Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apakah nasehat Paulus untuk laki-laki tua?
Apakah nasehat Paulus untuk perempuan tua dan muda?
Apakah nasehat Paulus untuk orang-orang muda?
“Laki-laki yang tua hendaklah hidup sederhana, terhormat, bijaksana, sehat dalam iman, dalam kasih dan dalam ketekunan”. (Titus 2:2).
Bijaksana menurut kamus bahasa Indonesia adalah 1) selalu menggunakan akal budinya (pengalaman dan pengetahuannya); arif; tajam pikiran
2) pandai dan hati-hati (cermat, teliti, dan sebagainya) apabila menghadapi kesulitan dan sebagainya.
Sedangkan dalam bahasa Yunani σώφρων (sōphrōn) dan memiliki arti memiliki pikiran yang baik dan mampu mengendalikan diri.
Dari dua pengertian tersebut bijaksana berarti memiliki pemikiran yang baik (cemat, teliti, tajam) dan mampu mengendalikan diri.
Rasul Paulus menulis surat kepada muridnya yang bernama Titus supaya dapat menjadi gembala yang baik, surat ini disebut pula surat penggembalaan.
Tujuan Rasul Paulus menulis surat ini salah satunya adalah untuk membantu jemaat tumbuh dalam iman, pengetahuan akan kebenaran dan kesalehan hidup.
Salah satu nasehat Paulus untuk jemaat adalah hidup bijaksana.
Jemaat yang dilayani Titus sedang menghadapi berbagai tantangan, baik dari dalam maupun dari luar.
Tantangan yang dialami Titus dalam jemaat saat itu adalah aneka kelompok, sehingga perlu penanganan yang berbeda-beda, untuk orang tua, orang muda, wanita tua dan wanita muda.
Bahkan dalam jemaat terdapat mereka yang masih memiliki status budak.
Salah satu nasehat Paulus yang disebut dua kali adalah hidup bijaksana.
Saudara, kita hidup dalam zaman dimana dosa semakin merajalela. Orang tidak takut kepada Tuhan.
Budaya yang ada di sekitar kita sangat mungkin mempengaruhi pola pikir dan tindakan kita.
Oleh karena itu, kita perlu bijaksana dalam kehidupan. Pengetahuan akan kebenaran akan memampukan kita memilah-milah mana yang benar dan mana yang kurang benar.
Budaya yang mengutamakan potensi diri (berpusat pada diri sendiri) menjadi gerakan zaman baru.
Gerakan ini mirip dengan gerakan yang mengutamakan berkat atau Injil kemakmuran!
Gerakan yang mengutamakan kemakmuran dari pada pengenalan akan Tuhan.
Kalau kita tidak bijaksana, mungkin saja kita terpengaruh, apalagi gerakan atau ajaran itu dibungkus ayat-ayat firman Tuhan.
Dalam dunia yang semakin materialistis dan konsumtif, kita harus semakin bijak, mampu menilai keadaan zaman dan mampu mengendalikan diri.
Pengendalian diri menjadi benteng supaya kita tidak terseret arus dunia.
Oleh karena itu, kita harus tekun menghidupi kebenaran firman Tuhan dan hidup dalam persekutuan yang intim dengan Tuhan.
Supaya kita memiliki pikiran dan perasaan Kristus dan kita menjadi terang atau garam dunia ini.
Diskusikan dalam kelompok PA, bagaimana caranya supaya kita memiliki hati yang bijaksana.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Mengapa kita harus kudus?
Apakah hubungan ketaatan dengan kekudusan?
Apakah artinya kudus?
“Sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.” (1 Petrus 1:16).
Kita sudah sering mendengar kata “kudus”, sering memuji atau menyembah Tuhan dengan kata “kuduslah Tuhan”.
Apa artinya kudus? Dalam bahasa Yunani ἅγιος (hagios) yang memiliku arti; terpisah dari kondisi umum dan dikhususkan untuk sakral, murni, tidak cacat moral, sesuatu yang suci.
Alkitab Bahasa Indonesia sehari hari menggunakan kata suci.
Dalam konteks ayat-ayat yang kita renungkan, kudus memiliki pengertian hidup suci, tidak menuruti hawa nafsu dan taat.
Oleh karena itu ketaatan adalah bagian dari cara hidup yang kudus.
Ketaatan mencakup dua hal; taat terhadap kebenaran firman Tuhan (menjadi pelaku firman) dan juga taat kepada panggilan Tuhan.
Karena mungkin saja seorang anak Tuhan taat untuk melakukan firman Tuhan yang sudah dia dengar, tetapi enggan untuk pergi ke tempat yang Tuhan sudah siapkan.
Saudara, contoh ketaatan yang sempurna adalah Tuhan Yesus di dalam Filipi 2:8“Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib”.
Jadi untuk dapat menjadi pribadi yang taat sepenuhnya diperlukan kerendahan hati.
Rendah hati memiliki pengertian tidak menanggap diri penting, sebaliknya Tuhan dan orang lain lebih penting.
Orang yang rendah hati, selalu mengutamakan kepentingan Tuhan dan orang lain.
Saudara, menjadi pribadi yang taat kepada Tuhan bukanlah proses yang mudah.
Kita harus belajar taat kepada hal-hal yang kecil, supaya dapat taat kepada perintah yang besar.
Tuhan Yesus sendiri mengalami pergumulan di Taman Getsmani sebelum Dia disalibkan.
Namun Tuhan Yesus mengutamakan kehendak Bapa dari kehendak pribadi-Nya.
Biarlah setiap hari kita mengawali kehidupan dengan doa sederhana “bukan kehendakku yang jadi tetapi kehendak-Mu”.
Diskusikan dengan rekan-rekan PA, bagaimana membangun bertumbuh dalam proses kerendahan hati dan ketaatan.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Mengapa kita tidak boleh menghakimi saudara kita?
Apakah yang dimaksud dengan menghakimi?
Pernah saudara menghakimi orang lain? Apakah akibatnya?
“Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi” (Matius 7:1).
Hakim menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah orang yang mengadili perkara (dalam pengadilan atau mahkamah).
Hakim diberikan kewenangan oleh negara untuk memutuskan seseorang bersalah atau tidak, dan jikalau bersalah hakim menentukan hukuman yang diberikan atas kesalahan tersebut.
Menghakimi berarti berlaku seperti hakim, menempatkan kita seperti hakim, merasa memiliki hak menyatakan kesalahan orang lain, menilai perbuatan orang lain dari cara pandang kita.
Menghakimi orang lain, berarti menilai kesalahan orang lain berdasarkan pandangan kita, bukan berdasarkan kebenaran.
Saudara, menegur dan menghakimi adalah tindakan yang berbeda.
Alkitab mengajarkan untuk kita untuk tidak menghakimi tetapi saling menegur (kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain. Baca Kolose 3:16).
Ada persyaratan untuk menegur. Pertama, yaitu kita hidup dalam firman Tuhan (mengetahui kebenaran).
Kedua, dengan hikmat, sehingga teguran kita tepat sasaran.
Ketiga, menegur di dalam kasih, bukan dengan emosi atau kemarahan.
Selain itu ada tata cara menegur saudara. Tegurlah di bawah empat mata, atau bila tidak mau bertobat bawa seorang atau dua orang saksi -Matius 18:15.
Saudara, terkadang Tuhan memakai orang di sekitar kita untuk menegur, orang tua, istri, suami, anak, pembimbing, pendeta atau penatua.
Sesungguhnya teguran sangat berguna bagi pertumbuhan rohani.
Menurut Amsal,
1) Siapa mengindahkan teguran adalah bijak.
2) Tetapi siapa mengindahkan teguran, ia dihormati.
3) Tetapi siapa mengabaikan teguran, tersesat.
4) Orang yang mengarahkan telinga kepada teguran yang membawa kepada kehidupan akan tinggal di tengah-tengah orang bijak.
5) Tetapi siapa mendengarkan teguran, memperoleh akal budi.
6) Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi.
Oleh karena itu jangan alergi dengan teguran.
Jangan marah karena teguran.
Jangan menolak teguran.
Saudara, terimalah teguran dengan rendah hati.
Kalaupun engkau tidak merasa bersalah, terima teguran itu, dan ucapkan terima kasih.
Bila diperlukan, ambil waktu untuk mendiskusikan dalam kasih teguran tersebut.
Mungkin saja ada kesalahpahaman.
Diskusikan dalam kelompok PA saudara, bagaimana caranya menegur yang baik.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apakah hubungan pengampunan dengan pengorbanan Tuhan Yesus?
Apakah hubungan kasih Allah dengan Pengampunan?
Mengapa kita harus mengampuni orang yang bersalah kepada kita?
“Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya” (Efesus 1:7).
Apakah inti dari kasih Allah kepada manusia? Pengampunan dosa.
Dalam perjanjian lama, pengampunan dosa berkaitan dengan darah.
Tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan dosa (baca: Ibrani 9:22).
Bahkan ketika Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, untuk menutupi ketelanjangan mereka, Allah mengorbankan binatang untuk mengambil kulitnya.
Tuhan Yesus juga disebut sebagai Anak Domba yang menghapus dosa dunia (baca: Yohanes 1:29).
Karena begitu besar Kasih Allah, Dia mengorbankan Anak-Nya yang tunggal (untuk menghapus dosa manusia).
Salah satu bentuk kasih kita kepada saudara kita (atau keluarga) adalah kerelaan mengampuni.
Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk saling mengampuni.
“Hendaklah kalian baik hati dan berbelaskasihan seorang terhadap yang lain, dan saling mengampuni sama seperti Allah pun mengampuni kalian melalui Kristus”(Efesus 4:32 BIMK).
Kita diminta mengampuni seperti Tuhan Yesus sudah mengampuni.
Pengampunan adalah kerugian bagi orang yang memberikan pengampunan.
Pengampunan bukan hanya komitmen atau keputusan untuk melepaskan pengampunan.
Tetapi kesediaan untuk berkorban atau menderita kerugian.
Allah mengampuni dosa manusia, dengan cara mengorbankan Anak-Nya.
Jadi, pengampunan itu adalah pengorbanan atau kerugian.
Apabila kita meminjamkan barang kepada seseorang, kemudian orang itu merusakkan atau menghilangkan barang itu, kemudian dia meminta pengampunan dari kita, maka sebagai konsekuensinya, kita rela kehilangan barang.
Pengampunan memiliki harga yang harus kita bayar, kehilangan barang, kehilangan waktu, perasaan, dan hal lainnya.
Oleh karena itu memberikan pengampunan sulit tanpa kita mengerti pengampunan Tuhan.
Saudara, oleh darah Yesus kita sudah menerima pengampunan dari Allah sekali untuk selamanya.
Kita selalu menerima pengampunan.
Oleh karena itu, demikianlah kita harus mengasihi saudara-saudara yang bersalah kepada kita, dengan kerelaan untuk melepaskan pengampunan.
Diskusikan dengan pembimbingmu, bagaimana caranya dapat mengampuni padahal kita sudah sangat dirugikan.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apa yang kita percaya tentang kasih Allah kepada kita?
Jika seseorang berada dalam kasih, maka apa yang Allah lakukan terhadap orang itu?
Apa bukti bahwa kasih Allah sempurna di dalam kita?
Mengapa orang takut tidak sempurna di dalam kasih?
Saudara, Allah adalah kasih.
Hukum yang terutama dan pertama berbicara tentang kasih, demikian hukum yang kedua juga berbicara tentang kasih.
Matius 22:35-40“dan seorang dari mereka, seorang ahli Taurat, bertanya untuk mencobai Dia: “Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?” Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.”
Mampukah kita mengasihi sesuai dengan hukum yang telah disebutkan di atas?
Rasul Yohanes dengan jelas menuliskannya dalam:
1 Yohanes 4:19“Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.”
Oleh karena kasih dan kekuatan Allah yang diberikan kepada kita, maka kita mampu mengasihi Allah dan mengasihi sesama kita.
Filipi 4:13“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.”
Saudara, sebagai anak-anak Allah, kepada kita telah diberikan kuasa untuk menjadi anak-anak Allah sehingga kita memiliki kuasa sebagai anak-anak Allah:
Yohanes 1:12“Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya”
Kita juga diberi kuasa untuk menjadi murid Yesus. Sebagai murid Yesus, ciri utamanya adalah:
Yohanes 13:34-35“Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.”
Oleh karena itu, sebagai murid-murid Yesus Kristus, marilah kita saling mengasihi.
Saudara, karena Allah sangat mengasihi kita, sudah sewajarnya kita juga mengasihi Allah.
Rasul Yohanes pernah menuliskan hal penting untuk kita perhatikan mengenai mengasihi Allah.
Dalam suratnya kepada jemaat, ia menulis:
1 Yohanes 4:20-21 “Jikalau seorang berkata: “Aku mengasihi Allah,” dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya.”
Oleh karena itu, sebagai pewaris kasih Allah sudah sepatutnya kita, jemaat Yesus Kristus, untuk saling mengasihi, saling mengampuni dan tidak terus mengingat kesalahan saudara kita.
Jika Tuhan melakukan demikian, maka sebagai anak-anak-Nya, kita pun harus mengikuti jejak-Nya.
Penulis Ibrani menuliskan satu lagi tindakan Allah yang sangat luar biasa:
Ibrani 8:12“Sebab Aku akan menaruh belas kasihan terhadap kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa-dosa mereka.”
Ibrani 10:16-17“sebab setelah Ia berfirman: “Inilah perjanjian yang akan Kuadakan dengan mereka sesudah waktu itu,” Ia berfirman pula: “Aku akan menaruh hukum-Ku di dalam hati mereka dan menuliskannya dalam akal budi mereka, dan Aku tidak lagi mengingat dosa-dosa dan kesalahan mereka.”
Saudara, Tuhan Allah, Bapa kita, melupakan dan tidak mengingat-ingat segala dosa kita sebagai anak-anak-Nya.
Sebagai pewaris kasih Allah, maka kita merupakan jemaat yang telah lebih dahulu dikasihi oleh Allah, Bapa kita, dan sudah sepatutnya kita juga melakukan hal yang sama yaitu tidak mengingat-ingat dosa saudara-saudara kita apalagi mencatatnya dalam buku harian kita.
Saudara, dalam bahasa Yunani terdapat empat jenis kasih yaitu Agapē, Eros, Philia, dan Storgē.
Agapē adalah kasih Ilahi, kasih yang tanpa syarat yang berasal dari Allah kepada umat-Nya.
Eros adalah kasih antara pasangan seperti kasih antara suami dan istri.
Storgē adalah kasih dalam keluarga yaitu ikatan mendalam antara orang tua dan anak serta diantara saudara-saudara dalam satu keluarga.
Philia adalah kasih yang muncul dalam komunitas atau persahabatan antara saudara seiman dalam gereja.
Namun, sebagai anak-anak Allah, kita seharusnya mewarisi kasih Agapē, yaitu kasih yang tanpa syarat, kasih Ilahi yang sempurna.
Yohanes 13:34-35“Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.”
Yesus telah mengasihi kita dengan kasih Agapē dan kasih inilah yang diwariskan kepada kita.
Kasih Yesus adalah kasih Agapē, kasih yang tanpa syarat.
Oleh karena itu, kita juga diperintahkan untuk mengasihi saudara-saudara seiman, murid Kristus yang lain.
Haleluya, puji Tuhan, Amin.
Jika seseorang tidak dapat mengasihi sesamanya, mungkinkah ia hidup sebagai pengikut Kristus?