Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Siapakah orang yang dimaksudkan Paulus yang memaksa dia untuk bersaksi atas penyertaan Allah bagi dia?
Bagaimana yang dimaksud Paulus bahwa dia tidak berjuang secara duniawi?
Lukas 10:3 ”Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala.”
Tuhan Yesus mengumpamakan murid-murid-Nya sebagai kawanan domba yang diutus untuk melayani di dunia yang dipenuhi kumpulan serigala.
Dan Alkitab mencatat bagaimana para murid ketika mereka melayani, mereka dihadapkan kepada banyak orang yang tidak percaya, mulai dari orang biasa, para ahli Taurat, orang Farisi hingga mereka yang memiliki jabatan politik.
Dan konsekuensi dari apa yang mereka lakukan, banyak dari antara mereka yang dipenjara, disiksa bahkan dibunuh.
Dengan demikian analogi domba di tengah serigala itu sungguh nyata.
Rasul Paulus juga mengalami hal yang serupa, mereka yang menentang pelayanannya bukan hanya berasal dari masyarakat awam tetapi juga para ahli Taurat hingga para pejabat negara.
Dalam pelayanannya, Paulus menghadapi bahaya yang sangat nyata baik dari penyamun, orang-orang Yahudi maupun bukan Yahudi, juga dari saudara palsu, artinya mereka yang berpura-pura menjadi saudara seiman tetapi sesungguhnya mereka menanti waktu yang tepat untuk mencelakakan Paulus -2 Korintus 11:26.
Lalu apa yang Paulus lakukan untuk menghadapi semua itu? Dalam Kitab 2 Korintus 10:3-4 disebutkan: “Memang kami masih hidup di dunia, tetapi kami tidak berjuang secara duniawi, karena senjata kami dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk meruntuhkan benteng-benteng.”
Dalam menghadapi bahaya yang mengancam baik secara fisik maupun secara psikis misalnya melalui tuduhan dan fitnah dari saudara palsu.
Paulus tidak membalasnya secara fisik dengan mengangkat senjata, tetapi dengan senjata rohani yang diperlengkapi dengan kuasa Allah.
Apa sajakah senjata rohani tersebut? Dalam suratnya ke jemaat Efesus Rasul Paulus menjelaskan dengan panjang lebar bahwa yang dimaksud senjata rohani tersebut antara lain: ikat pinggang kebenaran, artinya hidup dalam kebenaran.
Jika Paulus tidak hidup dengan benar, dia hanya berpura-pura baik, maka akan sangat mudah bagi para pembenci Paulus untuk menghancurkan kredibilitas Paulus sebagai seorang rasul.
Kita umat percaya saat ini pun sedang diutus oleh Yesus seperti domba di tengah serigala.
Sebagai pegawai misalnya, kita bisa saja diminta oleh atasan kita di kantor untuk melakukan hal-hal yang tidak jujur dan bertentangan dengan nilai Alkitab.
Jika terjadi seperti itu, betapa yang dibutuhkan adalah hikmat Tuhan untuk kita bisa menolak dengan tegas tetapi sopan.
Hikmat itu lah salah satu senjata rohani yang kita butuhkan.
Saudara, diskusikan dalam kelompok pemuridan tentang tantangan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana Iblis bekerja dan berusaha untuk menjatuhkan umat percaya melalui berbagai hal yang terjadi di kampus, di tempat kerja, dalam rumah tangga.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Alkitab kadang menulis Kristus dan kadangkala menulis Yesus, apakah bedanya?
Apakah makanan yang tidak dikenal oleh murid-murid Yesus?
Yohanes 4:34 ”Kata Yesus kepada mereka: “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya”.
Tujuan Yesus lahir di bumi sebagai Anak Manusia adalah karena Yesus ingin dan Yesus harus melakukan kehendak Allah Bapa dan menyelesaikan mandat yang Yesus peroleh hingga tuntas.
Dan Alkitab mencatat bahwa Yesus telah menyelesaikan mandat itu secara tuntas.
Tiga setengah tahun masa pelayananNya, hari demi hari, jam demi jam yang Yesus telah lalui, tidak ada waktu yang terbuang dengan sia-sia, tidak ada perkataan yang terucap dengan sia-sia.
Iblis mencoba menggoda, merayu, membujuk Yesus dengan menawarkan kemuliaan dunia.
Dan Yesus sama sekali tidak tertarik, bahkan Yesus menghardik Iblis dengan mengatakan; “Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” (Matius 4:10).
Sebagai umat yang telah ditebus oleh kematian-Nya di kayu salib, kita tidak bisa membalas kasih dan anugerah-Nya.
Lalu bagaimana kita bisa melakukan hal yang bisa menyukakan hati Yesus? Dengan cara mengikuti teladan-Nya.
Kita tentu tidak dituntut untuk ikut disalibkan secara fisik, tetapi kita bisa “makan” makanan yang sama yang Yesus lakukan yaitu dengan melakukan kehendak Allah Bapa.
Darimana kita tahu kehendak Bapa, dari Firman-Nya. Firman Allah tidak hanya berisi janji-janji yang indah dan mulia yang dapat memberkati kita.
Tetapi Firman Allah juga tentang perintah-perintah yang jika kita lakukan, maka kita sedang menapaki jalan yang akan membawa kita menjadi semakin dewasa.
Apakah perintah-Nya? Tentu, ada banyak perintah Tuhan untuk kita lakukan.
Perintah untuk saling mengasihi, perintah untuk hidup dalam terang, perintah untuk mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah, perintah untuk memberitakan Injil dan memuridkan dan lain sebagainya.
Seorang anak kecil, mereka hanya bisa meminta dan senang jika permintaannya dikabulkan.
Tetapi ketika mereka beranjak dewasa, dan memahami makna bertanggung jawab, maka mereka tidak akan puas jika hanya diberi.
Mereka akan menuntut agar mereka juga dapat melakukan hal yang berat dan bisa berbagi atau memberi dari apa yang diperoleh dari usahanya.
Itulah kedewasaan, Tuhan ingin agar kita juga bertumbuh menjadi semakin dewasa, dan tidak terus menerus dalam rupa seorang bayi yang hanya bisa disuap dan diberi makanan yang lunak!
Saudara, kedewasaan rohani tidak ada hubungannya dengan kedewasaan biologis, kedewasaan rohani diukur, salah satunya dengan apakah kita selalu melakukan kehendak Bapa, atau lebih menyukai berdalih? Atau dalam bahasa anak muda, lebih suka ngeles?
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Siapakah yang berinisiatif dalam perjanjian mengenai bahtera Nuh?
Bagaimana Nuh menanggapi perintah Allah dan perjanjianNya?
Saudara, mungkin kita pernah mendengar cerita tentang Nuh membawa berbagai binatang berpasangan, jantan dan betina ke dalam bahtera sesuai firman Allah saat itu.
Pernahkah Saudara membayangkan, bagaimana seandainya jika Nuh menaati perintah Allah tetapi tidak 100%?
Barangkali ukuran bahtera dikurangi sedikit dari yang seharusnya?
Atau binatang yang dibawa tidak sepasang, yang penting ada perwakilannya?
Atau tata letak bahtera yang berbeda sedikit? Atau membawa makanan sedikit saja karena repot?
Mungkin ceritanya akan menjadi berbeda hari ini.
Para ibu pasti tahu rasanya ketika meminta anaknya mengerjakan sesuatu dan dikerjakan, tetapi tidak semuanya.
Para atasan juga pasti tahu rasanya ketika meminta bawahan untuk mengerjakan sesuatu, tapi ada yang dilewatkan karena bawahan merasa itu tidak perlu.
Ketaatan 99% sama saja dengan ketidaktaatan!
Itu sebabnya, berulang-ulang Firman mencatat bagaimana para pahlawan iman adalah mereka yang melakukan TEPAT seperti yang Allah perintahkan.
Seringkali penghalang dari kita untuk taat 100% adalah karena kita tidak cukup percaya.
Kita ragu bahwa perintah Allah itu sungguh-sungguh akan mendatangkan kebaikan, atau kita berpikir caranya tidak harus seperti itu.
Entah bagaimana, kita berpikir kalau kita lebih tahu daripada Allah dalam hal menentukan cara dan tujuan.
Saudaraku, coba sadari dalam hal apakah kita sering tawar menawar dengan Tuhan.
Jangan-jangan kita sedang merasa lebih tahu yang terbaik dibanding Tuhan?
Mari Saudara, kita belajar untuk setia dalam perkara kecil.
Melakukan tepat seperti yang Dia mau karena tidak mungkin Dia merancangkan sesuatu yang buruk bagi anak-anakNya.
Adakah perintah Allah hari ini yang belum Saudara lakukan tepat seperti yang diperintahkanNya? Bertobatlah dan lakukan segera!
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Bagaimana Allah mentahirkan kita?
Apa yang Allah berikan kepada hati kita?
Siapakah yang membuat kita bisa hidup menurut segala ketetapanNya?
Semakin banyak ditemui kaum muda yang tidak lagi mau terikat di bawah aturan apalagi agama.
Kata yang paling disukai adalah ‘KEBEBASAN’.
“Saya ingin bebas secara finansial.”
“Saya ingin bebas melakukan apapun yang saya suka.”
“Saya ingin bebas berhubungan dengan siapa saja yang saya mau.”
Tidak banyak diantara kaum pejuang kebebasan yang mendengungkan bahwa kebebasan tidak pernah bisa berdiri sendiri.
Kebebasan pada akhirnya selalu berkaitan dengan tanggung jawab dan konsekuensi.
Mereka yang “bebas” merokok, ternyata pada akhirnya justru diperbudak oleh rokok.
Mereka yang “bebas” menggunakan HP, ternyata pada akhirnya merasa kesulitan untuk tidak menggunakan HP-nya barang satu hari saja.
Pada kenyataannya, mustahil kita bisa lepas dari berhala dengan mengandalkan kekuatan sendiri.
Karena sangat mudah bagi kita untuk memberhalakan sesuatu dalam rangka mengejar kebebasan dan kebahagiaan diri.
Namun Allah berjanji, bahwa Ia sendiri akan mentahirkan kita dari segala kenajisan dan berhala-berhala kita.
Ia akan memberikan hati yang baru dan roh yang baru.
Ia akan menjauhkan dari tubuh kita hati yang keras dan memberikan kepada kita hati yang taat.
Ia yang membuat kita bisa hidup menurut segala ketetapanNya.
Sebuah janji yang sangat indah dan melegakan, bahwa kita tidak harus berjalan sendiri dalam perjalanan iman kita di dunia ini.
Ia memberi perintah, Ia juga yang menolong kita untuk menjalankan perintahNya.
Jika saja semua orang Kristen menyadari bahwa Kebebasan Sejati justru diperoleh di dalam penundukkan kepada firmanNya, maka banyak sekali konflik pribadi dan konflik bersama yang akan terselesaikan dengan lebih mudah.
Namun tentu saja, semua ini adalah proses yang perlu kita jalani bersama.
Mari kita mengaminkan janjiNya dalam setiap proses hidup kita, bahwa kita dimampukan untuk mengikuti seluruh ketetapan Tuhan karena kasihNya yang besar atas kita.
Diskusikanlah dengan rekan PA Saudara bagaimana caranya agar bisa berjalan dalam seluruh ketetapan Tuhan?
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apa yang menjadi kegirangan hati Daud?
Bagaimana ketetapan ahti Daud terhadap ketetapan-ketetapan Tuhan?
Kepada apakah Daud berharap?
Komitmen Daud yang luar biasa tercermin dari kata-katanya dalam Mazmur 119:112“Telah KUCONDONGKAN hatiku untuk melakukan ketetapan-ketetapanMu untuk selama-lamanya sampai saat terakhir”
Condong adalah sebuah kata kerja dimana kita memiringkan sesuatu ke arah tujuan.
Kalau kita condong ke kiri, kita akan otomatis miring bahkan jatuh ke sisi kiri, dan sebaliknya.
Hal ini terlihat jelas saat kita menyetir sepeda motor atau sepeda.
Sangat sulit mengarahkan kendaraan ke kanan, kalau tubuh kita malah condongnya ke kiri.
Hari ini kita diperhadapkan mau mencondongkan hati kita ke mana? Ke arah Firman Tuhan atau ke arah dunia?
Banyak orang ingin merasakan berkat firman Tuhan, tapi hatinya tidak dicondongkan kepada Firman.
Perhatian kita teralih melihat dunia yang tampaknya lebih menarik dari Firman, tubuh kita condong kesana, namun tangannya tetap berusaha menggapai hal-hal rohani.
Contoh sederhana saat bangun pagi hari, tangan kita dengan cepat mengambil HP.
Rencananya membaca Alkitab tapi begitu banyak pengalihan dari pesan WA, sosmed, promo online, game, dll.
Sebagai anak Tuhan, kita tetap kok baca Alkitab tapi “sambil”…..
Akhirnya pagi pun berlalu, dan kita tidak ingat apa yang kita baca di Alkitab kita hari itu. Hal yang sama berulang setiap hari, bahkan saat ibadah, saat persekutuan, dst.
Saudara, di zaman yang penuh pengalihan ini mari kita mendisiplinkan diri dengan belajar FOKUS.
Condongkan hati kita dengan jelas kepada apa yang Tuhan mau dengan menyingkirkan pengalihan yang tidak perlu.
Kita tidak bisa setengah-setengah atau mendua hati, karena orang yang mendua hati tidak akan tenang hidupnya -Yakobus 1:7.
Melakukan Firman adalah sebuah keputusan bukan perasaan.
Terkadang secara perasaan, kita tidak ingin melakukannya.
Lebih mudah marah dan membalas, daripada mengampuni.
Lebih mudah tidur-tiduran daripada bangun dan merenungkan firman atau pergi melayani.
Namun, jika kita menetapkan hati seperti Daud, maka sekalipun ada godaan dan tantangan yang datang, iman kita semakin teguh dan tidak goyah.
Renungkanlah apakah hari ini hati Saudara condong kepada Allah? Jika tidak, apa yang menjadi penghalangnya? Bagikanlah kepada pembimbing Saudara.