata? Bagaimana kita melatih kepekaan untuk menjawab kebutuhan orang-orang di sekitar kita dan dapat menyatakan kasih dengan perbuatan dan dalam kebenaran?
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Tidak ada kasih yang lebih besar seperti apa di dunia ini?
Kita disebut apa jikalau kita berbuat apa yang Yesus perintahkan kepada kita?
Kita tidak disebut sebagai apa, jika kita tidak tahu apa yang diperbuat Tuhan kepada kita?
Siapa yang memilih kita? Dan kita ditetapkan untuk apa?
Apa perintah Yesus kepada kita?
Saudara-saudari,
Bangsa Indonesia mengenal bulan November dengan hari Pahlawan, karena biasanya setiap tanggal 10 November, bangsa Indonesia merayakannya sebagai hari Pahlawan.
Hari untuk mengingat pengorbanan yang besar yang dilakukan oleh para pejuang bangsa yang sudah mengorbankan dirinya bahkan nyawanya, rela mati untuk kemerdekaan bangsa dan negara Indonesia.
Yesus melebihi para pahlawan Indonesia.
Yesus menunjukkan kasih yang sejati, kasih yang rela berkorban untuk seluruh umat manusia yang berdosa.
Yesus mengorbankan dirinya sendiri dan nyawanya, taat bahkan sampai harus mati di kayu salib untuk seluruh umat manusia yang berdosa.
Alkitab berkata di Yohanes 15:13, “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.”
Yesus memberikan teladan kasih sempurna kepada kita.
Yesus tidak hanya bicara tentang kasih, tapi Yesus mempraktekkan kasih-Nya.
Kita sebagai murid-Nya dipanggil untuk mengikuti teladan kasih-Nya.
Yesus juga menyebut kita sebagai sahabat-sahabatNya dan bukan lagi sebagai hamba.
Hal ini merupakan sebuah kehormatan yang besar. Karena dengan demikian kita dapat melakukan yang sahabat kita bisa lakukan, seperti seorang sahabat yang mau rela berkorban dan memberikan nyawa seperti Yesus.
Sebab bukan kita yang memilih Yesus, tetapi Yesus yang memilih kita.
Pemilihan ini memiliki tujuan untuk pergi dan menghasilkan buah, menghasilkan buah yang tetap.
Buah ini adalah perbuatan yang nyata dari kasih dan pelayanan kita kepada Tuhan dan sesama sebagai bukti kita mengasihiNya.
Oleh karena itu, Yesus memberikan perintah yang sangat jelas, Yohanes 15:17“Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain.”
Kasih yang memberikan nyawa, mengorbankan diri seperti yang dilakukan oleh Yesus.
Kasih yang memberikan nyawa tidak selalu diidentikkan dengan mati secara fisik, tetapi juga untuk zaman sekarang bisa berarti mengorbankan kenyamanan, memberikan hal yang lebih dari yang diminta, memberikan tenaga, yang pada akhirnya melepaskan ego pribadi demi kepentingan orang lain.
Tuhan Yesus memberkati.
Apakah ketika kita mengasihi, kita dengan rela mengorbankan diri atau ego kita demi kepentingan orang lain? Bagaimana hal ini dipraktekkan dalam kehidupan kita sehari-hari?
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Bagaimana kita menyucikan diri kita?
Apa hasil penyucian diri kita?
Bagaimana mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas?
Dengan benih apa kita dilahirkan kembali?
Apa yang menjadi tetap untuk selama-lamanya?
Saudara-saudari, pernah mendengar lagu rohani:
Cinta itu lemah lembut sabar sederhana
Cinta itu murah hati rela menderita
Ajarilah kami bahasa cinta-Mu
Agar kami dekat pada-Mu, ya Tuhanku
Ajarilah kami bahasa cinta-Mu.
Agar kami dekat pada-Mu.
Dunia ini mengajarkan setidaknya ada 5 bahasa kasih (love language).
Diantaranya kata-kata pujian, waktu yang berkualitas, pemberian hadiah, sentuhan fisik, dan memberikan bantuan.
Bahasa kasihNya Tuhan mencakup ke-5 bahasa kasih ini dan bahkan melebihi semuanya, bahasa kasihNya Tuhan sampai memberikan diriNya sendiri, rela menderita, dan disalib, sebagai bukti kasihNya yang tulus dan ikhlas kepada seluruh umat manusia.
Firman Tuhan hari ini mengajarkan kita bahwa melalui ketaatan kita kepada kebenaran, hidup kita telah disucikan.
Oleh karenanya kita diberikan kemampuan untuk mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas kepada saudara saudari kita.
Kasih persaudaraan yang bukan hanya sekedar perasaan atau perkataan saja, tetapi ada tindakan yang nyata atau bahasa kasih yang bisa dimengerti oleh sesama kita yang lahir dari kebenaran Firman Tuhan yang kita hidupi.
Kasih persaudaraan yang tulus ikhlas yang kita amalkan dalam kehidupan kita sehari-hari yaitu tidak lagi memperhatikan hanya kepentingan diri sendiri, tetapi juga belajar peduli dengan kebutuhan orang lain di sekitar kita yang Tuhan taruhkan di dalam hati kita.
Mengasihi dengan sepenuh hati kita, tidak dengan setengah hati, tapi dengan bersungguh-sungguh sepenuh hati kita.
Setiap kita yang telah dilahirkan kembali, yang dilahirkan dari benih yang tidak fana yaitu melalui Firman Allah yang hidup dan yang kekal (bukan dari benih yang fana), kita dimampukan untuk mengasihi dengan kasih yang kita terima dari kebenaran Firman Tuhan.
Dan kasih yang kita berikan dalam kebenaran Firman, tidak akan pernah menjadi layu seperti rumput, tetapi akan hidup kekal seperti Firman dan akan bersinar di dalam kehidupan kita.
Kasih yang tulus ikhlas yang akan dapat dirasakan oleh orang yang menikmatinya.
Dan lewat hai ini lah nama Allah dipermuliakan.
Tuhan Yesus memberkati.
Berikan praktek nyata mengamalkan kasih persaudaraan dalam kehidupan sehari-hari lewat waktu dan tenaga dalam sepanjang minggu ini.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Siapakah yang dipermuliakan di dalam Anak Manusia?
Siapa juga kah yang dipermuliakan di dalam Allah?
Apa perintah baru yang diberikan oleh Tuhan Yesus?
Apa yang diketahui oleh semua orang jika kita saling mengasihi?
Saudara-saudari,
Akhir bulan September lalu, Surabaya dihebohkan dengan seorang anak muda berusia 18 tahun yang melakukan tindakan bunuh diri, dikarenakan tindakan bullying yang dialami semasa sekolah yang dilakukan oleh teman-teman sekolahnya.
Hari-hari ini dunia punya standar yang berbeda untuk menghargai seseorang.
Dunia pakai kepintaran, kekayaan, jabatan, popularitas untuk jadi standar penghargaan terhadap seseorang.
Dan ketika seseorang mempunyai salah satunya sebagai standar, ada banyak orang akan datang menjadi sahabat dan rekan yang menjadi komunitasnya.
Kasih yang diberikan menjadi punya syarat dan ketentuan yang berlaku (skb).
Di dalam Firman Tuhan hari ini Yesus memberikan perintah yang sangat penting kepada murid-muridnya untuk saling mengasihi.
Mengasihi bukan dengan syarat dan ketentuan yang berlaku (skb), mengasihi bukan hanya perkataan saja, tapi mengasihi dengan perbuatan yang nyata.
Yesus memberikan contoh dirinya sendiri yang berkorban di kayu salib, merendahkan dirinya serendah-rendahnya, mati untuk menebus umat manusia yang berdosa.
Kasih Yesus yang tidak bersyarat, kasih yang rela berkorban, kasih dengan tindakan nyata, dan lewat kasihNya yang besar atas seluruh umat manusia, nama Allah dipermuliakan dan Yesus pun dipermuliakan oleh Allah.
Perintah yang sama juga diberikan kepada kita sebagai murid-muridnya.
Di tengah kondisi dunia yang semakin bertambah jahat, dan kasih kebanyakan orang akan semakin dingin, Yesus mengajar kita untuk saling mengasihi, karena kita sudah terlebih dahulu dikasihi oleh Yesus.
Yesus mengasihi kita dengan kasih yang sempurna, dan dengan kasih Yesus yang kita nikmati, kasih itu juga yang kita berikan kepada orang-orang disekitar kita.
Dan kasih dengan mutu yang sama yang diberikan oleh Yesus yang dicari oleh Yesus dari kita sebagai murid-muridnya.
Ketika kita saling mengasihi, kita memancarkan terang kasih Kristus di dunia ini.
Dunia ini akan penuh dengan kasih Kristus dan dunia ini akan mengenal kasih Kristus.
Kasih inilah yang menjadi cerminan Yesus hadir ditengah dunia ini dan lewat ini nama Allah dipermuliakan.
Tuhan Yesus memberkati.
Apakah kita sudah mengasihi saudara yang mengecewakan kita? Bagaimana prakteknya mengasihi mereka dengan kasih Kristus? Mari, sharing pengalaman kita tentang hal ini.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya dan secara khusus hafalkanlah 1 Yohanes 4:12.
Apakah bukti bahwa Allah sangat mengasihi manusia di dunia ini termasuk kita?
Apakah dampak dan pemahaman kita tentang Allah yang sangat mengasihi kita?
Siapakah yang hidup di dalam kita ketika kita senantiasa hidup mengasihi orang lain dan senantiasa hidup saling mengasihi?
Allah telah menunjukkan dan membuktikan kepada dunia ini bahwa Dia sangat mengasihi dunia ini dengan mengirimkan anak-Nya yaitu Yesus untuk menyelamatkan dunia ini.
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yohanes 3:16).
Bagi setiap orang yang percaya akan kasih Allah maka dipastikan bahwa Allah di dalam mereka dan mereka tinggal di dalam Allah.
“Dan kami telah melihat dan bersaksi, bahwa Bapa telah mengutus Anak-Nya menjadi Juruselamat dunia. Barangsiapa mengaku, bahwa Yesus adalah Anak Allah, Allah tetap berada di dalam dia dan dia di dalam Allah.” (I Yohanes 4:14-15).
”Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.”(Yohanes 15:4).
Karena Allah adalah kasih maka bukti bahwa Allah tinggal di dalam kita dan kita tinggal di dalam Dia maka kita harus hidup saling mengasihi.
”Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.” (I Yohanes 4:16).
”Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi. Tidak ada seorang pun yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita.”(I Yohanes 4:11-12).
Karena sesungguhnya bukti keberadaan Tuhan di dalam kita maka kita melakukan perintah Tuhan dan perintah Tuhan yang utama adalah agar kita hidup saling mengasihi.
“Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu. Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu.”(Yohanes 15:9,12).
Oleh karena itu marilah kita senantiasa tinggal tetap di dalam Dia karena Dia tetap tinggal di dalam kita dengan cara hidup saling mengasihi.”Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain.”(Yohanes 15:17).
Diskusikanlah dalam komunitas saudara bagaimana pengalaman saudara tentang ketika saudara menyadari akan keberadaan Tuhan di dalam saudara maka saudara dapat mengasihi orang lain.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya dan secara khusus hafalkanlah 1 Yohanes 4:10.
Siapakah yang terlebih dahulu mengasihi kita sehingga kita dapat mengasihi Tuhan dan orang lain?
Apakah bukti bahwa Allah terlebih dahulu mengasihi kita sehingga kita dapat hidup di dalam kasih?
Apakah akibatnya bagi hidup kita jika kita memahami bahwa Allah terlebih dahulu mengasihi kita?
Allah mengajarkan kepada kita bahwa kita ditetapkan untuk mengasihi Tuhan dan sesama.
“Jawab Yesus: “Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini.” (Markus 12:29-31).
Namun harus kita pahami adalah bahwa mengasihi Allah dan orang lain harus dimulai dengan pemahaman bahwa Allah terlebih dahulu mengasihi kita sehingga kita dimampukan untuk mengasihi Allah karena mengalami kelimpahan kasih Bapa.
Alkitab telah memberikan contoh tentang orang yang mengalami kasih Tuhan serta kelimpahan-Nya maka mereka dapat mengasihi Allah dengan konsisten seperti yang dialami oleh Yohanes.
Yohanes adalah murid yang dikasihi oleh Tuhan maka dia dapat hidup serta mengajarkan tentang kasih yang benar dan tepat.
”Seorang di antara murid Yesus, yaitu murid yang dikasihi-Nya, bersandar dekat kepada-Nya, di sebelah kanan-Nya.”(Yohanes 13:23).
”Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: “Ibu, inilah, anakmu!”(Yohanes 19:26).
Karena Yohanes adalah murid yang mengalami dan memahami kasih Allah maka Ia mengajarkan dan hidup dalam mengasihi orang yang lain dengan benar.
”Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah.”(1 Yohanes 4:7).
Berbeda dengan apa yang dialami oleh Petrus dimana dia memahami bahwa harus mengasihi Yesus tetapi tidak memahami kelimpahan akan kasih Allah dan tidak memahami bahwa Allah sangat mengasihi dia sehingga Petrus pernah mengalami kegagalan dan ketika dia mengalami jamahan kasih Yesus maka Petrus dapat bangkit kembali.
”Jawab Yesus: “Nyawamu akan kauberikan bagi-Ku? Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.” (Yohanes 13:38).
”Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: “Apakah engkau mengasihi Aku?” Dan ia berkata kepada-Nya: “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.” (Yohanes 21:17).
Pahamilah kasih Allah yang besar dan Dialah yang terlebih dahulu mengasihi kita dan bergeraklah dengan kasih Allah untuk mengasihi Tuhan dan sesama serta melakukan pekerjaan Tuhan supaya kita berhasil.
Diskusikanlah dalam komunitas saudara bagaimana saudara memahami bahwa Allah terlebih dahulu mengasihi saudara sehingga saudara dapat mengasihi Tuhan dan sesama.