Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apa yang menjadi kegirangan hati Daud?
Bagaimana ketetapan ahti Daud terhadap ketetapan-ketetapan Tuhan?
Kepada apakah Daud berharap?
Komitmen Daud yang luar biasa tercermin dari kata-katanya dalam Mazmur 119:112“Telah KUCONDONGKAN hatiku untuk melakukan ketetapan-ketetapanMu untuk selama-lamanya sampai saat terakhir”
Condong adalah sebuah kata kerja dimana kita memiringkan sesuatu ke arah tujuan.
Kalau kita condong ke kiri, kita akan otomatis miring bahkan jatuh ke sisi kiri, dan sebaliknya.
Hal ini terlihat jelas saat kita menyetir sepeda motor atau sepeda.
Sangat sulit mengarahkan kendaraan ke kanan, kalau tubuh kita malah condongnya ke kiri.
Hari ini kita diperhadapkan mau mencondongkan hati kita ke mana? Ke arah Firman Tuhan atau ke arah dunia?
Banyak orang ingin merasakan berkat firman Tuhan, tapi hatinya tidak dicondongkan kepada Firman.
Perhatian kita teralih melihat dunia yang tampaknya lebih menarik dari Firman, tubuh kita condong kesana, namun tangannya tetap berusaha menggapai hal-hal rohani.
Contoh sederhana saat bangun pagi hari, tangan kita dengan cepat mengambil HP.
Rencananya membaca Alkitab tapi begitu banyak pengalihan dari pesan WA, sosmed, promo online, game, dll.
Sebagai anak Tuhan, kita tetap kok baca Alkitab tapi “sambil”…..
Akhirnya pagi pun berlalu, dan kita tidak ingat apa yang kita baca di Alkitab kita hari itu. Hal yang sama berulang setiap hari, bahkan saat ibadah, saat persekutuan, dst.
Saudara, di zaman yang penuh pengalihan ini mari kita mendisiplinkan diri dengan belajar FOKUS.
Condongkan hati kita dengan jelas kepada apa yang Tuhan mau dengan menyingkirkan pengalihan yang tidak perlu.
Kita tidak bisa setengah-setengah atau mendua hati, karena orang yang mendua hati tidak akan tenang hidupnya -Yakobus 1:7.
Melakukan Firman adalah sebuah keputusan bukan perasaan.
Terkadang secara perasaan, kita tidak ingin melakukannya.
Lebih mudah marah dan membalas, daripada mengampuni.
Lebih mudah tidur-tiduran daripada bangun dan merenungkan firman atau pergi melayani.
Namun, jika kita menetapkan hati seperti Daud, maka sekalipun ada godaan dan tantangan yang datang, iman kita semakin teguh dan tidak goyah.
Renungkanlah apakah hari ini hati Saudara condong kepada Allah? Jika tidak, apa yang menjadi penghalangnya? Bagikanlah kepada pembimbing Saudara.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Bagaimana Daud berpegang pada firman Tuhan?
Seperti apa Daud mengumpamakan janji Tuhan?
Apa peran Firman Tuhan bagi Daud?
Apakah Saudara pernah mengalami berjalan dalam kegelapan pekat?
Mungkin saat di rumah tiba-tiba mati lampu, atau saat menyetir kendaraan tapi tidak ada lampu jalan.
Gelap membuat kita merasa was was dan takut.
Kita ingin cepat-cepat mencari terang supaya merasa lebih tenang dan aman dan betapa ada rasa lega yang luar biasa ketika kita menemukannya bukan?
Kadang kita mengalami kegelapan dalam hidup yang lebih gelap dari mati lampu dan tidak ada lampu jalan.
Saat masalah datang bertubi-tubi dan sepertinya tidak selesai-selesai.
Saat ketidakpastian terus membayangi.
Apa yang bisa kita lakukan agar menemukan pegangan dalam kegelapan dan melihat terang?
Daud berkata bahwa FirmanMu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.
Dapatkah Saudara membayangkan bahwa satu kata dariNya mendatangkan terang dan menjadi pelita bagi hidup Saudara yang saat ini di tengah kegelapan?
Kesaksian dari Fanny Crosby membuktikannya.
Fanny Crosby lahir di Southeast, New York pada 24 Maret 1820.
Ia menderita infeksi mata saat bayi yang akhirnya menyebabkan ia buta.
Tidak lama setelah itu, ayah Fanny meninggal.
Ibunya yang menjadi janda pada umur 21 tahun dan harus bekerja sebagai pembantu rumah tangga, sehingga Fanny dititipkan kepada neneknya.
Neneknya memberikan banyak pengajaran tentang iman kepada Kristus.
Fanny Crosby pernah mengatakan “Jika aku punya sebuah pilihan, aku akan tetap memilih untuk tetap buta karena ketika aku mati, wajah pertama yang akan kulihat adalah wajah Juru selamatku.”
Pernyataan iman yang luar biasa dari seorang buta yang mengalami kegelapan secara jasmani tapi tetap bersyukur atas apa yang terjadi dalam hidupnya.
Bahkan Fanny Crosby menulis 8000 hymne tentang Tuhan, yang menjadi wujud perjalanan imannya bersama dengan Tuhan.
Kegelapan tidak pernah mengelapkan bagi Allah, karena Dia adalah terang itu sendiri.
Mari pastikan kita menjadikan Firman Tuhan sebagai pelita bagi langkah-langkah hidup kita.
Sama seperti berjalan dalam lorong panjang yang gelap, mungkin ujungnya belum kelihatan, tapi terang yang bersama kita akan menolong kita melangkah.
Saudaraku, apakah kau rindu untuk mengalami firman yang mendatangkan terang, sama seperti yang dialami oleh Daud?
Maukah kau mengalami firman yang yang akan menjadi pelita bagi hidupmu?
Apa Firman Tuhan secara spesifik yang menjadi pelita bagi hidup Saudara saat ini? Bagikanlah dengan pembimbing Saudara.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apakah yang tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah?
Bagaimana seharusnya sikap ketika terhadap Firman Tuhan?
Disamakan dengan apa ketika kita tidak menjadi pelaku Firman dan hanya mendengar saja?
Suatu hari, ada seorang Bapak kaya raya yang ingin belajar berenang.
Kebetulan beliau tidak pernah belajar berenang. Dari dulu dia sangat takut pada air.
Dan di masa tuanya, dia merasa perlu untuk belajar.
Demi cita-citanya untuk bisa berenang, ia mulai membaca berbagai buku tentang renang.
Ia mendengarkan banyak podcast dan menonton video-video pelatihan gaya renang yang efektif dari guru-guru renang yang sangat professional.
Ia juga membeli celana dan kacamata renang yang terkini dan termahal, dimana semua fitur ada disana, mencoba memakainya di depan kaca sambil mengangguk-angguk karena terlihat keren dengan peralatan renang yang dia miliki.
Hanya satu yang tidak dilakukannya.
Bapak ini tidak pernah turun ke kolam renang untuk mencoba semua yang sudah dipelajarinya karena ia terlalu takut pada air.
Menurut Saudara, kira-kira apakah Bapak ini akhirnya bisa berenang?
Mungkin kita tertawa mendengar cerita ini.
Rasanya tidak masuk akal, ingin belajar sesuatu tapi tidak pernah mencoba mempraktekannya sendiri.
Sayangnya, banyak anak Tuhan yang seperti ini…
Kita membaca Alkitab, datang ke ibadah minggu, mendengarkan kesaksian dan khotbah di youtube, mengisi pikiran dengan berbagai pengetahuan Alkitab, tapi tidak mau mempraktekannya dalam hidup sehari-hari.
Maka tidak heran, dia mengalami berbagai kekalahan dalam hidup.
Tapi anehnya, dalam kekalahan itupun, dia masih menyalahkan Tuhan atau orang-orang sekitar, sama seperti si bapak yang ingin berenang menyalahkan guru-guru renang yang ada karena dia masih saja takut air.
Bagaimana dengan kita? Apakah kita pernah mengalaminya?
Apakah ada area kekalahan yang sedang kita hadapi akhir-akhir ini?
Saudaraku, terkadang menjadi pelaku Firman memang terasa sulit.
Tetapi sama seperti kita belajar sesuatu yang baru, ketika dilakukan satu langkah demi satu langkah, yang awalnya sulit akan berubah menjadi lebih mudah.
Kita semua pernah melewati proses belajar berjalan ketika kecil.
Tidak ada bayi yang tiba-tiba bisa jalan atau berlari bukan? Namun, ketika usia mereka mendekati satu tahun, dengan tertatih-tatih dan terjatuh-jatuh mereka belajar berjalan dan semakin besar mereka bisa berlari dan melompat.
Saudara, mari kita menjadi pelaku Firman dan bukan hanya pendengar.
Lakukan saja apa yang Saudara tahu hari ini, sekalipun terasa sulit dan kadang dalam pelaksanaannya Saudara tertatih-tatih.
Mari buktikan sendiri betapa Firman itu berkuasa dalam hidup Saudara!
Diskusikanlah dengan rekan persekutuan Saudara apa kesulitan untuk mempraktekkan firman dan bagaimana dampaknya ketika Saudara benar-benar mempraktekannya?
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya dan secara khusus hafalkanlah Matius 16:16-17.
Menurut pandangan orang banyak siapakah pribadi Yesus?
Siapakah pribadi Yesus menurut Petrus? Dan siapakah yang mewahyukannya?
Apakah dampak dari pewahyuan dari Bapa tentang Yesus terhadap kehidupan Petrus?
Dalam perjalanan hidup kita secara rohani perlu pengenalan yang akurat tentang Yesus Kristus.
Orang banyak memahami bahwa Yesus adalah salah seorang nabi. Tetapi Petrus memahami bahwa Yesus bukanlah hanya salah seorang nabi melainkan Dia adalah Mesias, Anak Allah yang hidup.
Pemahaman tersebut bukan rekayasa pikirannya tetapi karena diwahyukan oleh Bapa.
Pewahyuan itu menyebabkan seluruh aspek hidup dari Petrus sangat berubah dimana hidupnya menjadi kuat dan penuh kemenangan, dari Simon bin Yunus menjadi Petrus.
“Kata Yesus kepadanya: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.”(Matius 16:17-19).
Bagi kita orang yang percaya, Bapa yang sama juga dapat memberi pewahyuan yang sama kepada kita tentang Yesus Kristus sehingga hidup kita mengalami transformasi karena kita akan memahami jati diri kita yang sesungguhnya seperti Yesus ketika Bapa mewahyukan kepada Dia bahwa Ia adalah Anak Allah maka iblis tidak berani mencobai Dia kembali.
Kita dapat mengalami pewahyuan oleh Bapa tentang Yesus Kristus dengan cara berdoa seperti yang dilakukan oleh Rasul Paulus terhadap jemaat di Efesus.
”Karena itu, setelah aku mendengar tentang imanmu dalam Tuhan Yesus dan tentang kasihmu terhadap semua orang kudus, aku pun tidak berhenti mengucap syukur karena kamu. Dan aku selalu mengingat kamu dalam doaku, dan meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar. Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus, dan betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya.”(Efesus 1:15-19).
Tujuan Bapa memberikan pewahyuan kepada kita adalah agar kita tahu siapa Yesus buat kita dan siapa kita di dalam Yesus.
”Dan segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus dan Dia telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada. Jemaat yang adalah tubuh-Nya, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu.”(Efesus 1:22-23).
Hal ini penting kita alami yaitu pewahyuan dari Bapa tentang Yesus agar kita dapat memiliki karakter Yesus dan hidup berkemenangan dalam segala hal.
Diskusikanlah dalam komunitas saudara bagaimana dampak dalam kehidupan saudara dari pewahyuan oleh Bapa tentang Yesus adalah Tuhan dan Mesias.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya dan secara khusus hafalkanlah Matius 5:48.
Menurut ajaran dunia bahwa kita harus mengasihi sesama namun bagaimana terhadap musuh-musuh kita?
Apakah ajaran Yesus tentang hal musuh kita dan orang-orang yang menganiaya kita?
Menurut saudara bagaimana bentuk kesempurnaan kasih Bapa terhadap sesama kita?
Menurut ajaran dunia ini bahwa kita harus mengasihi sesama tetapi membenci musuh kita dimana menurut pandangan mereka seolah-olah musuh kita bukanlah manusia.
Tetapi Yesus mengajarkan bahwa kita harus mengasihi musuh kita dan berdoa bagi orang-orang yang menganiaya kita.
“Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah TUHAN.”(Imamat 19:18).
“Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.”(Matius 5:39).
Yesus mengajarkan demikian agar kita melihat dan menghidupi kasih Bapa yang sempurna dimana Bapa mengasihi orang yang baik dan jahat.
Bapa menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik, Bapa yang sama juga menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”(Yohanes 3:16).
Karena kita adalah anak-anak Bapa maka kita harus mengasihi orang lain seperti Bapa mengasihi orang lain.
Sebab dunia ini hanya dapat mengasihi orang-orang yang mengasihi mereka dan memberi salam kepada orang-orang yang mengasihi mereka.
Dan supaya kita berbeda dengan dunia ini maka kita harus mengasihi orang lain termasuk musuh kita sehingga kita merepresentasikan Bapa yang sempurna dalam mengasihi.
“Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.” (Matius 5:48).
“Berbicaralah kepada segenap jemaah Israel dan katakan kepada mereka: Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, kudus.” (Imamat 19:2).
”Haruslah engkau hidup dengan tidak bercela di hadapan TUHAN, Allahmu.” (Ulangan 18:13).
Marilah kita hidup dalam kesempurnaan kasih Bapa dalam mengasihi manusia dengan segala keadaan dan kondisi mereka dengan cara hidup mengampuni orang lain, tidak mementingkan diri sendiri dan menerima orang lain apa adanya.
Diskusikanlah dalam komunitas saudara bagaimana saudara menerapkan kehidupan kasih terhadap orang lain seperti kasih Bapa yang sempurna.
HIDUP DALAM PENGAMPUNAN UNTUK BERSEKUTU DENGAN BAPA
Penulis : Pnt. Leonardo Mangunsong
Pembacaan Alkitab Hari ini :
MATIUS 6:14-15
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya dan secara khusus hafalkanlah Matius 6:14.
Siapakah yang dapat mengampuni segala dosa-dosa yang kita perbuat dan dosa-dosa dalam pikiran kita?
Apakah akibatnya bagi kita jika kita tidak mengampuni kesalahan orang lain yang bersalah kepada kita?
Bagaimanakah persekutuan kita dengan Bapa jika kita tidak mengampuni orang lain?
Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita bahwa kita harus berdoa kepada Bapa.
“Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”(Matius 6:6).
Bapa yang kepada-Nya kita berdoa adalah Bapa yang kudus, sehingga kita harus memberikan penghormatan, pengagungan kepada Dia dan tidak sedikit pun kita dapat menyimpan dosa dalam bersekutu dengan Dia.
“Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.”(Matius 6:9-10).
Itulah sebabnya dalam hal berdoa kepada Bapa kita tidak boleh menyimpan kesalahan terhadap orang lain. Karena jika kita tidak mengampuni kesalahan orang lain maka Bapa tidak akan mengampuni kita sehingga kita tidak dapat bersekutu dan berdoa kepada Bapa.
“Dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami.”(Matius 6:12).
”Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu.”(Markus 11:25).
Bahkan ketika orang lain yang memiliki permasalahan hubungan yang tidak baik kepada kita, maka kita pun harus membereskannya dulu sebelum berdoa.
”Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara.”(Matius 5:23-25).
Marilah kita hidup saling mengampuni satu dengan yang lain dan tidak menyimpan kesalahan terhadap orang lain supaya kita dapat bersekutu dalam doa serta pujian penyembahan kepada Bapa tanpa ada rasa intimidasi dari si jahat tetapi dalam kemerdekaan.
Diskusikanlah dalam komunitas saudara bagaimana saudara mengalami kemerdekaaan dalam bersekutu dengan Bapa karena hidup dalam pengampunan terhadap orang lain.