Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya dan dapat menangkap arti yang dikandungnya dan secara khusus hafalkanlah Roma 8:37.
Penderitaan apakah yang dialami oleh Rasul Paulus dalam mengikut dan melayani Tuhan?
Apakah yang membuat mereka mengalami kemenangan dalam menghadapi penderitaan?
Apakah keyakinan kita terhadap kasih Allah?
Tuhan Yesus memberikan perintah kepada kita bahwa untuk mengikut Dia kita harus pikul salib dan sangkal diri. “Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.”(Matius 16:24).
Bahkan pernyataan Tuhan kepada Rasul Paulus bahwa dia akan mengalami banyak penderitaan dan bahaya maut, tetapi Tuhan menjanjikan kemenangan bagi kita.
”Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku.” (Kisah Para Rasul 9:16).
”Seperti ada tertulis: “Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan.” Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.”(Roma 8:36-37).
Kunci dan sumber kemenangan kita dari setiap pergumulan, penderitaan yang kita alami adalah bahwa Allah sangat mengasihi kita.
Kasih Allah kepada kita dibuktikan-Nya dengan memberikan Anak-Nya, Yesus Kristus kepada kita untuk mati di kayu salib unutk menebus dosa kita.
Kasih Allah itu besar dan tidak terbatas dan sempurna menebus dosa-dosa kita, melepaskan kita dari kelemahan dan sakit penyakit serta memerdekakan kita dari kutuk dan maut.
”Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.”(Yohanes 15:13).
”Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yohanes 3:16).
Dengan memahami besarnya kasih Allah maka kita memiliki keyakinan bahwa tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah sehingga apapun yang kita alami termasuk di dalamnya penderitaan, maut, malaikat-malaikat, pemerintah-pemerintah, kuasa-kuasa atau makhluk lain, tidak dapat memisahkan kita dari kasih Allah.
”Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih.”(1 Yohanes 4:18).
Diskusikanlah dalam komunitas saudara bagaimana saudara tetap tenang dalam mengahdai penderitaan, maut, dan lain-lain.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya dan dapat menangkap arti yang dikandungnya dan secara khusus hafalkanlah Yohanes 15:10.
Karena Yesus telah mengasihi kita, apakah perintah-Nya kepada kita?
Apakah yang harus kita lakukan agar tinggal dalam kasih-Nya?
Apakah perintah Tuhan yang harus kita taati?
Yesus telah memberikan teladan kepada kita bahwa Yesus senantiasa tinggal dalam kasih Bapa dengan cara hidup menuruti dan taat kepada perintah Bapa.
Tuhan juga ingin agar kita senantiasa tinggal dalam kasih-Nya dengan cara taat dan menuruti serta melakukan perintah-Nya.
Salah satu perintah Tuhan yang harus kita turuti agar kita tetap tinggal dalam kasih-Nya adalah supaya kita hidup saling mengasihi seperti Yesus telah mengasihi kita.
”Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.”(Yohanes 13:34).
”Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain.” (Yohanes 15:17).
”Dan inilah perintah-Nya itu: supaya kita percaya akan nama Yesus Kristus, Anak-Nya, dan supaya kita saling mengasihi sesuai dengan perintah yang diberikan Kristus kepada kita.” (1 Yohanes 3:23).
”Dan sekarang aku minta kepadamu, Ibu–bukan seolah-olah aku menuliskan perintah baru bagimu, tetapi menurut perintah yang sudah ada pada kita dari mulanya–supaya kita saling mengasihi.”(2 Yohanes 1:5).
Itulah sebabnya Tuhan berkata bahwa ketika kita membenci saudara kita maka kita tidak memiliki kehidupan kekal dalam diri kita.
”Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia. Dan kamu tahu, bahwa tidak ada seorang pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya.”(1 Yohanes 3:15).
”Tetapi barangsiapa membenci saudaranya, ia berada di dalam kegelapan dan hidup di dalam kegelapan. Ia tidak tahu ke mana ia pergi, karena kegelapan itu telah membutakan matanya.”(1 Yohanes 2:11).
Oleh sebab itu, marilah kita hidup saling mengasihi saudara kita juga orang lain termasuk musuh kita dan juga jiwa-jiwa yang terhilang, dengan demikian nyatalah bahwa kita tinggal di dalam kasih-Nya.
”Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.” (1 Yohanes 4:16).
Diskusikanlah di dalam komunitas saudara sikap apa yang harus senantiasa saudara upayakan kepada orang lain agar tetap tinggal dalam kasih Tuhan.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya dan dapat menangkap arti yang dikandungnya!
Apakah yang dimaksud memahami kasih Kristus?
Apakah yang dimaksud mengenal kasih?
Mengapa kasih Allah melampaui segala pengetahuan?
“Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah.” (Efesus 3:18-19).
Dalam ayat di atas ada 3 level hubungan kita dengan kasih Allah.
Pemahaman, pengenalan dan dipenuhi dalam seluruh kepenuhan Allah.
Pemahaman adalah langkah awal. Ini menyangkut kesediaan untuk belajar dengan semangat.
Menggunakan akal budi. Kita harus secara aktif untuk belajar memahami kasih Kristus.
Ini adalah langkah awal untuk mengalami kepenuhan Kristus.
Langkah berikut adalah mengenal kasih.
Kasih Allah sesuai ayat di atas melampaui segala pengetahuan (tidak masuk akal).
Kita tidak cukup memahami dengan pikiran, tetapi masuk lebih dalam lagi, sampai mengalami pewahyuan.
Ini hanya dapat diperoleh melalui perenungan firman dan penyembahan pribadi yang intens.
Kata “mengenal” dalam ayat di atas dalam Bahasa Yunani Alkitab memiliki arti pengetahuan fungsional (“bekerja”) yang diperoleh dari pengalaman langsung (pribadi).
Pengenalan akan kasih Kristus diperoleh melalu persekutuan pribadi.
Saudara, setelah kita memahami dan mengenal kasih Allah maka kita akan mengalami kehidupan yang dipenuhi kepenuhan Allah, yang kalau menggunakan Alkitab Bahasa Indonesia sehari-hari “sehingga kalian penuh dengan kepribadian Allah yang sempurna”.
Inilah tujuan hidup orang Kristen, kita memiliki kepribadian Allah yang sempurna, atau menjadi seperti Tuhan Yesus.
Saudara, ambillah langkah yang nyata untuk mengalami kepenuhan Kristus atau keserupaan dengan Kristus.
Miliki waktu untuk belajar kasih Allah dengan benar.
Miliki persekutuan pribadi (penyembahan dan merenungkan firman) secara intens.
Renungkanlah, apakah kita sudah meluangkan waktu untuk memahami dan mengenal kasih Kristus.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya dan dapat menangkap arti yang dikandungnya!
Apakah ciri utama kita hidup dalam kasih?
Apakah maksudnya kita ada dalam dunia seperti Yesus dalam dunia?
Mengapa tidak ada ketakutan dalam kasih?
“Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih.” (1 Yohanes 4:18).
Ketakukan adalah akibat dosa yang nyata.
Orang-orang berdosa hidupnya adalah dalam ketakutan karena maut.
Mereka menyadari di dalam hati mereka, bahwa upah dosa adalah maut.
Mereka dikejar-kejar oleh rasa takut kepada maut.
Ibrani 2:15“dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut”.
Jadi, orang yang mengerti kasih Allah dan tinggal dalam kasih Allah pasti tidak lagi tinggal dalam ketakutan.
Orang yang sudah menerima kasih Allah menjadi ciptaan baru yang berkenan kepada Allah.
Oleh karena itu, tidak ada lagi ketakutan.
Saudara, ketika Adam dan Hawa jatuh di dalam dosa, mereka takut bertemu Allah.
Kejadian 3:10 “Ia menjawab: “Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi.”
Ketakutan adalah bagian dari orang berdosa.
Sekarang status kita adalah orang benar (dibenarkan oleh Allah), tidak lagi dikejar ketakutan seperti Adam saat jatuh dalam dosa.
Ketakutan muncul Ketika fokus kita teralihkan dari Tuhan kepada masalah.
Seperti kisah para murid saat perahu mereka diterpa gelombang laut, mereka ketakutan.
Yohanes 6:20-21 “Tetapi Ia berkata kepada mereka: “Aku ini, jangan takut! Mereka mau menaikkan Dia ke dalam perahu, dan seketika juga perahu itu sampai ke pantai yang mereka tuju”.
Tinggal dalam hadirat Tuhan akan menghalau ketakutan.
Kesadaran akan kehadiran Tuhan dalam hidup kita membuat kita sadar atas penyertaan Tuhan sehingga ketakutan lenyap.
Bagaimana caranya menyadari kehadiran Tuhan?
Pertama, senantiasa mengucap syukur.
Saat mengucap syukur, kita sedang mengingat kehadiran Allah.
Kedua, memuji Tuhan. Saat memuji Tuhan, kita sedang mengingat Dia.
Ketiga, mengucapkan firman secara berulang.
Diskusikan dengan rekan-rekan PA, bagaimana cara menyadari kehadiran Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya dan dapat menangkap arti yang dikandungnya!
Mengapa kita harus saling mengasihi?
Apakah yang terjadi bila kita saling mengasihi ?
Seperti apa kita harus saling mengasihi?
“Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi.” (1 Yohanes 4:11).
Tahukah saudara, dalam tradisi Kristen, Rasul Yohanes sering disebut sebagai “Rasul Kasih” karena penggunaan kata-kata yang intens dan mendalam mengenai kasih dalam tulisannya.
Yohanes adalah penulis Injil Yohanes, surat-surat Yohanes (1 Yohanes, 2 Yohanes, dan 3 Yohanes), dan Kitab Wahyu.
Dalam tulisannya, terutama dalam Injilnya, Yohanes secara khas menekankan kasih, baik kasih antara sesama manusia maupun kasih Allah terhadap manusia.
Salah satu ayat yang paling terkenal terkait dengan tema kasih dalam tulisan Yohanes adalah “Allah adalah kasih” -1 Yohanes 4:8.
Tema kasih ini menjadi ciri khas dari karya-karya Yohanes, dan hal ini telah menyebabkan dia sering kali disebut sebagai “Rasul Kasih”.
Penggambaran Yohanes sebagai “Rasul Kasih” mencerminkan penekanannya pada konsep kasih sebagai inti dari ajaran Kristen, dan hal ini telah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pemahaman Kristen mengenai kasih, baik terhadap sesama maupun terhadap Allah.
Saudara, kasih kita kepada sesama bukanlah lahir dari kekuatan sendiri.
Kita tidak mungkin dapat mengasihi saudara-saudara tanpa kita menerima dan mengalami kasih Allah.
Kita dapat mengasihi apabila kita terus hidup dalam kasih Allah.
Oleh karena itu Rasul Paulus berdoa supaya jemaat Efesus memiliki pengertian terhadap lebar, panjang, dan tingginya kasih Allah.
Bahkan Rasul Paulus berdoa supaya jemaat mengenal Kasih Allah yang melampaui akal itu.
Efesus 3:18-19 “ Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah”.
Saudara, supaya kita dapat mengasihi saudara dan sesama.
Pertama, miliki pengertian yang benar tentang kasih Allah.
Kasih Allah yang dinyatakan dalam bentuk kedatangan Tuhan Yesus untuk pendamaian manusia.
Kasih yang dinyatakan dalam pengorbanan di kayu salib.
Kedua, mengenal atau mengalami kasih itu dalam bentuk persekutuan pribadi dalam perenungan akan kasih Allah melalui firman-Nya sehingga kita mengalami hikmat dan pewahyuan tentang kasih-Nya.
Kalau kita sudah mengerti dan mengenal kasih Allah, maka kita akan mampu mengasihi sesama secara lebih baik.
Diskusikan dalam kelompok PA saudara, bagaimana mengerti dan mengenal kasih Allah.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya dan dapat menangkap arti yang dikandungnya!
Kalau Allah di pihak kita, siapakah lawan kita?
Apakah yang dimaksud segala sesuatu telah dianugerahkan kepada kita ?
Apakah ada kuasa yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah? Apa yang perlu kita kuatirkan lagi?
“Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?” (Roma 8:32).
Ketika kita menerima Yesus sebagai Tuhan, kita sedang menerima yang paling berharga di seluruh alam semesta dan sorga.
Jadi, kalau yang sangat berharga saja sudah diberikan kepada kita, maka segala sesuatu yang kita perlukan sangat kecil nilainya di bandingkan Tuhan Yesus.
Kalau yang termahal saja sudah diberikan, maka lain-lainnya itu pasti diberikan kepada kita.
Kata mengaruniakan segala sesuatu, dalam bahasa Yunani Kuno, menggunakan bentuk “future indicative middle” digunakan untuk menyatakan suatu tindakan atau keadaan yang akan terjadi di masa depan dan melibatkan pelaku yang juga menjadi penerima dari tindakan tersebut.
Dengan kata lain, bentuk ini mengindikasikan bahwa subjek melakukan tindakan pada dirinya sendiri di masa depan.
Artinya Tuhan sendiri yang berjanji dan menjaminkan diri-Nya untuk mengaruniakan segala sesuatu kepada kita.
Itu berbicara tentang kepastian Tuhan memenuhi segala kebutuhan kita.
Kalau kita memiliki Tuhan Yesus, kita sudah memiliki segalanya. Perumpamaan Tuhan Yesus tentang pencari Mutiara menggambarkan, hal tersebut.
Matius 13:45-46 “Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu.”
Kita rela kehilangan apapun, karena apapun tidak dapat dibandingkan nilainya dengan Tuhan Yesus.
Saudara, apakah yang harus dikuatirkan lagi tentang kebutuhan hidup? bukankah di dalam Tuhan Yesus ada janji yang pasti bahwa segala sesuatu akan dianugerahkan kepada kita.
Bagian kita adalah mencari kerajaan Allah dan kebenaran-Nya.
Kita harus menyadari siapa kita di dalam Kristus; yaitu anak-anak Allah yang berkenan kepada-Nya karena karya salib.
Kita berkenan bukan karena perbuatan kita, tetapi karna pengorbanan Tuhan Yesus.
Kita berbuat yang berkenan kepada Allah, karena terlebih dahulu Allah membuat kita berkenan kepada-Nya.
Diskusikan dengan pembimbingmu, bagaimana caranya supaya segala sesuatu yang dibutuhkan dapat dinikmati dalam Tuhan.