Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apa yang terjadi kepada orang yang tinggi hati?
Apa yang menyebabkan seseorang mau menjauhi kejahatan?
Jika Tuhan berkenan kepada jalan seseorang, apa yang bisa terjadi?
Pada dasarnya kita semua tahu bahwa kita perlu menjauhi kejahatan.
Bahkan, mereka yang tidak mengenal Tuhan pun setuju bahwa kejahatan itu merugikan dan harus dihindari.
Masalahnya adalah standar “kejahatan” dan alasan kita tidak melakukannya berbeda-beda.
Bagi banyak anak muda zaman sekarang, barangkali pornografi dan pergaulan bebas bukanlah kejahatan, melainkan kebebasan dalam memenuhi kebutuhan.
Bahkan beberapa negara mengakui, LGBT adalah kebebasan berekspresi dan bukan kejahatan.
Jika beberapa dosa tidak lagi dianggap sebagai kejahatan, untuk apa dihindari?
Sementara itu, mereka yang sepakat tentang suatu kejahatan juga memiliki bermacam motivasi dalam menghindarinya.
Ada yang menjauhi kejahatan supaya mendapat berkat. Ada yang karena takut akan hukuman dan kutuk. Ada juga yang karena tidak terbiasa saja.
Kalau Saudara, kira-kira karena apa Saudara menghindari berbuat dosa?
Amsal berkata “Karena takut akan Tuhan orang menjauhi kejahatan.”
Di atas kalimat tersebut, penulis Amsal mengingatkan bahwa dengan kasih dan kesetiaan, kesalahan diampuni.
Di satu sisi orang-orang yang takut akan Tuhan pasti akan menjauhi kejahatan.
Di sisi lain, kalaupun ia jatuh kedalam kesalahan, ia pasti bertobat dan tidak tahan berlama-lama di kesalahan tersebut karena kasih dan kesetiaan Tuhan menolongnya bangkit.
Setiap orang tua pasti mengharapkan anaknya untuk taat bukan semata-mata agar dapat hadiah atau karena takut dihukum, tapi karena anak tersebut percaya, hormat, serta mengerti prinsip yang ditanamkan oleh orang tuanya.
Jika kita menjauhi kejahatan semata-mata karena mengharapkan berkat dan menjauhi hukuman, kita berada di motivasi yang sangat dangkal!
Saudara, marilah kita belajar takut akan Tuhan dengan benar sehingga kita dapat membedakan manakah yang benar dan jahat?
Lalu dengan penuh kerelaan dan kesadaran kita menjauhi kejahatan itu.
Adakah dosa yang Saudara tahu tidak seharusnya dilakukan? Mari bertobatlah, akui dan tinggalkan dengan sikap hati takut akan Tuhan yang benar.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya dan secara khusus hafalkanlah Yesaya 11:2!
Menurut saudara siapakah yang dimaksud dengan tunas yang akan keluar dari tunggul Isai?
Sebutkan Roh apa sajakah yang ada pada Yesus?
Apakah kesenangan yang dimiliki oleh Yesus?
Yesaya menubuatkan bahwa seorang anak akan lahir ke dunia melalui keturunan Isai.
Namanya adalah Yesus.
Di dalam Yesus ada Roh Tuhan, roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan Tuhan.
Itulah sebabnya Yesus disebut sebagai Allah.
“Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya. Kecemburuan TUHAN semesta alam akan melakukan hal ini.”(Yesaya 9:6-7).
Yesus memiliki Roh Pengenalan dan Takut akan Tuhan dan bagi kita yang percaya dan memiliki Yesus sebagai Tuhan, maka kita pun memiliki Roh Pengenalan dan Takut akan Tuhan.
Pengenalan kita akan Tuhan akan membuat kita memiliki rasa hormat, kagum dan takut akan Tuhan.
Dan hal ini terjadi ketika Yesus memberikan kepada kita Roh Kudus-Nya berdiam di dalam hati kita.
”Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku. Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu.”(Yohanes 14:15-17).
Tuhan memberi jaminan bagi kita bahwa kita mengenal pribadi Roh Kudus.
Karena Roh Kudus adalah Roh Kebenaran maka Ia akan membawa kita dari satu kebenaran kepada kebenaran yang lain yang akan memerdekakan hidup kita dari dosa dan kepada kemerdekaan yang sejati yang membuat kita menjadi sama seperti Yesus.
”Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan. Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar.”(2 Korintus 3:17-18).
Keberadaan Yesus dan Roh Kudus dalam diri kita membuat kita memahami siapa diri kita dan siapa Tuhan bagi kita yang membuat kita memiliki rasa takut dan hormat akan Tuhan yang berasal dari Roh takut akan Tuhan.
Oleh karena itu kita harus senantiasa haus dan lapar akan Tuhan sehingga kita bertumbuh dalam pengenalan dan takut akan Tuhan yang akan membuat semakin nyata otoritas dan pemerintahan Allah dalam hidup kita.
Diskusikanlah dalam komunitas saudara bagaimana saudara semakin bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan karena bekerjanya Roh Pengenalan dan Takut akan Tuhan di dalam diri saudara.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya dan secara khusus hafalkanlah Ulangan 6:13!
Apakah yang akan diberikan oleh Tuhan kepada bangsa Israel saat mereka masuk ke tanah perjanjian?
Apakah nasehat dari Tuhan agar bangsa Israel tetap mencintai Tuhan dan tidak mencintai berkat-berkat Tuhan?
Mengapa bangsa Israel harus hidup di dalam takut akan Tuhan?
Allah berjanji bahwa di dalam Yesus Kristus, Dia telah menyediakan berkat rohani kepada kita di dalam sorga dan berkat itu adalah pribadi Yesus sendiri.
“Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga.”(Efesus 1:3).
Jika berkat rohani telah dikaruniakan kepada kita, maka kita percaya berkat jasmani juga mengikuti dan dikaruniakan kepada kita.
”Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?” (Roma 8:32).
”Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya.”(2 Korintus 8:9).
Namun tanpa kita sadari kita dapat menjadi pribadi yang bukan mencintai Tuhan tetapi mencintai berkat-berkat Tuhan. Bahkan berkat Tuhan kita jadikan sebagai berhala, misalnya kekayaan, uang, rumah dan harta benda yang lain sehingga Tuhan memperingatkan kita agar tidak mencintai dunia ini.
”Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.”(1 Yohanes 2:15-16).
Oleh sebab itu Tuhan ingin agar kita berhati-hati terhadap dunia ini dan hidup dalam takut akan Tuhan. Hal-hal yang dapat membuat kita hidup dalam takut akan Tuhan adalah:
Memahami bahwa Tuhan adalah pemilik kehidupan kita dan kita harus menguduskan diri hanya bagi-Nya sehingga tidak ada pribadi yang lain dalam hidup kita kecuali Tuhan. ”Kuduslah kamu bagi-Ku, sebab Aku ini, TUHAN, kudus dan Aku telah memisahkan kamu dari bangsa-bangsa lain, supaya kamu menjadi milik-Ku.”(Imamat 20:26).”Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini.”(1 Petrus 1:17);
Kita harus berjalan dan taat di dalam Firman Tuhan sehingga kita tidak menyimpang ke kanan dan ke kiri tetapi tetap tertuju kepada Tuhan. ”Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau.”(Mazmur 119:11).
Dengan berjalan dengan Firman Tuhan maka kita tetap hidup dalam takut akan Tuhan.
Diskusikanlah dalam komunitas saudara bagaimana saudara hidup berkemenangan dalam takut akan Tuhan.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya dan secara khusus hafalkanlah Markus 10:45!
Dalam pola Tuhan setiap orang yang ingin agar menjadi besar maka mereka harus menjadi apa?
Dan jika kita ingin menjadi terkemuka maka kita harus menjadi apa?
Apakah tujuan dari Yesus datang ke dunia?
Dalam pola dunia ini, sebagai pemerintah bangsa-bangsa mereka akan memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas rakyatnya.
Tetapi Yesus melakukan tugas dan tanggungjawabnya terhadap Bapa dengan cara memberi diri dan bahkan nyawa-Nya untuk melayani dan bukan untuk dilayani.
”Yesus berkata kepada mereka: “Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka dan orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka disebut pelindung-pelindung.”(Lukas 22:25).
”Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”(Markus 10:45).
Oleh sebab itu jika kita ingin menjadi yang terbesar diantara banyak saudara maka kita harus menjadi pelayan bagi banyak saudara.
Dan jika kita ingin menjadi orang yang terkemuka, terkenal dan dihargai diantara banyak saudara maka kita harus menjadi hamba bagi banyak saudara-saudara yang lain.
Jika kita tidak memiliki pandangan seperti Yesus maka ada banyak orang-orang yang kecewa dalam gereja dan pelayanan karena mereka merasa tidak dihargai, tidak dipakai atau dihormati, sehingga mundur dari pelayanan dan gereja.
Atau akan menjadi orang yang sombong karena memiliki kemampuan dan kepintaran dalam melayani Tuhan, merasa lebih dari yang lainnya.
Hal-hal diatas akan merusak rumah Tuhan juga pribadi-pribadi yang terlibat di dalamnya.
Belajar meneladani Yesus agar kita melayani dengan pola yang benar, maka kita harus memiliki mentalitas bahwa kita ada bukan untuk dilayani tapi untuk melayani bahkan memberi seluruh diri kita bahkan nyawa kita untuk melayani.
Hal-hal yang harus kita miliki dan pahami dalam melayani Tuhan dan orang lain adalah:
Kita harus mengosongkan diri kita dari segala hal yang kita miliki dan merendahkan diri seperti seorang hamba yang tidak berguna. “Yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.” (Filipi 2:6-8)
Hidup kita bukan milik kita lagi melainkan milik Kristus sehingga hanya kesukaan Yesuslah yang kita kerjakan. Kita mati terhadap kepentingan diri sendiri. “Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.”(Galatia 2:20).
Dengan mengosongkan diri dan mati terhadap diri sendiri maka kita dapat hidup seperti Yesus bahwa kita datang bukan untuk dilayani tetapi melayani bahkan memberi nyawa kita.
Diskusikanlah dalam komunitas saudara bagaimana saudara dapat hidup seperti Yesus bahwa kita ada bukan untuk dilayani melainkan melayani.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya dan secara khusus hafalkanlah Matius 5:44!
Apakah perintah Tuhan bagi kita terhadap musuh kita?
Dan bagi orang yang menganiaya kita apakah yang harus kita lakukan?
Mengapa kita harus mengasihi musuh kita dan berdoa bagi orang yang menganiaya kita?
Dunia mengajarkan kepada kita untuk mengasihi sesama manusia, namun membenci musuh kita.
Tetapi bagi orang percaya seperti yang diajarkan oleh Yesus maka kita harus mengasihi musuh kita dan berdoa bagi orang-orang yang menganiaya kita karena musuh kita adalah sesama kita juga.
“Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah TUHAN.”(Imamat 19:18).
Kita mengasihi musuh kita karena Allah mengasihi orang yang baik dan orang yang jahat, maka kita pun harus memiliki sikap dan pandangan yang demikian terhadap musuh kita, sehingga kita merepresentasikan Allah Bapa yang mengasihi setiap orang.
“Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian? Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.”(Matius 5:45-48).
Tuhan Yesus pernah mengajarkan kepada murid-murid-Nya agar mereka mengasihi sesama mereka termasuk musuh mereka.
Dalam Lukas 10:30-37 dituliskan dimana ada seorang yang jatuh ke tangan penyamun dan dipukul hingga setengah mati.
Ada seorang imam yang melihat orang tersebut tetapi tidak menolong orang tersebut, demikian juga seorang Lewi.
Padahal Imam dan Lewi adalah pelayan Tuhan, orang yang dinilai dekat dengan Tuhan, yang dipastikan memiliki hati untuk melayani orang yang sedang menderita.
Karena Imam dan Lewi tidak menganggap bahwa orang yang menderita itu adalah sesama mereka.
Namun ketika orang Samaria lewat dimana mereka tidak bergaul dengan orang Yahudi, orang Samaria tersebut menolong, mengobati dan membayar uang pengobatan bagi orang Yahudi tersebut, walaupun musuhnya.
Yesus mengajarkan kepada kita bahwa musuh kita juga adalah sesama kita.
Hal yang kita perlukan agar kita dapat mengasihi musuh kita dan berdoa buat mereka adalah belas kasihan, seperti yang dimiliki oleh Yesus.
”Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?” Jawab orang itu: “Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.” Kata Yesus kepadanya: “Pergilah, dan perbuatlah demikian!”(Lukas 10:36-37).
Marilah kita mengasihi musuh kita dan berdoa untuk mereka dengan belas kasihan dari Bapa sampai mereka mengalami kasih Bapa, khususnya bagi orang-orang yang memusuhi kita karena Injil yang kita beritakan.
Diskusikanlah pengalaman saudara dalam komunitas saudara bagaimana saudara berkemenangan untuk mengasihi musuh saudara dan berdoa buat mereka.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya dan secara khusus hafalkanlah 1 Yohanes 3:18!
Apakah bukti dari kehidupan kita yang sudah pindah dari maut ke dalam hidup?
Sama dengan siapakah kita ketika tidak mengasihi saudara-saudara kita?
Coba tuliskan beberapa sikap yang membuktikan bahwa kita mengasihi saudara-saudara kita?
Perintah utama dari Tuhan bagi setiap orang yang percaya adalah mengasihi Tuhan dan sesama manusia.
”Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”(Matius 22:37-39).
”Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan.”(Markus 12:33).
”Kata Yesus kepadanya: “Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup.” (Lukas 10:28).
Tuhan juga menginginkan agar kita mengasihi saudara-saudara kita dengan segenap hati, segenap jiwa dan akal budi.
Itulah sebabnya kita harus mengasihi saudara-saudara kita tidak hanya dengan perkataan atau lidah tetapi juga dengan perbuatan dan dalam kebenaran, sehingga ketika saudara-saudara kita menderita kekurangan maka kita harus membantu dan menolong mereka.
Hal itu harus kita lakukan karena Yesus telah memberikan teladan bagi kita dimana Ia telah memberikan nyawa-Nya bagi kita, maka kita pun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita tanpa menuntut balas kepada mereka, sehingga di tengah-tengah jemaat Tuhan tidak ada yang kekurangan dan menjauhkan umat Tuhan dari egois dan mementingkan diri sendiri, tetapi lebih mementingkan orang lain.
Begitu pentingnya perintah Tuhan dalam hal mengasihi sesama maka setiap orang yang membenci saudaranya, mereka akan disebut sebagai pembunuh manusia dan setiap pembunuh saudara tidak akan memiliki hidup yang kekal.
Dan ketika kita hidup dalam mengasihi saudara-saudara yang lain maka hal tersebut sebagai bukti bahwa kita sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup dan membuktikan bahwa kita telah beroleh hidup yang kekal.
Oleh karena itu Tuhan ingin agar di tengah jemaat kita tidak menyimpan kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah termasuk kejahatan dalam bentuk apapun terhadap saudara kita.
Tetapi kita harus hidup saling mengampuni dan penuh kasih mesra.
”Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.”(Efesus 4:31-32).
Dan wujud mengasihi dalam perbuatan adalah hidup dalam saling bertolongan dan selalu berbuat baik.
”Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.
Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.”(Galatia 6:2,10).
Diskusikanlah dalam komunitas saudara bagaimana saudara mewujudkan kasih saudara kepada saudara seiman dengan perbuatan.