Sabtu, 19 Juli 2025

YESUS ADALAH ROTI HIDUP

Penulis : Pdt. Saul Rudy Nikson

This image has an empty alt attribute; its file name is D1.png

Pembacaan Alkitab Hari ini : 

YOHANES 6:48-58

Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.

This image has an empty alt attribute; its file name is D2.png
  1. Apa perbedaan mendasar antara “roti” yang dimakan nenek moyang (manna) dengan “Roti Hidup” yang Yesus tawarkan?
  2. Mengapa Yesus menggunakan gambaran yang begitu keras dan fisik (“makan daging-Ku”, “minum darah-Ku”) untuk menggambarkan hubungan dengan-Nya?
  3. Apa konsekuensi praktis dalam hidup sehari-hari jika kita sungguh-sungguh percaya bahwa Yesus adalah “Roti Hidup” yang kita butuhkan?
This image has an empty alt attribute; its file name is D3.png

Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya”. (Yohanes 6:58).

Perikop ini adalah klimaks dari pengajaran Yesus di sinagoga Kapernaum setelah mujizat memberi makan 5000 orang.

Orang banyak mencari Yesus terutama untuk roti jasmani lagi.

Yesus menegaskan bahwa Dia adalah “roti hidup”  yang turun dari surga, jauh melebihi manna di padang gurun.

Ayat 48-58 merupakan respons langsung terhadap keraguan dan pertentangan orang Yahudi yang terkejut dan tersinggung dengan klaim Yesus.

Di sini, Yesus memperdalam makna metafora “Roti Hidup” dengan bahasa yang lebih tegas dan radikal tentang makan daging dan minum darah-Nya.

Yesus memulai dengan pernyataan tegas: “Akulah roti hidup”.

Ini bukan sekadar perumpamaan, tetapi pengakuan tentang identitas dan misi ilahi-Nya.

Ia menegaskan kontras mutlak: nenek moyang Israel makan manna (roti dari surga jenis pertama) dan tetap mati  secara rohani (ay. 49).

Namun, Dia adalah “roti yang turun dari surga” (ay. 50) yang jenis baru dan sejati.

Siapa saja yang “makan roti ini” – yaitu percaya dan menerima Dia – “akan hidup selama-lamanya” (ay. 51a).

Roti ini adalah “daging-Ku”, yang diberikan Yesus “untuk hidup dunia”, menunjuk pada korban penebusan-Nya di kayu salib.

Yesus adalah satu-satunya sumber hidup kekal yang berasal dari surga.

Kata-kata Yesus menjadi sangat gamblang dan mengejutkan: “Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman.

Tuntutan untuk “makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya”adalah gambaran yang kuat dan kontroversial.

Ini melambangkan

1) Penerimaan Penuh, Bukan sekadar mengagumi, tetapi menerima sepenuhnya pribadi dan karya Yesus (kematian-Nya yang mencurahkan darah bagi pengampunan dosa) ke dalam hidup kita.

2) Ketergantungan Mutlak: Seperti makanan jasmani menjadi sumber tenaga dan hidup fisik, demikian pula persekutuan intim dengan Kristus melalui iman adalah sumber hidup rohani dan kekal.

3) Persatuan yang Mendalam: “Tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia”.

Hubungan makan-minum ini menghasilkan persekutuan yang erat dan saling tinggal antara orang percaya dengan Kristus, menjadi sumber hidup yang berkelanjutan.

Pengakuan Yesus sebagai “Roti Hidup” menuntut respons yang konkret dalam hidup kita: 

1) Mengakui Kelaparan Rohani: Seperti tubuh membutuhkan makanan, Kita harus jujur bahwa hanya Kristus yang dapat mengisi kelaparan itu.

2) Menerima dengan Iman: “Makan” dan “minum” Yesus berarti datang kepada-Nya dalam iman, mempercayai bahwa kematian dan kebangkitan-Nya saja yang memberi kita hidup kekal.

3) Hidup dalam Ketergantungan dan Persekutuan dengan Tuhan : Seperti kita makan setiap hari, kita perlu “mengunyah” Firman Tuhan (Alkitab) dan bersekutu dengan-Nya dalam doa secara teratur.

Perjamuan Kudus menjadi peringatan yang kaya akan makna ini – mengingat tubuh dan darah Kristus yang dikorbankan bagi kita. 

4) Menjadi jawaban bagi Sesama: Menyadari diri kita sendiri hidup karena “Roti Hidup”, kita terdorong untuk membagikan Kristus dan hidup yang kita terima kepada orang lain yang masih lapar.

Diskusikan dalam kelompok PA saudara, apakah makna perjamuan kudus dengan pernyataan Yesus roti hidup.

Pembacaan Alkitab Setahun

Amsal 19-21

Jumat, 18 Juli 2025

KONSISTEN MENGAJAR FIRMAN

Penulis : Pdt. Saul Rudy Nikson

This image has an empty alt attribute; its file name is D1.png

Pembacaan Alkitab Hari ini : 

KISAH PARA RASUL 18:8-10

Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.

This image has an empty alt attribute; its file name is D2.png
  1. Apakah yang terjadi pada Krispus?
  2. Apakah tindakan Krispus setelah percaya?
  3. Apakah perintah Tuhan kepada Paulus saat itu?
This image has an empty alt attribute; its file name is D3.png

Pada suatu malam berfirmanlah Tuhan kepada Paulus di dalam suatu penglihatan: “Jangan takut! Teruslah memberitakan firman dan jangan diam!” (Kisah Para Rasul 18:9).

Ayat-ayat ini terjadi selama pelayanan Paulus di Korintus, kota Yunani yang terkenal makmur tetapi juga penuh penyembahan berhala dan kehidupan moral yang longgar (Kisah Para Rasul 18:1-7).

Paulus datang dari Atena, tempat ia mengalami respons yang beragam terhadap khotbahnya.

Di Korintus, ia awalnya menghadapi penolakan dari orang-orang Yahudi, sehingga ia memfokuskan pelayanan pada orang-orang non-Yahudi (bangsa-bangsa lain) (ay. 6-7).

Krispus, kepala rumah ibadat, menjadi contoh nyata dari buah pelayanan Paulus di tengah tantangan ini.

Ayat 8 menyoroti dua hal penting terkait tema konsistensi: 

1) Waktu (“beberapa waktu lamanya”): Paulus tidak sekadar menyampaikan satu kali khotbah lalu pergi. Ia menetap dan mengajar terus-menerus. 

2) Hasil (“banyak orang Korintus… percaya dan memberi diri mereka dibaptis”): Buah ini bukan hasil khotbah sporadis, melainkan pengajaran yang berkelanjutan dan setia.

Kata Yunani diatribō (diterjemahkan “tinggal” atau “menetap beberapa waktu lamanya”) mengandung makna menetap, tinggal, dan melibatkan diri secara intensif.

Konsistensi waktu dan komitmen Paulus menjadi wadah bagi pekerjaan Roh Kudus, sehingga menghasilkan pertobatan signifikan, termasuk Krispus dan keluarganya.

Ayat 9-10 mencatat penampakan Tuhan setelah periode konsistensi Paulus ini.

Tuhan tidak hanya menguatkan Paulus yang mungkin lelah atau takut (ay. 9: “Jangan takut!”), tetapi juga memberikan dua jaminan penting terkait pelayanannya yang konsisten: 

1) Perlindungan Ilahi (“sebab Aku menyertai engkau”): Tuhan menjamin kehadiran dan perlindungan-Nya atas Paulus. 

2) Buah yang Pasti (“tidak ada orang yang akan menganiaya engkau… sebab banyak umat-Ku di kota ini”).

Janji ini bukanlah jaminan tanpa usaha, melainkan dorongan ilahi bagi Paulus untuk terus mengajar dengan setia, karena Tuhan sendiri yang bekerja di hati banyak orang.

Konsistensi Paulus didasarkan pada janji dan penyertaan Tuhan.

Tema konsistensi Paulus dalam mengajar Firman di Korintus memberikan pelajaran penting bagi kita: 

Pertama, buah yang bertahan seringkali membutuhkan waktu dan ketekunan.

Pelayanan yang efektif jarang bersifat instan; ia memerlukan komitmen jangka panjang untuk tinggal, mengajar, dan membangun hubungan, seperti yang Paulus lakukan “beberapa waktu lamanya”. 

Kedua, konsistensi lahir dari iman akan janji Tuhan, bukan hanya dari hasil yang terlihat.

Meskipun menghadapi penolakan, Paulus terus mengajar.

Ini mengingatkan kita untuk tetap setia mengabarkan kebenaran, sekalipun hasilnya belum kelihatan, karena Tuhan terus bekerja.

Ketiga, konsistensi membutuhkan keberanian yang ditopang Tuhan.

Ketakutan Paulus (ay. 9) nyata, tetapi Tuhan memberi jaminan penyertaan-Nya.

Dalam mengajar Firman, kita juga akan menghadapi tantangan, kelelahan, atau rasa takut.

Janji penyertaan Tuhan (“Aku menyertai engkau”) adalah sumber kekuatan kita untuk tetap konsisten.

Marilah kita meneladani Paulus: mengabarkan Firman dengan setia, tekun, dan berani, bukan karena hasilnya yang spektakuler, tetapi karena ketaatan pada panggilan dan iman pada janji serta penyertaan Tuhan yang berdaulat atas pekerjaan-Nya.

Diskusikan dengan pembimbingmu, bagaimana caranya menjadi pribadi yang konsisten dalam pemberitaan firman.

Pembacaan Alkitab Setahun

Amsal 16-18

Kamis, 17 Juli 2025

MENERIMA FIRMAN DENGAN KERELAAN

Penulis : Pdt. Saul Rudy Nikson

This image has an empty alt attribute; its file name is D1.png

Pembacaan Alkitab Hari ini : 

KISAH PARA RASUL 17:10-11

Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.

This image has an empty alt attribute; its file name is D2.png
  1. Apakah yang dimaksud kerelaan hati menerima Firman?
  2. Apakah yang dilakukan orang Yahudi di Berea setelah menerima FIrman?
  3. Apakah perlu mempelajari dan menguji firman yang dikotbahkan hari Minggu?
This image has an empty alt attribute; its file name is D3.png

“….mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian…” (Kisah Para Rasul 17:11).

Ayat-ayat ini terjadi dalam perjalanan misi Paulus yang kedua.

Setelah mengalami pengusiran dan kerusuhan di Tesalonika karena memberitakan Yesus sebagai Mesias (Kisah Para Rasul 17:1-9), Paulus dan Silas tiba di Berea, sebuah kota di Makedonia.

Di sinilah mereka menemukan respons yang sangat berbeda dari komunitas Yahudi setempat dibandingkan dengan kota-kota sebelumnya.

Berea menjadi teladan positif dalam menyambut dan menanggapi pemberitaan Injil, menampilkan sikap hati yang menjadi fokus renungan ini.

Hal pertama yang ditekankan Lukas tentang orang-orang Yahudi di Berea adalah bahwa mereka “menerima firman itu dengan segala kerelaan hati”.

Kata Yunani yang digunakan untuk “kerelaan hati” berarti kesiapsediaan, kerelaan, keinginan yang kuat, atau semangat yang bergairah.

Ini menggambarkan sikap batin yang tulus, antusias, dan terbuka.

Mereka tidak datang dengan prasangka buruk, kebencian, atau keinginan untuk mempertahankan status quo seperti yang terjadi di Tesalonika.

Hati mereka telah disiapkan dan rela untuk mendengar, sekalipun ajaran Paulus tentang Mesias yang menderita dan bangkit itu baru dan berbeda dengan keyakinan mereka sebelumnya.

Kerelaan hati ini adalah fondasi penting bagi setiap orang yang mau diubahkan hidupnya oleh Firman Tuhan.

Kerelaan hati mereka bukanlah sikap pasif atau penerimaan membabi buta. Justru, kerelaan itu mendorong tindakan aktif: “setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci”.

Kata “menyelidiki” berarti memeriksa dengan cermat, menguji secara mendalam, menyelidiki dengan teliti.

Kerelaan mereka untuk menerima Firman diwujudkan dalam kesungguhan untuk menguji Firman yang baru mereka dengar itu.

Mereka menggunakan standar tertinggi yang mereka kenal dan percayai, yaitu Kitab Suci (Perjanjian Lama), sebagai alat uji saat itu.

Mereka melakukannya “setiap hari”, menunjukkan ketekunan, keseriusan, dan komitmen yang lahir dari kerelaan hati yang tulus.

Tujuannya jelas: “untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian”.

Iman yang berdasarkan kerelaan hati adalah iman yang ingin didasarkan pada kebenaran yang kokoh.

Kita perlu belajar seperti jemaat di Berea.

Pertama, kita diajak untuk memeriksa sikap dasar hati kita saat mendengar Firman Tuhan.

Apakah kita datang dengan hati yang rela – bebas dari kepahitan, kekecewaan masa lalu, kesombongan rohani, atau keinginan untuk sekadar mengukuhkan pendapat kita sendiri? 

Kedua, kerelaan hati ini harus diwujudkan dalam tindakan.

Seperti orang Berea, kerelaan kita mendorong kita untuk menyelidiki Kitab Suci dengan tekun dan kritis, bukan untuk mencari-cari kesalahan, tetapi untuk menemukan dan mengonfirmasi kebenaran Allah.

Ini berarti meluangkan waktu, membandingkan dengan konteks, dan mungkin mencari pemahaman lebih lanjut.

Ketiga, kerelaan hati juga berarti kesediaan untuk diubah oleh kebenaran yang kita temukan, sekalipun itu menantang zona nyaman atau tradisi kita.

Marilah kita memohon anugerah Tuhan untuk memiliki hati seperti orang Berea: hati yang rela menerima Firman, rela menyelidikinya dengan tekun, dan rela tunduk pada kebenarannya, sehingga iman kita bertumbuh semakin dalam dan berakar kuat di dalam Kristus.

Kerelaan hati adalah pintu gerbang untuk mengalami perubahan hidup oleh Firman yang Hidup.

Diskusikan dalam kelompok PA, bagaimana caranya menguji kebenaran khotbah seperti orang Berea.

Pembacaan Alkitab Setahun

Amsal 13-15

Rabu, 16 Juli 2025

PEMIMPIN MEMUSATKAN PIKIRAN PADA DOA DAN FIRMAN

Penulis : Pdt. Robinson Saragih

This image has an empty alt attribute; its file name is D1.png

Pembacaan Alkitab Hari ini : 

KISAH PARA RASUL 6:1-4

Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.

This image has an empty alt attribute; its file name is D2.png
  1. Apa penyebab timbulnya sungut-sungut dari antara orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap orang-orang Yahudi yang berbahasa Ibrani?
  2. Apa yang telah dilalaikan oleh para rasul dalam pelayanan jemaat mula-mula?
  3. Apa yang dilakukan oleh para rasul?
  4. Apa sebenarnya yang menjadi tanggung jawab utama para rasul?
This image has an empty alt attribute; its file name is D3.png

Saudara, dalam jemaat mula-mula terdapat pembagian hierarki yaitu jemaat, diaken dan penatua jemaat.

Pada waktu itu, para rasullah yang menjabat sebagai penatua jemaat, yakni para tua-tua dalam jemaat mula-mula.

Para penatua adalah para rasul yang menggembalakan jemaat.

Tugas utama mereka adalah pelayanan dalam doa dan Firman.

Para diaken melaksanakan pelayanan meja yakni penatalayanan diakonia, sedangkan jemaat adalah mereka yang sepatutnya dilayani oleh para diaken dan penatua.

Ketika jabatan diaken belum diadakan dan difungsikan, para penatua yaitu para rasul yang menggembalakan seluruh jemaat, maka timbullah masalah:

Kisah Para Rasul 6:1-2 “Pada masa itu, ketika jumlah murid makin bertambah, timbullah sungut-sungut di antara orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap orang-orang Ibrani, karena pembagian kepada janda-janda mereka diabaikan dalam pelayanan sehari-hari. Berhubung dengan itu kedua belas rasul itu memanggil semua murid berkumpul dan berkata: “Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan Firman Allah untuk melayani meja.”

Pada waktu itu, karena fokus para penatua yaitu para rasul untuk mengajarkan firman Allah dan berdoa, maka pelayanan penatalayanan meja menjadi terabaikan.

Akibatnya, muncul ketidakseimbangan, di mana banyak orang mengalami kekurangan.

Para janda, khususnya dari kalangan Yahudi yang berbahasa Yunani tidak terlayani sepenuhnya.

Ketidakadilan ini menimbulkan sungut-sungut di antara mereka.

Melihat situasi ini, para rasul memanggil seluruh murid untuk berkumpul dan mereka berkata, “Kami tidak merasa puas karena kami harus melalaikan Firman Tuhan demi melayani meja.”

Pelayanan meja yaitu pelayanan diakonia yang dikerjakan oleh para diaken.

Pelayanan ini merupakan tugas utama para diaken yang mencakup pemenuhan kebutuhan praktis jemaat, seperti membagikan makanan kepada para janda dan menjalankan berbagai pelayanan penting lainnya sebagai bentuk dukungan terhadap kehidupan sehari-hari jemaat.

Para rasul memiliki tugas utama yaitu mengajarkan Firman Tuhan dan berfokus pada doa.

Mereka berdoa secara pribadi untuk menerima arahan dari Roh Kudus, serta terlibat dalam doa korporat yaitu doa bersama dengan seluruh pendoa, jemaat dan para pemimpin.

Mereka juga memimpin berbagai bentuk ibadah doa lainnya.

Saudara, para rasul meminta agar dari antara murid-murid dipilih tujuh orang yang dikenal baik dan penuh dengan Roh Kudus untuk melaksanakan pelayanan meja.

Hal ini dilakukan agar para rasul dapat tetap fokus pada pelayanan doa dan pemberitaan Firman Tuhan.

Akibat dari pemilihan ketujuh diaken tersebut, pelayanan kerasulan melalui pemberitaan Firman dan pelayanan meja dapat berjalan dengan baik.

Dan hasilnya adalah:

Kisah Para Rasul 6:6-7 “Mereka itu dihadapkan kepada rasul-rasul, lalu rasul-rasul itupun berdoa dan meletakkan tangan di atas mereka. Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak; juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya.”

Ketika para rasul memberitakan Firman Tuhan, dan para diaken melayani orang-orang miskin serta melayani kebutuhan banyak orang, maka terjadilah pertumbuhan jumlah murid di Yerusalem.

Bahkan sejumlah imam Yahudi pun menyerahkan diri dan percaya kepada pemberitaan mereka.

Oleh karena itu, apabila kedua fungsi pelayanan dijalankan dengan baik yaitu para penatua sebagai gembala menggantikan para rasul untuk menyampaikan dan mengajarkan Firman Tuhan (Marturia), dan para diaken melaksanakan tugas diakonia mereka, maka Tuhan akan bertindak meneguhkan Firman-Nya dengan tanda-tanda heran dan mujizat.

Orang-orang miskin akan terlayani, dan nama Yesus akan dikenal banyak orang sebagai Mesias dan Juruselamat.

Hal ini akan membawa banyak orang percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.

Maka, cita-cita dan kerinduan untuk menambah jumlah orang percaya akan terlaksana oleh kasih karunia Tuhan.

Mazmur 133:1-3 “Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun! Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya. Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion. Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya.”

Mazmur menyatakan suatu ketetapan bahwa kerukunan dan keharmonisan merupakan syarat agar Tuhan memberkati suatu komunitas dengan jiwa-jiwa baru.

Kesepakatan, harmonis, dan kerukunan menjadi dasar bagi berkat kehidupan selama-lamanya.

Berkat itu dinyatakan melalui pertambahan jiwa-jiwa kepada komunitas yang hidup dalam keharmonisan yaitu duduk bersama dengan rukun, tanpa pertengkaran, tanpa perbedaan pendapat yang dibiarkan berkembang menjadi rumor yang menyebabkan ketidakharmonisan, gosip, saling menjelekkan, dan terbentuknya kelompok-kelompok di dalam komunitas.

Para rasul menyadari adanya sungut-sungut di tengah jemaat, maka mereka bertindak dengan cepat dan tepat.

Mereka mengumpulkan semua murid, duduk bersama, dan membicarakan sumber permasalahan tersebut.

Para rasul tidak saling menyalahkan, melainkan dengan rendah hati mengakui kelalaian mereka dalam mengabaikan pelayanan meja, yaitu pelayanan diakonia.

Sebagai tindak lanjut, mereka mengambil langkah konkret dengan mengangkat beberapa murid yang dikenal baik dan penuh Roh Kudus untuk melaksanakan tugas sebagai diaken yaitu melayani kebutuhan praktis jemaat.

Ketika pelayanan marturia (pemberitaan firman) berjalan beriringan dengan pelayanan diakonia (pelayanan kasih), maka akan tercipta komunitas jemaat yang harmonis dan sepakat, serta menghasilkan pertambahan jiwa-jiwa baru.

Oleh karena itu, para pemimpin, marilah kita mengevaluasi komunitas yang kita pimpin.

Apakah mereka benar-benar hidup dalam kesepakatan dan harmonis?

Ataukah mereka terpaksa bersatu hanya karena terus didorong dan diarahkan, sementara perbedaan-perbedaan belum teratasi, belum dibicarakan dan belum ada kesepakatan yang timbul dari kesadaran untuk harmonis, tetapi karena keterpaksaan tunduk dan hormat kepada pemimpin.

Marilah duduk bersama dalam kerukunan dan berdiskusi untuk mencapai kesepakatan.

Itulah yang akan menghasilkan pertumbuhan rohani dan hadirnya jiwa-jiwa baru.

Haleluya, Puji Tuhan, Amin.

Menurut Mazmur 133:1–3, bagaimana cara mencapai kesepakatan, harmonis, dan hidup dalam kerukunan?

Pembacaan Alkitab Setahun

Amsal 10-12

Selasa, 15 Juli 2025

BERTEKUN DALAM MEMBACA FIRMAN TUHAN

Penulis : Pdt. Robinson Saragih

This image has an empty alt attribute; its file name is D1.png

Pembacaan Alkitab Hari ini : 

1 TIMOTIUS 4:12-16

Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.

This image has an empty alt attribute; its file name is D2.png
  1. Apakah setiap orang muda mudah diremehkan?
  2. Apa yang dapat membuat seorang anak muda dihormati dan dihargai?
  3. Dalam hal apa kita perlu bertekun? Mengapa?
  4. Apa yang menyebabkan seseorang tidak bertumbuh dan tidak mengalami kemajuan dalam hidupnya?
This image has an empty alt attribute; its file name is D3.png

Saudara, Rasul Paulus mengatakan bahwa Timotius sebagai anak rohaninya yang sah.

Lalu, apakah ada anak rohani yang tidak sah? Jika kita perhatikan apa yang dikatakan Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus dalam:

1 Korintus 4:14-15 “Hal ini kutuliskan bukan untuk memalukan kamu, tetapi untuk menegor kamu sebagai anak-anakku yang kukasihi. Sebab sekalipun kamu mempunyai beribu-ribu pendidik dalam Kristus, kamu tidak mempunyai banyak bapa. Karena akulah yang dalam Kristus Yesus telah menjadi bapamu oleh Injil yang kuberitakan kepadamu.”

Saudaraku, ada banyak anak-anak Tuhan yang menganggap seseorang sebagai bapa rohani, hanya karena sering bertemu atau belajar darinya.

Namun, apakah hubungan seperti itu cukup untuk menjadikannya bapa rohani?

Rasul Paulus dengan jelas menunjukkan bahwa hal itu tidak otomatis demikian.

Banyak orang yang dikenal dan dikagumi, lalu dengan mudah disebut sebagai bapa rohani, tetapi benarkah dia sungguh-sungguh bapa rohaninya?

Oleh karena itu, saudaraku, coba ingat siapa yang memberitakan Injil keselamatan kepadamu?

Siapa yang membimbingmu berdoa untuk menerima Kristus? Nah, dialah bapa rohanimu.

Selain dia, yang lain hanyalah guru, mentor, pembimbing atau apapun sebutan dan istilahnya, tetapi mereka bukan bapa rohanimu.

Dengan tegas dan jelas, rasul Paulus menyatakan hal ini dalam ayat Firman Tuhan di atas.

Saudara, jika kita membaca Alkitab dan merenungkan Firman Tuhan dengan sungguh-sungguh, maka kita juga akan menemukan pernyataan rasul Paulus tentang anak rohaninya, Timotius.

Timotius memiliki iman yang tumbuh karena ketekunannya membaca Firman Tuhan.

2 Timotius 3:15-16 “Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus. Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.”

Dari ayat-ayat ini, kita melihat bahwa Timotius tidak secara khusus disebut memiliki seorang bapa rohani.

Roh Kuduslah yang menganugerahkan iman kepadanya saat ia membaca Firman Tuhan.

Namun, rasul Paulus menyatakannya dengan tegas:

1 Timotius 1:1-2 “Dari Paulus, rasul Kristus Yesus menurut perintah Allah, Juruselamat kita, dan Kristus Yesus, dasar pengharapan kita, kepada Timotius, anakku yang sah di dalam iman: kasih karunia, rahmat dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Kristus Yesus, Tuhan kita, menyertai engkau.”

2 Timotius 1:1-2 “Dari Paulus, rasul Kristus Yesus oleh kehendak Allah untuk memberitakan janji tentang hidup dalam Kristus Yesus, kepada Timotius, anakku yang kekasih: kasih karunia, rahmat dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Kristus Yesus, Tuhan kita, menyertai engkau.”

Timotius adalah anak rohani rasul Paulus yang sah. Lho, kok bisa?

Dalam suatu kesempatan, rasul Paulus melakukan sesuatu yang menjadikannya sah sebagai bapa rohani Timotius, yaitu:

Kisah Para Rasul 16:1-3 “Paulus datang juga ke Derbe dan ke Listra. Di situ ada seorang murid bernama Timotius; ibunya adalah seorang Yahudi dan telah menjadi percaya, sedangkan ayahnya seorang Yunani. Timotius ini dikenal baik oleh saudara-saudara di Listra dan di Ikonium, dan Paulus mau, supaya dia menyertainya dalam perjalanan. Paulus menyuruh menyunatkan dia karena orang-orang Yahudi di daerah itu, sebab setiap orang tahu bahwa bapanya adalah orang Yunani.”

Jadi, rasul Paulus menyuruh agar Timotius disunat sebagai syarat untuk diakui sebagai orang Yahudi, karena Timotius adalah anak dari seorang ayah Yunani dan ibunya, Eunike, adalah seorang Yahudi.

2 Timotius 1:5 “Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu.”

Jadi, iman yang tumbuh dalam diri Timotius berasal dari ketekunan keluarganya dalam membaca Firman Tuhan.

Hal ini dijelaskan oleh rasul Paulus, bahwa iman yang dimiliki Timotius timbul karena keteladanan keluarganya dalam membaca Kitab Suci.

Sejak kecil, Timotius sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberikan hikmat dan menuntun seseorang kepada keselamatan melalui iman kepada Kristus Yesus.

Oleh karena itu, jelas bahwa Timotius diakui sebagai anak rohani rasul Paulus ketika sang rasul menyunatkannya.

Sebab, Timotius sebelumnya tidak disunat, dan agar ia dapat bergabung dalam rombongan kerasulan Paulus, ia harus melakukannya untuk memenuhi syariat Yahudi.

Sejak saat itu, Timotius menjadi anak rohani rasul Paulus, karena ia tidak memiliki bapa rohani lain.

Saudara, ketekunan dalam membaca Firman Tuhan merupakan kebiasaan yang baik dan patut dilakukan oleh anak-anak Tuhan.

Sebab Firman Tuhan adalah makanan rohani bagi anak-anak Tuhan. Yesus pernah berkata kepada Iblis:

Matius 4:4 “Tetapi Yesus menjawab: “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.”

Jadi, membaca dan merenungkan Firman Tuhan merupakan kebutuhan utama bagi pertumbuhan rohani anak-anak Tuhan.

Oleh karena itu, pembacaan Firman, perenungan, dan pelaksanaan kebenaran Firman Tuhan harus menjadi gaya hidup yang baik bagi setiap anak Tuhan.

Haleluya, Puji Tuhan, Amin.

Apa yang menjadi penyebab orang percaya tidak mengalami pertumbuhan rohani?

Pembacaan Alkitab Setahun

Amsal 7-9

Senin, 14 Juli 2025

BERTUMBUH DALAM KEBENARAN FIRMAN TUHAN

Penulis : Pdt. Robinson Saragih

This image has an empty alt attribute; its file name is D1.png

Pembacaan Alkitab Hari ini : 

EFESUS 4:11-16

Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.

This image has an empty alt attribute; its file name is D2.png
  1. Apa yang dianugerahkan Yesus kepada gereja-Nya?
  2. Apa yang memperlengkapi orang-orang kudus untuk pekerjaan pelayanan bagi pertumbuhan tubuh Kristus?
  3. Apa yang membuat jemaat bertumbuh menjadi dewasa dalam Kristus?
  4. Apa yang menjadi arah pertumbuhan rohani jemaat?
  5. Pelayanan siapakah yang mengikat seluruh tubuh menjadi satu di dalam tubuh Kristus?
This image has an empty alt attribute; its file name is D3.png

Saudara, jemaat atau Gereja Tuhan bukan hanya sebuah organisasi, tetapi juga merupakan organisme yang hidup.

Gereja terdiri dari berbagai bentuk, keadaan, perangai, sifat, dan tingkat pertumbuhan rohani, yang diikat menjadi satu kesatuan melalui peran masing-masing anggotanya.

Karena itu, setiap orang percaya memberikan kontribusi dan sumbangan bagi pertumbuhan tubuh Kristus, dimana ia menjadi salah satu anggotanya.

Setiap orang yang percaya bergabung dalam jemaat atau gereja yang merupakan bagian dari tubuh Kristus di bumi ini.

Setiap orang memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan jemaat dimana ia menjadi anggota jemaat.

Karena itu, setiap orang percaya harus menyadari bahwa ia memiliki kontribusi nyata terhadap gereja.

Kontribusi ini hadir melalui keterlibatan aktif yang memiliki pengaruh langsung terhadap pertumbuhan jemaat.

Dengan demikian, pengaruh atau kontribusi setiap orang akan sejalan dengan keadaan rohaninya.

Hal inilah yang menjadi alasan Yesus menganugerahkan jabatan dan jawatan tertentu kepada orang-orang percaya, agar mereka menjadi alat Kristus untuk memperlengkapi dan mengajar sesama orang percaya.

Tujuannya adalah supaya setiap orang percaya dapat terlibat dalam pembangunan tubuh Kristus, di mana pun mereka berjemaat.

Efesus 4:11-13 ”Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus”

Jadi, melalui jawatan rasul, nabi, penginjil, gembala dan pengajar, maka setiap orang kudus diperlengkapi agar dapat mengambil bagian dalam pembangunan tubuh Kristus.

Dengan demikian, setiap orang kudus dapat berperan sesuai dengan pertumbuhan dalam kebenaran firman yang telah dihidupinya.

Setiap orang percaya menerima kasih karunia dan dianugerahi karunia-karunia rohani, yang memperlengkapi dirinya untuk berperan dalam pembangunan tubuh Kristus.

Rasul Paulus menuliskan hal ini kepada jemaat di Korintus:

1 Korintus 12:7 ”Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama.”

Jadi, Bapa menganugerahkan karunia-karunia rohani kepada orang-orang kudus untuk kepentingan bersama. Rasul Paulus pernah menasihati anak rohaninya, yaitu Timotius:

1 Timotius 4:12-14 ”Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu. Sementara itu, sampai aku datang bertekunlah dalam membaca Kitab-kitab Suci, dalam membangun dan dalam mengajar. Jangan lalai dalam mempergunakan karunia yang ada padamu, yang telah diberikan kepadamu oleh nubuat dan dengan penumpangan tangan sidang penatua.”

Saudara, marilah kita memperhatikan nasihat Rasul Paulus di atas, agar kita bertumbuh dalam kerohanian.

Dengan bertekun membaca Firman Tuhan dan terus terlibat dalam pelayanan, kita dapat terus mengobarkan karunia-karunia yang telah dianugerahkan kepada kita melalui nubuat maupun penumpangan tangan oleh Dewan Penatua Jemaat.

Hal ini akan membuat kita bertumbuh dalam kebenaran, mengikuti pertumbuhan menuju kepenuhan Kristus dan semakin dewasa secara rohani.

Pada akhirnya, kita akan menjadi serupa dengan Yesus Kristus, sesuai dengan firman yang diwahyukan oleh Roh Kudus melalui Rasul Paulus:

Roma 8:29 ”Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.”

Jadi, melalui pembacaan Firman Tuhan, doa, dan mengobarkan karunia-karunia rohani yang kita miliki, kita akan terlibat dalam membentuk orang-orang kudus agar menjadi bagian dari tubuh Kristus.

Bersama dengan orang-orang kudus lainnya, kita pun dibangun untuk menjadi serupa dengan Yesus Kristus.

Haleluya, Puji Tuhan, Amin.

Apa saja yang dapat kita lakukan agar kita turut dibangun dan juga membangun Tubuh Kristus yaitu Gereja Tuhan?

Pembacaan Alkitab Setahun

Amsal 4-6

Minggu, 13 Juli 2025

BERTEKUN DALAM PENGAJARAN DAN PERSEKUTUAN

Penulis : Pdt. Robinson Saragih

This image has an empty alt attribute; its file name is D1.png

Pembacaan Alkitab Hari ini : 

KISAH PARA RASUL 2:42-47

Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.

This image has an empty alt attribute; its file name is D2.png
  1. Apa yang ditekuni oleh jemaat mula-mula?
  2. Apa yang mereka lakukan terhadap barang-barang milik mereka ketika ada saudara mereka yang kekurangan?
  3. Dimana mereka berkumpul setiap hari?
  4. Apa yang dilakukan Tuhan di tengah-tengah mereka?
This image has an empty alt attribute; its file name is D3.png

Saudara, pada masa jemaat mula-mula, semua orang yang percaya kepada Yesus di Yerusalem senantiasa berkumpul dalam Bait Allah.

Mereka bertekun dalam pengajaran para rasul, berkumpul untuk memecahkan roti, dan berdoa bersama.

Para rasul selalu mengajar, melakukan banyak mujizat, dan tanda-tanda heran.

Karena mereka hidup dalam persekutuan, mereka selalu berkumpul di Bait Allah untuk mendengarkan ajaran para rasul tentang firman Tuhan dan kebenaran.

Mereka hidup sehati dan sepikir, setiap milik pribadi dianggap sebagai milik bersama, sehingga tidak ada seorangpun yang berkekurangan di antara mereka.

Sebab ada orang-orang percaya atau murid-murid yang menjual tanah atau rumah mereka, lalu hasil penjualannya dibagikan sesuai dengan keperluan tiap-tiap orang.

Setiap dari mereka menerapkan apa yang difirmankan Yesus saat Ia mengajar murid-murid-Nya, sesuai dengan apa yang Yesus ajarkan sebagai hal yang penting:

Yohanes 13:34-35 ”Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.”

Dalam rangka menaati perintah ini, orang-orang percaya pada zaman gereja mula-mula saling mengasihi dan bersama-sama menjalankan perintah Yesus Kristus.

Mereka bertekun dalam pengajaran para rasul dan hidup dalam persekutuan.

Mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.

Mereka juga melakukan apa yang diwahyukan oleh Roh Kudus, yang kemudian ditulis oleh penulis Kitab Ibrani dalam:

Ibrani 10:24 ”Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.”

Dalam rangka melakukan hal ini, mereka saling mengetahui kebutuhan satu sama lain.

Karena itu, ada murid-murid yang menjual hartanya, dan uangnya diberikan kepada mereka yang membutuhkan.

Kisah Para Rasul 2:44-47 ”Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.”

Dalam rangka menaati perintah Yesus yang diajarkan oleh para rasul, maka para murid senantiasa hidup dalam kesehatian dan ketaatan.

Karena itu, mereka hidup dalam kesehatian dan kerukunan, sebagaimana jemaat mula-mula hidup sesuai dengan apa yang pernah ditulis oleh pemazmur:

Mazmur 133:1-3 ”Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun! Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya. Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion. Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya.”

Oleh karena kerukunan jemaat mula-mula dan ketekunan mereka dalam mendengarkan ajaran para rasul, maka firman Allah digenapi yaitu setiap hari Tuhan menambahkan jumlah mereka.

Tuhan memerintahkan berkat, yaitu berkat kehidupan selama-lamanya,  jiwa-jiwa baru yang percaya kepada Yesus Kristus.

Orang-orang sangat suka melihat kerukunan, kesatuan, dan kesehatian yang nyata di Yerusalem, khususnya di Bait Allah.

Setiap hari disana, mereka memuji Tuhan dengan menyanyi memuji Tuhan dan berdoa bersama.

Masyarakat dapat melihat langsung kehidupan mereka yang harmonis, dimana tidak ada seorangpun yang berkekurangan, suatu peragaan kasih dan keharmonisan yang luar biasa.

Dengan kehidupan yang saling mengasihi, terbukti benar apa yang dikatakan Yesus: ”Dengan demikian, semua orang akan tahu bahwa kamu adalah murid-muridKu.”

Haleluya, Puji Tuhan, Amin.

Apa kunci rahasia pertumbuhan jemaat dalam gereja mula-mula?

Pembacaan Alkitab Setahun

Amsal 1-3

Sabtu, 12 Juli 2025

KUMPULAN ORANG PERCAYA YANG SEHATI DAN SEJIWA

Penulis : Pdt. Robinson Saragih

This image has an empty alt attribute; its file name is D1.png

Pembacaan Alkitab Hari ini : 

KISAH PARA RASUL 4:32-37

Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.

This image has an empty alt attribute; its file name is D2.png
  1. Sekumpulan orang percaya yang menyatakan bahwa segala milik mereka adalah milik bersama, dapat digolongkan sebagai orang-orang seperti apa?
  2. Apa yang menjadi penyebab jemaat mula-mula tidak mengalami kekurangan di antara mereka?
  3. Apa arti nama Barnabas? Dan siapakah dia?
  4. Apa yang dilakukan Barnabas dalam jemaat mula-mula?
This image has an empty alt attribute; its file name is D3.png

Saudara, jemaat mula-mula adalah kelompok murid-murid Yesus yang menjadi teladan bagi masyarakat pada waktu itu tentang bagaimana ajaran Yesus Kristus dijalankan.

Ajaran Yesus dilaksanakan oleh para rasul dan murid-murid-Nya, yaitu orang-orang yang percaya kepada Yesus sebagai Mesias yaitu Kristus, Tuhan, dan Juruselamat umat manusia.

Para murid diajar oleh Yesus untuk saling mengasihi, saling memperhatikan, dan saling melindungi.

Seperti yang telah dilakukan oleh Yesus, Ia mengajarkan agar para murid melakukan apa yang telah Ia teladankan, sehingga melalui hal itu orang lain dapat mengetahui bahwa mereka adalah murid-murid Yesus.

Yohanes 13:34-35 “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.”

Karena ajaran Yesus itulah para murid saling mengasihi.

Dan sebelum Yesus naik ke surga, Ia berpesan kepada mereka agar tidak meninggalkan kota Yerusalem untuk menantikan janji Bapa, yaitu pencurahan Roh Kudus.

Lukas 24:46-49 ”Kata-Nya kepada mereka: “Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi dari semuanya ini. Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan Bapa-Ku. Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi.”

Ketika mereka berkumpul untuk menantikan apa yang dijanjikan oleh Bapa, mereka berada di ruang atas, tempat mereka menumpang.

Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama, bersama beberapa perempuan, Maria ibu Yesus, dan saudara-saudara Yesus.

Kisah Para Rasul 1:15-22 ”Pada hari-hari itu berdirilah Petrus di tengah-tengah saudara-saudara yang sedang berkumpul itu, kira-kira seratus dua puluh orang banyaknya, lalu berkata: “Hai saudara-saudara, haruslah genap nas Kitab Suci, yang disampaikan Roh Kudus dengan perantaraan Daud tentang Yudas, pemimpin orang-orang yang menangkap Yesus itu. Dahulu ia termasuk bilangan kami dan mengambil bagian di dalam pelayanan ini.” –Yudas ini telah membeli sebidang tanah dengan upah kejahatannya, lalu ia jatuh tertelungkup, dan perutnya terbelah sehingga semua isi perutnya tertumpah ke luar. Hal itu diketahui oleh semua penduduk Yerusalem, sehingga tanah itu mereka sebut dalam bahasa mereka sendiri “Hakal-Dama”, artinya Tanah Darah–. “Sebab ada tertulis dalam kitab Mazmur: Biarlah perkemahannya menjadi sunyi, dan biarlah tidak ada penghuni di dalamnya: dan: Biarlah jabatannya diambil orang lain. Jadi harus ditambahkan kepada kami seorang dari mereka yang senantiasa datang berkumpul dengan kami selama Tuhan Yesus bersama-sama dengan kami, yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga meninggalkan kami, untuk menjadi saksi dengan kami tentang kebangkitan-Nya.”

Lalu mereka mengusulkan dua orang: Yusuf yang disebut Barsabas (juga bernama Yustus), dan Matias.

Mereka semua berdoa dan berkata, ”Ya Tuhan, Engkaulah yang mengenal hati semua orang.

Tunjukkanlah kiranya siapa yang Engkau pilih dari antara kedua orang ini, untuk menerima jabatan pelayanan, yaitu kerasulan yang ditinggalkan oleh Yudas, yang telah jatuh ke tempatnya sendiri.”

Kemudian mereka membuang undi bagi kedua orang itu, dan undi jatuh kepada Matias.

Maka ia pun ditambahkan kepada bilangan kesebelas rasul itu.

Seratus dua puluh orang itu berada di kota Yerusalem, menantikan apa yang dijanjikan Bapa, dengan sehati berdoa bersama-sama.

Haleluya, Puji Tuhan, Amin.

Setelah Yesus naik ke surga, apakah para murid masih merasa takut?

Pembacaan Alkitab Setahun

Mazmur 146-150

Jumat, 11 Juli 2025

SALING MEMPERHATIKAN DALAM PEKERJAAN BAIK

Penulis : Pdt. Robinson Saragih

This image has an empty alt attribute; its file name is D1.png

Pembacaan Alkitab Hari ini : 

IBRANI 10:24-25

Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.

This image has an empty alt attribute; its file name is D2.png
  1. Apa yang membuat kita dapat mendorong orang lain dengan baik?
  2. Dalam hal apa, kita seharusnya saling memperhatikan dan saling mendorong?
  3. Dalam hal apa, kita dianjurkan untuk tidak menjauhkan diri?
  4. Dalam hal apa, kita dianjurkan untuk lebih giat melakukannya?
This image has an empty alt attribute; its file name is D3.png

Saudara, sebagai jemaat Kristus dalam gereja, kita dianjurkan untuk saling mengasihi.

Kata ‘saling’ berarti terjadi hubungan timbal balik, bukan sepihak, tetapi melibatkan kedua belah pihak untuk saling memperhatikan agar dapat saling mendorong.

Mengapa ada seseorang yang menasihati saudaranya, tetapi bukan didengarkan, melainkan justru nasihatnya dianggap sebagai mencari masalah, menjelekkan, dan menimbulkan pertikaian antara yang menasihati dan yang dinasihati?

Lalu muncullah anggapan bahwa saudara tersebut tidak senang diajar, keras kepala, sombong dan tidak mau mendengar nasihat baik dari saudaranya.

Ketika kita menyampaikan nasihat tanpa memahami keadaan sebenarnya dari penerima nasihat, maka ia bisa merasa diadili atau dituduh, sehingga menjadi tersinggung dan marah.

Padahal, nasihat yang kita berikan tidak tepat karena kita tidak terlebih dahulu mendengarkan atau memperhatikan keadaannya.

Akibatnya, ia menolak atau menentang nasihat tersebut karena merasa tidak dimengerti.

Efesus 2:10 ”Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.”

Setiap anak Tuhan memiliki bakat dan karunia rohani.

Kedua anugerah itu diberikan kepada kita karena Tuhan menghendaki dan merencanakannya, agar kita melakukan sesuatu yang telah dirancang dan ditentukan-Nya bagi kemuliaan-Nya.

Tuhan menghendaki agar kita hidup untuk memuliakan-Nya melalui bakat dan karunia rohani yang telah diberikan kepada kita.

Dalam hal ini, sepatutnyalah kita saling memperhatikan agar dapat saling menasihati, supaya setiap anak Tuhan dapat hidup memuliakan-Nya.

Itulah sebabnya kita harus saling memperhatikan, agar kita dapat memahami keadaan saudara-saudara kita.

Dari situlah kita dapat saling menasihati, dan nasihat itu sangat berguna untuk mendorong setiap saudara hidup memuliakan Tuhan, terutama ketika mereka melakukan pekerjaan baik yang menjadi tanggung jawabnya.

Saudara, alangkah indahnya jika dalam suatu komunitas, kita melakukan kebenaran Firman Tuhan dengan saling memperhatikan, sehingga kita dapat dengan mudah saling mendorong dan saling menguatkan satu sama lain.

Inilah bukti bahwa kita adalah murid-murid Tuhan dengan saling memperhatikan sebagai bukti kita saling mengasihi, sama seperti Yesus telah mengasihi kita.

Demikian juga, kita sebagai sesama orang percaya saling mengasihi, saling memperhatikan, saling menasihati, dan saling mendorong satu dengan yang lain.

Hal ini sangat ideal dilakukan oleh pembimbing kelompok PA kepada anak-anak PA-nya, agar nasihat yang diberikan menjadi lebih tepat.

Itulah sebabnya kita perlu dimuridkan, supaya lebih mudah mencapai hidup yang memuliakan Tuhan.

Haleluya, Puji Tuhan, Amin.

Mengapa banyak anak-anak Tuhan yang sudah lama mengikuti Tuhan, tetapi belum juga mengerti dengan apa mereka harus memuliakan Tuhan?

Pembacaan Alkitab Setahun

Mazmur 140-145

Kamis, 10 Juli 2025

SATU ANGGOTA MENDERITA SEMUA TURUT MENDERITA

Penulis : Anang Kristianto

This image has an empty alt attribute; its file name is D1.png

Pembacaan Alkitab Hari ini : 

1 KORINTUS 12:20-27

Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.

This image has an empty alt attribute; its file name is D2.png
  1. Apakah dalam satu tubuh hanya ada satu anggota?
  2. Apa jadinya bila salah satu anggota tubuh tidak berfungsi?
  3. Apa yang terjadi bila salah satu anggota menderita?
This image has an empty alt attribute; its file name is D3.png

Dalam perikop ini Paulus menggunakan gambaran tubuh sebagai ilustrasi utama untuk menjelaskan pentingnya keberagaman dalam kesatuan jemaat.

Konsep ini sangat kuat secara budaya, karena dalam masyarakat Yahudi dan Yunani kuno, tubuh sering dipakai sebagai metafora untuk organisasi sosial—menunjukkan bahwa setiap bagian memiliki fungsi yang unik tetapi tidak terpisahkan satu sama lain.

Secara teologis, Paulus sedang menegaskan bahwa semua anggota jemaat, tanpa memandang karunia atau status mereka, memiliki nilai dan peran yang setara dalam tubuh Kristus.

Tampaknya pada saat itu Jemaat Korintus sedikit terpecah, dengan kecenderungan untuk membanggakan karunia rohani tertentu—terutama yang tampak spektakuler seperti berbahasa roh atau nubuat—dan merendahkan yang lain.

Paulus membongkar pandangan ini dengan menyatakan bahwa bahkan bagian tubuh yang “tampaknya lebih lemah” justru sangat diperlukan (ayat 22), dan bagian yang kurang terhormat diberikan kehormatan yang lebih besar (ayat 23).

Bayangkan seseorang sedang berjalan di hutan tanpa alas kaki.

Tanpa sengaja, sebuah duri kecil menusuk jari kakinya. Luka itu kecil—nyaris tak terlihat.

Tapi begitu duri itu masuk, seluruh tubuhnya bereaksi: dia berhenti berjalan, tangannya segera turun memegang kaki, wajahnya meringis kesakitan, bahkan aliran darah mulai mengirimkan sinyal ke otak bahwa ada bahaya.

Padahal itu hanya satu jari kecil dari keseluruhan tubuhnya.

Tapi tubuh tidak berkata, “Ah, itu cuma jari kaki, biar saja.” Tidak.

Tubuh langsung bekerja sama untuk melindungi dan merawat bagian yang terluka: tangan menarik durinya, mata fokus mencari sumber luka, kaki yang lain menopang berat tubuh, bahkan otak mengingatkan agar dia berhati-hati ke depan.

Semuanya bergerak bersama demi satu bagian yang sedang menderita.

Demikian juga jemaat Kristus. Kita bukan hanya kumpulan orang-orang yang berjalan bersama, tapi tubuh rohani yang hidup.

Ketika satu orang sedang mengalami kesedihan, kejatuhan, atau penderitaan, kita tidak bisa berkata, “Itu urusannya sendiri.”

Jika kita benar-benar tubuh Kristus, penderitaannya adalah juga penderitaan kita.

Kita menangis bersamanya, menopang beban yang ia tanggung, dan mengangkatnya hingga sembuh kembali.

Dalam dunia yang semakin individualistis, pesan ini sangat radikal dan penuh kasih: Seperti tubuh yang tidak bisa mengabaikan luka kecil, demikianlah jemaat yang sejati tak bisa tinggal diam ketika satu anggotanya terluka.

Diskusikan dengan kelompok PA dan persekutuan kita, mengenai topik ini dengan lebih mendalam. Bagaimana kita bisa praktekkan dalam kehidupan sehari-hari dan berkat apa yang didapat dari melakukan Firman Tuhan ini.

Pembacaan Alkitab Setahun

Mazmur 133-139