Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya dan secara khusus hafalkanlah Titus 2:6.
Apakah nasihat Rasul Paulus terhadap orang-orang muda seperti Titus?
Hal-hal apakah yang menjadi nasihat Rasul Paulus terhadap orang-orang muda selain menguasai diri dalam segala hal?
Menurut saudara karakter siapakah yang harus kita warisi dalam hal penguasaan diri, jujur dan hidup tidak bercela?
Sebagai anak-anak Allah maka kita ditetapkan sebagai ahli waris Kerajaan Allah dan yang kita warisi adalah pribadi Yesus dan salah satu diantaranya adalah karakter Yesus.
“Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.” (Roma 8:17).
Salah satu karakter Yesus yang harus kita warisi adalah bahwa Yesus menjadi teladan dalam hal kejujuran, kesungguhan dalam mengajar orang lain sehingga mengajar ajaran yang sehat dan tidak bercela.
Hal ini dilakukan Yesus karena Dia telah menguasai diri dalam segala hal dimana setiap ajarannya murni ajaran yang berasal dari Bapa dan Dia tidak mengajarkan hal-hal yang lain kecuali yang diajarkan dimana Dia menerimanya dari Bapa.
”Maka kata Yesus: “Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku. Dan Ia, yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya.” Setelah Yesus mengatakan semuanya itu, banyak orang percaya kepada-Nya.” (Yohanes 8:28-30).
Itulah sebabnya Yesus menjadi berhasil dalam melakukan kehendak Bapa dan berkemenangan.
Tuhan ingin agar kita mewarisi karakter Yesus yaitu hidup dalam penguasaan diri dalam segala hal.
Karena orang-orang yang menguasai diri dapat merebut kota bahkan orang-orang yang menguasai dirilah yang dapat menyelesaikan tujuan Allah dan akan beroleh mahkota yang abadi.
”Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan,orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota.”(Amsal 16:32).
”Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi.”(I Korintus 9:25).
”Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.”(I Korintus 9:27).
Oleh sebab itu marilah kita membangun kehidupan penguasaan diri sehingga kita dapat berhasil dan berkemenangan seperti Yesus supaya kita juga dapat memahami jalan-jalan Tuhan di dalam kehidupan kita.
”Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa.” (I Petrus 4:7).
Diskusikanlah dalam komunitas saudara bagaimana saudara hidup meneladani Yesus dalam hal penguasaan diri sehingga dapat mengerjakan dan menyelesaikan tujuan Tuhan.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apakah nasehat Paulus untuk laki-laki tua?
Apakah nasehat Paulus untuk perempuan tua dan muda?
Apakah nasehat Paulus untuk orang-orang muda?
“Laki-laki yang tua hendaklah hidup sederhana, terhormat, bijaksana, sehat dalam iman, dalam kasih dan dalam ketekunan”. (Titus 2:2).
Bijaksana menurut kamus bahasa Indonesia adalah 1) selalu menggunakan akal budinya (pengalaman dan pengetahuannya); arif; tajam pikiran
2) pandai dan hati-hati (cermat, teliti, dan sebagainya) apabila menghadapi kesulitan dan sebagainya.
Sedangkan dalam bahasa Yunani σώφρων (sōphrōn) dan memiliki arti memiliki pikiran yang baik dan mampu mengendalikan diri.
Dari dua pengertian tersebut bijaksana berarti memiliki pemikiran yang baik (cemat, teliti, tajam) dan mampu mengendalikan diri.
Rasul Paulus menulis surat kepada muridnya yang bernama Titus supaya dapat menjadi gembala yang baik, surat ini disebut pula surat penggembalaan.
Tujuan Rasul Paulus menulis surat ini salah satunya adalah untuk membantu jemaat tumbuh dalam iman, pengetahuan akan kebenaran dan kesalehan hidup.
Salah satu nasehat Paulus untuk jemaat adalah hidup bijaksana.
Jemaat yang dilayani Titus sedang menghadapi berbagai tantangan, baik dari dalam maupun dari luar.
Tantangan yang dialami Titus dalam jemaat saat itu adalah aneka kelompok, sehingga perlu penanganan yang berbeda-beda, untuk orang tua, orang muda, wanita tua dan wanita muda.
Bahkan dalam jemaat terdapat mereka yang masih memiliki status budak.
Salah satu nasehat Paulus yang disebut dua kali adalah hidup bijaksana.
Saudara, kita hidup dalam zaman dimana dosa semakin merajalela. Orang tidak takut kepada Tuhan.
Budaya yang ada di sekitar kita sangat mungkin mempengaruhi pola pikir dan tindakan kita.
Oleh karena itu, kita perlu bijaksana dalam kehidupan. Pengetahuan akan kebenaran akan memampukan kita memilah-milah mana yang benar dan mana yang kurang benar.
Budaya yang mengutamakan potensi diri (berpusat pada diri sendiri) menjadi gerakan zaman baru.
Gerakan ini mirip dengan gerakan yang mengutamakan berkat atau Injil kemakmuran!
Gerakan yang mengutamakan kemakmuran dari pada pengenalan akan Tuhan.
Kalau kita tidak bijaksana, mungkin saja kita terpengaruh, apalagi gerakan atau ajaran itu dibungkus ayat-ayat firman Tuhan.
Dalam dunia yang semakin materialistis dan konsumtif, kita harus semakin bijak, mampu menilai keadaan zaman dan mampu mengendalikan diri.
Pengendalian diri menjadi benteng supaya kita tidak terseret arus dunia.
Oleh karena itu, kita harus tekun menghidupi kebenaran firman Tuhan dan hidup dalam persekutuan yang intim dengan Tuhan.
Supaya kita memiliki pikiran dan perasaan Kristus dan kita menjadi terang atau garam dunia ini.
Diskusikan dalam kelompok PA, bagaimana caranya supaya kita memiliki hati yang bijaksana.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Mengapa kita harus kudus?
Apakah hubungan ketaatan dengan kekudusan?
Apakah artinya kudus?
“Sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.” (1 Petrus 1:16).
Kita sudah sering mendengar kata “kudus”, sering memuji atau menyembah Tuhan dengan kata “kuduslah Tuhan”.
Apa artinya kudus? Dalam bahasa Yunani ἅγιος (hagios) yang memiliku arti; terpisah dari kondisi umum dan dikhususkan untuk sakral, murni, tidak cacat moral, sesuatu yang suci.
Alkitab Bahasa Indonesia sehari hari menggunakan kata suci.
Dalam konteks ayat-ayat yang kita renungkan, kudus memiliki pengertian hidup suci, tidak menuruti hawa nafsu dan taat.
Oleh karena itu ketaatan adalah bagian dari cara hidup yang kudus.
Ketaatan mencakup dua hal; taat terhadap kebenaran firman Tuhan (menjadi pelaku firman) dan juga taat kepada panggilan Tuhan.
Karena mungkin saja seorang anak Tuhan taat untuk melakukan firman Tuhan yang sudah dia dengar, tetapi enggan untuk pergi ke tempat yang Tuhan sudah siapkan.
Saudara, contoh ketaatan yang sempurna adalah Tuhan Yesus di dalam Filipi 2:8“Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib”.
Jadi untuk dapat menjadi pribadi yang taat sepenuhnya diperlukan kerendahan hati.
Rendah hati memiliki pengertian tidak menanggap diri penting, sebaliknya Tuhan dan orang lain lebih penting.
Orang yang rendah hati, selalu mengutamakan kepentingan Tuhan dan orang lain.
Saudara, menjadi pribadi yang taat kepada Tuhan bukanlah proses yang mudah.
Kita harus belajar taat kepada hal-hal yang kecil, supaya dapat taat kepada perintah yang besar.
Tuhan Yesus sendiri mengalami pergumulan di Taman Getsmani sebelum Dia disalibkan.
Namun Tuhan Yesus mengutamakan kehendak Bapa dari kehendak pribadi-Nya.
Biarlah setiap hari kita mengawali kehidupan dengan doa sederhana “bukan kehendakku yang jadi tetapi kehendak-Mu”.
Diskusikan dengan rekan-rekan PA, bagaimana membangun bertumbuh dalam proses kerendahan hati dan ketaatan.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Mengapa kita tidak boleh menghakimi saudara kita?
Apakah yang dimaksud dengan menghakimi?
Pernah saudara menghakimi orang lain? Apakah akibatnya?
“Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi” (Matius 7:1).
Hakim menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah orang yang mengadili perkara (dalam pengadilan atau mahkamah).
Hakim diberikan kewenangan oleh negara untuk memutuskan seseorang bersalah atau tidak, dan jikalau bersalah hakim menentukan hukuman yang diberikan atas kesalahan tersebut.
Menghakimi berarti berlaku seperti hakim, menempatkan kita seperti hakim, merasa memiliki hak menyatakan kesalahan orang lain, menilai perbuatan orang lain dari cara pandang kita.
Menghakimi orang lain, berarti menilai kesalahan orang lain berdasarkan pandangan kita, bukan berdasarkan kebenaran.
Saudara, menegur dan menghakimi adalah tindakan yang berbeda.
Alkitab mengajarkan untuk kita untuk tidak menghakimi tetapi saling menegur (kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain. Baca Kolose 3:16).
Ada persyaratan untuk menegur. Pertama, yaitu kita hidup dalam firman Tuhan (mengetahui kebenaran).
Kedua, dengan hikmat, sehingga teguran kita tepat sasaran.
Ketiga, menegur di dalam kasih, bukan dengan emosi atau kemarahan.
Selain itu ada tata cara menegur saudara. Tegurlah di bawah empat mata, atau bila tidak mau bertobat bawa seorang atau dua orang saksi -Matius 18:15.
Saudara, terkadang Tuhan memakai orang di sekitar kita untuk menegur, orang tua, istri, suami, anak, pembimbing, pendeta atau penatua.
Sesungguhnya teguran sangat berguna bagi pertumbuhan rohani.
Menurut Amsal,
1) Siapa mengindahkan teguran adalah bijak.
2) Tetapi siapa mengindahkan teguran, ia dihormati.
3) Tetapi siapa mengabaikan teguran, tersesat.
4) Orang yang mengarahkan telinga kepada teguran yang membawa kepada kehidupan akan tinggal di tengah-tengah orang bijak.
5) Tetapi siapa mendengarkan teguran, memperoleh akal budi.
6) Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi.
Oleh karena itu jangan alergi dengan teguran.
Jangan marah karena teguran.
Jangan menolak teguran.
Saudara, terimalah teguran dengan rendah hati.
Kalaupun engkau tidak merasa bersalah, terima teguran itu, dan ucapkan terima kasih.
Bila diperlukan, ambil waktu untuk mendiskusikan dalam kasih teguran tersebut.
Mungkin saja ada kesalahpahaman.
Diskusikan dalam kelompok PA saudara, bagaimana caranya menegur yang baik.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apakah hubungan pengampunan dengan pengorbanan Tuhan Yesus?
Apakah hubungan kasih Allah dengan Pengampunan?
Mengapa kita harus mengampuni orang yang bersalah kepada kita?
“Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya” (Efesus 1:7).
Apakah inti dari kasih Allah kepada manusia? Pengampunan dosa.
Dalam perjanjian lama, pengampunan dosa berkaitan dengan darah.
Tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan dosa (baca: Ibrani 9:22).
Bahkan ketika Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, untuk menutupi ketelanjangan mereka, Allah mengorbankan binatang untuk mengambil kulitnya.
Tuhan Yesus juga disebut sebagai Anak Domba yang menghapus dosa dunia (baca: Yohanes 1:29).
Karena begitu besar Kasih Allah, Dia mengorbankan Anak-Nya yang tunggal (untuk menghapus dosa manusia).
Salah satu bentuk kasih kita kepada saudara kita (atau keluarga) adalah kerelaan mengampuni.
Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk saling mengampuni.
“Hendaklah kalian baik hati dan berbelaskasihan seorang terhadap yang lain, dan saling mengampuni sama seperti Allah pun mengampuni kalian melalui Kristus”(Efesus 4:32 BIMK).
Kita diminta mengampuni seperti Tuhan Yesus sudah mengampuni.
Pengampunan adalah kerugian bagi orang yang memberikan pengampunan.
Pengampunan bukan hanya komitmen atau keputusan untuk melepaskan pengampunan.
Tetapi kesediaan untuk berkorban atau menderita kerugian.
Allah mengampuni dosa manusia, dengan cara mengorbankan Anak-Nya.
Jadi, pengampunan itu adalah pengorbanan atau kerugian.
Apabila kita meminjamkan barang kepada seseorang, kemudian orang itu merusakkan atau menghilangkan barang itu, kemudian dia meminta pengampunan dari kita, maka sebagai konsekuensinya, kita rela kehilangan barang.
Pengampunan memiliki harga yang harus kita bayar, kehilangan barang, kehilangan waktu, perasaan, dan hal lainnya.
Oleh karena itu memberikan pengampunan sulit tanpa kita mengerti pengampunan Tuhan.
Saudara, oleh darah Yesus kita sudah menerima pengampunan dari Allah sekali untuk selamanya.
Kita selalu menerima pengampunan.
Oleh karena itu, demikianlah kita harus mengasihi saudara-saudara yang bersalah kepada kita, dengan kerelaan untuk melepaskan pengampunan.
Diskusikan dengan pembimbingmu, bagaimana caranya dapat mengampuni padahal kita sudah sangat dirugikan.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apa yang kita percaya tentang kasih Allah kepada kita?
Jika seseorang berada dalam kasih, maka apa yang Allah lakukan terhadap orang itu?
Apa bukti bahwa kasih Allah sempurna di dalam kita?
Mengapa orang takut tidak sempurna di dalam kasih?
Saudara, Allah adalah kasih.
Hukum yang terutama dan pertama berbicara tentang kasih, demikian hukum yang kedua juga berbicara tentang kasih.
Matius 22:35-40“dan seorang dari mereka, seorang ahli Taurat, bertanya untuk mencobai Dia: “Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?” Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.”
Mampukah kita mengasihi sesuai dengan hukum yang telah disebutkan di atas?
Rasul Yohanes dengan jelas menuliskannya dalam:
1 Yohanes 4:19“Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.”
Oleh karena kasih dan kekuatan Allah yang diberikan kepada kita, maka kita mampu mengasihi Allah dan mengasihi sesama kita.
Filipi 4:13“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.”
Saudara, sebagai anak-anak Allah, kepada kita telah diberikan kuasa untuk menjadi anak-anak Allah sehingga kita memiliki kuasa sebagai anak-anak Allah:
Yohanes 1:12“Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya”
Kita juga diberi kuasa untuk menjadi murid Yesus. Sebagai murid Yesus, ciri utamanya adalah:
Yohanes 13:34-35“Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.”
Oleh karena itu, sebagai murid-murid Yesus Kristus, marilah kita saling mengasihi.
Saudara, karena Allah sangat mengasihi kita, sudah sewajarnya kita juga mengasihi Allah.
Rasul Yohanes pernah menuliskan hal penting untuk kita perhatikan mengenai mengasihi Allah.
Dalam suratnya kepada jemaat, ia menulis:
1 Yohanes 4:20-21 “Jikalau seorang berkata: “Aku mengasihi Allah,” dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya.”
Oleh karena itu, sebagai pewaris kasih Allah sudah sepatutnya kita, jemaat Yesus Kristus, untuk saling mengasihi, saling mengampuni dan tidak terus mengingat kesalahan saudara kita.
Jika Tuhan melakukan demikian, maka sebagai anak-anak-Nya, kita pun harus mengikuti jejak-Nya.
Penulis Ibrani menuliskan satu lagi tindakan Allah yang sangat luar biasa:
Ibrani 8:12“Sebab Aku akan menaruh belas kasihan terhadap kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa-dosa mereka.”
Ibrani 10:16-17“sebab setelah Ia berfirman: “Inilah perjanjian yang akan Kuadakan dengan mereka sesudah waktu itu,” Ia berfirman pula: “Aku akan menaruh hukum-Ku di dalam hati mereka dan menuliskannya dalam akal budi mereka, dan Aku tidak lagi mengingat dosa-dosa dan kesalahan mereka.”
Saudara, Tuhan Allah, Bapa kita, melupakan dan tidak mengingat-ingat segala dosa kita sebagai anak-anak-Nya.
Sebagai pewaris kasih Allah, maka kita merupakan jemaat yang telah lebih dahulu dikasihi oleh Allah, Bapa kita, dan sudah sepatutnya kita juga melakukan hal yang sama yaitu tidak mengingat-ingat dosa saudara-saudara kita apalagi mencatatnya dalam buku harian kita.
Saudara, dalam bahasa Yunani terdapat empat jenis kasih yaitu Agapē, Eros, Philia, dan Storgē.
Agapē adalah kasih Ilahi, kasih yang tanpa syarat yang berasal dari Allah kepada umat-Nya.
Eros adalah kasih antara pasangan seperti kasih antara suami dan istri.
Storgē adalah kasih dalam keluarga yaitu ikatan mendalam antara orang tua dan anak serta diantara saudara-saudara dalam satu keluarga.
Philia adalah kasih yang muncul dalam komunitas atau persahabatan antara saudara seiman dalam gereja.
Namun, sebagai anak-anak Allah, kita seharusnya mewarisi kasih Agapē, yaitu kasih yang tanpa syarat, kasih Ilahi yang sempurna.
Yohanes 13:34-35“Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.”
Yesus telah mengasihi kita dengan kasih Agapē dan kasih inilah yang diwariskan kepada kita.
Kasih Yesus adalah kasih Agapē, kasih yang tanpa syarat.
Oleh karena itu, kita juga diperintahkan untuk mengasihi saudara-saudara seiman, murid Kristus yang lain.
Haleluya, puji Tuhan, Amin.
Jika seseorang tidak dapat mengasihi sesamanya, mungkinkah ia hidup sebagai pengikut Kristus?
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Kapan kelaparan dan kehausan akan firman Tuhan terjadi?
Apa yang mereka lakukan untuk mendapatkan firman Tuhan?
Apa yang terjadi pada anak-anak dara yang cantik dan anak-anak teruna?
Mengapa mereka rebah dan tidak akan bangkit-bangkit lagi?
Saudara, pada masa Nabi Amos, terjadi berbagai dosa yang sangat dibenci oleh Tuhan Allah yaitu dosa kekejaman dan keganasan manusia dalam menindas sesamanya.
Hal itu terjadi karena Israel tidak mengindahkan firman Tuhan dan melakukan dosa yang sangat dibenci oleh Tuhan Allah yaitu menyembah dewa-dewi.
Selain itu, orang Israel atau Yahudi menolak hukum Allah dan tidak menghargai pesan para nabi yang menegur mereka.
Mereka tersesat oleh allah-allah bangsa di sekitar Israel dan ikut-ikutan menyembah berhala dari bangsa-bangsa asing di sekitar mereka.
Karena dosa-dosa mereka, maka Tuhan Allah mengirimkan bencana demi bencana atas umat itu dengan tujuan agar mereka bertobat.
Namun, mereka tetap hidup dalam kecemaran dan terus menyembah dewa-dewi asing sehingga Tuhan sangat murka terhadap Israel.
Amos 4:6“Sekalipun Aku ini telah memberi kepadamu gigi yang tidak disentuh makanan di segala kotamu dan kekurangan roti di segala tempat kediamanmu, namun kamu tidak berbalik kepada-Ku,” demikianlah firman TUHAN.”
Amos 4:11“Aku telah menjungkirbalikkan kota-kota di antara kamu, seperti Allah menjungkirbalikkan Sodom dan Gomora, sehingga kamu menjadi seperti puntung yang ditarik dari kebakaran, namun kamu tidak berbalik kepada-Ku,” demikianlah firman TUHAN.”
Di antara semua dosa Israel yang paling menonjol adalah dosa sosial mereka.
Orang-orang kaya mengambil keuntungan dari orang-orang miskin dan memeras saudara mereka yang lemah dan miskin.
Sementara mereka memeras saudara mereka yang lemah dan miskin, mereka tetap beribadah dan melakukan perayaan keagamaan.
Tuhan Allah sangat membenci ibadah yang seperti itu:
Amos 5:21-25“Aku membenci, Aku menghinakan perayaanmu dan Aku tidak senang kepada perkumpulan rayamu. Sungguh, apabila kamu mempersembahkan kepada-Ku korban-korban bakaran dan korban-korban sajianmu, Aku tidak suka, dan korban keselamatanmu berupa ternak yang tambun, Aku tidak mau pandang. Jauhkanlah dari pada-Ku keramaian nyanyian-nyanyianmu, lagu gambusmu tidak mau Aku dengar. Tetapi biarlah keadilan bergulung-gulung seperti air dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir. “Apakah kamu mempersembahkan kepada-Ku korban sembelihan dan korban sajian, selama empat puluh tahun di padang gurun itu, hai kaum Israel?”
Orang Israel berulang kali menolak firman Tuhan yang disampaikan melalui para nabi:
Amos 2:11-12“Aku telah membangkitkan sebagian dari anak-anakmu menjadi nabi dan sebagian dari teruna-terunamu menjadi nazir. Bukankah betul-betul begitu, hai orang Israel?” demikianlah firman TUHAN. “Tetapi kamu memberi orang nazir minum anggur dan memerintahkan kepada para nabi: Jangan kamu bernubuat!”
Amos 7:10-13“Lalu Amazia, imam di Betel, menyuruh orang menghadap Yerobeam, raja Israel, dengan pesan: “Amos telah mengadakan persepakatan melawan tuanku di tengah-tengah kaum Israel; negeri ini tidak dapat lagi menahan segala perkataannya. Sebab beginilah dikatakan Amos: Yerobeam akan mati terbunuh oleh pedang dan Israel pasti pergi dari tanahnya sebagai orang buangan.” Lalu berkatalah Amazia kepada Amos: “Pelihat, pergilah, enyahlah ke tanah Yehuda! Carilah makananmu di sana dan bernubuatlah di sana! Tetapi jangan lagi bernubuat di Betel, sebab inilah tempat kudus raja, inilah bait suci kerajaan.”
Saudara, sebagai Israel rohani, jangan sampai kita mengalami apa yang dialami oleh bangsa Israel pada waktu itu.
Kita mengabaikan orang miskin di antara kita atau bahkan tega mengambil keuntungan dari mereka yang lemah dan miskin yang seharusnya kita berikan bantuan.
Hal ini bisa terjadi ketika anak-anak Tuhan mulai mencintai uang, sehingga mereka tidak lagi merindukan firman Tuhan, meskipun tetap aktif ke gereja, memberikan persembahan dan perpuluhan, janji iman atau persembahan lainnya serta sibuk dalam berbagai kegiatan pelayanan.
Namun, tidak lagi memiliki belas kasihan terhadap orang-orang yang miskin secara rohani dan lemah kerohaniannya yang dimanfaatkan untuk mendapatkan keuntungan dan tidak lagi merindukan firman Tuhan melainkan hanya mencari pengajaran yang disukai saja.
Inilah sebabnya Tuhan akan mengirimkan masa kelaparan dan kehausan bukan untuk makanan dan minuman tetapi kelaparan dan kehausan akan mencari kebenaran dan firman Tuhan.
Amos 8:11“Sesungguhnya, waktu akan datang,” demikianlah firman Tuhan ALLAH, “Aku akan mengirimkan kelaparan ke negeri ini, bukan kelaparan akan makanan dan bukan kehausan akan air, melainkan akan mendengarkan firman TUHAN.”
Ketika Israel menolak nabi-nabi dan menolak firman Tuhan, maka Tuhan membuat mereka mengalami kelaparan dan kehausan akan kebenaran serta firman Tuhan.
Namun, Tuhan tidak lagi berfirman kepada mereka karena ibadah mereka hanya sebatas ritual saja.
Renungan ini menjadi peringatan bagi kita, anak-anak Tuhan, agar semakin rindu untuk bersekutu dengan Bapa melalui pembacaan dan perenungan firman Tuhan, selagi kita masih bisa dapatkan dengan mudah.
Kita tidak tahu apakah suatu saat akan datang masa sulit dimana firman Tuhan tidak bisa dibaca lagi, saat kegelapan meliputi dunia dan kekristenan mengalami tekanan seperti yang terjadi di Tiongkok pada zaman Mao Tse-tung, dimana Alkitab dilarang beredar, dimusnahkan dan pembacaannya dilarang.
Oleh karena itu, marilah kita beribadah dengan sungguh-sungguh, memuji dan menyembah Yesus saat kita masih memiliki kebebasan untuk bersaksi karena bisa saja suatu saat kita menghadapi kesulitan untuk bersaksi.
Mari kita beribadah secara spiritual bukan sekadar ritual, sebab kita masih diberi kebebasan untuk beribadah.
Haleluya, puji Tuhan, Amin.
Apakah mungkin kita akan mendapatkan larangan untuk beribadah dan bersaksi pada masa yang akan datang?
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apa tujuan Yesus pergi ke Yerusalem dalam bagian firman ini?
Apa alasan Petrus tidak setuju dengan tujuan Yesus?
Mengapa Yesus tega berkata “Iblis” kepada Petrus, murid-Nya sendiri?
Mengapa Yesus menyebut Petrus sebagai batu sandungan bagi-Nya?
Saudara, melalui cerita ini, kita dapat memahami bahwa Yesus selalu berjalan dalam pimpinan Bapa-Nya melalui Roh Allah atau Roh Kudus yang telah mengurapi dan memenuhi-Nya.
Yesus senantiasa memikirkan apa yang menjadi kehendak Bapa-Nya.
Yohanes 4:1-5“Ketika Tuhan Yesus mengetahui, bahwa orang-orang Farisi telah mendengar, bahwa Ia memperoleh dan membaptis murid lebih banyak dari pada Yohanes–meskipun Yesus sendiri tidak membaptis, melainkan murid-murid-Nya, –Iapun meninggalkan Yudea dan kembali lagi ke Galilea. Ia harus melintasi daerah Samaria. Maka sampailah Ia ke sebuah kota di Samaria, yang bernama Sikhar dekat tanah yang diberikan Yakub dahulu kepada anaknya, Yusuf.”
Saudara, Tuhan Yesus senantiasa berjalan dalam arahan Bapa-Nya.
Itulah sebabnya Dia selalu berdoa kepada Bapa-Nya untuk mendapatkan arahan.
Ketika Yesus menyadari bahwa orang-orang Farisi telah mengetahui bahwa Ia memiliki banyak murid, maka Yesus mengerti bahwa waktu-Nya untuk dikorbankan sudah dekat.
Seperti yang telah Dia katakan kepada murid-murid-Nya, bahwa Dia akan ditangkap dan dianiaya oleh para tua-tua Israel, disalibkan serta dibunuh karena iri hati orang-orang Farisi.
Oleh sebab itu, Yesus melewati Samaria karena Dia akan mengakhiri pelayanan-Nya sebagai Anak Manusia.
Ketika Yesus mengutus ketujuh puluh murid-murid-Nya, Dia melarang mereka memberitakan kabar baik kepada orang Samaria dan melarang mereka memasuki wilayah Samaria.
Matius 10:5-6“Kedua belas murid itu diutus oleh Yesus dan Ia berpesan kepada mereka: “Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.”
Saudara, Yesus memang melarang murid-murid-Nya, namun Ia sendiri dengan sengaja melintasi dan masuk ke kota Sikhar.
Yesus sudah tahu bahwa waktunya untuk dikorbankan semakin dekat sehingga Dia menyelesaikan tugas-Nya dalam memberitakan kabar baik (Injil Kerajaan Allah atau Injil Keselamatan) kepada Israel.
Pemberitaan kabar baik ini dimulai dari Yerusalem, seluruh Yudea, Samaria, sampai ujung bumi melalui murid-murid-Nya dan gereja-Nya kelak.
Ketika berada di Samaria, Yesus melayani seorang perempuan Samaria ketika murid-murid-Nya pergi mencari makanan.
Ketika para murid kembali dari membeli makanan, maka mereka mengajak Yesus untuk makan dan terjadilah percakapan berikut:
Yohanes 4:31-34“Sementara itu murid-murid-Nya mengajak Dia, katanya: “Rabi, makanlah.” Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: “Pada-Ku ada makanan yang tidak kamu kenal.” Maka murid-murid itu berkata seorang kepada yang lain: “Adakah orang yang telah membawa sesuatu kepada-Nya untuk dimakan?” Kata Yesus kepada mereka: “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.”
Yesus senantiasa memikirkan tugas-tugas yang diperintahkan oleh Bapa-Nya.
Itulah sebabnya Yesus selalu berdoa untuk menantikan arahan dari Bapa-Nya.
Bahkan, Dia dengan jelas mengatakan bahwa makanannya adalah melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan Bapa-Nya.
Yesus dengan jelas menyatakan bahwa Dia akan menyelesaikan tugas-Nya.
Matius 16:21“Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.”
Sementara itu, Petrus, salah seorang murid-Nya:
Matius 16:22“Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.”
Petrus berpikir bahwa tidak mungkin Yesus diperlakukan seperti itu.
Setelah melihat dan mengikuti kehidupan Yesus selama tiga tahun, Petrus berkata bahwa hal tersebut tidak akan terjadi pada Yesus.
Baginya, Yesus adalah Mesias yang berkuasa dan akan memerintah Israel, tidak mungkin dapat dibunuh dengan cara yang begitu mudah.
Karena pemikiran itulah, Petrus menegur Yesus, namun Yesus berbalik menegur Petrus:
Matius 16:23“Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.”
Saudara, Rasul Paulus dengan jelas menyatakan bahwa Gereja Tuhan atau jemaat Yesus Kristus di akhir zaman ini seharusnya memikirkan hal-hal yang ada di surga:
Kolose 3:1-2“Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.”
Saudara, oleh karena itu, marilah kita merenungkan firman Tuhan yang tertulis dengan sungguh-sungguh agar kita dapat mengalami kepenuhan Kristus:
2 Timotius 3:16-17“Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.”
Jadi, marilah kita terus belajar setiap hari untuk membaca dan merenungkan firman Tuhan melalui Alkitab kita, dalam saat teduh, doa dan penyembahan.
Dengan demikian, kita akan mendapatkan arahan dari Tuhan melalui firman-Nya yang diterangi oleh Roh Kudus sehingga kita dapat bertumbuh menjadi seperti Yesus yang senantiasa berdoa kepada Bapa untuk meminta bimbingan.
Yesus senantiasa memikirkan apa yang telah direncanakan oleh Bapa-Nya.
Tidak ada satu pun tindakan Yesus yang keluar dari rencana Bapa, kecuali satu kali ketika Dia pernah berdoa.
Namun, pada akhirnya, Yesus tetap menaati kehendak Bapa-Nya:
Matius 26:36-39“Maka sampailah Yesus bersama-sama murid-murid-Nya ke suatu tempat yang bernama Getsemani. Lalu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: “Duduklah di sini, sementara Aku pergi ke sana untuk berdoa.” Dan Ia membawa Petrus dan kedua anak Zebedeus serta-Nya. Maka mulailah Ia merasa sedih dan gentar, lalu kata-Nya kepada mereka: “Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku.” Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.”
Mengapa hal itu terjadi? Yesus adalah 100% manusia dan 100% Allah.
Sebagai manusia, Ia merasakan kegentaran saat menghadapi kejadian yang akan terjadi keesokan harinya ketika Dia akan mengalami siksaan, aniaya dan penyaliban.
Apakah Yesus takut akan kematian-Nya? Tidak, sebab kematian Yesus terjadi karena Yesus sendiri menyerahkan nyawa-Nya kepada Bapa.
Bukan kematian yang ditakutkan oleh Yesus Kristus, melainkan saat Dia ditinggalkan oleh Bapa-Nya.
Dari kekekalan sampai kekekalan, Allah Tritunggal tidak pernah terpisah dan Yesus Kristus yaitu Firman Allah yang hidup tidak pernah berpisah dengan Bapa-Nya.
Dalam kemahatahuan-Nya, Ia mengetahui bahwa akan tiba saatnya ditinggalkan oleh Bapa-Nya.
Hal Inilah yang membuat Dia takut.
Matius 27:46“Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eli, Eli, lama sabakhtani?” Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”
Yohanes 1:1“Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah.”
Allah Tritunggal mengalami perpisahan ketika Yesus melakukan rencana Allah yaitu menebus dosa dunia.
Sebagai Anak Domba Allah, Yesus ditinggalkan oleh Bapa karena semua dosa dunia dipikulkan kepada-Nya.
Dosa itu melumuri dan menyelimuti Yesus, sehingga Bapa berpaling dan meninggalkan Yesus sendiri di atas kayu salib.
Hal inilah yang membuat Yesus sedih, berduka dan gentar.
Oleh sebab itu, Dia berdoa agar cawan murka Allah dilewatkan dari-Nya, tetapi Yesus berdoa, “Bukan kehendak-Ku melainkan kehendak-Mu, yang jadi.”
Jika selama di bumi Yesus selalu memikirkan apa yang dipikirkan oleh Bapa-Nya, maka sepatutnya kita juga senantiasa memikirkan apa yang Kristus pikirkan di surga.
Apa yang menjadi keinginan utama Kristus? Sepatutnya itulah yang menjadi tugas utama kita.
Kita harus memikirkan bagaimana tugas tersebut dilaksanakan. Tugas utama gereja adalah Amanat Agung Kristus. Inilah yang seharusnya menjadi pokok pikiran kita.
Haleluya, puji Tuhan, Amin.
Apa yang dapat jemaat lakukan agar kita dapat memikirkan apa yang Allah pikirkan?
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Siapakah yang disebut berbahagia?
Apa yang dimaksud dengan berdiri di jalan orang berdosa?
Apa yang dimaksud dengan duduk dalam kumpulan pencemooh?
Apa yang membuat seseorang selalu berhasil?
Saudara, Pemazmur mengatakan bahwa orang yang berbahagia adalah mereka yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik yaitu orang-orang yang tidak mengenal Tuhan dan tidak hidup dalam takut akan Tuhan.
Mereka adalah orang-orang yang bertindak sesuka hati tanpa rasa takut atau segan terhadap hal-hal yang dihormati dan dijunjung tinggi oleh banyak orang.
Jalan orang berdosa adalah kebiasaan hidup dari mereka yang tidak mengenal Tuhan.
Duduk dalam kumpulan pencemooh berarti bergabung dengan orang-orang yang suka memfitnah, berbohong serta merendahkan dan menyakiti orang lain melalui perkataan mereka.
Di masa yang akan datang akan muncul para pengejek yang merendahkan kebenaran:
2 Petrus 3:3“Yang terutama harus kamu ketahui ialah, bahwa pada hari-hari zaman akhir akan tampil pengejek-pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsunya.”
Orang-orang yang bergabung dengan kumpulan orang fasik, orang berdosa, dan pencemooh sedang menunggu waktu untuk hidup dalam penderitaan.
Contoh yang paling dikenal dalam kehidupan saat ini adalah geng motor, yaitu sekelompok orang yang memiliki hobi berkendara dengan motor.
Anggota mereka umumnya berasal dari kalangan anak muda yang memiliki kendaraan bermotor, termasuk mereka yang berpendidikan, anak-anak dari keluarga kaya, serta anak-anak polisi atau tentara.
Awalnya, pergaulan mereka mungkin hanya sebatas teman sekelas di SMP atau SMA yang sering melakukan touring bersama.
Seiring waktu, kegiatan mereka semakin beragam dan sering membutuhkan dana seperti untuk ngopi atau makan bersama.
Suasana pertemanan yang riang membuat banyak orang tertarik untuk bergabung.
Namun, dengan bertambahnya anggota dari berbagai latar belakang, kelompok ini berubah menjadi kumpulan yang lebih berorientasi pada kesenangan.
Untuk memenuhi kebutuhan finansial mereka, berbagai cara mulai ditempuh, mulai dari menjual barang pribadi, meminjam uang hingga munculnya ide-ide dari segelintir anggota yang berani untuk melakukan tindakan kriminal seperti merampok, membegal dan mencuri.
Pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik.
1 Korintus 15:33“Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.”
Karena masuknya orang-orang dengan pengaruh buruk, terutama bagi remaja yang masih mencari jati diri, timbul anggapan bahwa mereka akan terlihat hebat jika berani menjadi jagoan.
Mereka mulai menjadikan bersenang-senang sebagai gaya hidup yang pada akhirnya menuntut mereka untuk mencari cara mendapatkan uang.
Demi mendapatkan uang untuk bersenang-senang, kumpulan ini akhirnya berubah menjadi kelompok orang-orang jahat.
Padahal, awalnya tidak semua dari mereka memiliki niat jahat.
Orang-orang yang masih memiliki hati nurani biasanya akan memilih keluar dari kelompok ini.
Akibatnya, komunitas yang awalnya hanya sekadar kumpulan teman sekelas dengan hobi yang sama berkembang menjadi kelompok yang lebih besar, berisi orang-orang yang berani berbuat jahat.
Begitulah proses perubahan komunitas anak muda yang awalnya hanya berbagi hobi menjadi geng-geng kriminal di kota-kota.
Inilah yang disebut sebagai kumpulan orang fasik, kumpulan orang berdosa dan kumpulan pencemooh yaitu mereka yang gemar menyebarkan kebohongan, mengecam, memfitnah dan sering kali merugikan orang atau kelompok lain.
Mari kita memilih teman-teman yang baik sebagai teman dalam pergaulan kita.
Namun, ini bukan berarti kita harus meninggalkan semua orang di sekitar kita.
Bahkan, kita justru dianjurkan untuk tidak bergaul dengan saudara seiman yang memiliki perilaku buruk:
1 Korintus 5:9-11“Dalam suratku telah kutuliskan kepadamu, supaya kamu jangan bergaul dengan orang-orang cabul. Yang aku maksudkan bukanlah dengan semua orang cabul pada umumnya dari dunia ini atau dengan semua orang kikir dan penipu atau dengan semua penyembah berhala, karena jika demikian kamu harus meninggalkan dunia ini. Tetapi yang kutuliskan kepada kamu ialah, supaya kamu jangan bergaul dengan orang, yang sekalipun menyebut dirinya saudara, adalah orang cabul, kikir, penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk atau penipu; dengan orang yang demikian janganlah kamu sekali-kali makan bersama-sama.”
Saudara, jauhkanlah anak-anak kita dari pergaulan yang buruk seperti ini dan arahkan mereka ke dalam kelompok-kelompok hobi atau komunitas di dalam gereja.
Mari kita membangun komunitas pemuridan yang kesukaannya merenungkan firman Tuhan.
Hari-hari ini, kelompok-kelompok PA dapat dibentuk sebagai komunitas yang saling mengasihi dan saling memperhatikan untuk bersukacita bersama, bukan sebagai kelompok bersenang-senang seperti mengadakan acara makan-makan, minum-minum atau pesta yang boros.
Mari kita membangun kelompok PA, komsel atau persekutuan sebagai komunitas yang mencintai Tuhan.
Setiap pertemuan hendaknya diawali dengan meminta agar Tuhan Allah, Yesus Kristus dan Roh Kudus hadir supaya bisa merasakan dan menikmati kehadiran Roh Kudus.
Melalui pujian dan penyembahan, persekutuan ini dapat menjadi tempat dimana setiap anggota dapat melepaskan unek-unek, mengatasi kekuatiran dan ketakutan serta mendapatkan arahan dari semua teman-teman yang saling asah, asih dan asuh.
Berbahagialah orang-orang yang kesukaannya adalah membaca dan merenungkan Firman Tuhan.
Seperti yang telah kita mulai bangun di gereja, setiap orang membaca empat pasal Alkitab setiap hari.
Proses ini dikoordinasikan oleh pembimbing PA dalam kelompok PA atau komsel untuk merenungkan dan menyimpulkan bagian Firman yang perlu diterapkan, baik secara pribadi maupun bersama-sama.
Dengan demikian, seluruh jemaat dapat menikmati dan merasakan manfaat Firman Tuhan dalam kehidupan yang relevan di zaman ini.
Saudara, Yosua pernah menuliskan nasihatnya kepada bangsa Israel:
Yosua 1:8“Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung.”
Oleh karena itu, marilah kita semakin giat membaca dan merenungkan firman Tuhan agar hidup kita bertumbuh sesuai dengan kehendak Bapa. Yesus pernah berkata:
Matius 4:4“Tetapi Yesus menjawab: “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.”
Yohanes 6:63“Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup.”
Membaca dan merenungkan Firman Allah berarti menikmati makanan rohani yang dibutuhkan oleh batin, jiwa dan roh kita.
Membaca dan merenungkan firman Tuhan memiliki banyak manfaat karena:
2 Timotius 3:16-17“Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.”
Firman yang tertulis yang diilhamkan oleh Roh Kudus memiliki manfaat yang sangat besar bagi kita sebagai anak-anak Tuhan.
Melalui firman ini, kita dapat mengetahui janji-janji Tuhan, kehendak Tuhan dan rencana Tuhan.
Selain itu, firman Tuhan juga menyingkapkan kesalahan kita, mengajarkan cara memperbaiki perilaku kita serta membimbing dalam mendidik anak-anak kita maupun orang lain.
Oleh karena itu, marilah kita semakin giat membaca dan merenungkan firman Tuhan karena manfaatnya begitu besar bagi kehidupan kita.
Haleluya, puji Tuhan, Amin.
Apa yang menyebabkan saudara-saudara kita dan jemaat terjebak dan terikat oleh pinjaman online (Pinjol), hutang kartu kredit dan sejenisnya?