Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apakah hubungan sunat pada perjanjian dalam dengan baptisan?
Mengapa dosa diibaratkan hutang?
Apakah hubungan pengampunan dengan hutang dosa?
“Kamu juga, meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu dan oleh karena tidak disunat secara lahiriah, telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita, dengan menghapuskan surat hutangyang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita…” (Kolose 2:13-14).
Surat Kolose ditulis oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose, sebuah kota di Asia Kecil.
Jemaat ini menghadapi pengaruh ajaran palsu yang mencoba mencampuradukkan kebenaran Injil dengan filsafat duniawi dan tradisi manusia.
Paulus menegaskan keunggulan Kristus dan karya-Nya yang sempurna, termasuk kematian dan kebangkitan-Nya, sebagai satu-satunya jalan keselamatan.
Dalam Kolose 2:11-15, Paulus menjelaskan bagaimana kematian Yesus di kayu salib menghapus hutang dosa kita dan memberikan kemenangan atas kuasa kegelapan.
Ini adalah kabar baik yang mengubah hidup setiap orang yang percaya.
Saudara, Paulus menggambarkan bagaimana kita, yang dahulu mati secara rohani karena dosa-dosa kita, telah dihidupkan bersama Kristus melalui iman.
Ini terjadi karena kita telah “dikuburkan” bersama Dia dalam baptisan dan “dibangkitkan” bersama Dia melalui kuasa Allah.
Kematian Yesus di kayu salib bukan hanya sekadar peristiwa sejarah, tetapi juga menjadi dasar bagi pengampunan dosa kita.
Hutang dosa yang seharusnya kita tanggung telah dibayar lunas oleh kematian-Nya.
Melalui karya-Nya, kita yang dahulu jauh dari Allah sekarang diperdamaikan dengan-Nya.
Paulus menggunakan gambaran surat hutang, yaitu catatan dosa kita yang seharusnya menuntut pembayaran hukuman.
Yesus menghapus surat hutang itu dengan memakukan-Nya di kayu salib.
Ini berarti bahwa hukuman atas dosa-dosa kita telah ditanggung oleh Yesus, dan kita dibebaskan dari beban itu.
Selain itu, Yesus juga mempermalukan penguasa dan kuasa kegelapan dengan mengalahkan mereka melalui kematian dan kebangkitan-Nya.
Kemenangan ini memberikan kita kebebasan dari belenggu dosa dan kuasa setan.
Implementasi praktis dari kebenaran ini adalah, pertama, kita harus hidup dalam kesadaran bahwa hutang dosa kita telah dibayar lunas oleh Yesus.
Ini seharusnya mendorong kita untuk hidup dalam syukur dan kerendahan hati, bukan lagi dalam rasa bersalah atau ketakutan.
Kedua, kita dipanggil untuk hidup dalam kebebasan yang telah Kristus berikan, yaitu kebebasan dari kuasa dosa dan kuasa kegelapan.
Kita tidak perlu lagi menjadi budak dosa, melainkan dapat hidup dalam kekudusan dan ketaatan kepada Tuhan.
Ketiga, kita harus memberitakan kabar baik ini kepada orang lain, bahwa melalui kematian Yesus, setiap orang dapat menerima pengampunan dosa dan hidup yang baru.
Diskusikan dalam kelompok PA, bagaimana mengalami kemenangan atas dosa setelah tahu hutang dosa sudah dibayar lunas Tuhan Yesus.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Mengapa janda dari seorang nabi mengalami hutang yang besar sehingga anaknya harus diambil sebagai bayaran hutang?
Apakah yang dilakukan Elisa menghadapi masalah hutang?
Apakah sikap janda yang membuat mujizat dapat terjadi?
“Kemudian pergilah perempuan itu memberitahukannya kepada abdi Allah, dan orang ini berkata: “Pergilah, juallah minyak itu, bayarlah hutangmu, dan hiduplah dari lebihnya, engkau serta anak-anakmu”2 Raja-Raja 4:7.
Kitab 2 Raja-raja mencatat berbagai peristiwa dalam sejarah kerajaan Israel dan Yehuda, termasuk kisah-kisah tentang nabi Elisa yang melanjutkan pelayanan Elia.
Dalam 2 Raja-raja 4:1-7, kita menemukan kisah seorang janda miskin yang berada dalam kesulitan besar karena suaminya meninggal dan meninggalkan hutang yang harus dibayar.
Jika hutang itu tidak dilunasi, kedua anaknya akan diambil sebagai budak.
Dalam keputusasaan, janda ini datang kepada Elisa, meminta pertolongan.
Kisah ini menggambarkan betapa Tuhan peduli terhadap orang yang lemah dan tak berdaya, serta kuasa-Nya yang mampu mengubah situasi yang mustahil.
Elisa tidak mengabaikan permintaan janda itu. Ia bertanya apa yang masih dimiliki oleh wanita tersebut.
Janda itu menjawab bahwa ia hanya memiliki sedikit minyak.
Elisa kemudian memberinya instruksi untuk meminjam banyak bejana kosong dari tetangga-tetangganya, menuangkan minyak yang sedikit itu ke dalam bejana-bejana tersebut, dan menjual minyak itu untuk melunasi hutangnya.
Apa yang terjadi selanjutnya adalah mujizat: minyak itu terus mengalir sampai semua bejana terisi penuh.
Dengan menjual minyak tersebut, janda itu tidak hanya mampu melunasi hutangnya, tetapi juga memiliki sisa untuk menghidupi keluarganya.
Kisah ini menunjukkan bahwa Tuhan sanggup menyediakan jalan keluar di tengah kesulitan finansial.
Kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya iman dan ketaatan.
Janda itu taat kepada perkataan Elisa, meskipun instruksinya mungkin terlihat tidak masuk akal.
Ia tidak ragu untuk meminjam bejana-bejana kosong dan melakukan apa yang diperintahkan.
Iman dan ketaatannya membuka jalan bagi Tuhan untuk bekerja secara ajaib dalam hidupnya.
Ini mengingatkan kita bahwa Tuhan seringkali meminta kita untuk mengambil langkah iman, bahkan ketika situasi terlihat mustahil.
Ketika kita taat dan percaya, Tuhan akan menyediakan segala kebutuhan kita sesuai dengan waktu dan cara-Nya.
Saudara, berikut implementasi praktis.
Pertama, kita harus datang kepada Tuhan dalam doa ketika menghadapi masalah keuangan atau hutang, percaya bahwa Dia peduli dan sanggup menolong.
Kedua, kita perlu taat kepada firman Tuhan dan petunjuk-Nya, meskipun itu terlihat sulit atau tidak masuk akal.
Ketiga, kita harus menggunakan berkat yang Tuhan berikan dengan bijaksana, seperti janda itu yang menggunakan minyak untuk melunasi hutang dan memenuhi kebutuhan keluarganya.
Terakhir, kita juga diajak untuk menjadi saluran berkat bagi orang lain, seperti tetangga-tetangga janda itu yang meminjamkan bejana kosong.
Dengan demikian, kita tidak hanya menjadi penerima berkat, tetapi juga alat Tuhan untuk memberkati sesama.
Diskusikan dengan rekan-rekan PA, bagaimana supaya kita mengalami terobosan seperti seorang janda yang berhutang.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Mengapa Musa menasihati bangsa Israel tidak melupakan Tuhan saat sudah tinggal di tanah perjanjian?
Apakah yang Tuhan ingin bangsa Israel ingat saat di padang gurun?
Apakah yang dimaksud dengan kekuatan untuk memperoleh kekayaan?
“Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini.” (Ulangan 8:18).
Dalam kitab Ulangan, Musa mengingatkan bangsa Israel tentang perjalanan mereka di padang gurun selama 40 tahun.
Mereka mengalami banyak tantangan, tetapi Tuhan selalu menyertai dan memenuhi kebutuhan mereka.
Musa menekankan pentingnya untuk tidak melupakan Tuhan ketika mereka masuk ke Tanah Perjanjian, sebuah tempat yang berlimpah susu dan madu, di mana mereka akan menikmati kekayaan dan kemakmuran.
Latar belakang ini menjadi dasar bagi peringatan yang diberikan dalam Ulangan 8:11-18, di mana Musa mengingatkan mereka agar tidak menjadi sombong dan melupakan sumber segala berkat yang mereka terima.
Dalam ayat 11-14, Musa memperingatkan agar bangsa Israel tidak melupakan Tuhan ketika mereka sudah menikmati kekayaan dan kemakmuran.
Kecenderungan manusia adalah merasa bahwa kekuatan dan kemampuan merekalah yang menghasilkan segala sesuatu.
Ketika hidup dalam kenyamanan, mudah bagi kita untuk lupa bahwa Tuhanlah yang memberikan kekuatan untuk memperoleh kekayaan.
Musa mengingatkan bahwa kemakmuran bisa menjadi ujian bagi iman, apakah kita tetap mengandalkan Tuhan atau justru menjauh dari-Nya.
Musa mengingatkan bangsa Israel tentang bagaimana Tuhan memelihara mereka di padang gurun.
Tuhan memberikan manna, air dari batu, dan melindungi mereka dari bahaya.
Semua ini menunjukkan bahwa kekayaan dan kemakmuran bukanlah hasil usaha manusia semata, melainkan anugerah dari Tuhan.
Musa menegaskan bahwa Tuhan membawa mereka melalui proses yang sulit untuk merendahkan hati mereka dan menguji iman mereka, agar mereka menyadari bahwa hidup mereka bergantung sepenuhnya pada Tuhan.
Musa menegaskan bahwa kekuatan untuk memperoleh kekayaan datang dari Tuhan.
Bukan karena kekuatan atau kepintaran kita, melainkan karena Tuhanlah yang memberikan kemampuan itu.
Saudara, marilah kita selalu rendah hati dan mengakui bahwa segala berkat yang kita miliki adalah pemberian Tuhan.
Ketika kita diberkati, janganlah kita menjadi sombong, tetapi gunakanlah kekayaan itu untuk memuliakan Tuhan dan menjadi berkat bagi sesama.
Dengan demikian, kita akan tetap setia dan bersyukur kepada-Nya dalam segala keadaan.
Diskusikan dalam kelompok PA saudara, apakah yang dimaksud dengan kekuatan untuk memperoleh kekayaan.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Daud menyebut Tuhan adalah gembala-Ku. Apakah maksud penggunaan “ku” pada kata gembala. Apakah hubungan kasih Allah dengan Pengampunan?
Mengapa Daud tidak akan kekurangan?
Kalau Tuhan menjadi gembala kita, apakah yang kita butuhkan lagi?
“Tuhan adalah gembala-ku, takkan kekurangan aku.” (Mazmur 23:1).
Mazmur 23 menggambarkan Tuhan sebagai Gembala yang bertanggung jawab penuh atas kehidupan domba-Nya.
Dalam Perjanjian Baru, Yesus menyatakan diri-Nya sebagai “Gembala yang Baik” (Yohanes 10:11) yang menyerahkan nyawa-Nya bagi domba-Nya.
Ketika Daud berkata, “takkan kekurangan aku,” ia merujuk pada pemeliharaan Allah yang menyeluruh: makanan, perlindungan, pemulihan, dan tuntunan (Mazmur 23:2-3).
Yesus, sebagai penggenapan janji ini, menjamin bahwa siapa yang datang kepada-Nya tidak akan hidup dalam kekurangan rohani maupun jasmani (Filipi 4:19).
Seringkali, perasaan “kekurangan” muncul ketika kita membandingkan diri dengan standar dunia atau berfokus pada keinginan yang tidak terpenuhi.
Namun, Daud menegaskan bahwa kunci keberlimpahan terletak pada hubungan dengan Gembala, bukan pada kepemilikan materi.
Yesus mengingatkan kita: “mencari kerajaan-Nya harus menjadi yang utama, maka semua yang lain akan ditambahkan kepadamu” (Matius 6:33).
Ketika kita meletakkan Yesus sebagai pusat hidup, kita belajar melihat bahwa kasih karunia-Nya lebih dari cukup—bahkan dalam masa sulit sekalipun (2 Korintus 12:9).
Dunia menawarkan kepuasan semu melalui harta, status, atau kesenangan, tetapi semua itu bersifat sementara.
Yesus, sebagai Gembala Sejati, memberikan kepenuhan yang abadi: damai sejahtera di tengah badai (Yohanes 14:27), sukacita dalam penyerahan (Filipi 4:4), dan pengharapan yang tak pudar (Roma 15:13).
Daud menyadari hal ini ketika ia menulis, “Takkan kekurangan aku”—bukan karena hidupnya sempurna, tetapi karena ia percaya bahwa Allah mengatur langkahnya.
Demikian pula, dalam Yesus, kita menemukan bahwa diri-Nya sendiri adalah sumber segala sesuatu.
Mazmur 23:1 bukanlah janji bahwa hidup akan bebas masalah, tetapi jaminan bahwa dalam setiap musim, Yesus sang Gembala akan memenuhi kita dengan kasih karunia yang cukup.
Ketika kita berjalan dekat dengan-Nya, kita belajar berkata seperti Paulus: “Aku tahu apa itu kekurangan dan kelimpahan… Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku”(Filipi 4:12-13).
Percayalah: dalam Yesus, kita tidak akan pernah ditinggalkan-Nya kekurangan.
Jika kita merasa “tidak kekurangan” dalam Kristus, bagikanlah kasih-Nya kepada orang lain melalui pelayanan, dukungan, atau kata-kata pengharapan (2 Korintus 9:8).
Diskusikan dengan pembimbingmu, bagaimana caranya dapat membangun hubungan dengan Tuhan sebagai gembala yang menyediakan segala keperluan kita.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apakah yang dimaksud dengan menipu Allah yang dilakukan bangsa Israel?
Apakah yang terjadi bila bangsa Israel taat memberi perpuluhan?
Apakah kita sudah taat memberi sesuai kehendak Tuhan?
Aku akan menghardik bagimu belalang pelahap, supaya jangan dihabisinya hasil tanahmu dan supaya jangan pohon anggur di padang tidak berbuah bagimu, firman TUHAN semesta alam”. (Maleakhi 3:11).
Kitab Maleakhi adalah kitab terakhir dalam Perjanjian Lama dan ditulis pada masa setelah pembuangan Israel ke Babel.
Saat itu, bangsa Israel telah kembali ke tanah mereka, tetapi mereka mulai lalai dalam ibadah dan kehidupan rohani.
Mereka menahan persepuluhan dan persembahan, serta meragukan kasih dan keadilan Tuhan. Dalam Maleakhi 3:6-11, Tuhan menegur umat-Nya karena tidak setia dalam memberikan apa yang menjadi hak-Nya, yaitu persepuluhan dan persembahan.
Tuhan mengingatkan mereka bahwa Dialah Tuhan yang tidak berubah, dan mereka dipanggil untuk kembali kepada-Nya dengan setia.
Tuhan menyatakan bahwa Dia tidak berubah, dan karena itu, umat-Nya tidak binasa.
Namun, mereka telah menyimpang dari ketetapan-Nya. Tuhan memanggil mereka untuk kembali kepada-Nya, dan sebagai tanda pertobatan, mereka harus mempersembahkan persepuluhan dan persembahan dengan setia.
Persepuluhan adalah sepuluh persen dari penghasilan yang seharusnya dikembalikan kepada Tuhan sebagai pengakuan bahwa segala yang mereka miliki berasal dari-Nya.
Dengan menahan persepuluhan, mereka tidak hanya merugikan diri sendiri tetapi juga merampas hak Tuhan.
Dalam kitab Maleakhi, menahan persepuluhan dan persembahan sama dengan merampok Tuhan.
Namun, Tuhan menjanjikan berkat yang melimpah jika mereka setia dalam memberikan persepuluhan.
Tuhan bahkan menantang mereka untuk mencobai-Nya dalam hal ini, dengan janji bahwa Dia akan membuka tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat yang tidak terhingga.
Tuhan juga berjanji untuk melindungi hasil bumi mereka dari hama dan kerusakan.
Ini menunjukkan bahwa Tuhan peduli terhadap kesejahteraan umat-Nya dan ingin memberkati mereka secara materi dan rohani.
Implementasi praktis dari firman ini adalah, pertama, kita harus menyadari bahwa segala yang kita miliki adalah pemberian Tuhan, dan kita dipanggil untuk mengelola keuangan dengan bijaksana, termasuk memberikan berbagai persembahan dengan sukacita.
Kedua, kita perlu memeriksa hati dan motivasi kita dalam memberi.
Memberi bukan sekadar kewajiban, tetapi sebagai bentuk penyembahan dan pengakuan bahwa Tuhan adalah sumber berkat kita.
Ketiga, kita harus percaya pada janji Tuhan bahwa ketika kita setia dalam memberi, Dia akan mencurahkan berkat-Nya dalam hidup kita.
Terakhir, kita juga diajak untuk hidup dalam ketaatan dan kepercayaan penuh kepada Tuhan, karena Dia tidak pernah berubah dan setia pada janji-Nya.
Dengan demikian, kita dapat mengalami kepenuhan berkat-Nya dalam setiap aspek kehidupan.
Diskusikan dalam kelompok PA, bagaimana caranya memberi persembahan dengan ketaatan dan sukacita.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Siapakah yang disebut terkutuk oleh firman Tuhan?
Mengapa orang tersebut dianggap terkutuk?
Mengapa seseorang yang berharap kepada Tuhan sangat diberkati?
Mengapa orang yang berharap kepada Tuhan tidak berhenti menghasilkan buah?
Saudara, dalam kehidupan ini, terutama bagi kita sebagai orang percaya, kita harus memahami beberapa prinsip tentang kelimpahan. Yesus dengan jelas menyatakannya:
Yohanes 10:10“Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.”
Dalam Perjanjian Lama, kelimpahan atau berkat sering kali digambarkan dalam bentuk kekayaan fisik atau materi.
Oleh karena itu, untuk memperolehnya, sering dikaitkan dengan bekerja, mencari nafkah atau mencari uang.
Mengenai kelimpahan berupa kekayaan, Perjanjian Lama menuliskan:
Ulangan 8:18“Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini.”
Amsal10:22“Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya.”
Dari kedua firman Tuhan ini, sangat jelas bahwa kekayaan dan kelimpahan berasal dari Tuhan Allah yang sangat baik.
Oleh karena itu, kita seharusnya memahami bahwa kekayaan adalah berkat dari Tuhan dan Tuhanlah yang menganugerahkan kekuatan bagi kita untuk memperolehnya dan sudah sepantasnya kita menjaga hubungan dengan Tuhan.
Selain itu, peran Roh Kudus sangat besar bagi mereka yang sungguh-sungguh mau bergantung kepada Tuhan dalam hal kekayaan.
Kekayaan bukan semata-mata hasil kerja keras kita, namun kasih karunia yang dianugerahkan melalui hubungan pribadi kita dengan Roh Kudus.
Yohanes 14:26“tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.”
Roh Kudus mampu mengajarkan segala sesuatu dan memberikan kekuatan serta pengetahuan untuk memperoleh kelimpahan.
Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk mengandalkan Tuhan dalam mengelola kelimpahan yang telah dianugerahkan kepada kita.
Jangan sampai kita salah dalam pengelolaan atau salah menggunakan kelimpahan tersebut, karena jika tidak dikelola dengan baik, kelimpahan itu bisa berkurang bahkan habis.
Roh Kudus juga dapat mengajarkan kita dalam mengembangkan kekayaan dengan cara yang benar, baik melalui investasi, berdagang maupun berusaha sesuai dengan talenta dan bakat kita sehingga kita mendapatkan kelimpahan.
Haleluya, puji Tuhan, Amin.
Mengapa banyak anak-anak Tuhan hidup dalam kekurangan, padahal Tuhan Yesus telah berjanji untuk memberikan kelimpahan?
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Mengapa Yesus melarang murid-muridNya mengumpulkan harta di bumi?
Dimana Yesus menganjurkan para murid untuk mengumpulkan harta?
Dimana hati kita berada?
Apa yang membuat mata kita menjadi mata yang baik?
Saudara, Tuhan Yesus membandingkan Allah dengan Mamon saat mengajarkan murid-muridNya tentang harta di surga:
Matius 6:24“Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.”
Dalam pengajarannya, Yesus dengan tegas menyatakan bahwa para murid harus memprioritaskan Kerajaan Allah dan tidak dipusingkan dengan berbagai kekuatiran hidup.
Matius 6:33“Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”
Saudara, Tuhan Yesus mengajarkan bahwa Kerajaan Allah dan kebenarannya harus diutamakan dalam kehidupan orang percaya.
Segala sesuatu yang kita lakukan sepatutnya bertujuan untuk memperluas Kerajaan Allah.
Pekerjaan kita merupakan platform pelayanan kita, tempat kita bersaksi dan memberitakan Injil keselamatan atau Injil kasih karunia.
Dengan demikian, bekerja bukan hanya sekedar mencari nafkah, tetapi juga menjadi sarana untuk menjadi saksi Kristus dalam melaksanakan Amanat Agung Kristus.
Oleh karena itu, kehadiran kita seharusnya tidak mempermalukan Kristus atau merusak kekristenan di hadapan kolega di kantor atau tempat kerja.
Kita seharusnya bekerja dengan serius, tidak setengah hati tetapi dengan segenap hati, pikiran, dan kemampuan.
Dengan demikian, prestasi kerja kita dapat mengharumkan kekristenan dan memuliakan Yesus Kristus.
Ketika bekerja, kita sepatutnya menunjukkan kinerja yang baik tanpa bersikap arogan atau sombong.
Kita harus bersedia bekerjasama dalam tim yang baik serta dikenal sebagai pribadi yang baik hati, pekerja keras dan rela membantu serta menolong rekan satu tim maupun kolega dari tim lain.
Dalam bekerja, sepatutnya rekan-rekan dan kolega kita mengenal kita sebagai pribadi yang baik, rela berbagi dan bukan seseorang yang hanya mengejar keuntungan pribadi karena setiap bantuan selalu diperhitungkan, sebaliknya kita dikenal sebagai pribadi yang tulus menolong.
Selain itu, teman-teman juga mengenal kita sebagai seseorang yang gemar bersaksi sehingga mereka tahu bahwa kita adalah pribadi yang mengabdi kepada Tuhan, selalu mendahulukan dan mengutamakan Tuhan.
Namun, di saat yang sama, mereka juga melihat bahwa kita adalah pribadi yang menghargai semua rekan dengan berbagai latar belakang kepercayaan, bukan seseorang yang fanatik buta.
Mereka mengenal kita sebagai seorang Kristen yang sungguh-sungguh, bukan hanya beragama setengah hati, tetapi tetap menghargai kepercayaan orang lain yang berbeda.
Saudara, sebagai murid Kristus, kita hidup di tengah masyarakat yang religius di Bandung.
Sering kali kita bertemu dengan teman-teman yang sangat fanatik dalam kepercayaannya.
Beberapa dari mereka mungkin enggan bersalaman dengan kita, bahkan ketika kita menyapa, mereka terlihat ragu atau enggan berbicara dengan kita yang mereka anggap sebagai kafir.
Lalu, bagaimana kita harus bersikap? Jangan pernah bosan untuk tetap bersikap ramah dan menyapa mereka semua.
Jika kita adalah laki-laki, sebaiknya kita tetap menyapa teman pria dengan baik, namun jika teman wanita enggan menjawab sapaan kita, cukup berikan senyuman tanpa harus menyapa lagi.
Hal ini untuk menghindari kesalahpahaman agar tidak dianggap mengganggu, mencari perhatian, atau bahkan disalahartikan.
Oleh karena itu, marilah kita hidup dalam kekudusan dan kesucian serta senantiasa bergaul dengan Bapa.
Dengan demikian, orang-orang di sekitar kita akan melihat bahwa kita berbeda dari kebanyakan orang Kristen pada umumnya.
Terlebih lagi, jika mereka mengetahui bahwa kita adalah Kristen Batak, mungkin ada sebagian yang enggan bergaul dengan kita.
Namun, jika mereka melihat bahwa kita adalah orang Kristen yang sungguh-sungguh dan memiliki kehidupan rohani yang tidak asal-asalan, mereka akan lebih menghargai kita.
Mereka tahu bahwa orang Kristen Batak dikenal sebagai pribadi yang jujur, setia, loyal dalam pertemanan serta rela membela teman tanpa ragu dan tidak sungkan untuk berkorban demi persahabatan.
Saudara, marilah kita menonjolkan nilai mengutamakan Tuhan dalam pertemanan dengan teman sejawat, baik di kantor, di sekolah maupun di lingkungan tetangga.
Sebagai contoh, jika ada rencana untuk berkumpul, beritahukan kepada mereka bahwa kita selalu beribadah ke gereja pada hari Minggu di jam tertentu.
Biasakan hal ini secara konsisten sehingga mereka memahami bahwa pada hari Minggu, kita tidak bisa ikut berkumpul karena itu adalah waktu untuk beribadah di gereja.
Mereka sepatutnya mengenal kita bukan sebagai orang yang pelit atau kikir yang enggan berbagi, apalagi seseorang yang hanya ingin mencari keuntungan dari persahabatan.
Kita bukanlah orang yang tidak rela rugi tetapi seseorang yang tidak mempermasalahkan jika mengalami kerugian atau dirugikan.
Selain itu, mereka juga harus mengenal kita sebagai pribadi yang mudah memaafkan, suka mengampuni serta selalu berbuat baik.
Kita dikenal sebagai orang yang murah hati, terutama bagi mereka yang benar-benar membutuhkan bantuan.
Galatia 6:9“Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah.”
Saudara, jika dalam hidup kita dikenal sebagai orang yang melayani Tuhan, hamba Allah dan masyarakat di sekitar kita mengetahuinya, maka itu menjadi kesempatan bagi kita untuk lebih mudah bersaksi.
Masyarakat tidak selalu menuntut kita untuk memberi uang atau harta karena mereka memahami bahwa kita bukanlah hamba uang yang selalu perhitungan dalam segala bentuk bantuan.
Haleluya, puji Tuhan, Amin.
Apakah setiap orang yang mencintai uang sudah pasti mengabdi kepada Mamon?
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Dalam rangka apa Sang Tuan membagikan hartanya kepada para hambanya?
Apa tujuan Sang Tuan membagikan hartanya kepada mereka?
Ketika Sang Tuan kembali, apa yang dilaporkan oleh para hamba?
Mengapa ada hamba yang dipuji, tetapi ada juga yang dikecam?
Saudara, dari cerita di atas, kita belajar bahwa ketika seseorang dikaruniakan talenta atau bakat, maka sepatutnya ia mengembangkannya agar talenta atau bakat itu.
Setiap orang yang percaya kepada Yesus Kristus dianugerahi setidaknya satu talenta atau satu karunia rohani yang berasal dari Tuhan, Allah Bapa kita.
1 Korintus 12:7“Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama.”
Dalam firman ini dinyatakan bahwa setiap orang percaya dianugerahi satu karunia Roh sebagai penyataan Roh untuk kepentingan bersama.
Karunia Roh sebagai penyataan berarti bahwa keberadaannya menjadi bukti bahwa orang tersebut didiami oleh Roh Kudus.
Oleh karena itu, manifestasi dari Roh Kudus hadir sebagai karunia Roh, yang menjadi bukti nyata kehadiran-Nya di dalam orang percaya.
Setiap talenta, bakat maupun karunia Roh sepatutnya digunakan untuk kepentingan bersama yaitu tubuh Kristus atau jemaat Kristus.
Selain itu, talenta dan karunia tersebut dikembangkan agar menghasilkan pertumbuhan serta pertambahan karunia dalam diri setiap orang percaya.
Rasul Paulus menjelaskan bahwa setiap anggota tubuh Kristus harus berkontribusi dalam pertumbuhan jemaat melalui peran setiap anggota:
Efesus 4:16“Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, –yang rapih tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota–menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih.”
Kristus menghendaki agar setiap anggota jemaat bertumbuh ke arah Kristus dan berperan dalam membangun jemaat Kristus sehingga seluruh tubuh Kristus mengalami pertumbuhan melalui peran dan fungsi masing-masing anggotanya.
Oleh karena itu, setiap orang percaya sepatutnya mengembangkan karunia Roh yang telah dianugerahkan Tuhan kepadanya agar karunia tersebut berkembang dan berfungsi dengan baik.
Ketika setiap anggota tubuh Kristus mengelola karunia Roh yang dianugerahkan Tuhan hasilnya akan sangat baik bagi pertumbuhan dan pembangunan tubuh Kristus dalam kasih.
Saudara, ada anggota yang dianugerahkan bukan hanya satu karunia, tetapi beberapa karunia Roh.
Namun, semuanya diberikan untuk kepentingan bersama.
Marilah kita, sebagai anggota tubuh Kristus, mengembangkan karunia Roh dengan menggunakannya untuk kepentingan bersama.
Karunia tersebut bukan untuk keuntungan pribadi melainkan untuk kepentingan seluruh tubuh Kristus.
Haleluya, Puji Tuhan, Amin.
Mengapa karunia Roh tidak berkembang dan bertambah pada seseorang, sementara pada saudara yang lain, karunia Rohnya berkembang dan bertambah?
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Murid-murid Kristus dinyatakan oleh Yesus sebagai apa di dunia ini?
Murid-murid juga digambarkan dengan apa?
Mengapa pelita tidak diletakkan di bawah gantang?
Apa fungsi para murid di dunia ini?
Saudara, Rasul Paulus berkata kepada anak rohaninya, Timotius, tentang masa akhir zaman dalam suratnya:
2 Timotius 3:1-5“Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah. Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu!”
Pada masa sekarang, semua yang dikatakan oleh rasul itu telah menjadi kenyataan di depan mata kita.
Maka, apa yang harus kita lakukan agar tidak terpengaruh apalagi mengikuti mereka?
Sebelum Yesus Kristus hadir di dunia ini, Nabi Yesaya juga telah bernubuat:
Yesaya 60:1-2“Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu. Sebab sesungguhnya, kegelapan menutupi bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa; tetapi terang TUHAN terbit atasmu, dan kemuliaan-Nya menjadi nyata atasmu.”
Saudara, Nabi Yesaya menubuatkan agar umat Allah bangkit.
Sebab, sesungguhnya dunia berada dalam kegelapan, dan bangsa-bangsa masih berada di dalamnya hingga saat ini.
Fakta-fakta yang ada dengan jelas menunjukkan bahwa dunia benar-benar berada dalam kegelapan.
Rasul Yohanes juga menyatakan hal yang sama, sehingga dia menasihatkan jemaat:
1 Yohanes 2:15-17“Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.”
Saudara, dalam kondisi seperti ini, sering kali kebenaran justru dimusuhi oleh kejahatan.
Sekelompok orang jahat akan menganiaya orang-orang yang menolak untuk melakukan kejahatan seperti yang mereka lakukan.
Jika ada sekelompok orang yang berbuat jahat kepada kita, apa yang harus kita lakukan?
Roma 12:21“Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!”
Filipi 4:5“Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat!”
Galatia 6:9-10“Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.”
Itulah sebabnya, Yesus pernah menasihatkan:
Matius 5:16“Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.”
Tuhan Yesus menghendaki agar para murid-Nya melakukan perbuatan baik, sehingga melalui kebaikan itu, orang-orang menyadari bahwa mereka adalah pengikut Yesus dan memuliakan Tuhan, Allah Bapa, Yesus Kristus.
Yesus pernah memberikan suatu perintah kepada para murid agar mereka melakukannya dan melalui hal itu, orang akan tahu bahwa mereka adalah murid-murid Yesus:
Yohanes 13:34-35“Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.”
Demikianlah cara kita memuliakan Bapa, yaitu dengan saling mengasihi satu sama lain.
1 Yohanes 4:16-19“Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia. Dalam hal inilah kasih Allah sempurna di dalam kita, yaitu kalau kita mempunyai keberanian percaya pada hari penghakiman, karena sama seperti Dia, kita juga ada di dalam dunia ini. Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih. Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.”
Rasul Yohanes disebut sebagai Rasul Kasih yang menguraikan ayat-ayat firman Tuhan di atas sebagai pengajaran agar murid-murid dan orang-orang yang percaya kepada Yesus dapat hidup saling mengasihi.
Dengan demikian, dunia tahu bahwa kita adalah murid-murid Yesus, anak-anak Allah yang memiliki kasih yang tidak terbatas.
Ketika kita saling mengasihi dan berbuat kebajikan, maka banyak orang akan melihat perbuatan baik itu.
Melalui kita, mereka dapat melihat kebaikan Allah, kasih Yesus dan memuliakan Bapa.
Haleluya, Puji Tuhan, Amin.
Apa yang menyebabkan perbuatan orang Kristen tidak memuliakan Bapa, tetapi mempermalukan Yesus Kristus?
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apa yang dimaksud dengan surat pujian bagi Paulus?
Dimana surat pujian bagi Paulus dituliskan?
Dengan apa surat pujian itu dituliskan?
Seberapa besar keyakinan Paulus terhadap Allah?
Saudara, setiap anak Tuhan yang telah lahir baru sepatutnya menunjukkan kehidupan yang berbeda dari orang-orang di sekitarnya yaitu mereka yang belum lahir baru atau tidak percaya kepada Yesus.
Hal itu seharusnya terjadi karena Tuhan Allah telah menganugerahkan Roh Kudus ke dalam batin kita, orang yang percaya kepada Yesus Kristus, sebagai Penolong, Penghibur, Pengajar yang mengingatkan kita akan kebenaran yang telah diajarkan oleh Yesus Kristus.
Efesus 1:13-14“Di dalam Dia kamu juga–karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu–di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu. Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya.”
Roh Kudus dianugerahkan sebagai meterai kepemilikan-Nya. Roh Kudus berdiam dalam batin kita.
Melalui Roh-Nya yang tinggal di dalam kita, Tuhan Allah menggembalakan, mengawasi, menolong, menghibur dan membentuk kita menjadi gambar dari Allah yang tidak kelihatan.
Kejadian seperti ini telah dinubuatkan oleh Nabi Yehezkiel:
Yehezkiel 36:25-27“Aku akan mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan kamu; dari segala kenajisanmu dan dari semua berhala-berhalamu Aku akan mentahirkan kamu. Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya.”
Itulah yang terjadi ketika Rasul Paulus menyatakannya dalam Kitab Roma:
Roma 8:25-30“Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun. Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus. Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.”
Saudara yang kekasih, demikianlah Tuhan Allah memulihkan dan membentuk kita menjadi serupa dengan Yesus Kristus.
Kita menjadi surat Kristus yang terbuka yang dapat dilihat oleh orang-orang di sekitar kita.
Tuhan Allah menuliskan firman-Nya di dalam batin kita sehingga kita menjadi surat Kristus yang dapat dibaca oleh mereka.
Haleluya, Puji Tuhan, Amin.
Apa yang harus kita lakukan agar proses penulisan firman Allah di dalam batin kita dapat terjadi?