Bacalah Firman Tuhan di atas dan ulangi beberapa kali sampai saudara dapat memahami dan menangkap arti yang dikandungnya.
Apa yang terjadi pada hari-hari terakhir?
Apa yang diharapkan oleh bangsa-bangsa ketika datang ke gunung rumah Tuhan?
Apakah yang keluar dari Sion dan dinanti-nantikan oleh bangsa-bangsa?
Kita hidup di hari-hari terakhir di mana semua yang dinubuatkan dalam 2 Timotius 3:1-5 sedang terjadi, yaitu manusia semakin mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang, banyak pemberontakan, tidak ada lagi kepedulian kepada agama, dan masih banyak lagi.
Namun seberapapun majunya teknologi dan sehebat-hebatnya kenyamanan yang ditawarkan, kebutuhan manusia masih sama.
Setiap orang merindukan untuk mengenal kasih yang sejati dan kepastian akan keselamatannya.
Internet, media sosial, film-film dan berbagai aplikasi menawarkan kemudahan dan gambaran tentang kebahagiaan yang membuat banyak sekali orang terjerat di dalamnya.
Mereka berusaha mencari kepuasan tapi justru menemukan lebih banyak kekecewaan.
Di sinilah gereja Tuhan punya peran yang sangat besar.
Kita perlu berdiri tegak mengatasi gunung-gunung yang ada di dunia ini.
Kita memiliki pengajaran firman yang teguh dan tidak tergoncangkan sehingga dengan keyakinan, kita bisa menawarkan sebuah harapan atas pencarian banyak orang.
Dikatakan bahwa bangsa-bangsa akan berduyun-duyun datang ke gunung Tuhan. Mereka ingin belajar tentang jalan-jalan Tuhan dan ingin menempuhnya.
Tapi bagaimana mereka mau datang dan mencari kebenaran jika, kita yang adalah wakil Allah di bumi tidak menjadi teladan serta hidup dalam keunggulan?
Saudara, ada begitu banyak jiwa-jiwa yang mencari Allah.
Marilah kita mengalami kedahsyatan kasih dan kuasa Allah terlebih dahulu secara pribadi, sehingga kita bisa menjadi jawaban bagi mereka, mengenalkan mereka pada pribadi Kristus yang luar biasa.
Adakah orang-orang sekitar saudara yang memerlukan kasih Kristus? Doakan mereka dan perkenalkan kabar kebenaran kepada mereka.
Bacalah Firman Tuhan di atas dan ulangi beberapa kali sampai saudara dapat memahami dan menangkap arti yang dikandungnya.
Apa yang perlu kita jaga untuk tidak dilakukan?
Apakah yang akan terjadi di bumi ini yang sudah dinubuatkan dan dengan tujuan apa?
Apa yang Tuhan janjikan bagi kita dan bagaimana seharusnya kita hidup?
Firman Tuhan berkata bahwa segala sesuatu akan diguncangkan supaya tinggal tetap apa yang TIDAK TERGUNCANGKAN.
Mendengar kata guncang saja kadang-kadang sudah cukup untuk menguncangkan kita.
Kita langsung berpikir sesuatu yang buruk akan terjadi atau perubahan besar yang membutuhkan kekuatan untuk bisa mengatasinya.
Saudaraku, bukankah kita terguncang ketika seseorang yang kita kasihi meninggal, ketika bisnis yang sudah susah payah kita bangun mengalami kebangkrutan, ketika kita dikecewakan dan mengalami hal-hal yang tidak enak, ketika setiap usaha yang kita lakukan sepertinya tidak membuahkan hasil.
Sama seperti sebuah kapal di tengah lautan yang diombang-ambingkan oleh gelombang laut dan badai.
Kapal itu terus terguncang dan berusaha bertahan untuk tidak sampai terbalik dan tenggelam.
Kegoncangan dalam hidup adalah sesuatu yang pasti.
Apakah ini hal yang baik atau tidak baik?
Kita tidak bisa berharap hidup akan terus mulus dan tidak ada kesulitan.
Tapi kita bisa bersyukur bahwa ada Allah yang menjadi kapten kapal kita. Ketika kita menerimaNya, kita sedang menerima kerajaan yang tidak terguncangkan.
Pertanyaannya adalah apakah kita mengizinkan Dia memegang kemudi kapal kita?
Memang tidak mudah untuk mengucap syukur di tengah situasi sulit, tapi coba renungkan apakah mengeluh dan terus bersikap negatif akan bisa mengubah keadaan tersebut?
Sebuah respon yang perlu kita ingat ketika mengalami guncangan adalah MENGUCAP SYUKUR dan BERIBADAH kepada Allah menurut cara yang berkenan kepadaNya, dengan hormat dan takut.
Allah sangat mengerti kelemahan dan gejolak emosi kita.
Kita bukan harus berpura-pura kuat atau tidak boleh merasa sedih dan marah, tapi Allah mau kita datang kepadaNya dengan jujur dan terbuka untuk menerima kekuatan dan pertolongan.
Ia mau kita menguatkan hati kita, dan kembali meyakini Allah memegang kendali dan Ia tidak akan membiarkan kapal kita tenggelam.
Maukah hari ini Saudara mengambil respon tersebut?
Ceritakanlah kepada pembimbing saudara apa yang menggoncangkan hidup saudara hari ini. Ambilah komitmen untuk memberikan respon yang benar.
Bacalah Firman Tuhan di atas dan ulangi beberapa kali sampai saudara dapat memahami dan menangkap arti yang dikandungnya.
Apa yang Yesus minta untuk kita lakukan?
Apa yang terjadi ketika kita percaya kepada Yesus?
Janji apa yang Yesus berikan tentang permintaan kita ketika kita percaya kepadaNya?
Ada sebuah tulisan tentang kerinduan untuk melakukan hal besar yang dipahat di atas sebuah makam Westminister Abbye, Inggris dengan catatan tahun 1100 Masehi.
“Ketika aku muda dan bebas berkhayal, aku bermimpi ingin mengubah dunia.
Seiring dengan bertambahnya usia dan kearifanku, kudapati bahwa dunia tak kunjung berubah.
Maka cita-cita itupun kupersempit, kuputuskan untuk hanya mengubah negeriku. Namun tampaknya hasrat itupun tiada hasilnya.
Ketika usiaku semakin senja, dengan semangatku yang masih tersisa, kuputuskan untuk mengubah keluargaku, orang-orang yang paling dekat dengaku.
Tapi celakanya merekapun tidak mau diubah!
Dan kini sementara aku berbaring saat ajal menjelang, tiba-tiba kusadari; Andaikan yang pertama kuubah adalah diriku, maka dengan menjadikan diriku sebagai teladan, mungkin aku bisa mengubah keluargaku.
Lalu berkat inspirasi dan dorongan mereka, bisa jadi akupun mampu memperbaiki negeriku, kemudian siapa tahu, akupun bisa mengubah dunia.”
Kita semua mungkin ingin melakukan pekerjaan besar, tetapi terkadang banyak hal yang akhirnya memupuskan keinginan itu.
Entah karena pemahaman kita yang tidak pada tempatnya atau berbagai kelemahan yang menyebabkan kita menyerah pada kesulitan dan tantangan.
Yesus berjanji bahwa ketika kita percaya kepadaNya, kita akan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang Dia lakukan, bahkan lebih besar dari pada itu!
Apakah pekerjaan Yesus?
Ia datang memberikan keselamatan dan pengharapan bagi dunia yang mati.
Setiap kali kita memberitakan Injil, hidup dalam iman, pengharapan dan kasih, kita sedang mengerjakan pekerjaan besar.
Sama seperti tulisan di atas, fokus kita bukanlah mengubah orang lain atau dampaknya.
Fokus kita adalah bersekutu dengan Allah dan melakukan yang terbaik dalam segala hal yang dipercayakan Tuhan kepada kita, dan biarkan Dia yang tinggal dalam hati kita menyempurnakan setiap pekerjaan itu.
Apakah pekerjaan besar yang hari ini sedang saudara kerjakan? Bagaimana saudara bisa membangun diri untuk lebih lagi melakukan pekerjaan besar itu?
Bacalah Firman Tuhan di atas dan ulangi beberapa kali sampai saudara dapat memahami dan menangkap arti yang dikandungnya.
Siapakah yang bisa tahu apa yang terdapat dalam diri Allah?
Roh apa yang sudah kita terima ketika kita lahir baru?
Apa tujuan kita menerima Roh tersebut?
Seorang anak belajar banyak hal sejak masa kecil. Salah satunya adalah KEPERCAYAAN kepada orang tua dan KOMUNIKASI.
Jika hubungan anak dengan orang tua baik, maka kepercayaan semakin dibangun. Sang anak tidak lagi datang kepada orang tua hanya karena ada perlunya dan orang tua pun tidak datang kepada anak hanya karena ada perintah, tapi karena mereka sama-sama menikmati saat-saat bersama dan lewat itu mereka menjadi lebih memahami satu sama lain.
Banyak hal yang orang tua mengerti, namun belum dimengerti oleh anak-anaknya. Meskipun demikian, orang tua yang bijak tidak langsung membombardir anak-anaknya dengan segala pengetahuan dan limpahan fasilitas. Misalnya, orang tua tidak langsung memberikan gadget atau kendaraan bermotor kepada anaknya yang baru berusia lima tahun. Orang tua juga tidak langsung memberitahukan rahasia keluarga atau warisan yang sudah disiapkan kepada anaknya yang baru berusia sebelas tahun.
Lalu bagaimanakah kita bisa mengetahui apa yang dikaruniakan Allah kepada kita?
Kita bisa bertanya kepadaNya! Bangun hubungan denganNya. Tapi seandainya Ia tidak langsung mengungkapkan atau kita belum bisa memahamiNya, seharusnya itu tidak menjadikan kita putus asa atau putus hubungan dengan Allah – sama seperti seorang anak dengan orang tuanya.
Untuk bisa memahami sesuatu seringkali dibutuhkan banyak investasi. Investasi waktu, tenaga, pikiran, dan hati. Saudaraku, bersediakah saudara membiarkan Allah menilai kita, sama seperti orang tua menilai kesiapan anaknya untuk bisa diajarkan dan diberikan informasi tentang sesuatu. Teruslah membangun hubungan denganNya sampai kita bisa memahami pikiran dan perasaanNya, hingga waktunya datang untuk kita – bukan sekedar menerima karuniaNya tapi juga menggunakan karuniaNya untuk memuliakan namaNya.
Diskusikanlah dengan pembimbing saudara, hal apa yang sudah Tuhan karuniakan dan hal-hal apa yang masih belum saudara pahami. Doakanlah bersama.
Bacalah Firman Tuhan di atas dan ulangi beberapa kali sampai saudara dapat memahami dan menangkap arti yang dikandungnya.
Apa yang Paulus nasihatkan kepada kita dalam hal pikiran dan perasaan?
Seperti apa sikap hati Yesus dalam memandang kedudukanNya?
Apa yang Yesus lakukan sebagai manusia?
Memiliki hubungan dengan Allah dan menjadi serupa dengan Yesus adalah tujuan dari keselamatan.
Tapi seringkali dalam hidup bukan hal yang mudah untuk selalu memiliki pikiran dan perasaan Kristus.
Seringkali kita ingin agar kepentingan kita diutamakan, merasa sulit untuk mengampuni orang-orang yang sudah bersalah kepada kita, dan seringkali sulit untuk bisa menghargai diri sendiri karena kita dihantui oleh rasa bersalah dan perbandingan.
Tahukan saudara, setidaknya ada dua penghalang yang menyebabkan kesulitan ini.
Yang pertama adalah kondisi kita TIDAK TAHU.
Kita tidak tahu apa yang dipikirkan Allah karena kita tidak membaca firmanNya dan tidak berdoa untuk bertanya.
Kita mungkin terlalu sibuk dengan pikiran dan perasaan kita sendiri, lalu membiarkan semua input lain masuk, tapi bukan input dari Tuhan.
Jadi bagaimana kita bisa memiliki pikiran dan perasaan Kristus, sedangkan kita saja tidak tahu apa yang dipikirkanNya tentang hal tersebut?
Penghalang kedua adalah kondisi kita TAHU tapi TIDAK RELA.
Untuk hal ini dibutuhkan kasih karunia Allah dan pilihan pribadi, karena tidak seorangpun yang bisa memaksa kita untuk rela kecuali diri kita sendiri.
Ya, kita dapat memutuskan untuk percaya bahwa Allah itu baik dan pilihanNya adalah selalu yang terbaik, sehingga karena kita menyadari kasih dan kebesaranNya, sehingga kita rela untuk menanggalkan ego kita.
Setiap kali ditantang untuk mengatasi ego, kita diberikan jalan keluar agar bisa memiliki pikiran dan perasaan Kristus, yaitu dengan menerima kasih karuniaNya dan belajar taat sambil mengingat bahwa Yesus Kristus pun walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan Ia menjadi hamba dan taat sampai mati di kayu salib.
Mari dengan rendah hati kita belajar untuk memiliki pikiran dan perasaan Kristus dalam setiap aspek hidup kita.
Tanyakan kepadaNya, apa yang Ia pikir tentang diri kita, tentang orang lain dan setiap situasi.
Diskusikanlah dengan komunitas saudara hal apa yang sedang digumulkan hari-hari ini untuk bisa memiliki pikiran dan perasaan Kristus.