Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya dan secara khusus hafalkanlah Filipi 2:8!
Sebagai keluarga Allah maka pikiran dan perasaan siapakah yang harus kita taruh dalam pikiran dan perasaan kita?
Coba saudara jelaskan bagaimana pikiran dan perasaan yang ada di dalam Kristus itu?
Dalam keadaan Yesus sebagai manusia apakah bukti kehambaan-Nya kepada Bapa?
Yesus telah membuktikan kehambaan-Nya kepada Bapa yang menjadi teladan bagi kita. Kehambaaan yang sejati itu dilakukan-Nya dengan merendahkan diri dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
”Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.” (Filipi 2:8).
Kunci keberhasilan Yesus adalah karena Dia telah mengosongkan dan mengambil rupa seorang hamba, tidak memiliki tujuan dan agenda pribadi tetapi hanya tujuan dan agenda Bapa yang ada pada Yesus, mati terhadap tujuan dan ambisi pribadi.
Sebagai orang yang mengikut Yesus kita pun harus memilki pandangan yang sama seperti Yesus sehingga kita pun dapat taat sampai mati.
Kita harus memulai bahwa kehidupan kita bukan diri kita lagi tetapi Allah yang memiliki hidup kita.
”Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.” (Galatia 2:20).
Pemahaman ini penting sehingga kita memiliki kehidupan untuk Tuhan kita yaitu Yesus Kristus karena kita telah mati bagi yang lain.
”Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya aku hidup untuk Allah. Aku telah disalibkan dengan Kristus.” (Galatia 2:19).
”Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.”(Galatia 5:24).
”Sebab itu, saudara-saudaraku, kamu juga telah mati bagi hukum Taurat oleh tubuh Kristus, supaya kamu menjadi milik orang lain, yaitu milik Dia, yang telah dibangkitkan dari antara orang mati, agar kita berbuah bagi Allah.”(Roma 7:4).
Dengan pemahaman bahwa kita adalah milik Kristus dan kita telah mati bagi Kristus karena hidup kita telah disalibkan bagi Yesus maka kita dapat hidup dan taat sampai mati seperti Yesus.
Kita tidak memiliki kehidupan untuk diri sendiri dan hanya untuk Yesus karena kita telah mati.
”Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa.” (Roma 6:6).
Diskusikanlah dalam komunitas saudara bagaimana saudara dapat hidup dan taat sampai mati seperti Yesus.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya dan secara khusus hafalkanlah Roma 6:19!
Menjadi hamba siapakah kita setelah menjadi orang-orang yang percaya?
Apakah yang kita perbuat setelah menjadikan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Raja kita?
Karena sekarang kita adalah hamba kebenaran maka kepada siapakah anggota tubuh kita dipersembahkan?
Ketika kita percaya kepada Tuhan dan menjadikan Yesus sebagai Tuhan dan Raja, maka kita menjadi hamba kebenaran, karena Yesus adalah kebenaran dan hidup dan kita tidak dikuasai oleh dosa lagi.
“Tetapi syukurlah kepada Allah! Dahulu memang kamu hamba dosa, tetapi sekarang kamu dengan segenap hati telah mentaati pengajaran yang telah diteruskan kepadamu. Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran.” (Roma 6:17-18).
”Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”(Yohanes 14:6).
Karena kita adalah hamba kebenaran maka kita harus menyerahkan seluruh anggota tubuh kita kepada Tuhan dan bukan untuk kesenangan dosa.
”Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran.”(Roma 6:13).
”Aku mengatakan hal ini secara manusia karena kelemahan kamu. Sebab sama seperti kamu telah menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kecemaran dan kedurhakaan yang membawa kamu kepada kedurhakaan, demikian hal kamu sekarang harus menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kebenaran yang membawa kamu kepada pengudusan.”(Roma 6:19).
Kita bukan hanya menyerahkan anggota tubuh kita menjadi hamba kebenaran tetapi mempersembahkan tubuh kita kepada Tuhan setiap hari agar dipakai untuk memuliakan Tuhan bahkan menghancurkan pekerjaan si jahat yang menipu banyak orang untuk mengenal Tuhan.
”Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.” (Roma 12:1).
Pada akhirnya kita akan masuk dalam pengudusan hidup yang membuat kita menikmati hidup yang kekal dan hidup seperti Yesus Kristus yang senantiasa berkemenangan atas dosa dan kuasa si jahat.
”Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal.”(Roma 6:22).
Diskusikanlah dalam komunitas saudara bagaimana saudara dapat menyerahkan anggota tubuh saudara sebagai hamba kebenaran dan selalu berkemenangan.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya dan secara khusus hafalkanlah 1 Petrus 1:18!
Siapakah yang telah menebus hidup kita dari kehidupan yang sia-sia yang kita warisi dari nenek moyang kita?
Dengan demikian siapakah yang memiliki hidup kita dan bagaimanakah sikap kita terhadap Tuhan?
Coba sebutkan 2 sikap yang harus kita kembangkan sebagai bukti bahwa kita mengabdi menjadi hamba-Nya?
Sebagai orang percaya kita harus menyadari bahwa hidup kita sepenuhnya adalah milik Tuhan, sehingga kita harus mengabdi kepada-Nya.
Sama seperti dulu kita mengabdi kepada iblis dan dosa karena kita dimiliki oleh si jahat maka sekarang setelah kita ditebus oleh-Nya maka hidup kita sepenuhnya adalah milik Tuhan dan kita tidak lagi mengabdikan hidup kita kepada siapapun kecuali kepada Tuhan.
”Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.” (Lukas 16:13).
Pengabdian kita sebagai seorang hamba yang telah ditebus oleh Yesus adalah hidup di dalam sebuah ketaatan dan hidup dalam kekudusan.
”Apakah kamu tidak tahu, bahwa apabila kamu menyerahkan dirimu kepada seseorang sebagai hamba untuk mentaatinya, kamu adalah hamba orang itu, yang harus kamu taati, baik dalam dosa yang memimpin kamu kepada kematian, maupun dalam ketaatan yang memimpin kamu kepada kebenaran?” (Roma 6:16).
”Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu.” (1 Petrus 1:14-15).
Selain itu sebagai seorang hamba yang penuh pengabdian kita harus melakukan tugas-tugas yang Tuhan percayakan dengan penuh tanggungjawab, penuh pengabdian dan tidak menuntut bayaran serta melakukannya secara excellent.
”Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.” (Lukas 17:10).
”Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang.”(Lukas 12:43).
Pada akhirnya Tuhan akan mengangkat hamba-hamba yang mengabdi kepada-Nya menjadi orang-orang kepercayaan-Nya.
”Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya.”(Lukas 12:44).
Marilah kita mengabdi kepada Tuhan dengan hidup penuh ketaatan di dalam kekudusan serta bertanggungjawab maka kita akan dijadikan-Nya orang kepercayaan-Nya.
Diskusikanlah di dalam komunitas saudara bagaimana pengalaman saudara dalam membangun hidup sebagai hamba yang mengabdi kepada Tuhan sehingga akhirnya menjadi orang kepercayaan Tuhan.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya dan dapat menangkap arti yang dikandungnya!
Mengapa Daud menggunakan kata Tuhan Gembala-ku, bukan Tuhan adalah gembala?
Apakah akibat dari posisi Tuhan sebagai gembala bagi Daud?
Kemanakah Tuhan menuntun Daud?
“Mazmur Daud. TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. (Mazmur 23:1-3).
Mazmur Daud tentang Tuhan sebagai gembala sungguh sangat indah.
Pengalaman Daud sebagai gembala pada masa mudanya sangat mewarnai mazmur ini.
Daud menyebut Tuhan sebagai gembala-ku, bukan hanya gembala saja.
Ini menggambarkan kedekatan Tuhan, Sang Gembala dengan pribadi Daud sebagai domba-Nya.
Daud memandang Tuhan sungguh-sungguh sebagai gembala pribadinya.
Akibat dari kedekatan Daud dengan Tuhan, adalah Daud tidak membutuhkan apa-apa lagi.
Daud sedang mengatakan Tuhan cukup bagi Dia, Daud merasakan bahwa karena Tuhan, adalah segalanya bagi dia.
Dalam Alkitab KJV, dikatakan “The LORD is my shepherd; I shall not want”.
Daud sudah punya Tuhan, dan itu cukup bagi Daud sehingga dapat mengatakan aku ngga butuh apa-apa lagi.
Jadi bukan sekedar tidak kekurangan apa-apa. Jiwa Daud sudah dipuaskan oleh Tuhan.
Saudara, sebagai gembala yang baik, Daud mengalami bahwa Tuhan menuntunnya di jalan yang benar.
Sama seperti Daud saat menggembalakan domba-dombanya, Daud mengupayakan jalan yang aman untuk domba-dombanya, demikianlah Tuhan menuntun Daud.
Saudara, apakah Tuhan sudah menjadi gembala pribadimu?
Apakah saudara memiliki hubungan yang intim dengan Sang Gembala Agung itu?
Kalau Tuhan menjadi gembalamu, menjadi gembala pribadimu, maka engkau tidak membutuhkan apa-apa lagi.
Engkau sudah puas dengan Tuhan.
Engkau tidak akan haus lagi kepada dunia ini.
Dunia ini akan kehilangan pesonanya.
Kalau Tuhan menjadi gembalamu, engkau akan dituntunnya melalui jalan-jalan yang benar.
Mungkin engkau sedang bimbang dengan berbagai pilihan hidup.
Engkau sedang bimbang dengan keputusan-keputusan penting yang harus di ambil.
Datanglah kepada Sang Gembala Agung, Dia yang paling tahu jalan terbaik untuk hidupmu.
Jadilah domba-Nya Tuhan dan Tuhan menjadi gembala-Mu.
Renungkanlah, apakah saudara sungguh-sungguh sudah puas dengan Tuhan?
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya dan dapat menangkap arti yang dikandungnya!
Mengapa Tuhan perlu memarahi (mendisiplinkan) anak-anakNya?
Apakah akibat dari displin Tuhan buat anak-anak yang nakal?
Apakah tujuan Tuhan dalam mendisiplinkan anak-anakNya?
“Orang tua kita yang di dunia mengajar kita hanya dalam waktu yang terbatas, menurut apa yang mereka merasa baik. Tetapi Allah mengajar kita untuk kebaikan kita sendiri, supaya kita dapat menjadi suci bersama-sama dengan Dia.” (Ibrani 12:10 BIS).
Salah satu tugas orang tua dalam proses mendidik anak-anaknya adalah mendisiplinkan untuk mengoreksi anak-anaknya saat mereka melakukan kesalahan.
Orang tua yang baik akan memberikan semacam hukuman disiplin yang mendidik saat anak-anaknya berbuat kesalahan.
Allah yang adalah Bapa kita juga melakukannya untuk kebaikan anak-anak-Nya.
Tugas seorang pemimpin dalam jemaat, mirip tugas seorang ayah/bapa.
Dia berkewajiban untuk menjadi pendidik yang baik bagi orang-orang yang dipercayakan kepadanya.
Seorang pemimpin mendidik dengan segala keterbatasannya.
Hanya Allah yang sanggup mendidik dengan tepat.
Oleh karena itu seorang pemimpin yang baik harus terus menerus belajar kepada Bapa segala bapa, supaya didikannya tepat sesuai kehendak Bapa.
Saudara, setiap orang hidup dalam kepemimpinan (pemerintahan di atasnya).
Tidak ada seorangpun yang bebas dari kepemimpinan di atasnya.
Di sekolah ada guru yang bertugas mendidik murid-muridnya.
Di perusahaan ada manajer atau direktur yang mendidik bawahannya.
Di kantor ada kepada seksi atau kepala bagian yang juga bertugas mendidik para stafnya.
Di gereja lokal ada para penatua, para pendeta, para gembala, para ketua persekutuan, para pembimbing PA; mereka itu bertanggung jawab untuk mendidik secara rohani jemaat.
Dalam proses mendidik jemaat atau anak-anak rohani tentu saja ada banyak aspek.
Kita dididik dalam pengetahuan firman dan praktik melakukan firman Tuhan.
Kita dididik supaya memiliki karakter Kristus.
Dalam proses mendidik, terkadang para pemimpin perlu melakukan tindakan keras dengan menegur dan memberikan hukuman disiplin.
Pemimpin yang menegur dan mendisiplin harus melakukannya dalam kasih dan kebenaran, sedangkan jemaat yang ditegur harus menerimanya dengan rendah hati.
Diskusikan dengan rekan-rekan PA, bagaimana membangun kerendahan hati, supaya siap ditegur pemimpin.