Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya dan secara khusus hafalkanlah Roma 8:26.
Siapakah yang dapat membantu kita dalam berdoa, terutama ketika kita mengalami kelemahan?
Bagaimanakah cara Roh Kudus membantu kita untuk berdoa di dalam kelemahan kita?
Sesuai dengan kehendak siapakah jika kita berdoa dengan pimpinan Roh Kudus?
Kita harus memahami bahwa ketika kita mengalami kelahiran kembali Allah telah memberikan Roh Kudus untuk berdiam di dalam hati kita dan selalu menyertai kita.
Dan Roh Kudus itu akan menolong kita untuk masuk kepada kebenaran Bapa serta menolong kita untuk mengenal Bapa.
“Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu.”(Yohanes 14:16-17).
Dalam hal mengenal Bapa maka kita harus membangun kehidupan doa.
Namun harus diakui bahwa kadang kala kita mengalami kelemahan untuk taat dan konsisten dalam berdoa, diantaranya adalah kemalasan, kelemahan fisik dan keletihan termasuk pikiran yang tidak fokus.
Dan Roh Kudus sangat berperan bagi kehidupan doa kita karena Dia akan menolong kita dalam berdoa sehingga kita mengalami perjumpaan dengan Tuhan serta mengalami kehadiran Tuhan bahkan dapat memahami bahwa doa-doa kita sesuai kehendak Bapa dan berkenan kepada Bapa.
Doa yang demikian dapat kita bangun melalui berdoa dengan menggunakan bahasa roh.
Karena ketika kita berdoa menggunakan bahasa roh pada saat itu kita sedang membangun diri sendiri dan keluar dari segala kelemahan serta dapat berbicara dengan Bapa secara merdeka dan bebas dari intimidasi iblis.
”Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia membangun dirinya sendiri, tetapi siapa yang bernubuat, ia membangun Jemaat.”(I Korintus 14:4).
”Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi kepada Allah. Sebab tidak ada seorang pun yang mengerti bahasanya; oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia.”(I Korintus 14:2).
Doa yang kita panjatkan dengan bahasa roh akan sesuai dengan kehendak Bapa karena Roh Kudus sendiri yang akan membawa kita kepada keinginan dan kehendak Bapa dalam berdoa.
”Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus.”(Roma 8:27).
Roh Kudus menolong kita untuk bersatu dengan Bapa ketika kita berdoa dengan menggunakan bahasa roh sehingga yang kita doakan adalah kehendak Allah dan sesuai dengan kehendak Allah.
Tuhan ingin agar kita membangun kehidupan doa di dalam segala situasi, dalam kesibukan kita dalam pekerjaan, studi, kehidupan rumah tangga melalui menggunakan bahasa roh sehingga tidak ada alasan bagi kita untuk tidak dapat berdoa karena Allah telah memberikan kepada kita Roh Kudus-Nya untuk menolong kita serta memimpin kita dalam hal berdoa sehingga kita semakin mengalami keintiman dengan Bapa.
Diskusikanlah dalam komunitas saudara bagaimana pengalaman saudara dalam hal berdoa yang dipimpin oleh Roh Kudus sehingga saudara mengalami doa yang penuh gairah.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apakah yang terjadi saat orang-orang percaya berdoa?
Apakah yang diberikan Roh Kudus kepada mereka yang sedang berdoa?
Apakah hubungan doa dan pemberitaan injil?
“Dan ketika mereka sedang berdoa, goyanglah tempat mereka berkumpul itu dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Allah dengan berani.” (Kisah Para Rasul 4:31).
Setelah Petrus dan Yohanes dilarang memberitakan tentang Yesus oleh pemimpin Yahudi (Kisah 4:18), mereka kembali ke jemaat dan menceritakan ancaman itu.
Para penguasa ingin menghentikan penyebaran Injil, tetapi jemaat mula-mula tidak takut.
Mereka justru berkumpul dan berdoa bersama.
Situasi ini menunjukkan bahwa ancaman dan tekanan tidak boleh menghentikan orang percaya.
Sebaliknya, itu menjadi alasan untuk bersatu dan memohon pertolongan Tuhan.
Dalam doa mereka, jemaat mengutip Mazmur 2 untuk mengingat bahwa Allah berkuasa atas segala penguasa dunia (ayat 26).
Mereka tidak meminta agar masalah hilang, tetapi memohon keberanian untuk tetap memberitakan Injil (ayat 29).
Doa mereka fokus pada misi, bukan kenyamanan.
Mereka sadar: tanpa kuasa Tuhan, tidak mungkin melawan tekanan.
Lalu, Roh Kudus menguatkan mereka, dan tempat mereka berkumpul pun berguncang (ayat 31)!
Setelah berdoa, Petrus dan jemaat lain diberi keberanian untuk terus bersaksi.
Mereka memberitakan Injil dengan berani, meski ada risiko ditangkap lagi.
Tuhan juga menguatkan mereka dengan tanda-tanda ajaib (ayat 30).
Ini membuktikan: doa yang lahir dari iman tidak sia-sia.
Ketika gereja berdoa untuk misi Tuhan, Dia akan memberi kekuatan dan membuka jalan.
Gereja saat ini harus meniru cara jemaat mula-mula.
Pertama, jadikan doa sebagai dasar sebelum bertindak.
Berdoalah bersama sebelum pelayanan atau penginjilan.
Kedua, minta keberanian untuk memberitakan injil.
Jangan takut diolok karena iman—mintalah agar Roh Kudus memberi kekuatan.
Ketiga, dukung orang yang aktif memberitakan Injil, baik melalui dana, doa, atau semangat.
Jika gereja berdoa dan bertindak dengan berani, Injil akan terus menyebar, bahkan di tengah tantangan.
Mari jadikan gereja tempat doa dan pemberitaan Injil berjalan beriringan.
Dari situ, kuasa Tuhan dinyatakan!
Diskusikan dalam kelompok PA, bagaimana mengalami keberanian untuk memberitakan injil.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apakah yang dilakukan Petrus dan Yohanes setelah dilepaskan dari persidangan tua-tua Yahudi dan para ahli taurat?
Apakah yang dilakukan tua-tua Yahudi dan para ahli taurat kepada Petrus dan Yohanes?
Setelah Petrus menceritakan persidangan itu, apakah respon jemaat?
“Ketika teman-teman mereka mendengar hal itu, berserulah mereka bersama-sama kepada Allah, katanya: “Ya Tuhan, Engkaulah yang menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya“(Kisah Para Rasul 4:24).
Setelah Petrus dan Yohanes dilepaskan dari penahanan oleh pemimpin Yahudi (Kisah Para Rasul 4:1-22), mereka langsung kembali ke jemaat dan menceritakan ancaman yang mereka terima.
Para pemimpin Yahudi melarang mereka memberitakan tentang Yesus.
Saat itu, gereja mula-mula dalam tekanan: mereka diintimidasi, dilarang bersaksi, dan hidup dalam ketakutan.
Namun, alih-alih diam atau menyerah, mereka memilih bersatu dan berseru bersama kepada Allah.
Latar belakang ini menunjukkan bahwa di tengah tantangan, orang percaya harus mengandalkan Tuhan, bukan kekuatan sendiri.
Mereka tidak hanya berdoa sendiri-sendiri, tapi berkumpul dan berseru bersama (ayat 24).
Doa mereka penuh keyakinan: mereka mengutip Mazmur 2 untuk mengingat bahwa Allah berkuasa atas segala penguasa dunia.
Meski situasi menakutkan, mereka percaya Tuhan lebih besar dari ancaman manusia.
Doa bersama ini menyatukan hati mereka, menguatkan iman, dan mengalihkan fokus dari ketakutan kepada kuasa Allah.
Allah tidak diam! Meski tidak langsung menghilangkan masalah, Dia memberi mereka keberanian dan hikmat untuk terus bersaksi (lihat Kisah 4:31-33).
Doa bersama itu mengubah ketakutan menjadi kekuatan.
Mereka sadar bahwa berseru kepada Allah bukan sekadar meminta pertolongan, tapi juga menyerahkan diri sepenuhnya kepada rencana-Nya.
Persekutuan doa menjadi sumber kekuatan untuk tetap setia.
Kita saat ini perlu belajar dari cara jemaat mula-mula berseru bersama.
Pertama, jangan hadapi masalah sendirian.
Ketika ada tekanan, kumpulkan orang percaya untuk berdoa bersama.
Kedua, fokus pada kuasa Allah, bukan pada besarnya masalah.
Misalnya, saat ada larangan atau kritik terhadap iman, serahkanlah dalam doa bersama.
Ketiga, jadikan gereja tempat yang aman untuk saling mendukung dan berbagi pergumulan.
Dengan berseru bersama, kita mengundang Tuhan bekerja, dan iman kita dikuatkan.
Mari jadikan gereja sebagai komunitas yang tak hanya berbagi senyum, tetapi juga berseru bersama kepada Allah.
Di situlah kuasa-Nya nyata!
Diskusikan dengan rekan-rekan PA, bagaimana supaya kita mengalami terobosan dalam doa bersama.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Setelah Tuhan Yesus naik ke surga, apakah yang murid-murid lakukan?
Mengapa mereka memutuskan untuk bertekun dalam doa bersama?
“Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama…” (Kisah Para Rasul 1:14).
Setelah Yesus naik ke surga, murid-murid-Nya kembali ke Yerusalem seperti yang diperintahkan-Nya (Kisah Para Rasul 1:12).
Mereka berkumpul di sebuah ruang atas, bersama Maria (ibu Yesus) dan beberapa perempuan lain, total sekitar 120 orang (ayat 14).
Saat itu, mereka sedang menantikan janji Roh Kudus yang akan diberikan oleh Yesus.
Situasi mereka tidak mudah: Yesus sudah tidak ada secara fisik, dan masa depan mereka belum jelas.
Namun, alih-alih panik atau berselisih, mereka memilih untuk bersatu, bertekun, dan berdoa bersama.
Latar belakang ini menunjukkan bahwa doa bersama adalah respon iman di tengah ketidakpastian, sekaligus bentuk ketaatan pada perintah Tuhan.
Kisah Para Rasul 1:14 menekankan bahwa mereka semua “sehati dan sejiwa dalam doa.”
Ini bukan sekadar berkumpul atau membaca doa rutin, tetapi sebuah persekutuan yang intim dan tulus.
Mereka berbeda karakter (ada Petrus yang bersemangat, Tomas yang ragu, Maria yang setia), tapi perbedaan itu tidak menghalangi kesatuan hati.
Doa menjadi alat untuk menyelaraskan tujuan, menguatkan iman, dan mengingat janji Tuhan.
Kebersamaan mereka juga inklusif: perempuan dan laki-laki, mantan penjahat seperti Petrus, dan keluarga Yesus—semua sama di hadapan Tuhan.
Selama 10 hari, mereka terus-menerus berdoa dengan tekun.
Hasilnya? Pada hari Pentakosta, Roh Kudus turun dengan kuasa (Kisah Para Rasul 2:1-4), dan gereja lahir.
Doa bersama bukan hanya ritual, tetapi persiapan hati untuk mengalami karya Allah.
Ketika umat Tuhan bersatu dalam doa, ketakutan berubah menjadi keberanian, keraguan menjadi keyakinan, dan kelemahan menjadi kekuatan.
Doa sehati mereka menjadi fondasi gereja yang perkasa.
Kita saat ini perlu mencontoh ketekunan jemaat mula-mula dalam doa bersama.
Pertama, jadikan doa sebagai prioritas, bukan sekadar “acara tambahan.
Kedua, jaga kesatuan hati meski ada perbedaan pendapat.
Doa bersama bisa menjadi tempat untuk saling mengampuni dan menguatkan.
Ketiga, libatkan semua orang, agar doa mencerminkan keragaman tubuh Kristus.
Jika gereja bertekun dalam doa dengan sehati, kuasa Allah akan nyata, dan dunia melihat kasih-Nya melalui hidup kita.
Mari bangun gereja yang tak hanya sibuk beraktivitas, tetapi berakar dalam doa bersama—seperti murid-murid dulu—supaya Roh Kudus berkarya lebih dahsyat!
Diskusikan dengan pembimbingmu, bagaimana caranya doa yang sehati.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apakah yang dilakukan dengan harta yang mereka miliki?
Mengapa dalam jemaat mula-mula tidak ada yang kekurangan?
Apakah dampaknya kepada masyarakat sekitar?
“….Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.” (Kisah Para Rasul 2:47).
Kisah Para Rasul 2:45-47 menggambarkan kehidupan jemaat mula-mula setelah turunnya Roh Kudus pada hari Pentakosta.
Setelah Petrus berkhotbah dan banyak orang bertobat, terbentuklah komunitas yang radikal dalam kasih dan persekutuan.
Masyarakat saat itu penuh dengan kesenjangan sosial, namun gereja mula-mula justru memilih hidup dalam kesatuan, saling memperhatikan, dan mengutamakan kebersamaan.
Mereka bukan hanya berkumpul untuk ibadah, tetapi menciptakan budaya di mana kepemilikan pribadi diserahkan untuk kebaikan bersama.
Latar belakang ini menunjukkan bahwa persekutuan yang sejati lahir dari respon iman akan karya Kristus dan kuasa Roh yang mengubah hati.
Ayat-ayat ini menekankan bahwa persekutuan jemaat mula-mula tidak berpusat pada kegiatan ibadah, melainkan pada tindakan nyata: berbagi harta, makan bersama, berdoa, dan bersukacita dengan tulus.
Mereka menjual harta untuk memastikan tidak ada yang kekurangan, menunjukkan bahwa persekutuan sejati menghancurkan batasan ekonomi dan status.
Kebersamaan mereka bersifat holistik—rohani, sosial, dan praktis.
Sukacita yang terpancar dari cara hidup ini membuat orang-orang di sekitar mereka “berbaik hati” (ayat 47).
Persekutuan seperti inilah yang menarik banyak orang, karena mencerminkan kasih Kristus yang terbuka bagi semua dan mengubahkan.
Kisah Para Rasul 2:47 mencatat bahwa gereja mula-mula “disukai semua orang,” dan Tuhan menambahkan jiwa-jiwa setiap hari.
Persekutuan mereka menjadi kesaksian hidup yang tak terbantahkan.
Ketika gereja hidup dalam kerendahan hati, kejujuran, dan kepedulian, dunia melihat perbedaan yang tak biasa.
Bukan program atau strategi yang menarik orang, tetapi ketulusan hubungan antar jemaat.
Mereka menjadi komunitas yang tidak hanya berbicara tentang kasih, tetapi menghidupinya, sehingga Injil menjadi relevan dan berkuasa.
Kita semua dipanggil untuk merefleksikan persekutuan yang sama. Ini berarti menciptakan ruang di mana anggota jemaat berani hidup transparan, saling mempercayai, dan aktif menanggung beban satu sama lain—baik secara materi, emosional, maupun rohani.
Gereja perlu melampaui rutinitas ibadah dengan membangun persekutuan yang intim, menggalang dana sosial untuk yang membutuhkan.
Persekutuan yang “disukai semua orang” hanya mungkin terjadi ketika gereja menjadi tanda kerajaan Allah: terbuka, penuh sukacita, dan menjawab pergumulan masyarakat.
Dengan demikian, gereja tidak hanya bertumbuh secara kuantitas, tetapi menjadi mercusuar kasih yang memuliakan Tuhan.
Mari kita wujudkan gereja yang tidak hanya berkumpul, tetapi seperti jemaat mula-mula, sehingga dunia melihat Kristus melalui cara kita mengasihi.
Diskusikan dalam kelompok PA, bagaimana caranya memberi membangun budaya gereja seperti gereja mula-mula.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apa yang dimaksud dengan Firman yang hidup, yang sudah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami?
Apa yang dilakukan para rasul terhadap Firman hidup itu?
Apa tujuan para rasul bersaksi tentang Firman hidup itu?
Persekutuan seperti apa yang dialami para rasul dan mereka ingin supaya semua orang yang mendengar kesaksian mereka juga mengalaminya?
Saudara, pada suatu hari Yesus berkata kepada murid-murid-Nya bahwa setiap orang yang percaya akan masuk dalam persekutuan, yaitu menjadi satu atau bersatu dengan Bapa dan Yesus Kristus:
Yohanes 14:20 “Pada waktu itulah kamu akan tahu, bahwa Aku di dalam Bapa-Ku dan kamu di dalam Aku dan Aku di dalam kamu.”
Efesus 3:17“sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih.”
Oleh karena itu Saudara, kesatuan orang percaya dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus, terjadi karena iman dari orang-orang percaya itu.
Rasul Yohanes menuliskan hal ini kepada jemaat mula-mula dalam suratnya:
1 Yohanes 1:3“Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus.”
Oleh karena itu, jika kita ingin agar bangsa kita dipenuhi dengan kemuliaan Tuhan, maka tidak ada cara lain selain pergi dan memberitakan Kabar Baik kepada orang-orang di sekitar kita sehingga kita dapat membangun persekutuan dengan mereka.
Persekutuan kita dengan Bapa dan dengan Anak-Nya dapat kita bawa kepada orang-orang di sekitar kita sehingga mereka pun bersekutu dengan kita.
Akhirnya, mereka masuk ke dalam persekutuan dengan Bapa.
Haleluya, Puji Tuhan, Amin.
Apa yang menyebabkan bangsa kita sampai saat ini belum mengenal Yesus Kristus, Anak Allah yang hidup?
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Mengapa tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan non-Yahudi?
Apa yang akan dialami oleh orang-orang yang berseru kepada nama Tuhan?
Apa yang bisa menyebabkan seseorang berseru kepada nama Yesus Kristus?
Setiap orang percaya telah diutus oleh Yesus Kristus. Oleh perintah siapa mereka diutus, dan ke mana mereka diutus oleh Yesus Kristus?
Saudara, ketika Yesus Kristus hendak meninggalkan murid-muridNya, Dia telah menyiapkan mereka dan mengeluarkan perintah-Nya kepada mereka, yaitu perintah untuk pergi mengabarkan Injil keselamatan.
Kisah Para Rasul 1:8“Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.”
Perintah ini dikenal sebagai Amanat Agung Kristus, perintah penting dan utama dalam perluasan Kerajaan Allah.
Perintah ini juga berkaitan dengan hari kedatangan Kristus yang kedua kalinya.
Matius 24:14“Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya.”
Perluasan dan pelebaran Kerajaan Allah sangat bergantung pada ketaatan para murid dalam mengikuti dan mentaati perintah Yesus Kristus.
Rasul Paulus adalah seorang rasul yang sangat giat dalam meluaskan Kerajaan Allah.
Dia memulai ketika Dia berada di Damsyik, saat baru menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat.
Sejak mengenal dan menerima Yesus Kristus, dia terus aktif memberitakan kematian dan kebangkitan Yesus untuk menyelamatkan seluruh dunia.
Saudara, untuk memberitakan Injil sangat diperlukan pemahaman tentang Injil Kristus, agar kita bisa menyampaikannya kepada banyak orang dan juga dibutuhkan keberanian, belas kasihan dan kuasa Roh Kudus.
Ketika seseorang dipenuhi Roh Kudus, maka ia akan digerakkan untuk memberitakan Injil karena belas kasihan Allah menguasai dirinya.
Saudara, masih banyak orang yang belum mendengar Injil kebenaran dan keselamatan.
Hal ini terbukti dari fakta bahwa ada sekitar dua ratus juta jiwa di Indonesia yang belum percaya kepada Yesus Kristus.
Nabi Yesaya pernah menuliskan firman Tuhan Yahwe bagi hamba-Nya yang saat itu hanya melayani orang-orang Yahudi.
Mereka mencurahkan segalanya hanya untuk melayani orang Yahudi saja. Tentang hal ini, Yesaya menuliskan:
Yesaya 49:6“Terlalu sedikit bagimu hanya untuk menjadi hamba-Ku, untuk menegakkan suku-suku Yakub dan untuk mengembalikan orang-orang Israel yang masih terpelihara. Tetapi Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa supaya keselamatan yang dari pada-Ku sampai ke ujung bumi.”
Tuhan Yahwe menghendaki agar bukan hanya orang Yahudi atau bangsa Israel saja yang mengenal Dia, tetapi Dia ingin memperkenalkan keselamatan dari-Nya kepada semua bangsa, suku, kaum dan bahasa.
Untuk mencapai apa yang Allah Bapa (Yahwe) kehendaki dan rencanakan, maka sangatlah penting bagi gereja di Indonesia dan setiap orang percaya untuk memahami rencana dan kerinduan kehendak-Nya.
Dengan demikian, seluruh orang percaya dapat bersekutu untuk melakukan memberitakan Injil keselamatan atau kabar baik agar kerinduan hati Bapa dapat terlaksana.
Saudara, apa yang Tuhan Allah rencanakan atau kehendaki pasti akan terealisasi dan terjadi sesuai dengan kehendak-Nya.
Entah saudara ikut atau tidak dalam persekutuan itu, Tuhan tetap akan menggenapi rencana dan kehendak-Nya.
Rasul Yohanes dalam penglihatannya di Pulau Patmos telah diberi penglihatan tentang apa yang akan terjadi pada akhir zaman.
Dia melihat bahwa di surga nanti akan berkumpul sejumlah orang yang tidak terhitung jumlahnya berdiri di hadapan takhta Anak Domba berasal dari segala bangsa, suku, kaum dan bahasa.
Hal ini dituliskannya dalam kitab Wahyu kepada jemaat Yesus Kristus:
Wahyu 7:9“Kemudian dari pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka.”
Saudara, itulah sebabnya Tuhan menghendaki agar kita membangun persekutuan-persekutuan orang percaya (gereja atau jemaat) untuk memberitakan Kabar Baik.
Haleluya, Puji Tuhan, Amin.
Mengapa setelah lebih dari dua ribu tahun, Kabar Baik belum juga sampai kepada seluruh bangsa, suku dan bahasa di negeri kita ini?
BUKAN LAGI ORANG ASING TETAPI ANGGOTA KELUARGA ALLAH
Penulis : Pdt. Robinson Saragih
Pembacaan Alkitab Hari ini :
EFESUS 2:17-22
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Siapa yang menyatukan orang-orang yang jauh, yaitu orang yang tidak mengenal Yahwe dengan orang-orang yang dekat yang mengenal Yahwe seperti orang-orang Yahudi dan non-Yahudi?
Dimana kedua pihak memperoleh penyatuan tersebut?
Orang-orang non-Yahudi tidak lagi disebut sebagai orang asing atau pendatang. Lalu, apa status mereka sekarang di hadapan Allah?
Apa tujuan mereka bersama setelah menjadi satu keluarga Allah? Dan apa dasar pengharapan mereka?
Saudara, ketika umat Tuhan memasuki tanah Kanaan, berkali-kali Tuhan mengingatkan orang Israel untuk tidak mengambil anak perempuan asing dan tidak memberikan anak gadisnya untuk dipersunting oleh orang-orang Kanaan.
Hal ini karena orang-orang Kanaan adalah penyembah berhala.
Sampai hari ini hal yang sama berlaku, mereka menganggap orang-orang di luar keyahudian sebagai penyembah berhala dan dilarang untuk mengawinkan anak laki-laki atau perempuan mereka dengan anak mereka.
Namun, setelah zaman Yesus turun ke dunia, maka terbentuklah kelompok murid-murid Yesus yang dianggap sebagai kelompok sesat oleh orang-orang Yahudi.
Mereka juga menjadi kelompok yang dikucilkan dari masyarakat Yahudi atau Israel.
Akhirnya, murid-murid Yesus disebut sebagai kelompok Kristus kecil dan disebut dengan sebutan kelompok pengikut Kristus atau Kristen.
Kisah Para Rasul 11:25-26“Lalu pergilah Barnabas ke Tarsus untuk mencari Saulus; dan setelah bertemu dengan dia, ia membawanya ke Antiokhia. Mereka tinggal bersama-sama dengan jemaat itu satu tahun lamanya, sambil mengajar banyak orang. Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen.”
Murid-murid Yesus kemudian disebut orang Kristen atau pengikut Kristus.
Sebagai jemaat mula-mula, mereka dikenal sebagai kelompok orang-orang baik dan kehidupan mereka menarik bagi banyak orang Yahudi maupun non-Yahudi.
Gaya hidup pengikut Yesus Kristus sangat menarik karena mereka saling mengasihi.
Mereka menjadi kelompok unik di Yerusalem dan dimanapun mereka berada menjadi kelompok eksklusif yang sangat menonjol karena cara hidup mereka:
Kisah Para Rasul 2:41-47“Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa. Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda. Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.”
Kelompok murid-murid Yesus inilah yang disebut sebagai jemaat mula-mula dan kehidupan mereka sangat diperhatikan oleh banyak orang di Yerusalem.
Murid-murid Yesus inilah yang kemudian menimbulkan kecemburuan dan kebencian dari orang-orang Farisi, Saduki dan orang-orang Yahudi.
Saudara, ketika Yesus naik ke sorga, Dia berpesan agar para murid Yesus Kristus ini pergi untuk memberitakan Injil keselamatan ke seluruh dunia.
Kisah Para Rasul 1:8“Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.”
Dengan gaya hidup mereka yang unik itu, jemaat mula-mula menjadi sangat aman meskipun dimusuhi oleh banyak orang Yahudi:
Kisah Para Rasul 4:32-37“Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorangpun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama. Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus dan mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah. Sebab tidak ada seorangpun yang berkekurangan di antara mereka; karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa dan mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya. Demikian pula dengan Yusuf, yang oleh rasul-rasul disebut Barnabas, artinya anak penghiburan, seorang Lewi dari Siprus. Ia menjual ladang, miliknya, lalu membawa uangnya itu dan meletakkannya di depan kaki rasul-rasul.”
Saudara, cara hidup jemaat mula-mula ini menimbulkan kecemburuan dan kebencian dari orang-orang Yahudi sehingga para rasul mulai sering mendapat gangguan.
Ketika orang percaya ini mulai bersaksi di Yerusalem, maka mereka sering mengalami aniaya.
Pemberitaan Injil kasih karunia menyulut kemarahan di antara para tua-tua Israel, dan mereka mulai menunjukkan kebencian serta melarang rasul-rasul untuk mengajarkan nama Yesus dan menyembuhkan orang sakit dengan mengusir setan penyebab sakit mereka.
Karena itu, para rasul mulai mendapat gangguan.
Meskipun demikian, dengan kuasa yang diberikan kepada mereka, para rasul terus memberitakan dan mengajarkan ajaran dalam nama Yesus Kristus yang membuat orang-orang Yahudi semakin kejam menganiaya orang percaya.
Rasul-rasul terus berkobar-kobar karena kuasa Roh Kudus untuk bersaksi dan mengajar di Yerusalem.
Karena kecemburuan orang-orang Yahudi, mereka melarang para rasul untuk mengajar dalam nama Yesus Kristus dan aniaya mulai diarahkan kepada para rasul.
Kisah Para Rasul 5:17-20“Akhirnya mulailah Imam Besar dan pengikut-pengikutnya, yaitu orang-orang dari mazhab Saduki, bertindak sebab mereka sangat iri hati. Mereka menangkap rasul-rasul itu, lalu memasukkan mereka ke dalam penjara kota. Tetapi waktu malam seorang malaikat Tuhan membuka pintu-pintu penjara itu dan membawa mereka ke luar, katanya: “Pergilah, berdirilah di Bait Allah dan beritakanlah seluruh firman hidup itu kepada orang banyak.”
Untuk menaati pesan malaikat Tuhan, maka para rasul pergi ke Bait Allah pagi-pagi dan mengajar disana.
Sementara itu, Imam Besar dan pengikut-pengikutnya mengundang Mahkamah Agama untuk berkumpul guna menyidangkan rasul-rasul tersebut.
Mereka menjemput para rasul di penjara, namun ternyata para rasul sudah tidak ada di dalam penjara.
Seseorang memberitahukan kepada kelompok Imam Besar bahwa rasul-rasul yang dipenjarakan itu sudah berada di Bait Allah untuk mengajar orang banyak.
Kisah Para Rasul 5:26-33“Maka pergilah kepala pengawal serta orang-orangnya ke Bait Allah, lalu mengambil kedua rasul itu, tetapi tidak dengan kekerasan, karena mereka takut, kalau-kalau orang banyak melempari mereka. Mereka membawa keduanya dan menghadapkan mereka kepada Mahkamah Agama. Imam Besar mulai menanyai mereka, katanya: “Dengan keras kami melarang kamu mengajar dalam Nama itu. Namun ternyata, kamu telah memenuhi Yerusalem dengan ajaranmu dan kamu hendak menanggungkan darah Orang itu kepada kami.” Tetapi Petrus dan rasul-rasul itu menjawab, katanya: “Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia. Allah nenek moyang kita telah membangkitkan Yesus, yang kamu gantungkan pada kayu salib dan kamu bunuh. Dialah yang telah ditinggikan oleh Allah sendiri dengan tangan kanan-Nya menjadi Pemimpin dan Juruselamat, supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa. Dan kami adalah saksi dari segala sesuatu itu, kami dan Roh Kudus, yang dikaruniakan Allah kepada semua orang yang mentaati Dia.” Mendengar perkataan itu sangatlah tertusuk hati mereka dan mereka bermaksud membunuh rasul-rasul itu.”
Kecemburuan, iri hati, dan kemarahan orang-orang Farisi, ahli-ahli Taurat dan kelompok Saduki menyebabkan aniaya terhadap orang percaya di Yerusalem.
Meskipun demikian, para rasul dan orang-orang percaya tetap tinggal di Yerusalem karena jumlah mereka terus bertambah.
Namun, timbullah sungut-sungut di antara jemaat karena pembagian hasil penjualan harta jemaat tidak merata.
Ada kelompok yang mulai mempertanyakan mengenai pembagian kepada para janda.
Para rasul dan jemaat memilih para diaken untuk melayani kebutuhan para janda agar jemaat tidak lagi bersungut-sungut.
Dengan demikian, para rasul dapat kembali fokus pada pemberitaan Injil, bersaksi dan terus memimpin jemaat melalui pengajaran rasul-rasul serta memimpin jemaat untuk berdoa.
Aniaya semakin keras dilakukan oleh pengikut Imam Besar dan tua-tua Yahudi.
Stefanus, salah seorang diaken yang baru terpilih, ditangkap, dianiaya dan dilempari sampai mati.
Jemaat dan para rasul terus berkegiatan di dalam kota Yerusalem, meskipun pesan Yesus adalah untuk pergi memberitakan Injil ke Yudea, Samaria, dan sampai ke ujung bumi.
Kisah Para Rasul 8:1-3 “Saulus juga setuju, bahwa Stefanus mati dibunuh. (8-1b) Pada waktu itu mulailah penganiayaan yang hebat terhadap jemaat di Yerusalem. Mereka semua, kecuali rasul-rasul, tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria. Orang-orang saleh menguburkan mayat Stefanus serta meratapinya dengan sangat. Tetapi Saulus berusaha membinasakan jemaat itu dan ia memasuki rumah demi rumah dan menyeret laki-laki dan perempuan ke luar dan menyerahkan mereka untuk dimasukkan ke dalam penjara.”
Aniaya di Yerusalem mendorong jemaat keluar dari kota itu dan mereka menyebar ke daerah Yudea dan Samaria.
Penyebaran jemaat ini menyebabkan penyebaran Injil keselamatan juga terjadi karena jemaat-jemaat tersebut pindah ke kota-kota di seluruh Yudea dan Samaria, sambil bersaksi dan memberitakan Injil Kerajaan serta Injil kasih karunia sehingga ajaran Yesus menyebar kemanapun jemaat itu pindah.
Ketika Saulus, seorang Farisi dari mazhab Saduki dengan antusias mengejar jemaat Yesus Kristus ke kota Damaskus, maka Yesus memperlihatkan diri-Nya kepada Saulus sehingga Saulus bertobat dan percaya kepada Yesus serta menerima visi langsung dari Yesus.
Sejak itu, Saulus giat memberitakan kabar baik dan kebenaran yaitu Injil keselamatan dan kemudian disebut sebagai rasul Paulus.
Dia pergi ke beberapa kota dan mulai merintis jemaat-jemaat di Asia hingga Eropa.
Meskipun banyak orang Yahudi yang berlatar belakang agama Yahudi bertobat dan menjadi pengikut Yesus, namun mereka tetap berusaha menjaga dan menaati aturan-aturan agama Yahudi, seperti beribadah pada hari Sabat dan bersunat.
Namun, rasul Paulus dengan berani dan tegas mengajarkan ajaran Yesus Kristus yang diwahyukan oleh Roh Kudus kepadanya.
Rasul Paulus terus menaati perintah Yesus untuk memberitakan Injil, merintis jemaat di kota-kota Asia dan kemudian menyeberang ke Eropa.
Terjadi perbedaan pandangan akibat pengajaran dari kelompok-kelompok jemaat yang berbahasa Ibrani, terutama mereka yang berlatar belakang Yahudi dan teguh dengan pengajaran mengenai hari Sabat dan sunat.
Perbedaan-perbedaan ini menimbulkan kelompok-kelompok yang dapat menyebabkan masalah, seolah-olah mereka bukan satu tubuh atau satu jemaat Yesus Kristus.
Oleh karena itu, Roh Kudus mewahyukan pengajaran-pengajaran dan firman Tuhan melalui rasul Paulus.
Dalam suratnya kepada jemaat di Efesus, rasul Paulus menuliskan:
Efesus 2:11-19“Karena itu ingatlah, bahwa dahulu kamu–sebagai orang-orang bukan Yahudi menurut daging, yang disebut orang-orang tak bersunat oleh mereka yang menamakan dirinya “sunat”, yaitu sunat lahiriah yang dikerjakan oleh tangan manusia, –bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia. Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu “jauh”, sudah menjadi “dekat” oleh darah Kristus. Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan, sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera, dan untuk memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu. Ia datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang “jauh” dan damai sejahtera kepada mereka yang “dekat”, karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa. Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah”
Dengan kematian Yesus Kristus di atas kayu salib, maka Yesus telah membatalkan hukum Taurat.
Karena itu, tidak ada lagi sekatan atau tembok pembatas sehingga semua bangsa bisa bersekutu dan bersatu dengan Allah Bapa.
Hukum Taurat adalah peraturan yang Tuhan berikan kepada bangsa pilihan-Nya yaitu Israel, untuk membangun bangsa itu menjadi umat-Nya.
Tuhan ingin supaya bangsa Israel menjadi bangsa yang dapat memperkenalkan Tuhan Allah Yahwe kepada dunia ini sebagai satu-satunya Tuhan yang menciptakan semesta.
Namun, Israel berkhianat dan seringkali menyembah berhala serta dewa-dewi dari bangsa-bangsa di sekitar mereka.
Akibatnya, Tuhan Yahwe marah dan membuang Israel dari tanah Perjanjian dan berdiaspora ke bangsa-bangsa lain. Tuhan kemudian memilih pengikut Yesus Kristus sebagai Israel rohani yang melanjutkan ajaran Yesus Kristus yang dikenal sebagai kekristenan.
Yesus Kristus mengutus Roh Kudus yaitu Roh Allah sendiri untuk memimpin orang percaya dalam memberitakan ajaran Yesus Kristus di muka bumi ini.
Pengikut Yesus Kristus menjadikan diri mereka sebagai satu tubuh Kristus dan keluarga Allah.
Ketika seseorang percaya kepada Yesus Kristus dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, maka Tuhan Allah mengutus Roh-Nya untuk tinggal dalam batin mereka.
Roh Kudus berfungsi sebagai penolong, pengajar, dan yang mengingatkan orang percaya akan apa yang diajarkan oleh Yesus.
Roh Kudus juga memimpin hidup orang yang percaya, memberi mereka kuasa untuk memberitakan Injil keselamatan, menjadikan mereka saksi Kristus, dan menjadi alat Bapa untuk menjangkau dunia dengan ajaran Yesus Kristus.
Haleluya, puji Tuhan, Amin.
Apa yang menyebabkan orang Kristen atau orang percaya Yesus terpecah-pecah ke dalam berbagai organisasi dan kelompok yang berbeda-beda bahkan, pernah terjadi bahwa sesama orang Kristen saling membunuh, bukannya saling mengasihi?
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apa yang menyebabkan mereka berjalan semakin lama semakin kuat?
Apa tujuan mereka datang menghadap Tuhan di pelataran-Nya?
Apa yang Tuhan perbuat bagi mereka yang hidup tidak bercela?
Siapakah yang akan selalu berbahagia?
Saudara, dalam Perjanjian Lama, orang-orang Israel memiliki kebanggaan yang besar terhadap bangsa-bangsa lain di sekitar mereka yaitu Kemah Suci atau Bait Allah, tempat mereka dapat melihat dan merasakan kehadiran Allah.
Setiap laki-laki Israel diwajibkan hadir di Bait Allah tiga kali setahun.
Itulah sebabnya, hingga saat ini orang-orang yang menganut agama Yahudi dari apapun bangsa mereka, selalu berziarah ke Yerusalem tiga kali setahun.
Yerusalem menjadi kiblat bagi orang Yahudi yang sedang berdoa:
Daniel 6:11“Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya.”
Mengapa ke Yerusalem? Karena di sana terletak Bait Allah terakhir yang telah dihancurkan oleh Jenderal Titus dari Romawi.
Hal ini menjadi kegirangan besar bagi orang-orang Yahudi yang berziarah ke Yerusalem.
Namun, dalam Perjanjian Baru, Yesus tidak menetapkan suatu tempat sebagai kiblat untuk sembahyang.
Yohanes 4:21-24 “Kata Yesus kepadanya: “Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem. Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi. Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.”
Saudara, rasul Paulus pernah menulis nasihat kepada jemaat di Kolose:
Kolose 2:6-7 “Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur.”
Saudara, dalam Perjanjian Lama, ibadah berkiblat ke Yerusalem.
Namun saat ini, kita tidak lagi berkiblat ke suatu tempat, melainkan kita berkiblat kepada Yesus Kristus yang ada dalam hati kita:
Efesus 3:17“sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih.”
Rasul Paulus mengajarkan agar jemaat Kristus yang telah percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, tetap hidup di dalam Kristus.
Mereka harus berakar di dalam Kristus, hidup dari Kristus, dan makan dari Firman yang keluar dari mulut Allah.
Yohanes 1:1 “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.”
Yohanes 6:53-57 “Maka kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku.”
Sangat jelas bahwa jemaat seharusnya makan Firman, yaitu makan Yesus Kristus.
Melalui makan Firman, jemaat akan bertumbuh dan hidup oleh Firman atau hidup oleh Yesus Kristus.
Mereka akan dibangun di atas Firman Yesus Kristus dan inilah yang membuat jemaat bertumbuh yaitu dibangun di atas Kristus.
Itulah yang menyebabkan jemaat hidup dan bertumbuh di dalam Kristus.
Kehidupan yang bersekutu dengan Yesus Kristus melalui memakan atau merenungkan dan menjadi pelaku Firman adalah kehidupan yang berbahagia.
Hal ini akan menyebabkan jemaat terus bertumbuh, semakin lama semakin kuat.
Haleluya, Puji Tuhan, Amin.
Banyak anak-anak Allah yang sudah lama mengikut Kristus, namun tidak bertumbuh dan tidak semakin kuat bahkan banyak yang semakin lemah. Apa penyebabnya?