Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya dan dapat menangkap arti yang dikandungnya dan secara khusus hafalkanlah 2 Korintus 4:13.
Apakah dasar dari Roh Iman yang ada di dalam diri kita?
Terhadap siapakah kita percaya sehingga kita memiliki Roh Iman dan apakah yang telah dilakukan-Nya bagi kita?
Apakah akibat dari karena kita memiliki Roh Iman dan apakah tujuannya?
Bagi setiap orang percaya ketika mereka lahir baru, percaya kepada Yesus sebagai Juru Selamat, bahwa Yesus telah mati dan bangkit dari kematian-Nya maka kita memiliki Roh Iman.
Sama seperti yang dialami oleh Rasul Petrus dalam Matius 16:16-17:“Maka jawab Simon Petrus: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Kata Yesus kepadanya: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga.”
Dan Roh Iman yang kita miliki itu adalah benar-benar merupakan karya dari Roh Kudus sendiri bagi kita sebagai anugrah.
Roh Iman yang Tuhan berikan kepada kita agar kita dapat berkata-kata tentang iman kita kepada Yesus Kristus atau tentang apa yang Yesus telah perbuat bagi kita, bahwa Ia telah mati dan bangkit dari kematian-Nya agar Dia menebus dosa-dosa kita sehingga kita berpindah dari maut dan masuk kepada hidup yang kekal, sehingga kita memiliki Kabar Baik.
Roh Iman yang Tuhan berikan kepada kita dapat senantiasa berkata-kata tentang Kabar Baik yaitu perbuatan besar dari Tuhan yang telah menebus kita.
”Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:” (1 Petrus 2:9).
Agar Roh Iman kita tetap berkabar-kobar maka fungsi kita sebagai imam harus berjalan, dimana sebagai imam setiap hari harus memiliki Firman Tuhan dan mendengar suara Tuhan sehingga kita dapat berjalan dengan iman dan selalu memiliki roh iman yang membuat kita berkemenangan dan tetap berkata-kata tentang Kabar Baik sekalipun dalam penderitaan dan tertindas, seperti yang dialami oleh Daud dalam Mazmur 116:10: “Aku percaya, sekalipun aku berkata:”Aku ini sangat tertindas.”
”Sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita. Siapakah yang mengalahkan dunia, selain dari pada dia yang percaya, bahwa Yesus adalah Anak Allah?” (1 Yohanes 5:4-5).
Diskusikanlah dalam komunitas saudara bagaimana saudara membangun diri setiap hari agar memiliki roh iman agar dapat berkata-kata tentang Kabar Baik.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya dan dapat menangkap arti yang dikandungnya dan secara khusus hafalkanlah Roma 8:8.
Dimanakah Firman Iman yang Tuhan berikan kepada orang-orang yang percaya kepada Dia?
Apakah dasar pengakuan kita sehingga kita memiliki Firman Iman dalam hati dan mulut kita?
Apakah tujuan Tuhan memberi kepada kita Firman Iman?
Ketika kita mengaku dengan mulut kita bahwa Yesus adalah Tuhan dan percaya dengan cara menerima Yesus di dalam hati kita bahwa Yesus telah mati dan bangkit dari kematian-Nya, maka kita mengalami keselamatan yang kekal.
Dan Yesus yang tinggal dalam hati kita itu adalah Firman Iman, itulah sebabnya dikatakan bahwa Firman itu dekat pada kita karena Dia ada di di dalam mulut kita dan di dalam hati kita.
“Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia.” (Yohanes 1:1-4).
“Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya; orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.” (Yohanes 1:12-13).
Firman Iman itu harus diberitakan, yaitu tentang Yesus dan apa yang telah Dia perbuat di kayu salib.
Firman itu menyelamatkan setiap orang yang percaya, membebaskan manusia dari kutuk-kutuk kemiskinan untuk hidup yang diberkati dan membebaskan kita dari kutuk-kutuk kelemahan tubuh dan sakit penyakit sehingga kita beroleh kesembuhan.
Firman Iman itu akan menjadikan apa yang Firman Tuhan katakan menjadi nyata dan berwujud.
”Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.” (Yohanes 1:14).
Ketika Firman Iman itu diberitakan maka setiap orang yang mengaku Yesus sebagai Tuhan dan menerima Fiman Iman tersebut maka mereka akan diselamatkan.
Oleh karena itu, marilah kita antusias dan bersemangat untuk menyampaikan Kabar Baik agar keselamatan dari Tuhan sampai kepada bangsa-bangsa.
Diskusikanlah dalam komunitas saudara bagaimana pemahaman saudara tentang Firman Iman sehingga Firman Iman tersebut senantiasa saudara beritakan.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya dan dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Mengapa bangsa Israel melawan Allah?
Apakah pengalaman rohani mereka menjadikan mereka setia?
Pernahkan saudara berkata-kata melawan Tuhan?
“Lalu mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa: “Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah muak.” Lalu TUHAN menyuruh ular-ular tedung ke antara bangsa itu, yang memagut mereka, sehingga banyak dari orang Israel yang mati.” (Bilangan 21:5-6).
Saudara, bangsa Israel yang berkata-kata melawan Allah bukanlah tanpa kesaksian yang luar biasa.
Mereka telah melihat tangan Allah atas Mesir saat mereka di bebaskan dari perbudakan.
Mereka telah melihat laut terbelah dan mereka berjalan dengan dinding air di kiri kanannya.
Mereka menyaksikan banyak mujizat Tuhan.
Mereka melihat tiang awan dan tiang api.
Pengalaman rohani tersebut tidak menjadi jaminan mereka akan menjadi orang-orang yang setia kepada Tuhan.
Setelah mendengar kesaksian dari 10 pengintai, mereka ragu kepada janji Tuhan.
Mereka abaikan kesaksian Kaleb dan Yosua yang dianggap kabar minoritas.
Bahkan karena masalah makanan mereka mulai melawan Allah.
Ya, karena masalah perut mereka melawan Allah.
Padahal mereka setiap hari makan makanan dari sorga, yaitu manna.
Tetapi mereka bosan. Mereka malahan mengingat makan di mesir.
Saudara, pengalaman rohani dengan berbagai mujizat yang kita alami bukanlah jaminan kita akan setia kepada Tuhan dan tidak melawan Tuhan.
Kesetiaan kita kepada Tuhan adalah buah dari pengenalan akan Dia secara benar dan persekutuan yang intim dengan Dia setiap hari.
Semakin kita mengenal kasih-Nya, semakin intim dengan Tuhan, maka semakin cinta kita kepada Tuhan.
Cinta kita kepada akan dinyatakan dalam bentuk ketaatan kepada perintah-perintah-Nya.
Seperti dicatat dalam 1 Yohanes 5:3“Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat”.
Saudara jangan mengejar mujizat, karena itu biasanya terjadi saat krisis, tetapi mintalah berkat setiap hari seperti yang telah dijanjikan-Nya.
Kejarlah pengenalan akan Allah setiap hari dalam persekutuan dengan Dia melalui perenungan firman Tuhan dan doa, saudara akan terhindar dari dosa melawan Tuhan.
Renungkanlah, mengapa pengalaman mengalami berbagai mujizat tidak menjamin kesetiaan seseorang.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya dan dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Mengapa orang Israel bersungut-sungut?
Cara orang Israel bersungut-sungut?
Apakah bersungut-sungut termasuk sifat memberontak?
“Bersungut-sungutlah semua orang Israel kepada Musa dan Harun; dan segenap umat itu berkata kepada mereka: “Ah, sekiranya kami mati di tanah Mesir, atau di padang gurun ini!” (Bilangan 14:2).
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, arti kata bersungut-sungut adalah menggerutu.
Bangsa Israel menggerutu kepada Musa dan Harun karena kabar buruk yang di bawa 10 pengintai.
Padahal mereka sudah melihat banyak mujizat saat mereka dibawa Tuhan ke luar dari Mesir, tetapi mereka tidak percaya kepada janji Tuhan.
“Semua orang yang telah melihat kemuliaan-Ku dan tanda-tanda mujizat yang Kuperbuat di Mesir dan di padang gurun, namun telah sepuluh kali mencobai Aku dan tidak mau mendengarkan suara-Ku” (Bilangan 14:22).
Bangsa Israel tercatat 10 kali mencobai Tuhan, puncaknya saat mereka ingin kembali ke Mesir karena terpengaruh kabar buruk yang di bawa 10 pengintai.
Saudara, lawan kata bersungut-sungut adalah senang hati.
Bersungut-sungut lahir karena kurang percaya atau tidak percaya kepada janji Tuhan, sebaliknya orang yang percaya kepada janji Tuhan akan mengalami hati yang senang atau sukacita.
Kita harus merenungkan dan menyimpan janji Tuhan, sekalipun janji-Nya belum digenapi.
Sekalipun fakta yang kita lihat berbeda dengan janji Tuhan, tetapi apabila janji itu tertanam dalam hati kita, kita akan tetap bersukacita.
Kadangkala kita lupa ada proses untuk menghasilkan buah. Kita ingin buah yang instan atau segera.
Ketika kita tidak mendapatkannya, kita menjadi kecewa dan bersungut.
Saudara, benih firman Tuhan itu harus di tabur di hati yang subur, jagalah supaya tidak dicuri setan melalui banyak kekuatiran.
Sirami benih firman itu dengan sesering mungkin merenungkannya.
Maka firman itu akan menghasilakan buah dalam kehidupan kita.
Saudara, jagalah lidah kita dari sungut-sungut.
Ketika melihat fakta tidak sesuai dengan janji tetaplah naikkan ucapan syukur, karena Tuhan tahu waktu yang paling tepat.
Tuhan tidak mungkin terlambat menggenapi janji-Nya, kita yang seringkali tidak sabar menantikan waktunya Tuhan.
Diskusikan dengan rekan-rekan PA, bagaimana tetap bersukacita saat janji-Nya belum tergenapi.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya dan dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Siapakah yang berbahagia menurut ayat 25?
Mengapa ibadah dapat menjadi sia-sia dihadapan Tuhan?
Apakah ibadah yang murni itu?
“Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya.” (Yakobus 1:26).
Dalam ayat ini lidah diibaratkan hewan yang perlu dikendalikan (dikekang).
Dalam Bahasa Yunani, mengekang adalah upaya secara aktif dan terus menerus yang melibatkan diri seseorang.
Jadi mengekang lidah bukanlah kegiatan yang tergantung keadaan sekitar atau perasaan, tetapi upaya orang Kristen untuk secara aktif, dan bersifat terus menerus mengendalikan lidahnya.
Saudara, lidah atau perkataan kita adalah komponen utama dalam berkomunikasi dan bersosialisasi dengan sesama.
Melalui lidah atau perkataan kita dapat membuat orang bersemangat atau orang menjadi putus asa.
Perkataan kita dapat membuat orang bahagia atau sedih.
Perkataan kita dapat membuat orang marah atau bersukacita.
Oleh karena itu, kita harus belajar menundukkan lidah kita supaya tidak membuat kekacauan.
Salah satu senjata untuk mengendalikan lidah adalah kesabaran.
Kesabaran adalah buah Roh, buah dari keintiman dengan Tuhan.
“Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi “ (Amsal 10:19).
Ayat ini mengingatkan kita supaya jangan terlalu banyak bicara dan berbicara dengan berpikir lebih dahulu.
Pergunakan akal budi, bukan hanya perasaan.
Tentu saja ini bukan hal yang mudah.
Kita perlu belajar setiap hari.
Belajarlah untuk mendengarkan dengan sabar lawan bicara, kemudian pikirkan perkataan-perkataan yang tepat sebagai responnya.
Mungkin saudara dianggap lamban dalam berkomunikasi, tetapi itu lebih baik daripada cepat dana banyak bicara tetapi didalamnya ada pelanggaran.
Diskusikan dalam kelompok PA saudara, bagaimana berlatih mengekang lidah.