Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Di manakah bangsa Israel pernah mencobai Tuhan?
Apa yang seharusnya dilakukan oleh bangsa Israel?
Seperti apakah negeri Tanah Kanaan itu?
Siapakah yang seharusnya mengusir semua musuh bangsa Israel?
Saudara, Tuhan dengan tegas menyatakan agar bangsa Israel tidak mencobai Tuhan, seperti yang pernah mereka lakukan di masa lalu.
Keluaran 17:7“Dinamailah tempat itu Masa dan Meriba, oleh karena orang Israel telah bertengkar dan oleh karena mereka telah mencobai TUHAN dengan mengatakan: “Adakah TUHAN di tengah-tengah kita atau tidak?”
Hal ini terjadi ketika mereka tidak mendapatkan air untuk diminum di padang gurun, sehingga mereka mulai bersungut-sungut dan bertengkar dengan Musa, pemimpin mereka.
Dalam keadaan itu, mereka bersungut-sungut bahkan menuduh Musa:
Keluaran 17:1-3“Kemudian berangkatlah segenap jemaah Israel dari padang gurun Sin, berjalan dari tempat persinggahan ke tempat persinggahan, sesuai dengan titah TUHAN, lalu berkemahlah mereka di Rafidim, tetapi di sana tidak ada air untuk diminum bangsa itu. Jadi mulailah mereka itu bertengkar dengan Musa, kata mereka: “Berikanlah air kepada kami, supaya kami dapat minum.” Tetapi Musa berkata kepada mereka: “Mengapakah kamu bertengkar dengan aku? Mengapakah kamu mencobai TUHAN?” Hauslah bangsa itu akan air di sana; bersungut-sungutlah bangsa itu kepada Musa dan berkata: “Mengapa pula engkau memimpin kami keluar dari Mesir, untuk membunuh kami, anak-anak kami dan ternak kami dengan kehausan?”
Keluaran 17:4-6“Lalu berseru-serulah Musa kepada TUHAN, katanya: “Apakah yang akan kulakukan kepada bangsa ini? Sebentar lagi mereka akan melempari aku dengan batu!” Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Berjalanlah di depan bangsa itu dan bawalah beserta engkau beberapa orang dari antara para tua-tua Israel; bawalah juga di tanganmu tongkatmu yang kaupakai memukul sungai Nil dan pergilah. Maka Aku akan berdiri di sana di depanmu di atas gunung batu di Horeb; haruslah kaupukul gunung batu itu dan dari dalamnya akan keluar air, sehingga bangsa itu dapat minum.” Demikianlah diperbuat Musa di depan mata tua-tua Israel.”
Bangsa Israel dikenal sebagai bangsa yang tegar tengkuk, sebagaimana dikatakan oleh Tuhan.
Meskipun mereka telah berulang kali menyaksikan mujizat yang Tuhan lakukan di depan mata mereka, namun mereka tetap bersikap seolah-olah tidak pernah percaya kepada Tuhan Yahwe yang telah memimpin mereka keluar dari Mesir.
Hal itu juga membuat Tuhan Allah marah kepada bangsa Israel.
Ketika bangsa Israel mengutus para pengintai untuk memasuki Tanah Kanaan selama empat puluh hari, mereka pun menjalankan tugasnya dengan mengamati negeri itu.
Setelah kembali, para pengintai melaporkan apa yang mereka lihat.
Sepuluh dari pengintai memberikan laporan dengan pesimis, sedangkan Yosua dan Kaleb menyampaikan laporan yang mereka lihat berdasarkan dengan iman kepada Tuhan.
Kaleb dan Yosua menyatakan bahwa tanah itu akan jatuh ke tangan bangsa Israel, karena Tuhan yang akan menyerahkan negeri itu kepada mereka.
Oleh karena laporan dari sepuluh pengintai disampaikan dengan pesimis, penuh kekuatiran, ketakutan, serta dilebih-lebihkan dalam ketakutan dan ketidakpercayaan mereka, maka bangsa Israel pun dikuasai oleh keraguan.
Maka Tuhan membuat bangsa itu untuk berjalan di padang gurun selama empat puluh tahun dengan tujuan agar seluruh orang Israel yang berusia di atas dua puluh tahun pada saat mereka mendengar laporan tersebut, tidak akan masuk ke negeri yang dijanjikan, kecuali Kaleb dan Yosua.
Seluruh bangsa itu terpengaruh oleh laporan sepuluh pengintai yang pesimis dan tidak percaya kepada janji Tuhan yang telah berfirman akan memberikan tanah itu kepada bangsa Israel.
Mereka dipengaruhi oleh laporan sepuluh pengintai yang pesimis itu.
Seharusnya bangsa itu percaya kepada Tuhan yang telah menjanjikan tanah tersebut kepada nenek moyang mereka yaitu Abraham, Ishak, dan Yakub.
Tuhan telah berfirman bahwa negeri itu akan diberikan kepada keturunan Abraham, yaitu bangsa Israel.
Dari pelajaran di atas, sepatutnya kita juga, dalam kehidupan kita saat ini, selalu mengingat apa yang telah Tuhan janjikan.
Kita dipanggil untuk hidup mempercayai Tuhan dan hidup oleh iman kepada Firman Allah.
Oleh karena itu, sudah seharusnya kita hidup dengan melakukan apa yang baik dan benar di mata Tuhan, bukan berdasarkan perkataan para ahli, pendapat orang banyak, atau arahan para pemimpin yang tidak percaya kepada Yesus Kristus.
Inilah saatnya bagi kita untuk benar-benar hidup oleh iman, sehingga kita dapat melakukan apa yang baik dan benar di mata Tuhan, meskipun itu berarti hidup melawan arus dunia.
Haleluya, Puji Tuhan, Amin.
Apa yang menyebabkan seseorang tidak berani melawan arus dan cenderung mengikuti suara orang banyak, para pemimpin, atau para ahli yang tidak sejalan dengan yang Tuhan kehendaki?
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apa yang menjadi alasan seseorang disebut sahabat oleh Yesus Kristus?
Mengapa para murid tidak disebut sebagai hamba oleh Yesus Kristus?
Mengapa Yesus memilih seseorang?
Apa yang menjadi alasan doa kita dijawab?
Saudara, ketika Yesus mengatakan kepada para murid-Nya bahwa bukan mereka yang memilih Dia, dan ketika Yesus menyatakan bahwa mereka bukanlah hamba melainkan sahabat, para murid pun merasakan suatu kedekatan yang baru.
Hubungan mereka dengan Yesus tidak lagi sekadar sebagai Rabbi atau Guru karena ajakan Yesus untuk menjadi pengikut-Nya.
Melalui pernyataan tentang persahabatan itu, Tuhan Yesus membuka hati-Nya dan menyatakan tujuan Dia dalam memilih para murid.
Kita dipilih, bukan kita yang memilih Yesus. Dalam dunia ini, kita sering merasa bahwa kitalah yang memilih untuk menjadi pengikut Yesus.
Itulah sebabnya, kita bisa berhenti menjadi pengikut Yesus dengan alasan yang sepele.
Ketika kita merasa bahwa kita yang memilih Yesus, maka kita pun gagal menyadari betapa berharganya diri kita dalam hubungan itu.
Ketika kita merasa tidak beruntung telah memilih Yesus, maka saat itu juga kita berhenti mengikuti Dia.
Namun Yesus dengan tegas menyatakan, “Akulah yang memilih kamu.”
Pernyataan Yesus menunjukkan bahwa kita berarti bagi Dia.
Dalam pemilihan itu, Tuhan Yesus juga berkata bahwa tujuannya Dia memilih kita untuk pergi menghasilkan buah, dan buah yang dihasilkan adalah buah yang tinggal tetap.
Saudara, apa yang dimaksud dengan buah yang tinggal tetap? Apakah ada buah yang kekal?
Dalam Alkitab sebagai Firman Allah dinyatakan bahwa ada tiga hal yang akan tetap ada selama-lamanya yaitu kasih akan tetap selama-lamanya, Firman Allah akan tetap selama-lamanya, dan jiwa manusia akan ada selama-lamanya.
Jadi buah yang dimaksud oleh Yesus adalah jiwa manusia yakni ketika kita menghasilkan jiwa-jiwa yang diselamatkan.
Tuhan ingin supaya kita diselamatkan dan menyelamatkan orang lain, sehingga hidup kita berguna bagi keluarga, masyarakat, lingkungan sekitar, bahkan bagi dunia ini.
Tuhan Yesus menjanjikan bahwa jika kita menghasilkan buah yang tinggal tetap, maka Dia berkata: “Apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, akan diberikan-Nya kepadamu, …supaya penuhlah sukacitamu.”
Melalui pemilihan ini, pernyataan Yesus dalam:
Yohanes 10:10“Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.”
Yesus menyatakan bahwa tujuan Dia supaya manusia memiliki hidup dan memilikinya dalam segala kelimpahan itu benar-benar terjadi.
Seseorang yang dipilih oleh Yesus akan memiliki hidup dan mengalami perubahan hidup yang nyata, seperti yang dinyatakan oleh Rasul Paulus:
2 Korintus 5:17“Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.”
Ketika seseorang hidup di dalam Yesus yaitu mereka yang telah dipilih oleh Yesus akan mengalami perubahan hidup.
Mereka menjadi ciptaan yang baru, tidak lagi hidup dalam kehidupan lama, tetapi hidup yang menghasilkan buah.
Orang-orang di sekitar mereka dapat melihat perubahan itu.
Mereka menjadi berkat bagi lingkungan mereka sehingga mereka dengan mudah bersaksi.
Mereka dapat membagikan Injil sehingga orang yang percaya kepada berita Injil itu pun diselamatkan.
Inilah sebabnya orang-orang pilihan itu berbuah dan buah yang mereka hasilkan adalah buah yang tinggal tetap.
Haleluya, Puji Tuhan, Amin.
Mengapa ada orang yang sudah percaya kepada Yesus, tetapi hidupnya tidak mengalami perubahan dan tidak memiliki kemampuan untuk menghasilkan buah yang tinggal tetap?
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Siapa yang dimaksud pokok anggur yang benar? Dan Siapa pengusaha dari pokok anggur itu sendiri?
Kita diumpamakan ranting anggur. Apakah ranting dapat berbuah sendiri jika ranting tidak tinggal dalam pokok anggur?
Apa syaratnya, jika permintaan atau doa yang kita kehendaki dijawab oleh Dia?
Dalam hal apa Bapa di Sorga dipermuliakan?
Apakah zaman sekarang ini masih berlaku bahwa ranting anggur tidak dapat berbuah tanpa melekat pada pokok anggur?
Seperti yang kita ketahui bersama, teknologi saat ini sudah mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat pesat.
Dimana teknik pemotongan dan perawatan yang tepat, kini ranting anggur dapat tumbuh dan berbuah lebat meskipun tidak melekat pada pokok anggur yang asli.
Perumpamaan yang Yesus katakan tentang pokok anggur yang di catat dalam injil Yohanes tetaplah benar sesuai dengan konteks yang berlaku pada masa itu.
Dimana zaman itu belum ada teknologi canggih, sehingga apapun ranting pohonnya, termasuk ranting anggur tidak akan dapat berbuah tanpa melekat pada pokok anggur yang asli.
Perumpamaan tentang pokok anggur sangat jelas dan tegas yang menggambarkan tentang hubungan Yesus dan Allah Bapa sebagai “pokok anggur” serta pengusahanya, dan kita murid-muridNya adalah sebagai “ranting”.
Yesus menyatakan dirinya bahwa Dia dan Bapa adalah “pokok anggur” yang benar.
Dia adalah sumber kehidupan dan pertumbuhan sejati dari “ranting” kita murid-muridNya.
Dengan kata lain “ranting” murid-murid Tuhan yang sejati sangatlah tergantung kepada pokok “anggur” Tuhan Yesus itu sendiri.
Ketergantungan ranting anggur tidak bisa terpisahkan dari pokok anggur.
Karena jika ranting terpisah dengan pokok anggur, maka dipastikan ranting tersebut akan kering dan tidak bisa menghasilkan buah.
Yang ada ranting tersebut akan di cabut dan di patahkan untuk di bakar.
Hanya ranting yang segar dan tumbuh sehat yang bisa menghasilkan buah yang lebat.
Hal itu sama halnya dengan kita sebagai murid-murid Tuhan.
Hidup kerohanian kita tidak akan bisa bertumbuh, apalagi menghasilkan buah lebat jika kita tidak tinggal di dalam Tuhan Yesus.
Perlu diketahui, jika hidup kita berbuah, salah satunya kita memiliki buah-buah roh (lihat. Galatia 5:22-23), maka kita sedang mempermuliakan Bapa di Sorga karena kita adalah murid-muridNya.
Sebutkan ciri-ciri murid Tuhan yang menghasilkan buah yang lebat.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Coba jelaskan keuntungan apa saja yang dimaksud oleh Paulus “apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku”? (Baca ayat sebelumnya)
Oleh karena siapa, dahulunya “keuntungan malahan menjadi kerugian” bagi Paulus?
Apa yang dikehendaki oleh Paulus dalam konteks perikop ayat yang kita baca diatas?
Jika kita membaca autobiografi Rasul Paulus di dalam Alkitab khusus surat-suratnya yang ada di kitab perjanjian baru, bahwa sebelumnya Paulus bernama Saulus, dia adalah salah seorang yang termasuk golongan Farisi yang paham betul tentang hukum taurat dan memegang tradisi leluhur Yahudi dan menjalani dengan disiplin hukum taurat dan ketat serta tidak bercacat.
Namun semenjak dia bertobat, apa yang dahulu menjadi keuntungan atau yang dibanggakan selama ini adalah sia-sia atau sampah baginya, bahkan kebanggaan tersebut dianggap rugi oleh karena pengenalan dia akan Kristus.
Melalui pembacaan ayat diatas, Paulus coba menjelaskan kepada kita tentang kehidupannya dahulu dan perubahan mendalam yang terjadi dalam dirinya sejak dia mengenal Kristus Tuhan. Kristus-lah yang membuat dia mengalami perubahan radikal.
Mungkin kita dahulu bangga kalau kita punya banyak uang, juga banyak simpanan untuk masa depan, bangga memiliki pengetahuan yang tinggi, pintar, dikenal baik dan mempunyai pengaruh di lingkungan kita tinggal atau kerja, memiliki pendidikan yang cukup tinggi, pengalaman kita cukup banyak, kedudukan yang tinggi di dunia sekuler, dan banyak prestasi-prestasi yang membanggakan lainnya.
Apakah hal-hal tersebut membuat kita saat ini merasa puas dan bangga?
Bukan tidak boleh kita memiliki atau membanggakan pencapaian itu semua, namun hendaknya ketika kita yang sudah lahir baru, dan oleh karena kasih karunia kita dipilih menjadi anakNya.
Kebanggaan atau pencapaian diatas bukanlah yang menjadi prioritas utama lagi dalam hidup kita, namun apa yang menjadi rancangan dan panggilan Tuhan dalam hidup kita, itulah yang menjadi prioritas yang kita kerjakan bahkan kita selesaikan dengan baik.
Mari kita bersama-sama meluangkan waktu yang cukup bahkan waktu yang lebih untuk mengenal Kristus melalui pembacaan dan perenungan kitab suci, doa secara pribadi dan persekutuan dengan orang percaya lainnya.
Dan biarlah pengenalan kita akan Kristus lebih mulia dari segala yang kita miliki saat ini.
Sama seperti Paulus, dan kita sebagai murid Kristus yang sejati, yaitu “Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitanNya dan persekutuan dalam penderitaanNya, dimana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematianNya, supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati” (lihat. Filipi 3:10-11)
Setelah kita lahir baru, menurut saudara apakah pengenalan akan Kristus lebih mulia dari semua yangkita miliki saat ini? Bagaimana caranya supaya kita dapat mengenal pribadi Kristus itu sendiri? Diskusikan dengan kelompok PA atau Persekutuan kita.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apa yang dikatakan Yesus mengenai setiap orang yang mau mengikuti Dia?
Apa maksud Yesus bahwa “barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya”?
Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi ia membinasakan dirinya?
Yesus menyampaikan perkataanNya ketika sedang dalam perjalanan menuju Yerusalem — perjalanan yang akan berakhir dengan penderitaan dan salib.
Pada saat itu, salib bukanlah simbol rohani seperti yang kita kenal sekarang, melainkan lambang hukuman mati yang mengerikan, memalukan, dan sangat ditakuti.
Dalam dunia Romawi, salib identik dengan kehinaan; hanya penjahat kelas berat yang dijatuhi hukuman salib.
Yesus mengatakan bahwa mengikuti Dia berarti menyangkal diri, bukan memanjakan diri.
Menyangkal diri berarti menolak keinginan diri sendiri dan tidak lagi menempatkan ego di pusat kehidupan.
Memikul salib setiap hari menggambarkan pengorbanan terus-menerus, bukan keputusan sesaat.
Ini adalah gaya hidup yang menempatkan kehendak Allah di atas kenyamanan pribadi.
Dalam ayat 24 dan 25, Yesus menjelaskan paradoks Kerajaan Allah: siapa yang mau menyelamatkan nyawanya (mengejar kepentingan diri), justru akan kehilangan; tetapi siapa yang rela kehilangan nyawanya demi Kristus, justru akan menyelamatkannya.
Ia mengajak kita untuk melihat nilai kekal: apa gunanya seseorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan jiwanya?
Dan Yesus menutup dengan peringatan serius bahwa siapa pun yang malu mengakui-Nya di tengah dunia ini, akan dipermalukan-Nya saat Ia datang dalam kemuliaan.
Artinya, keputusan untuk mengikut Kristus adalah keputusan total dan kekal, bukan emosional atau situasional.
Dalam dunia modern yang mencintai kenyamanan, ekspresi diri, dan kebebasan personal, ajakan Yesus untuk menyangkal diri terasa asing dan tidak populer.
Budaya zaman ini menekankan agar kita “setia pada diri sendiri,” “mengejar mimpimu,” dan “jangan biarkan siapapun mengatur hidupmu.”
Namun Yesus justru berkata: serahkan dirimu, matikan egomu, dan ikutlah Aku — bahkan jika itu berarti penderitaan.
Banyak orang Kristen hari ini bergumul karena ingin mengikut Yesus tanpa salib, ingin menjadi murid-Nya tanpa menyangkal diri, ingin keselamatan tanpa pengorbanan.
Padahal, jalan salib bukanlah pilihan tambahan — itu adalah inti dari pemuridan.
Dunia menawarkan jalan lebar yang mudah, tetapi Yesus mengajak kita berjalan dalam jalan sempit yang penuh salib, namun berujung pada kemuliaan kekal.
Tantangannya bagi kita hari ini: apakah kita benar-benar siap membayar harga untuk mengikut Kristus, atau hanya mau ikut sejauh hidup kita tidak terganggu?
Diskusikan dengan kelompok PA dan persekutuan kita, mengenai topik ini dengan lebih mendalam. Bagaimana kita bisa praktekkan dalam kehidupan sehari-hari dan berkat apa yang didapat dari melakukan Firman Tuhan ini.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apa maksud mengasihi dunia dan yang ada di dalamnya?
Apa yang terjadi Jika kita mengasihi dunia?
Bagaimana dengan orang-orang yang melakukan kehendak Bapa?
Surat ini ditulis pada masa komunitas Kristen sedang menghadapi tekanan dari dalam dan dari luar.
Secara eksternal, mereka hidup dalam lingkungan Kekaisaran Romawi yang penuh dengan kemewahan, hiburan, dan penyembahan berhala — budaya yang sangat memikat dan sering kali bertentangan dengan ajaran Kristus.
Secara internal, muncul ajaran-ajaran sesat dari kelompok yang kemudian dikenal sebagai gnostik, yang memisahkan antara hal rohani dan jasmani, seolah-olah apa yang dilakukan dalam tubuh tidak mempengaruhi hubungan dengan Allah.
Dalam konteks ini, Yohanes memperingatkan orang percaya agar tidak mengasihi dunia atau hal-hal yang ada di dalamnya. Istilah “dunia” (Yunani: kosmos) dalam ayat ini bukan merujuk pada ciptaan Allah, melainkan sistem nilai dunia yang telah jatuh dalam dosa dan menolak otoritas Tuhan.
Dunia yang dimaksud Yohanes adalah dunia yang menyombongkan keinginan daging, keinginan mata, dan keangkuhan hidup — semua ini bukan berasal dari Bapa, melainkan dari dunia yang sedang lenyap.
Peringatan ini tajam karena menyentuh kehidupan praktis dan pilihan hati setiap orang percaya: apakah kasih kita benar-benar tertuju kepada Allah, atau masih terbagi dengan dunia yang fana?
Firman Tuhan tidak melarang kita menikmati ciptaan Tuhan, tetapi menekankan bahwa sistem dunia — dengan segala godaan yang bertentangan dengan kehendak Allah — tidak boleh menjadi pusat kehidupan orang percaya.
Ada tiga aspek dunia yang dijabarkan: keinginan daging (nafsu dan kenikmatan yang tak terkendali), keinginan mata (hasrat akan apa yang tampak menarik, tetapi tidak membangun), dan keangkuhan hidup (kesombongan karena harta, posisi, atau prestasi).
Yohanes menegaskan bahwa dunia dan segala keinginannya sedang berlalu, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah akan hidup selama-lamanya.
Dalam dunia modern saat ini, budaya digital dan konsumerisme global membentuk manusia untuk terus menginginkan lebih: lebih banyak barang, lebih banyak pengikut, lebih banyak pujian.
Banyak orang, termasuk orang Kristen, terjebak dalam gaya hidup “FOMO” (fear of missing out) yang didorong oleh keinginan mata dan tekanan sosial.
Keinginan daging dimanipulasi lewat iklan, hiburan, dan pornografi digital; sementara keangkuhan hidup tampil dalam bentuk pamer kesuksesan dan pencitraan diri.
Dunia menawarkan kepuasan cepat, tetapi tidak memberi kepenuhan jiwa.
Diskusikan dengan kelompok PA dan persekutuan kita, mengenai topik ini dengan lebih mendalam. Bagaimana kita bisa praktekkan dalam kehidupan sehari-hari dan berkat apa yang didapat dari melakukan Firman Tuhan ini.