Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apa yang menjadi kegirangan hati Daud?
Bagaimana ketetapan ahti Daud terhadap ketetapan-ketetapan Tuhan?
Kepada apakah Daud berharap?
Komitmen Daud yang luar biasa tercermin dari kata-katanya dalam Mazmur 119:112“Telah KUCONDONGKAN hatiku untuk melakukan ketetapan-ketetapanMu untuk selama-lamanya sampai saat terakhir”
Condong adalah sebuah kata kerja dimana kita memiringkan sesuatu ke arah tujuan.
Kalau kita condong ke kiri, kita akan otomatis miring bahkan jatuh ke sisi kiri, dan sebaliknya.
Hal ini terlihat jelas saat kita menyetir sepeda motor atau sepeda.
Sangat sulit mengarahkan kendaraan ke kanan, kalau tubuh kita malah condongnya ke kiri.
Hari ini kita diperhadapkan mau mencondongkan hati kita ke mana? Ke arah Firman Tuhan atau ke arah dunia?
Banyak orang ingin merasakan berkat firman Tuhan, tapi hatinya tidak dicondongkan kepada Firman.
Perhatian kita teralih melihat dunia yang tampaknya lebih menarik dari Firman, tubuh kita condong kesana, namun tangannya tetap berusaha menggapai hal-hal rohani.
Contoh sederhana saat bangun pagi hari, tangan kita dengan cepat mengambil HP.
Rencananya membaca Alkitab tapi begitu banyak pengalihan dari pesan WA, sosmed, promo online, game, dll.
Sebagai anak Tuhan, kita tetap kok baca Alkitab tapi “sambil”…..
Akhirnya pagi pun berlalu, dan kita tidak ingat apa yang kita baca di Alkitab kita hari itu. Hal yang sama berulang setiap hari, bahkan saat ibadah, saat persekutuan, dst.
Saudara, di zaman yang penuh pengalihan ini mari kita mendisiplinkan diri dengan belajar FOKUS.
Condongkan hati kita dengan jelas kepada apa yang Tuhan mau dengan menyingkirkan pengalihan yang tidak perlu.
Kita tidak bisa setengah-setengah atau mendua hati, karena orang yang mendua hati tidak akan tenang hidupnya -Yakobus 1:7.
Melakukan Firman adalah sebuah keputusan bukan perasaan.
Terkadang secara perasaan, kita tidak ingin melakukannya.
Lebih mudah marah dan membalas, daripada mengampuni.
Lebih mudah tidur-tiduran daripada bangun dan merenungkan firman atau pergi melayani.
Namun, jika kita menetapkan hati seperti Daud, maka sekalipun ada godaan dan tantangan yang datang, iman kita semakin teguh dan tidak goyah.
Renungkanlah apakah hari ini hati Saudara condong kepada Allah? Jika tidak, apa yang menjadi penghalangnya? Bagikanlah kepada pembimbing Saudara.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Bagaimana Daud berpegang pada firman Tuhan?
Seperti apa Daud mengumpamakan janji Tuhan?
Apa peran Firman Tuhan bagi Daud?
Apakah Saudara pernah mengalami berjalan dalam kegelapan pekat?
Mungkin saat di rumah tiba-tiba mati lampu, atau saat menyetir kendaraan tapi tidak ada lampu jalan.
Gelap membuat kita merasa was was dan takut.
Kita ingin cepat-cepat mencari terang supaya merasa lebih tenang dan aman dan betapa ada rasa lega yang luar biasa ketika kita menemukannya bukan?
Kadang kita mengalami kegelapan dalam hidup yang lebih gelap dari mati lampu dan tidak ada lampu jalan.
Saat masalah datang bertubi-tubi dan sepertinya tidak selesai-selesai.
Saat ketidakpastian terus membayangi.
Apa yang bisa kita lakukan agar menemukan pegangan dalam kegelapan dan melihat terang?
Daud berkata bahwa FirmanMu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.
Dapatkah Saudara membayangkan bahwa satu kata dariNya mendatangkan terang dan menjadi pelita bagi hidup Saudara yang saat ini di tengah kegelapan?
Kesaksian dari Fanny Crosby membuktikannya.
Fanny Crosby lahir di Southeast, New York pada 24 Maret 1820.
Ia menderita infeksi mata saat bayi yang akhirnya menyebabkan ia buta.
Tidak lama setelah itu, ayah Fanny meninggal.
Ibunya yang menjadi janda pada umur 21 tahun dan harus bekerja sebagai pembantu rumah tangga, sehingga Fanny dititipkan kepada neneknya.
Neneknya memberikan banyak pengajaran tentang iman kepada Kristus.
Fanny Crosby pernah mengatakan “Jika aku punya sebuah pilihan, aku akan tetap memilih untuk tetap buta karena ketika aku mati, wajah pertama yang akan kulihat adalah wajah Juru selamatku.”
Pernyataan iman yang luar biasa dari seorang buta yang mengalami kegelapan secara jasmani tapi tetap bersyukur atas apa yang terjadi dalam hidupnya.
Bahkan Fanny Crosby menulis 8000 hymne tentang Tuhan, yang menjadi wujud perjalanan imannya bersama dengan Tuhan.
Kegelapan tidak pernah mengelapkan bagi Allah, karena Dia adalah terang itu sendiri.
Mari pastikan kita menjadikan Firman Tuhan sebagai pelita bagi langkah-langkah hidup kita.
Sama seperti berjalan dalam lorong panjang yang gelap, mungkin ujungnya belum kelihatan, tapi terang yang bersama kita akan menolong kita melangkah.
Saudaraku, apakah kau rindu untuk mengalami firman yang mendatangkan terang, sama seperti yang dialami oleh Daud?
Maukah kau mengalami firman yang yang akan menjadi pelita bagi hidupmu?
Apa Firman Tuhan secara spesifik yang menjadi pelita bagi hidup Saudara saat ini? Bagikanlah dengan pembimbing Saudara.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apakah yang tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah?
Bagaimana seharusnya sikap ketika terhadap Firman Tuhan?
Disamakan dengan apa ketika kita tidak menjadi pelaku Firman dan hanya mendengar saja?
Suatu hari, ada seorang Bapak kaya raya yang ingin belajar berenang.
Kebetulan beliau tidak pernah belajar berenang. Dari dulu dia sangat takut pada air.
Dan di masa tuanya, dia merasa perlu untuk belajar.
Demi cita-citanya untuk bisa berenang, ia mulai membaca berbagai buku tentang renang.
Ia mendengarkan banyak podcast dan menonton video-video pelatihan gaya renang yang efektif dari guru-guru renang yang sangat professional.
Ia juga membeli celana dan kacamata renang yang terkini dan termahal, dimana semua fitur ada disana, mencoba memakainya di depan kaca sambil mengangguk-angguk karena terlihat keren dengan peralatan renang yang dia miliki.
Hanya satu yang tidak dilakukannya.
Bapak ini tidak pernah turun ke kolam renang untuk mencoba semua yang sudah dipelajarinya karena ia terlalu takut pada air.
Menurut Saudara, kira-kira apakah Bapak ini akhirnya bisa berenang?
Mungkin kita tertawa mendengar cerita ini.
Rasanya tidak masuk akal, ingin belajar sesuatu tapi tidak pernah mencoba mempraktekannya sendiri.
Sayangnya, banyak anak Tuhan yang seperti ini…
Kita membaca Alkitab, datang ke ibadah minggu, mendengarkan kesaksian dan khotbah di youtube, mengisi pikiran dengan berbagai pengetahuan Alkitab, tapi tidak mau mempraktekannya dalam hidup sehari-hari.
Maka tidak heran, dia mengalami berbagai kekalahan dalam hidup.
Tapi anehnya, dalam kekalahan itupun, dia masih menyalahkan Tuhan atau orang-orang sekitar, sama seperti si bapak yang ingin berenang menyalahkan guru-guru renang yang ada karena dia masih saja takut air.
Bagaimana dengan kita? Apakah kita pernah mengalaminya?
Apakah ada area kekalahan yang sedang kita hadapi akhir-akhir ini?
Saudaraku, terkadang menjadi pelaku Firman memang terasa sulit.
Tetapi sama seperti kita belajar sesuatu yang baru, ketika dilakukan satu langkah demi satu langkah, yang awalnya sulit akan berubah menjadi lebih mudah.
Kita semua pernah melewati proses belajar berjalan ketika kecil.
Tidak ada bayi yang tiba-tiba bisa jalan atau berlari bukan? Namun, ketika usia mereka mendekati satu tahun, dengan tertatih-tatih dan terjatuh-jatuh mereka belajar berjalan dan semakin besar mereka bisa berlari dan melompat.
Saudara, mari kita menjadi pelaku Firman dan bukan hanya pendengar.
Lakukan saja apa yang Saudara tahu hari ini, sekalipun terasa sulit dan kadang dalam pelaksanaannya Saudara tertatih-tatih.
Mari buktikan sendiri betapa Firman itu berkuasa dalam hidup Saudara!
Diskusikanlah dengan rekan persekutuan Saudara apa kesulitan untuk mempraktekkan firman dan bagaimana dampaknya ketika Saudara benar-benar mempraktekannya?
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya dan secara khusus hafalkanlah Matius 16:16-17.
Menurut pandangan orang banyak siapakah pribadi Yesus?
Siapakah pribadi Yesus menurut Petrus? Dan siapakah yang mewahyukannya?
Apakah dampak dari pewahyuan dari Bapa tentang Yesus terhadap kehidupan Petrus?
Dalam perjalanan hidup kita secara rohani perlu pengenalan yang akurat tentang Yesus Kristus.
Orang banyak memahami bahwa Yesus adalah salah seorang nabi. Tetapi Petrus memahami bahwa Yesus bukanlah hanya salah seorang nabi melainkan Dia adalah Mesias, Anak Allah yang hidup.
Pemahaman tersebut bukan rekayasa pikirannya tetapi karena diwahyukan oleh Bapa.
Pewahyuan itu menyebabkan seluruh aspek hidup dari Petrus sangat berubah dimana hidupnya menjadi kuat dan penuh kemenangan, dari Simon bin Yunus menjadi Petrus.
“Kata Yesus kepadanya: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.”(Matius 16:17-19).
Bagi kita orang yang percaya, Bapa yang sama juga dapat memberi pewahyuan yang sama kepada kita tentang Yesus Kristus sehingga hidup kita mengalami transformasi karena kita akan memahami jati diri kita yang sesungguhnya seperti Yesus ketika Bapa mewahyukan kepada Dia bahwa Ia adalah Anak Allah maka iblis tidak berani mencobai Dia kembali.
Kita dapat mengalami pewahyuan oleh Bapa tentang Yesus Kristus dengan cara berdoa seperti yang dilakukan oleh Rasul Paulus terhadap jemaat di Efesus.
”Karena itu, setelah aku mendengar tentang imanmu dalam Tuhan Yesus dan tentang kasihmu terhadap semua orang kudus, aku pun tidak berhenti mengucap syukur karena kamu. Dan aku selalu mengingat kamu dalam doaku, dan meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar. Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus, dan betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya.”(Efesus 1:15-19).
Tujuan Bapa memberikan pewahyuan kepada kita adalah agar kita tahu siapa Yesus buat kita dan siapa kita di dalam Yesus.
”Dan segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus dan Dia telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada. Jemaat yang adalah tubuh-Nya, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu.”(Efesus 1:22-23).
Hal ini penting kita alami yaitu pewahyuan dari Bapa tentang Yesus agar kita dapat memiliki karakter Yesus dan hidup berkemenangan dalam segala hal.
Diskusikanlah dalam komunitas saudara bagaimana dampak dalam kehidupan saudara dari pewahyuan oleh Bapa tentang Yesus adalah Tuhan dan Mesias.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya dan secara khusus hafalkanlah Matius 5:48.
Menurut ajaran dunia bahwa kita harus mengasihi sesama namun bagaimana terhadap musuh-musuh kita?
Apakah ajaran Yesus tentang hal musuh kita dan orang-orang yang menganiaya kita?
Menurut saudara bagaimana bentuk kesempurnaan kasih Bapa terhadap sesama kita?
Menurut ajaran dunia ini bahwa kita harus mengasihi sesama tetapi membenci musuh kita dimana menurut pandangan mereka seolah-olah musuh kita bukanlah manusia.
Tetapi Yesus mengajarkan bahwa kita harus mengasihi musuh kita dan berdoa bagi orang-orang yang menganiaya kita.
“Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah TUHAN.”(Imamat 19:18).
“Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.”(Matius 5:39).
Yesus mengajarkan demikian agar kita melihat dan menghidupi kasih Bapa yang sempurna dimana Bapa mengasihi orang yang baik dan jahat.
Bapa menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik, Bapa yang sama juga menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”(Yohanes 3:16).
Karena kita adalah anak-anak Bapa maka kita harus mengasihi orang lain seperti Bapa mengasihi orang lain.
Sebab dunia ini hanya dapat mengasihi orang-orang yang mengasihi mereka dan memberi salam kepada orang-orang yang mengasihi mereka.
Dan supaya kita berbeda dengan dunia ini maka kita harus mengasihi orang lain termasuk musuh kita sehingga kita merepresentasikan Bapa yang sempurna dalam mengasihi.
“Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.” (Matius 5:48).
“Berbicaralah kepada segenap jemaah Israel dan katakan kepada mereka: Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, kudus.” (Imamat 19:2).
”Haruslah engkau hidup dengan tidak bercela di hadapan TUHAN, Allahmu.” (Ulangan 18:13).
Marilah kita hidup dalam kesempurnaan kasih Bapa dalam mengasihi manusia dengan segala keadaan dan kondisi mereka dengan cara hidup mengampuni orang lain, tidak mementingkan diri sendiri dan menerima orang lain apa adanya.
Diskusikanlah dalam komunitas saudara bagaimana saudara menerapkan kehidupan kasih terhadap orang lain seperti kasih Bapa yang sempurna.
HIDUP DALAM PENGAMPUNAN UNTUK BERSEKUTU DENGAN BAPA
Penulis : Pnt. Leonardo Mangunsong
Pembacaan Alkitab Hari ini :
MATIUS 6:14-15
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya dan secara khusus hafalkanlah Matius 6:14.
Siapakah yang dapat mengampuni segala dosa-dosa yang kita perbuat dan dosa-dosa dalam pikiran kita?
Apakah akibatnya bagi kita jika kita tidak mengampuni kesalahan orang lain yang bersalah kepada kita?
Bagaimanakah persekutuan kita dengan Bapa jika kita tidak mengampuni orang lain?
Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita bahwa kita harus berdoa kepada Bapa.
“Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”(Matius 6:6).
Bapa yang kepada-Nya kita berdoa adalah Bapa yang kudus, sehingga kita harus memberikan penghormatan, pengagungan kepada Dia dan tidak sedikit pun kita dapat menyimpan dosa dalam bersekutu dengan Dia.
“Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.”(Matius 6:9-10).
Itulah sebabnya dalam hal berdoa kepada Bapa kita tidak boleh menyimpan kesalahan terhadap orang lain. Karena jika kita tidak mengampuni kesalahan orang lain maka Bapa tidak akan mengampuni kita sehingga kita tidak dapat bersekutu dan berdoa kepada Bapa.
“Dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami.”(Matius 6:12).
”Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu.”(Markus 11:25).
Bahkan ketika orang lain yang memiliki permasalahan hubungan yang tidak baik kepada kita, maka kita pun harus membereskannya dulu sebelum berdoa.
”Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara.”(Matius 5:23-25).
Marilah kita hidup saling mengampuni satu dengan yang lain dan tidak menyimpan kesalahan terhadap orang lain supaya kita dapat bersekutu dalam doa serta pujian penyembahan kepada Bapa tanpa ada rasa intimidasi dari si jahat tetapi dalam kemerdekaan.
Diskusikanlah dalam komunitas saudara bagaimana saudara mengalami kemerdekaaan dalam bersekutu dengan Bapa karena hidup dalam pengampunan terhadap orang lain.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya dan secara khusus hafalkanlah 1 Yohanes 1:6.
Mengapa kita tidak boleh hidup di dalam kegelapan untuk bersekutu dengan Bapa?
Siapakah yang menyucikan hati kita agar kita dapat bersekutu dengan Bapa di dalam terang?
Jika kita hidup di dalam terang maka kita dapat bersekutu dengan Bapa. Dengan siapakah lagi kita dapat bersekutu selain dengan Bapa?
Allah adalah terang, sehingga setiap kita yang rindu bersekutu dengan Bapa tidak boleh hidup di dalam kegelapan, karena dosa dan kegelapan merupakan pemisah antara Allah dan manusia.
“Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu. Sebab tanganmu cemar oleh darah dan jarimu oleh kejahatan; mulutmu mengucapkan dusta, lidahmu menyebut-nyebut kecurangan.” (Yesaya 59:1-3).
Dosa tersebut dapat membuat kita jauh dari persekutuan dengan Bapa karena kita mendukakan Roh Kudus dan kita harus membuang setiap hal yang membuat kita mendukakan Roh Kudus.
”Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan. Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.” (Efesus 4:30-32).
Ketika setiap kegelapan dan dosa disingkirkan, maka darah Yesus menyucikan kita dari semua dosa dan kejahatan sehingga kita beroleh persekutuan dengan Bapa bahkan kita juga beroleh persekutuan dengan orang lain, karena kita hidup di dalam kebenaran.
”Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa.”(1 Yohanes 1:7).
Cara yang sederhana agar kita senantiasa hidup di dalam terang adalah hidup yang senantiasa bergaul dengan Firman Tuhan: membaca, merenungkan dan mendeklarasikan Firman Tuhan.
Dan ketika kita bersekutu dengan Firman Tuhan menyebabkan terang Tuhan menyinari hati kita sehingga tidak sedikit pun kita menyimpan dosa baik terhadap Tuhan dan orang lain.
”Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau.”(Mazmur 119:11).
Marilah kita hidup senantiasa di dalam Firman Tuhan sehingga kita selalu memiliki hati yang bersih sehingga kita dapat senantiasa bersekutu dengan Bapa dan orang lain.
Diskusikanlah dalam komunitas saudara bagaimana pengalaman saudara dalam bersekutu dengan Bapa ketika hidup dalam terang dan kegelapan.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya dan secara khusus hafalkanlah 1 Korintus 14:2.
Kita harus mengejar kasih namun apakah yang harus kita usahakan agar kita memperolehnya?
Jika kita berkata-kata dengan bahasa roh keapda siapakah kita tujukan perkataan tersebut?
Selain untuk berbicara kepada Allah, maka untuk apakah kita berkata-kata dengan bahasa roh?
Di dalam Alkitab dijelaskan ada beberapa dimensi bahasa roh diantaranya adalah bahasa nubuatan, bahasa manusia dan bahasa doa.
Sebagai bahasa nubuatan dijelaskan oleh Rasul Paulus dalam 1 Korintus 14:26-28 juga dengan segala aturannya bahwa bahasa roh sebagai bahasa nubuatan harus ditafsirkan yang dilakukan dalam pertemuan jemaat.
“Jadi bagaimana sekarang, saudara-saudara? Bilamana kamu berkumpul, hendaklah tiap-tiap orang mempersembahkan sesuatu: yang seorang mazmur, yang lain pengajaran, atau penyataan Allah, atau karunia bahasa roh, atau karunia untuk menafsirkan bahasa roh, tetapi semuanya itu harus dipergunakan untuk membangun.Jika ada yang berkata-kata dengan bahasa roh, biarlah dua atau sebanyak-banyaknya tiga orang, seorang demi seorang, dan harus ada seorang lain untuk menafsirkannya. Jika tidak ada orang yang dapat menafsirkannya, hendaklah mereka berdiam diri dalam pertemuan Jemaat dan hanya boleh berkata-kata kepada dirinya sendiri dan kepada Allah.” (1 Korintus 14:26-28).
Bahasa roh sebagai bahasa manusia dijelaskan dalam Alkitab pada Kisah Para Rasul 2 dimana ketika Roh Kudus dicurahkan rasul-rasul di Yerusalem berkata-kata dalam bahasa roh namun dapat dimengerti oleh bangsa lain yang hadir di Yerusalem pada saat itu.
”Ketika turun bunyi itu, berkerumunlah orang banyak. Mereka bingung karena mereka masing-masing mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri. Mereka semua tercengang-cengang dan heran, lalu berkata: “Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea? Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita.” (Kisah Para Rasul 2:6-8).
Dan untuk membangun persekutuan yang mendalam dengan Bapa maka Allah memberikan kita karunia bahasa roh sebagai bahasa doa dimana kita dapat mengucapkan kata-kata rahasia sebagai bentuk kedekatan dengan Bapa dan Roh Kudus sendiri berdoa untuk kita kepada Bapa sehingga kita memiliki hubungan yang romantis dengan Bapa serta menghasilkan doa-doa yang sesuai dengan kehendak Bapa.
”Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus.” (Roma 8:26-27).
Oleh karena itu marilah kita mengusahakan untuk memperoleh karunia-karunia Roh diantaranya karunia berkata-kata dengan bahasa roh yang selain membangun dan membangkitkan diri kita untuk berdoa juga membawa kita untuk berdoa kepada Bapa dengan penuh keintiman karena kita berkata-kata dalam bahasa rahasia kepada Allah namun pada akhirnya oleh karena pertolongan dari Roh Kudus kita dapat memahami keinginan Bapa sehingga persekutuan kita dengan Bapa dalam doa semakin romantis.
Diskusikanlah dalam komunitas saudara bagaimana pengalaman saudara dalam berdoa kepada Bapa dengan bahasa roh.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Mengapa harus menyembah dalam roh dan kebenaran?
Apakah yang dimaksud dengan menyembah dalam roh dan kebenaran?
Mengapa Allah mencari penyembah yang menyembah dalam roh dan kebenaran?
“Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran”. (Yohanes 4:24).
Bagi perempuan Samaria dan orang-orang Samaria, penyembahan adalah di gunung Gerizim.
Gunung Gerizim, tidak jauh dari Sikhar.
Di gunung ini mereka telah membangun sebuah kuil yang agak mirip dengan bait Allah di Yerusalem.
Ini adalah salah satu pokok utama perselisihan antara orang Samaria dan orang-orang Yahudi.
Yesus memberitahu perempuan Samaria, bahwa penyembahan yang benar bukan di gunung atau tempat tertentu.
Setelah kematian, kebangkitan dan kenaikan Tuhan Yesus, Roh Kudus dicurahkan.
Orang dapat menyembah Allah dimana saja dan kapan saja, tidak lagi harus ke bait Allah di Yerusalem.
Allah mencari penyembah-penyembah yang menyembah dalam roh dan kebenaran.
Penyembahan itu berasal dari seseorang yang memiliki kehidupan rohani karena kelahiran baru yang telah dipengaruhi oleh Roh Kudus.
Penyembahan yang sejati adalah 24 jam, bukan saat-saat tertentu.
Kita dapat dan harus menyembah Tuhan 24 jam sehari saat kita menyisihkan (menyucikan) setiap aktivitas sebagai ungkapan kasih dan pelayanan kita kepada Tuhan.
Itulah penyembahan yang benar-benar rohani.
Dalam Roma 12:1 dijelaskan bahwa ibadah yang sejati adalah persembahan hidup kita kepada Dia.
Bagi orang Yahudi, kata menyembah dan bekerja adalah kosa kata yang sama.
Bagi Orang Yahudi, bekerja adalah penyembahan, sama seperti ketika mereka pergi ke bait Allah untuk menyembah Allah.
Bagi kita yang ada dalam perjanjian baru, tentu saja penyembahan adalah seluruh hidup kita yang dipersembahkan kepada Allah.
Kita bekerja untuk menyembah Allah, kita pergi seolah/belajar untuk menyembah Allah, kita pergi ibadah untuk menyembah Allah, kita rekreasi juga untuk menyembah Allah, segenap kegiatan kita untuk memuliakan Allah.
Diskusikan dalam kelompok PA, bagaimana bekerja atau belajar yang disebut penyembahan?
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apakah yang dituliskan oleh Yohanes terkait Firman Yang Hidup?
Apakah tujuan Yohanes menceritakan apa yang telah dilihat dan didengarnya”
Apakah maksud dari persekutuan dengan Bapa?
“Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus.” (1 Yohanes 1:3).
Panggilan tertinggi orang Kristen adalah untuk mengalami persekutuan dengan Bapa dan Tuhan Yesus.
Panggilan orang Kristen semuanya sama. Tidak ada yang berbeda.
Namun dalam panggilan itu terdapat tanggung jawab atau tugas yang harus dikerjakan.
Dalam istilah lain, Great Commandement haruslah mendasari dari Great Commision.
Perintah agung harus mendahului amanat agung.
Perintah agung adalah untuk mengasihi -Matius 22:37-39 sedangkan amanat agung perintah untuk memuridkan -Matius 28:18-20.
Saudara, persekutuan dengan Bapa itu sangat penting.
Ketika Adam dan Hawa jatuh di dalam dosa, manusia kehilangan persekutuan dengan Allah.
Pengorbanan Tuhan Yesus di kayu salib memulihkan persekutuan manusia dengan Allah.
Tanpa Yesus, tidak ada seorang pun yang dapat berhubungan dengan Bapa.
Tidak ada seorang pun sampai kepada Bapa tanpa melalui Tuhan Yesus -Yohanes 14:6.
Oleh karena itu, kita harus mengisi kehidupan baru kita dalam Tuhan dengan terus membangun persekutuan dengan Bapa.
Bapa sudah membayar mahal supaya dapat bersekutu dengan kita.
Bapa rela mengorbankan anak-Nya yang tunggal supaya dapat bersekutu kembali dengan manusia.
Kalau Bapa sudah membayar mahal, maka sepatutnya kita menggenapi kerinduan Bapa.
Persekutuan dalam arti lain adalah bergaul.
Dalam pergaulan, yang kuat akan mempengaruhi yang lemah.
Dalam pergaulan dengan Bapa, hidup kita akan dipengaruhi Bapa.
Ada impartasi dari Bapa untuk kita saat bergaul dengan Dia.
Dalam perjanjian lama terdapat contoh pergaulan dengan Bapa.
Kejadian 5:24“Dan Henokh hidup bergaul dengan Allah, lalu ia tidak ada lagi, sebab ia telah diangkat oleh Allah”.
Pergaulan dengan Bapa berdampak pada hidup kita, Allah akan mengangkat kita.
Allah akan membawa kita dalam pengalaman-pengalaman yang luar biasa bersama Dia.
Kita akan melihat dan mengalami mujizat demi mujizat dari Dia.
Diskusikan dengan rekan-rekan PA, bagaimana belajar bersekutu dengan Bapa.