Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya dan secara khusus hafalkanlah Yakobus 1:22.
Hal-hal apakah yang harus kita buang agar kita dapat menerima seluruh kebenaran Firman Tuhan?
Ketika hati kita dibersihkan dari hal-hal duniawi sehingga dapat menerima Firman Tuhan, maka bagaimana sikap kita terhadap Firman Tuhan?
Coba sebutkan beberapa hal yang kita alami ketika kita menjadi pelaku Firman Tuhan?
Firman Tuhan yang kita baca dan renungkan dapat membuat kehidupan kita diubahkan menjadi seperti Yesus Kristus, bahkan kita mengalami kemudahan untuk melakukannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh sebab itu kita harus melakukan yang utama kepada Tuhan yaitu fokus untuk mengasihi Dia sehingga hati kita berkobar-kobar untuk mencintai Firman Tuhan.
“Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.”(Ulangan 6:4-5).
Ketika kita fokus untuk mengasihi Tuhan maka kita pun akan mencintai Firman Tuhan dan mau merenungkan setiap kebenaran Firman Tuhan yang kita terima.
”Lihatlah, betapa aku mencintai titah-titah-Mu! Ya TUHAN, hidupkanlah aku sesuai dengan kasih setia-Mu. Aku akan bergemar dalam ketetapan-ketetapan-Mu; firman-Mu tidak akan kulupakan.”(Mazmur 119:159, 16).
”Tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.”(Mazmur 1:2).
Bagi setiap kita yang merenungkan Firman Tuhan maka kita selalu memperkatakan Firman Tuhan sehingga hidup kita tidak lagi memikirkan keinginan-keinginan daging tetapi keinginan Roh, sehingga Tuhan akan memberikan kepada kita telinga seorang murid untuk senantiasa memperkatakan Firman Tuhan.
”Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung.”(Yosua 1:8).
”Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup.”(Yohanes 6:63).
”Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh.”(Roma 8:5).
”Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid.”(Yesaya 50:4).
Dimulai dengan mencintai atau mengasihi Tuhan maka kita akan mencintai Firman Tuhan dan dengan mencintai Firman Tuhan maka kita akan merenungkan Firman Tuhan dan memikirkan perkataan-perkataan Tuhan serta memperkatakan Firman Tuhan maka membuat kita menjadi pelaku-pelaku Firman Tuhan.
”Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya.”(Yakobus 1:25).
Diskusikanlah dalam komunitas saudara bagaimana saudara mengalami kemudahan untuk melakukan Firman Tuhan karena dimulai dari mencintai Tuhan dan Firman-Nya.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apakah yang dimaksud lidah seorang murid?
Apakah yang dimaksud mempertajam telinga?
Apakah respon orang taat terhadap orang yang berbuat jahat?
“Tuhan ALLAH telah membuka telingaku, dan aku tidak memberontak, tidak berpaling ke belakang”. (Yesaya 50:5).
Yesaya 5:4-7 adalah bagian dari “Nyanyian Kebun Anggur, sebuah alegori yang menggambarkan hubungan Allah dengan umat Israel.
Kebun anggur yang dipelihara dengan cermat (Israel) diharapkan menghasilkan buah keadilan dan kebenaran, tetapi yang tumbuh justru “buah liar” ketidaksetiaan.
Konteksnya adalah kemerosotan moral dan spiritual Kerajaan Yehuda, di mana ketamakan, ketidakadilan, dan penyembahan berhala merajalela.
Allah, sebagai pemilik kebun anggur, mengungkap kekecewaan-Nya: “Aku menanti keadilan, tetapi yang ada ialah penindasan; Aku menanti kebenaran, tetapi yang ada ialah keonaran.”
Situasi ini menjadi dasar teguran keras bagi umat yang mengaku sebagai “anak Tuhan,” tetapi hidup dalam pemberontakan.
Dalam ayat 4, Allah bertanya retoris: “Apakah lagi yang harus diperbuat untuk kebun anggur-Ku, yang belum Kuperbuat kepadanya?”
Ini menegaskan bahwa Allah telah memberikan segala yang dibutuhkan untuk kesetiaan umat-Nya: hukum Taurat, nabi, dan perlindungan.
Namun, Israel merespons dengan ketidaktaatan. Metafora “buah liar” melambangkan kehidupan yang bertentangan dengan kehendak Tuhan, seperti penindasan terhadap kaum lemah.
Konsekuensinya adalah penghakiman: kebun anggur akan dibiarkan tandus, simbol kehancuran yang akhirnya terjadi melalui pembuangan ke Babel.
Ketika Yesaya menubuatkan hal ini, umat Tuhan hidup di bawah tekanan politik, ancaman musuh, dan godaan mengikuti nilai dunia.
Lalu, apa yang membuat seseorang tetap setia?
1) Pengingat akan Kasih Karunia Allah : Ketaatan bukan berasal dari kekuatan diri sendiri, tetapi dari kesadaran bahwa Tuhan telah memberikan segala yang baik. Seperti Paulus berkata, “Kasih Kristus yang menguasai kami”.
2) Pengharapan akan Janji Tuhan: Meski penghakiman datang, nubuat Yesaya juga mengandung janji pemulihan (Yes. 11:1-10).
Keyakinan bahwa Tuhan tetap setia memampukan kita taat dalam kegelapan.
Di dunia yang menawarkan jalan pintas melalui korupsi, keserakahan, atau kompromi iman, menjadi anak Tuhan yang taat menuntut:
1) Berkorban untuk Kebenaran, seperti menolak menyontek di kampus/sekolah atau menolak suap di pekerjaan.
2) Bersuara bagi yang Tertindas, meski berisiko dikucilkan.
3) Mengandalkan Roh Kudus, yang memberi kekuatan saat iman diuji.
Ketaatan sejati lahir dari pengenalan akan karakter Allah: “Tuhan itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang yang sesat” (Mzm. 25:8).
Tekanan hidup bukanlah halangan, melainkan kesempatan untuk membuktikan bahwa kasih-Nya “lebih kuat daripada maut” (Kid. 8:6).
Anak Tuhan yang taat adalah mereka yang, seperti Daniel di Babel, memilih untuk “berdoa tiga kali sehari” sekalipun nyawa taruhannya—karena percaya bahwa ketaatan adalah jalan menuju kemerdekaan sejati.
Diskusikan dalam kelompok PA, bagaimana tetap bisa taat dalam tekanan yang besar.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Kasih seperti apa yang harus dipraktikkan murid-murid?
Kasih seperti Yesus, seperti apakah itu ?
Apakah saudara sudah mengasihi seperti Yesus mengasihi?
“Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu.” (Yohanes 15:12).
Yohanes 15:9-17 adalah kelanjutan dari Khotbah Perpisahan Yesus, diucapkan sesaat sebelum penangkapan dan penyaliban-Nya.
Setelah menegaskan pentingnya “tinggal dalam Dia”, Yesus kini menekankan kasih sebagai buah utama dari hubungan tersebut.
Konteksnya adalah persiapan murid-murid menghadapi dunia yang akan membenci mereka.
Yesus ingin memastikan bahwa identitas dan misi mereka berakar pada kasih-Nya yang radikal.
Dalam budaya Yahudi, kasih sering dikaitkan dengan ketaatan pada hukum Taurat, tetapi Yesus mentransformasi maknanya: kasih bukan sekadar kewajiban, melainkan pola hidup yang meneladani pengorbanan-Nya.
Yesus berkata, “Kasihilah seorang akan yang lain, seperti Aku telah mengasihi kamu”.
Kata “seperti” (Yunani. kathōs) menetapkan standar kasih yang tak terbantahkan: kasih yang rela berkorban sampai mati.
Ini bukan sekadar perasaan, tetapi tindakan nyata untuk kebaikan orang lain.
Yesus juga mengaitkan kasih dengan ketaatan dan persahabatan.
Sebagai “sahabat,” murid-murid diajak masuk ke dalam rencana Allah dan dipanggil untuk menghasilkan buah yang tetap, yaitu hidup yang berdampak kekal melalui kasih yang aktif.
Mengasihi seperti Yesus berarti:
1) hubungan: Kasih-Nya bersifat personal dan inisiatif (“Aku yang memilih kamu”).
2) Tanpa syarat: Yesus mengasihi murid-murid sebelum mereka layak.
3) Berkorban: Kasih-Nya mencapai puncaknya di kayu salib (“memberikan nyawa-Nya bagi sahabat-sahabat-Nya”).
4) Mengubah: Kasih ini memerdekakan dari egoisme dan membentuk murid menjadi saluran berkat bagi dunia.
Ini adalah kasih agape—bukan tentang perasaan, tetapi komitmen untuk memberi diri sepenuhnya, bahkan kepada yang tidak “mengundang” kasih itu.
Di dunia yang mengagungkan kasih yang instan, romantisme, atau transaksional, Yesus memanggil kita untuk:
1) Mengasihi musuh, dengan doa dan tindakan.
2) Mengutamakan orang tersingkir melalui pelayanan praktis (memberi makan orang di jalanan, pelayanan anak Raja.
3) Bersedia kehilangan kenyamanan demi menyatakan kasih, seperti meninggalkan gengsi untuk meminta maaf atau membagikan harta kepada yang membutuhkan.
Tantangan terbesar adalah melepaskan hak untuk dibalas, dihargai, atau dimengerti.
Kuasa untuk mengasihi seperti Dia datang dari keintiman dengan-Nya.
Murid sejati bukanlah yang sempurna, tetapi yang setiap hari belajar berkata, “Tuhan, ajarlah aku mengasihi dengan cara-Mu, bukan caraku.”
Diskusikan dalam kelompok PA, bagaimana mengasihi orang yang telah mengecewakan kita.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apakah yang terjadi dengan ranting yang tidak menempel pada pokok anggur?
Apakah keuntungan atau manfaat tinggal dalam Kristus?
Apakah buah yang dihasilkan saat tinggal dalam Kristus?
“Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya”. (Yohanes 15:7).
Perikop Yohanes 15:1-7 merupakan bagian dari Khotbah Perpisahan Yesus sebelum penyaliban, yang disampaikan di ruang atas setelah Perjamuan Terakhir.
Konteksnya adalah persiapan murid-murid menghadapi tantangan iman pasca-kepergian-Nya.
Yesus menggunakan metafora “pokok anggur dan ranting, sebuah gambaran yang akrab bagi masyarakat Yahudi yang sering mengaitkan Israel dengan “kebun anggur” Allah.
Namun, Yesus menegaskan diri-Nya sebagai “pokok anggur yang benar”, menandai pergeseran fokus dari identitas kebangsaan kepada hubungan pribadi dengan Dia.
Ini adalah seruan agar murid-murid tidak mengandalkan status agama, tetapi hidup dalam ketergantungan penuh pada-Nya.
Yesus menyatakan: “Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu” Kata “tinggal” berarti berdiam, berakar, dan terhubung secara terus-menerus.
Seperti ranting yang tak bisa berbuah tanpa menyatu dengan pokok anggur, murid sejati mustahil menghasilkan buah roh (Gal. 5:22-23) tanpa bersandar pada Kristus.
Ayat 2 menyebut “pembersihan” (pemangkasan) oleh Bapa, yang mengisyaratkan proses pendisiplinan untuk pertumbuhan iman.
Ancaman “dibuang ke api” bukan tentang kehilangan keselamatan, tetapi konsekuensi dari kemandulan rohani akibat menolak hubungan dengan Kristus.
“Tinggal dalam Kristus” adalah hubungan hidup yang dinamis, bukan sekadar rutinitas ibadah.
Ini mencakup:
1) Ketergantungan total pada kuasa-Nya, bukan kekuatan diri.
2) Ketaatan pada Firman, yang menjadi alat pembersih hati dan penuntun hidup.
3) Komunikasi dua arah: doa yang selaras dengan kehendak-Nya.
Konsep ini menegaskan bahwa iman Kristen bukan tentang ritual, tetapi keintiman yang mengubah hidup.
Tinggal dalam Kristus adalah sumber identitas, kekuatan, dan tujuan hidup murid sejati.
Di era yang menjunjung kemandirian dan budaya instan, Yohanes 15:1-7 mengingatkan:
1) Prioritas hubungan pribadi dengan Kristus di atas kesibukan pelayanan.
2) Kesediaan “dipangkas” melalui situasi sulit (kritikan, kegagalan, penantian) yang Tuhan izinkan untuk menyempurnakan karakter.
3) Firman Tuhan sebagai makanan sehari-hari, bukan sekadar bacaan cepat di handphone.
4) Fokus pada buah, bukan pencapaian duniawi, karena buah roh adalah bukti kehidupan yang terhubung dengan Kristus.
Tinggal dalam Dia berarti menyerahkan kontrol hidup, percaya bahwa di tengah proses yang tak selalu nyaman, kita “diubahkan dari kemuliaan kepada kemuliaan.
Diskusikan dalam kelompok PA saudara, bagaimana hubungan yang intim dengan Tuhan mengubah hidup orang percaya.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apakah ciri murid Kristus sejati?
Apakah maksud Firman Tuhan memerdekakan?
Apakah saudara punya waktu khusus belajar Alkitab?
“Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku”. (Yohanes 8:31).
Perikop Yohanes 8:31-36 terjadi dalam konteks dialog Yesus dengan orang-orang Yahudi di Bait Allah, sekitar waktu Perayaan Pondok.
Yesus sedang mengajar mereka yang “percaya kepada-Nya”, tetapi iman mereka masih bersifat dangkal.
Mereka mengklaim sebagai keturunan Abraham dan merdeka secara rohani, padahal secara historis, bangsa Israel pernah diperbudak secara fisik.
Yesus menggunakan ironi ini untuk menyingkapkan perbudakan yang lebih dalam: dosa.
Konteks ini menunjukkan bahwa menjadi murid sejati bukan sekadar percaya secara pikiran atau warisan agama, tetapi komitmen untuk hidup dalam kebenaran Firman-Nya.
Yesus menyatakan syarat menjadi murid-Nya: “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar murid-Ku”.
Kata “tetap” berarti tinggal, berakar, dan berkomitmen terus-menerus.
Janji-Nya adalah kebenaran yang memerdekakan, tetapi orang-orang Yahudi tersinggung karena mengira kemerdekaan yang dimaksud bersifat politis.
Yesus lalu menegaskan bahwa dosa adalah perbudakan sejati, dan hanya Anak Allah yang dapat memberikan kemerdekaan kekal.
Dengan kata lain, Firman Tuhan bukan hanya untuk didengar, tetapi dihidupi—sebagai satu-satunya jalan keluar dari belenggu dosa.
Ayat-ayat di atas menekankan bahwa menjadi murid sejati adalah proses penyatuan hidup dengan kebenaran Kristus.
“Tetap dalam firman” bukan sekadar membaca Alkitab, melainkan membiarkan Firman itu mengubah pola pikir, nilai, dan tindakan.
Kebenaran yang dimaksud adalah Kristus sendiri (Yoh. 14:6), yang membebaskan manusia dari anggapan dia sudah merdeka dari dosa.
Di sini, Yesus membedakan antara “orang percaya” yang hanya mengaku dengan murid sejati (yang hidup dalam ketaatan).
Kemerdekaan sejati adalah kebebasan dari kuasa dosa untuk hidup sebagai hamba kebenaran.
Di era dimana kebenaran sering dianggap relatif dan iman kecilkan menjadi ritual.
Yohanes 8:31-36 mengajak kita bertanya: Apakah Firman Tuhan sungguh menjadi fondasi hidup kita? Memegang teguh Firman berarti:
1) Mengutamakan waktu bersama Tuhan, melalui pembacaan Alkitab yang konsisten, bukan sekadar untuk pengetahuan, tetapi untuk transformasi.
2) Berani berbeda, dengan nilai duniawi, seperti menolak kompromi moral, memaafkan yang tidak layak, atau mengasihi yang sulit dikasihi.
3) Mengakui ketergantungan mutlak pada Kristus, karena tanpa Dia, kita mudah kembali menjadi budak dosa.
Kemerdekaan sejati bukanlah kebebasan melakukan apa saja, tetapi kuasa untuk hidup sesuai kehendak Allah.
Diskusikan dengan pembimbingmu, bagaimana caranya lepas dari kebiasaan buruk.
MURID RELA MELEPASKAN DIRINYA DARI SEGALA MILIKNYA
Penulis : Pdt. Saul Rudy Nikson
Pembacaan Alkitab Hari ini :
LUKAS 14:25-33
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apakah yang dimaksud membenci bapanya, ibunya, istrinya?
Apakah yang dimaksud memikul salib ?
Mengapa harus melepas segala milik demi mengikut Yesus?
“….Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku..” (Lukas 14:33).
Perikop ini terjadi ketika Yesus dalam perjalanan ke Yerusalem, dikelilingi orang banyak yang penuh semangat namun mungkin belum memahami konsekuensi mengikut Dia.
Yesus mengejutkan mereka dengan syarat radikal: “Barangsiapa tidak membenci…” bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku”.
Kata “membenci” adalah hiperbola yang menekankan bahwa mengikut Kristus harus menjadi prioritas tertinggi, melampaui segala ikatan manusiawi, termasuk harta, status, atau keamanan diri.
Konteks budaya Yahudi saat itu menganggap keluarga dan harta sebagai identitas utama, sehingga perkataan Yesus ini mengguncang nilai-nilai duniawi yang dipegang teguh.
Yesus menggambarkan komitmen sebagai murid melalui dua analogi: seorang pembangun menara yang menghitung biaya dan raja yang menilai kekuatan sebelum berperang.
Keduanya menegaskan bahwa mengikut Dia bukanlah keputusan sembrono, melainkan kesadaran untuk melepaskan segala milik—baik harta, ambisi, hubungan, maupun kendali atas hidup sendiri.
“Milik” di sini tidak terbatas pada materi, tetapi mencakup segala hal yang kita anggap sebagai “hak” atau “identitas” yang bisa bersaing dengan loyalitas kepada Kristus.
Esensi murid sejati adalah kesediaan untuk kehilangan demi memperoleh yang kekal -Filipi 3:7-8.
Yesus tidak memaksa, tetapi menawarkan pilihan jujur: ikut Dia dengan seluruh konsekuensinya, atau tetap terikat pada apa yang fana.
Hubungan dengan Tuhan harus menjadi pusat, sehingga segala sesuatu lain—bahkan yang baik seperti keluarga atau pekerjaan—ditempatkan dalam perspektif iman. Ini adalah undangan untuk hidup dalam kebebasan sejati, di mana kita tidak lagi diperhamba oleh apa pun selain Kristus.
Di dunia yang mendewakan kepemilikan materi, pencapaian karier, dan pengakuan sosial, menjadi murid Kristus menuntut keberanian untuk melepaskan.
Melepaskan mungkin berarti: hidup sederhana dan murah hati bagi sesama, mempercayai rencana Tuhan di tengah ketidakpastian, mengakui bahwa hidup ini bukan tentang diri sendiri.
Namun, di balik pelepasan ini, janji Yesus nyata: “Tidak ada seorang pun yang telah meninggalkan rumah… karena Kerajaan Allah, yang tidak akan menerima kembali berlipat ganda pada masa ini, dan pada zaman yang akan datang hidup yang kekal”(Lukas 18:29-30).
Murid sejati adalah mereka yang, seperti Abraham, berani pergi tanpa tahu tujuannya—karena percaya bahwa yang dijanjikan Tuhan lebih berharga daripada segala yang ditinggalkan.
Diskusikan dalam kelompok PA, pengalaman melepaskan hal dan jaminan Tuhan menggantikan apa yang kita lepaskan demi Dia.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Siapa yang harus menyangkal dirinya dan memikul salibnya?
Siapa yang akan kehilangan nyawanya, mengapa?
Siapa yang akan beroleh nyawanya kembali?
Apa yang dapat digantikan dengan nyawa kita?
Saudara, ketika Yesus Kristus di bumi ini dahulu, Dia melayani dengan memberitakan Injil Kerajaan Allah.
Yesus sering sekali menyerukan supaya semua orang bertobat dan percaya kepada Mesias.
Dia mendapat perlawanan dari orang-orang Farisi, imam-imam Yahudi, orang-orang Saduki (pemerintahan), dan banyak lagi organisasi masyarakat yang pada waktu itu tidak senang kepada Yesus Kristus dan murid-muridNya.
Hal itu terjadi karena Yesus Kristus sering sekali menganjurkan pertobatan dan membongkar masalah kemunafikan dari para ulama, imam-imam serta kaum Farisi dan Saduki.
Yesus membicarakan berbagai dosa di masyarakat Yahudi, Israel, masyarakat yang agamis.
Oleh karena itu, Yesus dan pengikut-Nya sering diejek dan dikucilkan dari masyarakat, sehingga hal-hal seperti aniaya, ejekan dan pengucilan bagi pengikut Yesus menjadi salib bagi para murid Yesus.
Apakah mereka juga memperoleh kesulitan di masyarakat?
Besar kemungkinan mereka mengalami kesulitan di tengah-tengah masyarakat sehingga mereka mendapat salib akibat menjadi pengikut Yesus Kristus.
Sebagai pengikut Yesus, mereka tidak lagi bisa berdagang dengan curang, terutama dalam masalah timbangan.
Artinya, dalam hal kejujuran, mereka harus nyata sebagai murid Yesus yang baik hati, pemurah, jujur, adil, setia, dan lain-lain.
Mereka hidup dengan standar yang Yesus selalu ajarkan.
Apakah pengikut Yesus boleh bekerja sebagai pekerja-pekerja yang ada di masyarakat?
Kalau kita lihat pada masa itu, ada pekerjaan yang dianggap sebagai perbuatan dosa, misalnya pemungut cukai.
Hal itu sama dengan orang yang bekerja di departemen keuangan, bagian perpajakan, atau bea cukai pada masa kini.
Apakah itu pekerjaan yang halal?
Saudara, segala pekerjaan halal, namun bagaimana orangnya melaksanakan pekerjaan itu, apakah dengan amanah atau sesuka hati sendiri.
Saudara, sehingga pada waktu ini kita tetap bisa bekerja dan menjadi murid Yesus, namun memang sudah pasti sebagai murid Yesus kita harus menyangkal diri sendiri, memikul salib, dan tetap mengikut Yesus.
Menyangkal diri kita bukan berarti mengikuti kemauan sendiri, tetapi mengikuti aturan yang dibuat untuk pekerjaan itu.
Memikul salib ketika kita bekerja berarti tidak memanfaatkan celah-celah yang ada karena aturan yang longgar untuk keuntungan pribadi.
Sebaliknya, kita harus menggunakan kelonggaran itu untuk kemaslahatan bersama, sehingga teman-teman kita bisa melihat bahwa kita bukan orang-orang yang egois dan mementingkan diri sendiri.
Mengikut Yesus setiap hari artinya kita selalu konsekuen menjadi pengikut Yesus atau hidup sebagai murid Yesus yang senantiasa mentaati firman Tuhan.
Pada waktu ini, dunia ini digelapkan oleh berbagai dosa sehingga Yesaya pernah bernubuat:
Yesaya 60:1-2 “Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu. Sebab sesungguhnya, kegelapan menutupi bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa; tetapi terang TUHAN terbit atasmu, dan kemuliaan-Nya menjadi nyata atasmu.”
Dosalah yang menyebabkan dunia ini mengalami kegelapan, bahkan rasul Yohanes menuliskan dalam suratnya:
1 Yohanes 2:15-17“Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.”
Dan Yesus juga pernah mengatakan:
Matius 6:24“Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.”
Matius 6:33“Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”
Saudara, oleh karena itu, maka sangat perlu kita hidup sebagai murid Yesus saat ini.
Ketika kita berjalan dalam kebenaran Allah, maka hidup kita menjadi terang di antara orang-orang di sekitar kita ketika dunia ini sudah rusak.
Marilah kita melakukan dan mengerjakan kebenaran supaya dunia tahu bahwa kita adalah murid-murid Yesus yang hidup dalam perbedaan yang sangat berbeda dan mencolok.
Dengan itu, dunia akan melihat terang Allah dan kemuliaan Allah melalui pengikut-pengikut Yesus yaitu orang Kristen yang dikenal oleh masyarakat di sekitar kita.
Haleluya, puji Tuhan, Amin.
Ada banyak orang percaya, tapi ikut terlibat dalam dosa dunia. Apa sebabnya hal itu bisa terjadi?
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Siapakah yang dipanggil Yesus untuk datang kepada-Nya di atas bukit?
Apa yang akan Yesus lakukan kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya, dan untuk apa Dia melakukannya?
Siapa saja dari orang-orang pilihan Yesus yang ternyata bersaudara (keluarga)?
Apa sebutan bagi anak-anak Zebedeus?
Saudara, Tuhan Yesus memilih dua belas orang dari banyak pengikut-Nya untuk dijadikan murid-murid yang akan bersama-sama dengan Yesus Kristus.
Mereka dijadikan sebagai rasul bagi Yesus Kristus dan akan melayani bersama dengan Yesus Kristus untuk memberitakan Injil Kerajaan Allah.
Hal ini merupakan langkah penting dalam pelayanan Yesus Kristus karena Yesus mempersiapkan para rasul ini untuk meneruskan pelayanan-Nya ketika Dia meninggalkan mereka dan kembali ke sorga.
Saudara, Yesus telah mempersiapkan para murid dengan melatih mereka dengan pendampingan sehingga para murid menyaksikan semua yang Yesus lakukan.
Yohanes mencatat apa yang dia lihat tentang Yesus dalam suratnya:
1 Yohanes 1:1-3“Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup–itulah yang kami tuliskan kepada kamu. Hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan kepada kami. Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus.”
Semua hal yang diperlihatkan Yesus sebagai guru bagi murid-murid-Nya merupakan pelatihan yang sangat baik dan berhasil, karena semua murid-Nya melakukan apa yang mereka lihat dan alami dalam hidup bersama dengan Yesus Kristus.
Selama tiga setengah tahun, siang dan malam mereka bersama-sama sehingga apapun yang Yesus lakukan, mereka dengar, lihat dan alami bersama Yesus.
Komunitas murid Yesus pun terus mengalami pertumbuhan.
Ketika Yesus bangkit dari kubur, Dia menemui murid-muridNya dan membuktikan bahwa Dia telah bangkit dari kematian.
Semua yang Dia temui berjumlah lebih dari lima ratus orang.
Bahkan, Dia kembali ke rumah-Nya untuk memperlihatkan diri kepada adik-adik kandung-Nya yaitu Yakobus dan Yudas yang kurang percaya bahwa abang kandung mereka adalah Mesias.
1 Korintus 15:6-8 “Sesudah itu Ia menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus; kebanyakan dari mereka masih hidup sampai sekarang, tetapi beberapa di antaranya telah meninggal. Selanjutnya Ia menampakkan diri kepada Yakobus, kemudian kepada semua rasul. Dan yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya.”
Saudara, Yesus Kristus memperlihatkan diri-Nya kepada orang-orang yang percaya kepada-Nya sebelum kematian-Nya dan membuktikan bahwa Dia akan bangkit pada hari ketiga setelah kematian-Nya.
Dengan memperlihatkan diri-Nya kepada mereka, Yesus juga menyatakan bahwa Dia akan kembali kepada Bapa di sorga.
Dari begitu banyak murid-Nya yang menyaksikan Yesus terangkat ke sorga, mereka menerima pesan untuk menjadi saksi bagi Kristus.
Namun, mereka harus menunggu utusan Bapa yang akan diutus sebagai pengganti Yesus Kristus, yaitu Penolong yang lain.
Lukas 24:46-49 “Kata-Nya kepada mereka: “Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi dari semuanya ini. Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan Bapa-Ku. Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi.”
Dari lebih dari lima ratus orang yang ditemui Yesus dan menyaksikan Yesus terangkat ke sorga, hanya seratus dua puluh orang yang tetap berada di Yerusalem sampai hari pencurahan Roh Kudus, seperti yang dijanjikan oleh Bapa.
Pada hari pencurahan Roh Kudus, Petrus yang sebelumnya menyangkal Yesus karena takut kepada orang-orang Yahudi dan Farisi, berkhotbah di hadapan orang banyak di Yerusalem karena beberapa orang menuduh para murid mabuk anggur manis.
Kisah Para Rasul 2:1-4“Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat. Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.”
Saudara, setelah para murid mengalami baptisan Roh Kudus, maka Petrus dengan berani berkhotbah.
Pada hari itu, ada tiga ribu orang yang percaya kepada Yesus sebagai Mesias dan menjadi awal gerakan pekabaran Injil di Yerusalem.
Dalam waktu yang tidak terlalu lama, jumlah orang percaya menjadi sangat banyak.
Hal ini terjadi setelah Yesus bangkit dari kubur dan naik ke sorga.
Dengan kuasa Roh Kudus, para murid berani menjadi saksi bahwa Yesus Kristus adalah mesias.
Pemberitaan Injil tersebut menghasilkan dampak yang sangat luar biasa:
Kisah Para Rasul 2:41”Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa.”
Kisah Para Rasul 4:4“Tetapi di antara orang yang mendengar ajaran itu banyak yang menjadi percaya, sehingga jumlah mereka menjadi kira-kira lima ribu orang laki-laki.”
Yesus melatih dan mengutus para murid-Nya untuk meneruskan pelayanan Yesus di muka bumi yaitu mengerjakan pekerjaan Bapa dan menyelesaikannya.
Yesus berhasil melatih dan mengutus murid-murid-Nya.
Haleluya, puji Tuhan, Amin.
Apa yang dapat menyebabkan murid-murid tidak berhasil dalam pelayanan mereka?
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apa yang Tuhan Yesus berikan kepada murid-murid-Nya untuk mengusir roh-roh jahat dan melenyapkan sakit penyakit?
Siapa saja murid-murid Yesus yang bersaudara, kakak dan adik?
Mengapa para murid dilarang menyimpang ke jalan bangsa lain?
Kepada siapa murid-murid itu diutus?
Saudara, Yesus Kristus memuridkan para murid dengan melatih mereka melakukan pelayanan seperti yang Dia lakukan.
Yesus melatih dua belas murid-Nya secara khusus, tetapi Dia juga melatih tujuh puluh murid lainnya dengan mengutus mereka berdua-dua ke seluruh wilayah Israel, kecuali wilayah Samaria.
Matius 10:5-7“Kedua belas murid itu diutus oleh Yesus dan Ia berpesan kepada mereka: “Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel. Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat.”
Saudara, ketika Yesus melatih para murid, Dia selalu menegaskan sikap yang harus dipahami oleh para murid, yaitu:
Matius 10:8“Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma.”
Yesus menyatakan suatu sikap yaitu “Kamu telah memperolehnya secara cuma-cuma, maka berikanlah itu juga secara cuma-cuma.”
Saudara, memperoleh dengan cuma-cuma dan memberikan dengan cuma-cuma adalah sikap yang seharusnya terus kita pertahankan sebagai gaya pelayanan kita.
Sikap ini harus tetap dipertahankan supaya pelayanan kita tetap murni dan tidak tercemar oleh motif bisnis atau uang, sehingga pelayanan tidak dilakukan dengan memasang tarif.
Saudara, marilah kita melayani dengan kemurnian, berbekal doa, Firman Tuhan, dan kuasa Roh Kudus.
Kuasa Roh Kudus akan bekerja jika kita hidup dalam kekudusan dan ketaatan.
Yesus mengutus para rasul, baik yang dua belas maupun tujuh puluh murid-Nya, berdua-dua.
Mengapa mereka diutus berdua-dua, bukan sendirian?
Pengkhotbah 4:9-10 “Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya!”
Saudara, Yesus melatih murid-muridNya secara berdua-dua.
Jadi, sistem berdua-dua adalah sistem yang alkitabiah, karena Yesus tidak sedang melatih murid yang superman, melainkan melatih sebuah tim, bukan superman tapi superteam.
Yesus mengikuti apa yang tertulis dalam pengkhotbah, supaya para murid dapat belajar bekerja sama.
Saudara, sama seperti ketika Yesus mengutus murid-muridNya berdua-dua dan memberi mereka kuasa, Yesus juga mengutus murid-muridNya saat Dia naik ke sorga.
Kisah Para Rasul 1:8 “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.”
Pada dasarnya, kuasa Roh Kudus bekerja dalam seseorang supaya dia berkuasa menjadi saksi Kristus.
Oleh karena itu, kekudusan dan ketaatan menjadi hal penting bagi seseorang yang ingin bersaksi bagi Kristus.
Haleluya, puji Tuhan, Amin.
Apa yang menyebabkan seorang anak Tuhan tidak berminat untuk bersaksi atau memberitakan Injil?
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Mengapa dunia membenci murid-murid Yesus?
Dari hal apa, orang percaya akan dilindungi?
Apa yang dapat menguduskan orang percaya?
Yesus menguduskan diri-Nya, apa dampaknya bagi orang percaya?
Saudara, doa Yesus sebelum Dia dianiaya oleh orang-orang Yahudi merupakan doa Yesus bagi murid-muridNya dan bagi para pengikut Yesus yang adalah hasil pelayanan para rasul, murid Yesus Kristus.
Yesus mengungkapkan kasih-Nya kepada Bapa dan kepada murid-muridNya.
Yesus berdoa memohon agar Bapa melindungi murid-muridNya dari kejahatan dan menguduskan mereka dalam kebenaran.
Yesus mengatakan bahwa Dia telah memberikan Firman Allah kepada murid-muridNya karena para murid dibenci oleh dunia.
Murid-murid Yesus adalah orang-orang yang telah dipanggil keluar dari kegelapan dunia.
Yesus juga menyatakan bahwa murid-murid bukan berasal dari dunia, sama seperti Dia:
1 Petrus 2:9“Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:”
Saudara, Tuhan Yesus berdoa bukan meminta kita diambil dari dunia, tetapi agar kita dilindungi di dalam dunia yang gelap ini, supaya kita terlindung dari kejahatan dunia.
Tuhan Yesus memohon kepada Bapa-Nya agar kita dikuduskan dalam kebenaran dan karena hal inilah Yesus berfirman kepada murid-muridNya.
Karena inilah, Roh Kudus mewahyukan Firman Allah supaya orang percaya dapat dibenarkan, dikuduskan dan dimerdekakan:
Yohanes 8:31-32“Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.”
Bagaimana kita dapat mengalami kekudusan dan kemerdekaan dalam Kristus? Kita akan mengalami kemerdekaan dan kekudusan ketika kita hidup menaati Firman Allah.
Ketika hendak kembali ke sorga, Yesus mengutus para murid-Nya supaya mereka menantikan janji Bapa di Yerusalem.
Ketika para murid itu setia untuk tinggal dan menunggu di Yerusalem, kemudian mereka mengalami janji Bapa yaitu baptisan Roh Kudus.
Roh Kudus turun ke atas mereka dalam bentuk lidah api sehingga mereka berubah dan menjadi saksi Kristus.
Petrus, yang sempat menyangkal Yesus pada malam ketika Yesus ditangkap dan dianiaya di Yerusalem di Gabatha, mengalami perubahan setelah Roh Kudus turun ke atasnya.
Petrus berubah menjadi sangat berani dan dia berkhotbah di Yerusalem dan menjadi saksi Kristus yang sangat berkuasa karena kuasa Roh Kudus yang menguasainya.
Bahkan menurut sejarah, Petrus menjadi martir di Italia dan disalibkan dengan posisi terbalik sebagai pengingat bahwa Petrus pernah menyangkal Yesus.
Saudara, oleh karena itu kita perlu terus belajar Firman Allah dan hidup sebagai saksi Kristus dimanapun kita berada, supaya kita bisa menjadi kudus dan bebas merdeka di dalam Yesus Kristus.
Haleluya, puji Tuhan, Amin.
Mengapa banyak anak-anak Tuhan enggan bersaksi tentang Yesus Kristus?