Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya dan secara khusus hafalkanlah Kisah Para Rasul 2:46.
Apakah yang dilakukan oleh murid-murid Yesus ketika mereka berkumpul di Bait Suci, demikan juga di rumah masing-masing?
Coba sebutkan sikap apakah yang mereka hidupi dalam memecahkan roti?
Hal apa sajakah yang dialami oleh murid-murid Yesus ketika mereka selalu memecahkan roti?
Yesus mengajarkan kepada kita agar melakukan Perjamuan Kudus seperti yang dilakukan oleh murid-murid-Nya, dimana mereka selalu melakukan Perjamuan Kudus baik di dalam Bait Allah maupun di rumah-rumah.
“Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati.”(Kisah Para Rasul 2:46).
Hal-hal yang harus kita pahami tentang Perjamuan Kudus agar kita mengalami kuasa Perjamuan Kudus adalah bahwa kita mengingat akan kematian Yesus juga sekaligus memberitakan kematian Yesus.
”Dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecah-mecahkannya dan berkata: “Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!” Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: “Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!” Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang.”(I Korintus 11:24-26).
Hal apakah yang kita ingat? Bahwa kematian Yesus telah menghancurkan kuasa dosa, kuasa iblis, kutuk kemiskinan, kutuk kelemahan dan sakit penyakit bahkan maut sehingga kita beroleh kemerdekaan dari dosa dan memiliki hubungan yang dalam dengan Bapa sebagai anak Allah.
Selain itu, Perjamuan Kudus juga membuat kita memberitakan kematian Yesus.
”Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang.”(I Korintus 11:26).
Hal apakah yang kita beritakan? Bahwa kematian Yesus telah memusnahkan iblis yang berkuasa atas maut.
”Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut.”(Ibrani 2:14-15).
Dengan Perjamuan Kudus kita memberitakan kepada dunia dan iblis bahwa iblis telah dikalahkan dan dimusnahkan untuk selama-lamanya melalui kematian Yesus dan dia tidak lagi berkuasa atas maut sehingga kita senantiasa mengalami hidup yang berkelimpahan dalam segalanya.
Itulah sebabnya kita harus mengambil Perjamuan Kudus dengan pengertian yang benar agar kita mengalami kuasa dari Perjamuan Kudus.
Diskusikanlah dalam komunitas saudara pengalaman saudara dalam kebenaran tentang kuasa Perjamuan Kudus karena mengingat dan memberitakan kematian Yesus.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya dan secara khusus hafalkanlah Matius 18:19.
Hal apakah yang akan kita alami ketika dua orang sepakat untuk berdoa bersama?
Siapakah yang hadir jika dua atau tiga orang berkumpul dalam nama Yesus?
Selain Tuhan menjawab permintaan doa kita, otoritas apakah yang Tuhan berikan saat kita berdoa bersama-sama?
Yesus telah mengajarkan kepada kita bahwa ada kuasa yang Allah lepaskan ketika kita berdoa bersama-sama.
Bahkan ketika berdoa secara pribadi pun dalam secret place, Tuhan juga menyatakan kuasa-Nya.
Hal ini terjadi karena setiap kali kita berdoa pasti kita akan mengalami perjumpaan dengan Tuhan, karena Tuhan selalu hadir ketika kita berdoa baik secara pribadi maupun secara korporat.
“Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”(Matius 6:6).
“Dan ketika mereka sedang berdoa, goyanglah tempat mereka berkumpul itu dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Allah dengan berani.”(Kisah Para Rasul 4:31).
”Sedang mereka melemparinya Stefanus berdoa, katanya: “Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku.” Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: “Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!” Dan dengan perkataan itu meninggallah ia.”(Kisah Para Rasul 7:59-60).
”Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah. Lalu katanya: “Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah.”(Kisah Para Rasul 7:55-56).
Kehadiran Tuhan ketika kita berdoa dapat membuat terjadinya mukjizat-mukjizat dari Tuhan lewat doa-doa kita, seperti yang dialami oleh Hana, Elia dan murid-murid Tuhan Yesus.
”Untuk mendapat anak inilah aku berdoa, dan TUHAN telah memberikan kepadaku, apa yang kuminta dari pada-Nya.”(I Samuel 1:27).
”Elia adalah manusia biasa sama seperti kita, dan ia telah bersungguh-sungguh berdoa, supaya hujan jangan turun, dan hujan pun tidak turun di bumi selama tiga tahun dan enam bulan. Lalu ia berdoa pula dan langit menurunkan hujan dan bumi pun mengeluarkan buahnya.”(Yakobus 5:17-18).
”Dan setelah sadar akan dirinya, Petrus berkata: “Sekarang tahulah aku benar-benar bahwa Tuhan telah menyuruh malaikat-Nya dan menyelamatkan aku dari tangan Herodes dan dari segala sesuatu yang diharapkan orang Yahudi.”Dan setelah berpikir sebentar, pergilah ia ke rumah Maria, ibu Yohanes yang disebut juga Markus. Di situ banyak orang berkumpul dan berdoa.”(Kisah Para Rasul 12:11-12).
Oleh sebab itu marilah kita bertekun untuk berdoa dan mengalami perjumpaan dan kehadiran Tuhan sehingga kita mengalami mukjizat-mukjizat dalam pertemuan-pertemuan doa kita.
Diskusikanlah dalam komunitas saudara bagaimana pengalaman saudara dengan kehadiran Tuhan dalam pertemuan doa pribadi atau bersama-sama.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya dan secara khusus hafalkanlah Efesus 6:18.
Kehidupan yang bagaimanakah yang harus kita bangun setiap waktu?
Terhadap siapakah kita harus berdoa setiap waktu?
Apakah tujuan dari kita berdoa untuk setiap orang-orang kudus di setiap waktu?
Tuhan berkata bahwa sebagai orang yang percaya kita selalu memiliki peperangan terhadap kuasa-kuasa si jahat yang mencoba untuk menipu kita melalui ketakutan, kekuatiran termasuk mengalihkan pandangan hidup kita dari tujuan Tuhan.
Oleh sebab itu kita harus senantiasa menggunakan selengkap senjata Allah, agar dalam setiap peperangan tersebut kita dapat bertahan bahkan mengalami kemenangan.
“Karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara. Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu.”(Efesus 6:12-13).
“Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya. Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis.”(Efesus 6:10-11).
Iblis selalu bekerja setiap saat untuk menjatuhkan setiap orang-orang kudus bahkan iblis berjalan berkeliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan kita harus melawan dia.
”Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama.”(I Petrus 5:8-9).
Perintah Tuhan bagi kita agar kita selalu menggunakan seluruh senjata Allah untuk melawan iblis setiap waktu yang selalu menyerang orang-orang kudus dan salah satu senjata Allah yang harus kita gunakan secara aktif adalah berdoa dan berdoa dengan tidak putus-putusnya.
Dan berdoa dengan tidak putus-putusnya selama 24 jam sehari adalah berdoa dengan bahasa roh.
Pada saat kita berdoa dengan bahasa roh maka kita akan merasakan roh kita terhubung aktif dengan Tuhan, tidak pasif.
Dan ketika terus menerus kita lakukan maka kita akan merasa dibangunkan kembali, diberi api dan gairah.
Karena ketika kita berbahasa roh kita sedang berbicara kepada Bapa dan hati kita tertuju kepada Bapa.
Ketika kita berdoa dalam bahasa roh maka Roh Kudus akan membawa kita kepada kehendak Bapa dan Bapa mengetahui apa maksud dari doa yang diinisiasi oleh Roh Kudus tersebut, sehingga doa-doa kita untuk seluruh orang kudus sesuai dengan kehendak Bapa.
Itulah sebabnya sebagai umat Tuhan kita harus saling mendoakan.
”Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus.”(Roma 8:27).
Oleh sebab itu marilah kita senantiasa berdoa dalam roh untuk semua orang-orang kudus secara aktif.
Diskusikanlah dalam komunitas saudara bagaimana saudara senantiasa berdoa di dalam roh untuk orang-orang kudus atau umat Tuhan.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya dan secara khusus hafalkanlah Roma 8:26.
Siapakah yang dapat membantu kita dalam berdoa, terutama ketika kita mengalami kelemahan?
Bagaimanakah cara Roh Kudus membantu kita untuk berdoa di dalam kelemahan kita?
Sesuai dengan kehendak siapakah jika kita berdoa dengan pimpinan Roh Kudus?
Kita harus memahami bahwa ketika kita mengalami kelahiran kembali Allah telah memberikan Roh Kudus untuk berdiam di dalam hati kita dan selalu menyertai kita.
Dan Roh Kudus itu akan menolong kita untuk masuk kepada kebenaran Bapa serta menolong kita untuk mengenal Bapa.
“Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu.”(Yohanes 14:16-17).
Dalam hal mengenal Bapa maka kita harus membangun kehidupan doa.
Namun harus diakui bahwa kadang kala kita mengalami kelemahan untuk taat dan konsisten dalam berdoa, diantaranya adalah kemalasan, kelemahan fisik dan keletihan termasuk pikiran yang tidak fokus.
Dan Roh Kudus sangat berperan bagi kehidupan doa kita karena Dia akan menolong kita dalam berdoa sehingga kita mengalami perjumpaan dengan Tuhan serta mengalami kehadiran Tuhan bahkan dapat memahami bahwa doa-doa kita sesuai kehendak Bapa dan berkenan kepada Bapa.
Doa yang demikian dapat kita bangun melalui berdoa dengan menggunakan bahasa roh.
Karena ketika kita berdoa menggunakan bahasa roh pada saat itu kita sedang membangun diri sendiri dan keluar dari segala kelemahan serta dapat berbicara dengan Bapa secara merdeka dan bebas dari intimidasi iblis.
”Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia membangun dirinya sendiri, tetapi siapa yang bernubuat, ia membangun Jemaat.”(I Korintus 14:4).
”Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi kepada Allah. Sebab tidak ada seorang pun yang mengerti bahasanya; oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia.”(I Korintus 14:2).
Doa yang kita panjatkan dengan bahasa roh akan sesuai dengan kehendak Bapa karena Roh Kudus sendiri yang akan membawa kita kepada keinginan dan kehendak Bapa dalam berdoa.
”Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus.”(Roma 8:27).
Roh Kudus menolong kita untuk bersatu dengan Bapa ketika kita berdoa dengan menggunakan bahasa roh sehingga yang kita doakan adalah kehendak Allah dan sesuai dengan kehendak Allah.
Tuhan ingin agar kita membangun kehidupan doa di dalam segala situasi, dalam kesibukan kita dalam pekerjaan, studi, kehidupan rumah tangga melalui menggunakan bahasa roh sehingga tidak ada alasan bagi kita untuk tidak dapat berdoa karena Allah telah memberikan kepada kita Roh Kudus-Nya untuk menolong kita serta memimpin kita dalam hal berdoa sehingga kita semakin mengalami keintiman dengan Bapa.
Diskusikanlah dalam komunitas saudara bagaimana pengalaman saudara dalam hal berdoa yang dipimpin oleh Roh Kudus sehingga saudara mengalami doa yang penuh gairah.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apakah yang terjadi saat orang-orang percaya berdoa?
Apakah yang diberikan Roh Kudus kepada mereka yang sedang berdoa?
Apakah hubungan doa dan pemberitaan injil?
“Dan ketika mereka sedang berdoa, goyanglah tempat mereka berkumpul itu dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Allah dengan berani.” (Kisah Para Rasul 4:31).
Setelah Petrus dan Yohanes dilarang memberitakan tentang Yesus oleh pemimpin Yahudi (Kisah 4:18), mereka kembali ke jemaat dan menceritakan ancaman itu.
Para penguasa ingin menghentikan penyebaran Injil, tetapi jemaat mula-mula tidak takut.
Mereka justru berkumpul dan berdoa bersama.
Situasi ini menunjukkan bahwa ancaman dan tekanan tidak boleh menghentikan orang percaya.
Sebaliknya, itu menjadi alasan untuk bersatu dan memohon pertolongan Tuhan.
Dalam doa mereka, jemaat mengutip Mazmur 2 untuk mengingat bahwa Allah berkuasa atas segala penguasa dunia (ayat 26).
Mereka tidak meminta agar masalah hilang, tetapi memohon keberanian untuk tetap memberitakan Injil (ayat 29).
Doa mereka fokus pada misi, bukan kenyamanan.
Mereka sadar: tanpa kuasa Tuhan, tidak mungkin melawan tekanan.
Lalu, Roh Kudus menguatkan mereka, dan tempat mereka berkumpul pun berguncang (ayat 31)!
Setelah berdoa, Petrus dan jemaat lain diberi keberanian untuk terus bersaksi.
Mereka memberitakan Injil dengan berani, meski ada risiko ditangkap lagi.
Tuhan juga menguatkan mereka dengan tanda-tanda ajaib (ayat 30).
Ini membuktikan: doa yang lahir dari iman tidak sia-sia.
Ketika gereja berdoa untuk misi Tuhan, Dia akan memberi kekuatan dan membuka jalan.
Gereja saat ini harus meniru cara jemaat mula-mula.
Pertama, jadikan doa sebagai dasar sebelum bertindak.
Berdoalah bersama sebelum pelayanan atau penginjilan.
Kedua, minta keberanian untuk memberitakan injil.
Jangan takut diolok karena iman—mintalah agar Roh Kudus memberi kekuatan.
Ketiga, dukung orang yang aktif memberitakan Injil, baik melalui dana, doa, atau semangat.
Jika gereja berdoa dan bertindak dengan berani, Injil akan terus menyebar, bahkan di tengah tantangan.
Mari jadikan gereja tempat doa dan pemberitaan Injil berjalan beriringan.
Dari situ, kuasa Tuhan dinyatakan!
Diskusikan dalam kelompok PA, bagaimana mengalami keberanian untuk memberitakan injil.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apakah yang dilakukan Petrus dan Yohanes setelah dilepaskan dari persidangan tua-tua Yahudi dan para ahli taurat?
Apakah yang dilakukan tua-tua Yahudi dan para ahli taurat kepada Petrus dan Yohanes?
Setelah Petrus menceritakan persidangan itu, apakah respon jemaat?
“Ketika teman-teman mereka mendengar hal itu, berserulah mereka bersama-sama kepada Allah, katanya: “Ya Tuhan, Engkaulah yang menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya“(Kisah Para Rasul 4:24).
Setelah Petrus dan Yohanes dilepaskan dari penahanan oleh pemimpin Yahudi (Kisah Para Rasul 4:1-22), mereka langsung kembali ke jemaat dan menceritakan ancaman yang mereka terima.
Para pemimpin Yahudi melarang mereka memberitakan tentang Yesus.
Saat itu, gereja mula-mula dalam tekanan: mereka diintimidasi, dilarang bersaksi, dan hidup dalam ketakutan.
Namun, alih-alih diam atau menyerah, mereka memilih bersatu dan berseru bersama kepada Allah.
Latar belakang ini menunjukkan bahwa di tengah tantangan, orang percaya harus mengandalkan Tuhan, bukan kekuatan sendiri.
Mereka tidak hanya berdoa sendiri-sendiri, tapi berkumpul dan berseru bersama (ayat 24).
Doa mereka penuh keyakinan: mereka mengutip Mazmur 2 untuk mengingat bahwa Allah berkuasa atas segala penguasa dunia.
Meski situasi menakutkan, mereka percaya Tuhan lebih besar dari ancaman manusia.
Doa bersama ini menyatukan hati mereka, menguatkan iman, dan mengalihkan fokus dari ketakutan kepada kuasa Allah.
Allah tidak diam! Meski tidak langsung menghilangkan masalah, Dia memberi mereka keberanian dan hikmat untuk terus bersaksi (lihat Kisah 4:31-33).
Doa bersama itu mengubah ketakutan menjadi kekuatan.
Mereka sadar bahwa berseru kepada Allah bukan sekadar meminta pertolongan, tapi juga menyerahkan diri sepenuhnya kepada rencana-Nya.
Persekutuan doa menjadi sumber kekuatan untuk tetap setia.
Kita saat ini perlu belajar dari cara jemaat mula-mula berseru bersama.
Pertama, jangan hadapi masalah sendirian.
Ketika ada tekanan, kumpulkan orang percaya untuk berdoa bersama.
Kedua, fokus pada kuasa Allah, bukan pada besarnya masalah.
Misalnya, saat ada larangan atau kritik terhadap iman, serahkanlah dalam doa bersama.
Ketiga, jadikan gereja tempat yang aman untuk saling mendukung dan berbagi pergumulan.
Dengan berseru bersama, kita mengundang Tuhan bekerja, dan iman kita dikuatkan.
Mari jadikan gereja sebagai komunitas yang tak hanya berbagi senyum, tetapi juga berseru bersama kepada Allah.
Di situlah kuasa-Nya nyata!
Diskusikan dengan rekan-rekan PA, bagaimana supaya kita mengalami terobosan dalam doa bersama.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Setelah Tuhan Yesus naik ke surga, apakah yang murid-murid lakukan?
Mengapa mereka memutuskan untuk bertekun dalam doa bersama?
“Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama…” (Kisah Para Rasul 1:14).
Setelah Yesus naik ke surga, murid-murid-Nya kembali ke Yerusalem seperti yang diperintahkan-Nya (Kisah Para Rasul 1:12).
Mereka berkumpul di sebuah ruang atas, bersama Maria (ibu Yesus) dan beberapa perempuan lain, total sekitar 120 orang (ayat 14).
Saat itu, mereka sedang menantikan janji Roh Kudus yang akan diberikan oleh Yesus.
Situasi mereka tidak mudah: Yesus sudah tidak ada secara fisik, dan masa depan mereka belum jelas.
Namun, alih-alih panik atau berselisih, mereka memilih untuk bersatu, bertekun, dan berdoa bersama.
Latar belakang ini menunjukkan bahwa doa bersama adalah respon iman di tengah ketidakpastian, sekaligus bentuk ketaatan pada perintah Tuhan.
Kisah Para Rasul 1:14 menekankan bahwa mereka semua “sehati dan sejiwa dalam doa.”
Ini bukan sekadar berkumpul atau membaca doa rutin, tetapi sebuah persekutuan yang intim dan tulus.
Mereka berbeda karakter (ada Petrus yang bersemangat, Tomas yang ragu, Maria yang setia), tapi perbedaan itu tidak menghalangi kesatuan hati.
Doa menjadi alat untuk menyelaraskan tujuan, menguatkan iman, dan mengingat janji Tuhan.
Kebersamaan mereka juga inklusif: perempuan dan laki-laki, mantan penjahat seperti Petrus, dan keluarga Yesus—semua sama di hadapan Tuhan.
Selama 10 hari, mereka terus-menerus berdoa dengan tekun.
Hasilnya? Pada hari Pentakosta, Roh Kudus turun dengan kuasa (Kisah Para Rasul 2:1-4), dan gereja lahir.
Doa bersama bukan hanya ritual, tetapi persiapan hati untuk mengalami karya Allah.
Ketika umat Tuhan bersatu dalam doa, ketakutan berubah menjadi keberanian, keraguan menjadi keyakinan, dan kelemahan menjadi kekuatan.
Doa sehati mereka menjadi fondasi gereja yang perkasa.
Kita saat ini perlu mencontoh ketekunan jemaat mula-mula dalam doa bersama.
Pertama, jadikan doa sebagai prioritas, bukan sekadar “acara tambahan.
Kedua, jaga kesatuan hati meski ada perbedaan pendapat.
Doa bersama bisa menjadi tempat untuk saling mengampuni dan menguatkan.
Ketiga, libatkan semua orang, agar doa mencerminkan keragaman tubuh Kristus.
Jika gereja bertekun dalam doa dengan sehati, kuasa Allah akan nyata, dan dunia melihat kasih-Nya melalui hidup kita.
Mari bangun gereja yang tak hanya sibuk beraktivitas, tetapi berakar dalam doa bersama—seperti murid-murid dulu—supaya Roh Kudus berkarya lebih dahsyat!
Diskusikan dengan pembimbingmu, bagaimana caranya doa yang sehati.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apakah yang dilakukan dengan harta yang mereka miliki?
Mengapa dalam jemaat mula-mula tidak ada yang kekurangan?
Apakah dampaknya kepada masyarakat sekitar?
“….Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.” (Kisah Para Rasul 2:47).
Kisah Para Rasul 2:45-47 menggambarkan kehidupan jemaat mula-mula setelah turunnya Roh Kudus pada hari Pentakosta.
Setelah Petrus berkhotbah dan banyak orang bertobat, terbentuklah komunitas yang radikal dalam kasih dan persekutuan.
Masyarakat saat itu penuh dengan kesenjangan sosial, namun gereja mula-mula justru memilih hidup dalam kesatuan, saling memperhatikan, dan mengutamakan kebersamaan.
Mereka bukan hanya berkumpul untuk ibadah, tetapi menciptakan budaya di mana kepemilikan pribadi diserahkan untuk kebaikan bersama.
Latar belakang ini menunjukkan bahwa persekutuan yang sejati lahir dari respon iman akan karya Kristus dan kuasa Roh yang mengubah hati.
Ayat-ayat ini menekankan bahwa persekutuan jemaat mula-mula tidak berpusat pada kegiatan ibadah, melainkan pada tindakan nyata: berbagi harta, makan bersama, berdoa, dan bersukacita dengan tulus.
Mereka menjual harta untuk memastikan tidak ada yang kekurangan, menunjukkan bahwa persekutuan sejati menghancurkan batasan ekonomi dan status.
Kebersamaan mereka bersifat holistik—rohani, sosial, dan praktis.
Sukacita yang terpancar dari cara hidup ini membuat orang-orang di sekitar mereka “berbaik hati” (ayat 47).
Persekutuan seperti inilah yang menarik banyak orang, karena mencerminkan kasih Kristus yang terbuka bagi semua dan mengubahkan.
Kisah Para Rasul 2:47 mencatat bahwa gereja mula-mula “disukai semua orang,” dan Tuhan menambahkan jiwa-jiwa setiap hari.
Persekutuan mereka menjadi kesaksian hidup yang tak terbantahkan.
Ketika gereja hidup dalam kerendahan hati, kejujuran, dan kepedulian, dunia melihat perbedaan yang tak biasa.
Bukan program atau strategi yang menarik orang, tetapi ketulusan hubungan antar jemaat.
Mereka menjadi komunitas yang tidak hanya berbicara tentang kasih, tetapi menghidupinya, sehingga Injil menjadi relevan dan berkuasa.
Kita semua dipanggil untuk merefleksikan persekutuan yang sama. Ini berarti menciptakan ruang di mana anggota jemaat berani hidup transparan, saling mempercayai, dan aktif menanggung beban satu sama lain—baik secara materi, emosional, maupun rohani.
Gereja perlu melampaui rutinitas ibadah dengan membangun persekutuan yang intim, menggalang dana sosial untuk yang membutuhkan.
Persekutuan yang “disukai semua orang” hanya mungkin terjadi ketika gereja menjadi tanda kerajaan Allah: terbuka, penuh sukacita, dan menjawab pergumulan masyarakat.
Dengan demikian, gereja tidak hanya bertumbuh secara kuantitas, tetapi menjadi mercusuar kasih yang memuliakan Tuhan.
Mari kita wujudkan gereja yang tidak hanya berkumpul, tetapi seperti jemaat mula-mula, sehingga dunia melihat Kristus melalui cara kita mengasihi.
Diskusikan dalam kelompok PA, bagaimana caranya memberi membangun budaya gereja seperti gereja mula-mula.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apa yang dimaksud dengan Firman yang hidup, yang sudah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami?
Apa yang dilakukan para rasul terhadap Firman hidup itu?
Apa tujuan para rasul bersaksi tentang Firman hidup itu?
Persekutuan seperti apa yang dialami para rasul dan mereka ingin supaya semua orang yang mendengar kesaksian mereka juga mengalaminya?
Saudara, pada suatu hari Yesus berkata kepada murid-murid-Nya bahwa setiap orang yang percaya akan masuk dalam persekutuan, yaitu menjadi satu atau bersatu dengan Bapa dan Yesus Kristus:
Yohanes 14:20 “Pada waktu itulah kamu akan tahu, bahwa Aku di dalam Bapa-Ku dan kamu di dalam Aku dan Aku di dalam kamu.”
Efesus 3:17“sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih.”
Oleh karena itu Saudara, kesatuan orang percaya dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus, terjadi karena iman dari orang-orang percaya itu.
Rasul Yohanes menuliskan hal ini kepada jemaat mula-mula dalam suratnya:
1 Yohanes 1:3“Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus.”
Oleh karena itu, jika kita ingin agar bangsa kita dipenuhi dengan kemuliaan Tuhan, maka tidak ada cara lain selain pergi dan memberitakan Kabar Baik kepada orang-orang di sekitar kita sehingga kita dapat membangun persekutuan dengan mereka.
Persekutuan kita dengan Bapa dan dengan Anak-Nya dapat kita bawa kepada orang-orang di sekitar kita sehingga mereka pun bersekutu dengan kita.
Akhirnya, mereka masuk ke dalam persekutuan dengan Bapa.
Haleluya, Puji Tuhan, Amin.
Apa yang menyebabkan bangsa kita sampai saat ini belum mengenal Yesus Kristus, Anak Allah yang hidup?