Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya!
Apa yang terjadi jika orang saling mengasihi?
Apa yang terjadi jika orang saling membenci?
1 Yohanes 2:9 ”Barangsiapa berkata, bahwa ia berada di dalam terang, tetapi ia membenci saudaranya, ia berada di dalam kegelapan sampai sekarang.”
Rasul Yohanes menceritakan tentang orang yang mengatakan bahwa dia hidup dalam terang, orang tersebut mencoba untuk mengatakan bahwa dia adalah orang yang baik, sudah berusaha untuk hidup secara transparan alias tidak ada yang dia tutupi.
Tetapi jika dia masih memiliki persoalan dengan saudara seiman, masih memiliki perasaan benci kepada paling tidak kepada satu orang saudara di dalam Kristus.
Rasul Yohanes mengatakan bahwa orang tersebut sedang berada di dalam kegelapan.
Benci adalah lawan kata dari kasih. Allah adalah Kasih, dan Allah ingin umat-Nya juga saling mengasihi.
Kata benci tidak boleh dikaitkan dengan perasaan benci kepada saudara seiman. Kita boleh benci kepada dosa, malah harus, tetapi kita tidak boleh benci kepada umat Allah.
Karena mereka juga adalah orang yang telah ditebus oleh darah Kristus.
Bagaimana kalau faktanya orang tersebut seorang yang menyebalkan, egois dan perilaku buruk lainnya.
Tentang hal ini peringatan Tuhan terdapat pada kitab Matius 7:1,3 “Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.”
Memberikan stempel kepada seseorang adalah bentuk penghakiman kepada orang tersebut, dan bukan hak kita untuk menghakimi.
Tetapi kalau kita yakin bahwa orang tersebut salah, maka yang boleh kita lakukan, datangi orang tersebut, tegur secara empat mata.
Jadi tujuannya adalah agar orang tersebut menyadari kesalahannya, dan bertobat.
Jadi bukan menegur keras dengan tujuan untuk mempermalukan.
Prinsip dasarnya adalah kasih, mengasihi, bukan menghakimi atau membenci.
Apakah menegur dengan kasih itu mudah untuk dilakukan, dalam praktiknya tidak mudah.
Tetapi salah satu tanda orang yang dewasa secara rohani, adalah mereka yang dapat menegur bukan karena benci tetapi karena kasih.
Bagi orang yang ditegur, bersyukurlah kalau ada saudara seiman yang masih menegur Saudara.
Jangan kita menjadi seperti Bileam yang harus ditegur oleh keledai tunggangannya -Bilangan 22:28.
Keledai dipakai oleh Tuhan untuk menegur Bileam yang sedang berjalan menuju kesalahan yang fatal.
Saudara, dalam kelompok pemuridan ceritakan apakah engkau pernah menegur orang karena benci?
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya!
Manakah yang lebih penting, mempersembahkan korban atau mengampuni orang yang bersalah kepada kita?
Mengapa mengampuni dan berdamai dengan lawan, itu sangat penting?
Damai yang artinya tenang, tenteram tentu adalah sebuah kata yang menggambarkan sesuatu yang positif.
Tetapi kata damai bisa berarti negatif jika kata tersebut menjelaskan tentang situasi damai, setelah seseorang berurusan dengan polisi lalu lintas.
Karena kedamaian itu terjadi ketika si pelanggar lalu lintas memberikan sejumlah uang kepada polisi lalu lintas.
Itu salah, karena hal tersebut berarti si pelanggar telah menyuap agar pelanggarannya “diampuni”.
Damai dalam relasi kita dengan sesama adalah jika tidak ada dari salah satu pihak yang masih menyimpan kesalahan pihak yang lain.
Jika kemarin kita marah kepada seseorang dan kita tahu bahwa kemarahan kita itu berlebihan, maka kalau hari ini Roh Kudus mengingatkan bahwa orang tersebut menjadi pahit atau kesal karena perilaku kita, maka segeralah kita datang untuk meminta maaf.
Atau kita bisa menulis pesan atau menelepon dan mengatakan permohonan maaf kita.
Dewasa rohani, salah satunya ditandai dengan kerendahan hati.
Mengakui kita bersalah dan meminta maaf adalah salah satu ciri kerendahan hati.
Bukankah kebanyakan orang enggan mengakui kesalahan, apalagi meminta maaf.
Hidup berdamai dengan saudara seiman atau dengan siapa pun, akan terwujud jika kita hidup saling mengampuni.
Matius 5:23-24 ”Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.”
Di mata Tuhan memberikan persembahan itu kurang penting dibandingkan datang kepada saudara seiman dan meminta maaf atas kesalahan yang kita lakukan!
Jadi mana yang lebih rohani: memberikan persembahan atau memberikan pengampunan.
Dari ayat di atas jelas Tuhan menginginkan kita untuk menunda pemberian persembahan, sebelum kita datang, mengatakan kita salah dan meminta maaf atau berdamai dengan orang yang telah kita lukai.
Saudara, dalam kelompok pemuridan ceritakan kapan terakhir engkau meminta maaf kepada kakak, adik, pasangan, orang tua atau anak kita?
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya!
Bagaimanakah seseorang dapat menguduskan nama Tuhan?
Apakah yang dimaksud dengan lepaskanlah kami dari yang jahat?
Bagi orang yang bukan Atheis, yaitu mereka yang percaya bahwa Allah itu ada.
Maka umumnya mereka bersepakat bahwa Allah itu ada di sorga.
Tetapi pandangan tiap-tiap agama terhadap Allah, ternyata berbeda.
Orang Hindu melihat Allah itu sebagai Pribadi yang satu dan dipuja dengan berbagai cara dan jalan berdasarkan etika.
Sedangkan agama Budha tidak terlalu menekankan peran Tuhan sebagaimana halnya agama-agama besar lainnya, tetapi mereka juga tidak mengganggap Sang Budha sebagai Tuhan.
Sebaliknya, Kekristenan justru memiliki penjelasan yang sangat kaya tentang Siapa Allah.
Dia adalah Allah Pencipta, Allah yang adalah Kasih, juga Allah yang menyatakan diri-Nya sebagai Bapa Yang Kekal, Yesus sebagai Putera Tunggal Bapa dan Allah Roh Kudus.
Bagi orang yang belum percaya dan bagi orang Kristen baru, konsep Allah seperti ini tentu tidak mudah dipahami.
Itulah sebabnya dalam doa yang Tuhan ajarkan, maka kalimat pertama didahului dengan: “Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.”
Jika dikatakan “Datanglah Kerajaan-Mu”, lalu seperti apakah perwujudan Kerajaan Allah yang hadir di bumi, siapa kah yang akan menghadirkan Kerajaan Allah dan apa dampak dari kehadiran Kerajaan Allah.
Roma 14:17 ”Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus.”
Ayat di atas sangat jelas menyatakan bahwa Kerajaan Allah adalah tentang: kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus.
Sehingga ketika kita memohon agar Kerajaan Allah datang, maka kita harus dengan sadar untuk mau hidup dalam kebenaran: mau taat dan setia pada tuntunan dan arahan Tuhan bagi hidup kita.
Mau melakukan setiap kebenaran Firman yang kita pahami.
Ketika kita membaca Firman dan ditegur oleh Firman Tuhan, kita mau segera bertobat.
Ketika dinasehati oleh Firman, misalnya nasehat untuk saling mengampuni, kita mau segera mengampuni orang yang bersalah dengan kita.
Itu semua adalah cara praktis untuk kita hidup dalam kebenaran dan jika tidak ada dosa yang disembunyikan, niscaya akan ada damai sejahtera dan sukacita Roh Kudus dalam kehidupan kita.
Dan jika lebih banyak umat Tuhan bersama-sama memiliki sikap seperti ini, maka kemuliaan Kerajaan Allah akan semakin dirasakan oleh lingkungan dimana umat Allah berada.
Saudara, dalam kelompok pemuridan ceritakan pengalamanmu dalam mentaati Firman dan apa yang engkau rasakan setelah bersedia melakukan perintah Tuhan.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya!
Bagaimanakah cara hidup jemaat pertama setelah mereka memberi diri dibaptis?
Bagaimana sikap hati jemaat pertama ketika mereka makan bersama dan saling berbagi?
Apa dampak dari cara hidup jemaat pertama ini?
Jika merenungkan cara hidup jemaat pertama, rasanya luar biasa indah.
Sebuah keadaan yang hari ini tampaknya amat langka untuk ditemukan, bahkan sekalipun di dalam gereja.
Jemaat pertama bertekun dan dengan sehati berkumpul dalam bait Allah untuk mendengarkan pengajaran.
Mereka juga makan secara bergilir dengan GEMBIRA dan TULUS HATI.
Berarti jemaat pertama sungguh-sungguh mempraktekan pengajaran yang mereka terima.
Zaman mungkin sudah berubah, tapi kebutuhan yang sama berlaku bagi semua generasi – kita ingin diterima dan merasakan kasih.
Kita rindu melihat ketulusan dan mengalami sukacita.
Demi kehidupan yang seperti ini, banyak orang rela memberi segalanya.
Jika mereka tidak menemukannya di dalam gereja, mereka akan mencarinya di luar gereja.
Hari-hari ini, untuk mendapatkan pengajaran, kita tidak butuh berkomunitas atau pergi ke gereja karena sudah ada akses youtube atau media sosial dengan nara sumber yang bagus.
Namun, pengajaran yang bagus saja TIDAK CUKUP untuk membuat kita bertumbuh.
Kita perlu mempraktekannya dalam komunitas.
Itu sebabnya ada pemuridan dan persekutuan.
Pengajaran ditambah praktek akan membuat hidup kita memancarkan terang Ilahi.
Tapi pengajaran tanpa praktek akan menciptakan pemberontakan dan kegelapan.
Sebagai gereja hari ini, kita ditantang untuk hidup menyatakan Kristus yang setidaknya seperti cara hidup jemaat pertama: bertekun dalam pengajaran dan mempraktekkan kasih dan pengajaran tersebut.
Dari generasi ke generasi caranya bisa saja berbeda, tetapi esensinya tetap sama; kasih yang tulus dan mempraktekkan setiap firman kebenaran yang kita pelajari sehingga nama Tuhan sungguh dimuliakan.
Diskusikanlah dengan rekan persekutuan atau pemuridan Saudara, bagaimana Saudara bisa mempraktekkan cara hidup jemaat pertama di saat ini dalam komunitas Saudara?
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya!
Pandangan apa yang seharusnya kita pegang agar kita tidak menghakimi?
Mengapa kita tidak seharusnya menyakiti hati saudara kita?
Tentang apakah kerajaan Allah sesungguhnya?
Barangkali Saudara pernah mendengar atau bahkan mengucapkan kalimat ini:
“Ini hidup, hidup saya. Kenapa orang lain ikut-ikutan mengatur? Terserah saya dong saya mau apa!”
Kalimat ini sering diucapkan ketika seseorang kesal karena merasa keputusannya tidak mendapatkan dukungan bahkan diintervensi oleh orang lain.
Sebenarnya kalimat ini masuk akal, karena sebetulnya memang tidak ada yang bisa memaksa kita melakukan sesuatu kalau kita tidak mau.
Tahukah saudara kalau sebenarnya kalimat itu tidak alkitabiah?
Karena bagi orang yang sudah ditebus oleh Kristus, hidupnya bukan lagi milik sendiri tapi milik Tuhan.
Kita perlu bertanya kepada Tuhan dalam seluruh keputusan dan tindakan kita, apa yang Dia mau?
Jemaat di Roma juga mengalami konflik.
Urusannya soal makanan dan hari penting.
Namun mereka tidak bisa mencapai satu pemahaman bersama.
Paulus sampai menasihatkan mereka agar tidak lagi saling menghakimi dan menyakiti hati saudaranya hanya karena makanan.
Inilah Nasihat Paulus:
“Sebab kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus.”
“Marilah kita mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun.”
Bukankah kita pun seringkali bertengkar dengan saudara kita karena urusan-urusan sepele?
Urusan yang kalau direnungkan, tidak perlu setajam itu konfliknya, jika sama-sama mau mengikut Kristus dan mengikuti nasihat Paulus ini.
Mari Saudara, kita sama-sama belajar membangun diri mengejar kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus.
Marilah kita saling mengasihi dan saling membangun karena Kristus telah mati dan bangkit bagi kita semua untuk mewujudkannya.
Adakah konflik yang perlu Saudara bereskan dengan keluarga jasmani atau rohanimu? Mari doakan dan datangi Saudaramu agar damai sejahtera dan kasih mengalir.