Jumat, 22 November 2024

MENGAMPUNI SEPERTI BAPA TELAH MENGAMPUNI KITA

Penulis : Pnt. Leonardo Mangunsong

This image has an empty alt attribute; its file name is D1.png

Pembacaan Alkitab Hari ini : 

MATIUS 18:28-35

Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya dan secara khusus hafalkanlah Matius 18:35.

This image has an empty alt attribute; its file name is D2.png
  1. Bagaimana sikap dari hamba yang sudah dibebaskan hutangnya terhadap hamba yang lain, yang hanya berhutang seratus dinar?
  2. Apakah pandangan raja terhadap hamba yang tidak mau menghapuskan hutang dari hamba yang lain yang lebih kecil nilai hutangnya?
  3. Bagaimana sikap Bapa sorgawi jika kita tidak mengampuni saudara kita dengan segenap hati?
This image has an empty alt attribute; its file name is D3.png

Allah menyatakan bahwa manusia adalah orang yang berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah tetapi oleh kasih karunia dalam Kristus Yesus kita diselamatkan.

“Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.” (Roma 3:23-24).

Karena kita adalah orang berdosa maka sangatlah mungkin kita berbuat salah kepada Tuhan dan orang lain.

Dan ketika kita mengakui dosa kita maka Allah mengampuni kita.

”Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita. Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. Jika kita berkata, bahwa kita tidak ada berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firman-Nya tidak ada di dalam kita.”  (I Yohanes 1:8-10).

Allah selalu mengampuni kesalahan kita tatkala kita berbuat dosa.

Tuhan ingin mengajarkan kepada kita sebagaimana Dia selalu mengampuni dosa dan kesalahan kita maka Ia ingin agar kita pun mengampuni kesalahan orang lain kepada kita.

”Dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami.” (Matius 6:12).

Apabila kita tidak mau mengampuni kesalahan orang lain maka Allah juga tidak akan mengampuni dosa kita.

”Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.” (Matius 6:14-15).

”Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu.” (Markus 11:25).

Allah akan menyerahkan kita kepada si jahat jika kita tidak mau mengampuni kesalahan orang lain.”Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya.” (Matius 18:34).

Tetapi jika kita mengampuni kesalahan orang lain maka kita akan dilepaskan daripada yang jahat.”Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat.” (Matius 6:13).

Oleh karena itu marilah kita hidup senantiasa mengampuni kesalahan orang lain sebagaimana Yesus telah mengampuni kesalahan kita.

Diskusikanlah dalam komunitas saudara bagaimana saudara senantiasa mengampuni kesalahan orang lain karena saudara telah menerima pengampunan dari Tuhan.

Pembacaan Alkitab Setahun

Kisah para Rasul 24-26

Kamis, 21 November 2024

MENGAMPUNI SAMPAI TUJUH PULUH KALI TUJUH KALI

Penulis : Pnt. Leonardo Mangunsong

This image has an empty alt attribute; its file name is D1.png

Pembacaan Alkitab Hari ini : 

MATIUS 18:21-27

Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya dan secara khusus hafalkanlah Matius 18:22.

This image has an empty alt attribute; its file name is D2.png
  1. Menurut kebanyakan orang atau pada umumnya, berapa kalikah kita mengampuni saudara kita jika ia berbuat dosa kepada kita?
  2. Dan menurut ajaran Yesus kepada kita dan murid-murid-Nya sampai berapa kalikah kita mengampuni saudara kita yang berdosa kepada kita?
  3. Menurut saudara apakah ada batasannya bagi kita untuk mengampuni saudara kita?
This image has an empty alt attribute; its file name is D3.png

Sebagai keluarga Allah dalam kehidupan sehari-hari selalu ada interaksi dalam aktivitas yang kita bangun baik dalam komunitas, dalam ibadah-ibadah dan kehidupan-kehidupan sehari-hari.

Dalam interaksi tersebut bisa terjadi salah paham, ketersinggungan dan terluka baik melalui perkataan ataupun perbuatan.

Hal tersebut sangat memungkinkan untuk kita membuat kesalahan kepada saudara kita.

Karena aktivitasnya sangat tinggi sekali maka sangat memungkinkan terjadi kesalahannya cukup banyak sehingga dapat menimbulkan kebencian.

Dan jika hal tersebut tidak diselesaikan atau dibereskan maka akan timbul perpecahan dan putusnya hubungan persaudaraan dalam keluarga Allah.

Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita supaya ketika hal-hal tersebut terjadi maka tidak terjadi kebencian dan perpecahan maka kita harus mengampuni kesalahan saudara kita.

Dan berapa kalipun terjadinya orang yang bersalah kepada kita sejumlah itulah kita harus mengampuni mereka.

“Jagalah dirimu! Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia. Bahkan jikalau ia berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia.” (Lukas 17:3-4).

Mengapa Allah ingin agar kita memiliki hati yang senantiasa mengampuni orang lain? Karena Allah adalah kasih, dimana kasih-Nya tidak terbatas, dimana pengampunan dari pada-Nya senantiasa tersedia bagi orang-orang yang menyesal dan mau bertobat.

“Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu.” (Yesaya 59:1-2).

”TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Tidak selalu Ia menuntut, dan tidak untuk selama-lamanya Ia mendendam. Tidak dilakukan-Nya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalas-Nya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita, tetapi setinggi langit di atas bumi, demikian besarnya kasih setia-Nya atas orang-orang yang takut akan Dia; sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita. Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia.” (Mazmur 103:8-13).

”Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yohanes 3:16).

Dengan memahami bahwa kasih Allah tidak terbatas terhadap orang-orang yang berdosa kepada-Nya sehingga diberikan-Nya pengampunan dosa, demikianlah hendaknya kita bersikap untuk senantiasa mengampuni saudara kita berapa kali pun dia berbuat kesalahan terhadap kita.

Diskusikanlah dalam komunitas saudara bagaimana pengalaman saudara dalam mempraktekkan pengampunan terhadap saudara seiman sampai tujuh puluh kali tujuh kali atau tidak terbatas.

Pembacaan Alkitab Setahun

Kisah para Rasul 21-23

Rabu, 20 November 2024

MEMAKAI PERKATAAN YANG BAIK UNTUK MEMBANGUN

Penulis : Pdt. Saul Rudy Nikson

This image has an empty alt attribute; its file name is D1.png

Pembacaan Alkitab Hari ini : 

EFESUS 4:29-32

Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.

This image has an empty alt attribute; its file name is D2.png
  1. Apakah akibat dari perkataan yang membangun?
  2. Bagaimana cara membuang kepahitan dalam hidup kita ?
  3. Pengampunan yang kita lakukan harus meniru pengampunan siapa?
This image has an empty alt attribute; its file name is D3.png

Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.” (Efesus 4:29).

Saudara, ada dua hal yang dinasehatkan Rasul Paulus kepada jemaat di Efesus, menggunakan perintah untuk melarang dan untuk melakukan sesuatu yang berkaitan dengan perkataan.

Perkataan yang dilarang adalah perkataan yang kotor.

Dalam versi King James disebut “corrupt communication”. Komunikasi atau perkataan yang korup adalah perkataan yang 1) busuk, membusuk 2) rusak karenanya dan tidak layak pakai lagi, usang 3) kualitasnya buruk, jelek, tidak layak pakai, tidak berharga.

Anak-anak Tuhan sudah tidak sepantasnya berkata-kata yang isinya busuk atau membusukkan orang lain, mengatakan hal-hal yang tidak pantas dan tidak berharga.

Sebaliknya anak-anak Tuhan seharusnya menggunakan perkataan yang membangun.

Perkataan yang membangun adalah tindakan seseorang yang mendorong pertumbuhan orang lain dalam hikmat, kesalehan, kebahagiaan, kekudusan Kristen.

Ucapan adalah karunia yang tak ternilai; berkat yang tak terkira nilainya.

Kita dapat berbicara menggunakan perkataan untuk berbuat baik kepada orang lain.

Kita dapat memberi mereka beberapa informasi yang tidak mereka miliki; memberikan beberapa penghiburan yang mereka butuhkan;

memperoleh beberapa kebenaran melalui diskusi yang bersahabat yang tidak kita ketahui sebelumnya, atau mengingatkan dengan teguran yang bersahabat kepada mereka yang berada dalam dosa.

Orang  yang tujuan utamanya dalam hidup adalah untuk memberi manfaat kepada orang lain, tidak akan mungkin mengatakan hal-hal yang akan disesalinya.

Saudara, perkataan yang membangun dapat dipakai Tuhan untuk menyampaikan kasih karunia.

Seseorang yang sedang kesulitan atau bingung saat hendak mengambil keputusan memerlukan nasehat.

Ketika dia mendengarkan nasehat yang baik, maka nasihat itu dapat menjadi kasih karunia untuk dia.

Dia dapat mengambil keputusan yang baik.

Dalam diskusi atau percakapan yang sehat, sering sekali orang mendapat inspirasi untuk melakukan sesuatu yang baik.

Sumber perkataan yang baik dan membangun adalah perbendaharaan dari hati yang diisi oleh firman Tuhan.

Oleh karena itu, kita semua harus selalu mengisi hati dan pikiran kita dengan firman.

Diskusikan dalam kelompok PA, bagaimana perkataan yang mendatangkan kasih karunia?

Pembacaan Alkitab Setahun

Kisah para Rasul 18-20

Selasa, 19 November 2024

MENGAMPUNI ORANG YANG BERSALAH KEPADA KITA

Penulis : Pdt. Saul Rudy Nikson

This image has an empty alt attribute; its file name is D1.png

Pembacaan Alkitab Hari ini : 

MATIUS 18:21-35

Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.

This image has an empty alt attribute; its file name is D2.png
  1. Berapa kali harus mengampuni orang yang bersalah?
  2. Apakah arti tujuh puluh kali tujuh?
  3. Bagaimana supaya kita dapat melepaskan pengampunan?
This image has an empty alt attribute; its file name is D3.png

Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: “Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?”Yesus berkata kepadanya: “Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.”  (Matius 18:21-22).

 Petrus mengira pengampunan yang harus dilakukannya hanya tujuh kali. Petrus mengira pengampunan ada batasnya.

Seperti kita juga terkadang memiliki pengampunan yang terbatas. Tuhan Yesus tidak memberikan batas pengampunan yang harus kita lakukan.

Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk mengampuni tanpa batas.

Seberapa banyak orang bersalah kepada kita, sebanyak itulah pengampunan yang harus kita lakukan.

Mungkinkah kita mengampuni tanpa batas? Sangat mungkin.

Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk saling mengampuni, seperti Dia sudah mengampuni.

Pengampunan Tuhan kepada kita tanpa batas, demikianlah kita harus saling mengampuni.

Saudara, bukti kasih Allah yang utama adalah pengampunan.

Oleh karena kasih-Nya, Tuhan Yesus rela mati di kayu salib. Kematian-Nya di kayu salib adalah harga yang harus dibayar untuk pengampunan dosa dunia ini. 

Jadi, kasih Allah identik dengan pengampunan.

Oleh karena kita telah menerima kasih Allah yang tidak terbatas, dosa kita dahulu, sekarang dan yang akan datang diampuni.

Demikian juga kita harus mengampuni orang yang bersalah kepada kita.

Orang yang tidak bersedia mengampuni orang yang bersalah, padahal dirinya sudah dan selalu diampuni Tuhan, tidak menyadari menghargai pengampunan yang telah diterimanya dari Tuhan.

Orang yang sulit mengampuni akan mengalami kesulitan dalam hidupnya.

Tidak mengampuni berarti menyimpan dosa.

Orang yang tidak mau melepaskan pengampunan, seperti orang yang membawa-bawa sampah busuk di sakunya.

Kemana pun ia pergi, dia menghirup bau busuk.

Bukan hanya dia, akhirnya orang-orang di sekitarnya juga mencium bau busuk.  

Tidak mau mengampuni, bukan hanya merugikan dirinya, tetapi dia juga akan merugikan orang-orang di sekitarnya.

Diskusikan dengan rekan-rekan PA, bagaimana melepaskan pengampunan kepada orang yang bersalah kepada kita.

Pembacaan Alkitab Setahun

Kisah para Rasul 16-17

Senin, 18 November 2024

SALING MENASEHATI DAN MEMBANGUN

Penulis : Pdt. Saul Rudy Nikson

This image has an empty alt attribute; its file name is D1.png

Pembacaan Alkitab Hari ini : 

1 TESALONIKA 5:4-11

Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.

This image has an empty alt attribute; its file name is D2.png
  1. Apakah yang dimaksud hari Tuhan datang seperti pencuri pada malam hari?
  2. Bagaimanakah sikap berjaga-jaga menyambut kedatangan Tuhan Yesus kembali?
  3. Mengapa kita harus saling menasihati?
This image has an empty alt attribute; its file name is D3.png

Karena itu nasihatilah seorang akan yang lain dan saling membangunlah kamu seperti yang memang kamu lakukan” (1 Tesalonika 5:11).

Surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika adalah salah satu kitab yang paling awal ditulis.

Surat ini ditujukan kepada jemaat di Tesalonika yang dirintis Rasul Paulus namun harus segera ditinggalkan karena penganiayaan.

Oleh karena itu Paulus perlu menjelaskan pokok-pokok iman kepada jemaat yang baru ini.

Tema kunci dari Kitab 1 Tesalonika adalah Tuhan Yesus adalah Raja kita yang akan datang.

Dalam lima pasal 1 Tesalonika terdapat ayat-ayat yang berkaitan dengan kedatangan Tuhan Yesus kedua kali.

Para hamba Tuhan di berbagai dunia sepakat bahwa kita hidup di zaman akhir.

Yesus akan datang untuk menjemput gereja-Nya.

Sikap  yang harus dimiliki oleh orang Kristen terkait kedatangan Tuhan Tuhan Yesus adalah

1) Hidup dalam terang. Kita sebagai anak-anak terang tentu saja harus menyukai hidup dalam terang firman Tuhan.

2) Berjaga-jaga. Kita harus menyadari bahwa Tuhan Yesus akan segera datang.  Kita harus menyiapkan diri, mendandani diri dengan kekudusan. Kita menjaga kekudusan hidup dan bertumbuh dalam kekudusan.

3) Berbaju zirah iman dan kasih. Baju zirah adalah pelindung diri dari serangan musuh.  Musuh akan menyerang iman kita, membuat kita ragu atau tidak percaya pada firman-Nya, khususnya kedatangan Tuhan Yesus.

4) Menggunakan Ketopong pengharapan. Ketopong atau helm adalah pelindung kepala. Pikiran kita harus diisi dengan pengharapan bahwa Tuhan Yesus pasti datang menjemput gereja-Nya. Dia akan memberikan kekuatan saat kita mengalami aniaya.

5) Saling menasihati dan membangun dalam persekutuan orang percaya.

Saudara, dalam 2 Timotius dijelaskan kondisi pada zaman akhir.

“Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah. Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu!” (2 Timotius 3:1-5).

Supaya tetap kuat, kita harus hidup dalam persekutuan orang percaya.

Di dalam persekutuan orang percaya itulah kita dapat saling menasihati dan membangun.

Salah satu syarat untuk dapat saling menasihati adalah kerendahan hati. Tanpa kerendahan hati, kita akan sulit menerima nasihat dari saudara seiman. 

Tanpa kerendahan hati, kita juga sulit untuk menasihati saudara seiman.

Menasihati dan dinasihati membutuhkan kerendahan hati. 

Diskusikan dalam kelompok PA saudara, bagaimana memberitakan cara menasihati saudara seiman tanpa menyinggung hatinya.

Pembacaan Alkitab Setahun

Kisah para Rasul 14-15