Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apa saja tanda orang yang mengasihi Allah?
Apa tanda orang mulai berpaling dari Allah?
Ketika Allah menciptakan Adam, Allah menciptakan seorang manusia yang sempurna.
Sempurna untuk ukuran manusia karena Adam diciptakan sesuai gambar-Nya, citra-Nya atau sesuai dengan diri-Nya sendiri.
Di dalam jiwa Adam dan juga Hawa, Allah memberikan pikiran, perasaan dan juga kehendak.
Kehendak seperti apa? Yaitu kehendak bebas untuk memutuskan apa pun untuk merespon apa saja yang dilihat, dipikir, dirasakan.
Dan kehendak bebas ini yang kemudian membawa Adam dan Hawa ke dalam tindakan untuk tidak mentaati Allah.
Ini dimulai ketika ular yang cerdik mulai berkomunikasi dengan Hawa sehingga akhirnya Hawa tergoda untuk memakan buah yang sudah dilarang untuk tidak dimakan.
Pelanggaran yang tampak sederhana, “hanya” memakan buah.
Tetapi menjadi tidak sederhana ketika makan buah terlarang itu sudah diamanatkan oleh Allah sebelumnya.
“Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.” (Kejadian 2:16,17).
Perintah Allah jelas, sekali pun tampak sederhana.
Tetapi ketika Hawa melanggarnya dan Adam turut memakannya. Maka sesuai dengan konsekuensi yang menyatu dengan larangan tersebut, hari itu juga Adam dan Hawa, mati.
Bukan mati secara fisik, tetapi secara rohani.
Mereka diusir dari Firdaus dan selanjutnya mereka akan melahirkan anak, cucu yang secara rohani: mati.
Bersyukur pada Tuhan, bahwa oleh kematian Kristus di kayu salib, maka kita yang mati secara rohani, menjadi pulih kembali, menjadi ciptaan yang baru.
Setelah kita menjadi percaya, kehendak bebas itu masih ada di dalam kita.
Kita bisa melihat, memikir sesuatu, merasakan sesuatu dan mengambil keputusan apa pun dari apa yang kita lihat, rasakan dan pikirkan.
Apakah kita akan memutuskan yang benar atau yang salah? Di hadapan Tuhan orang yang taat jauh lebih bernilai dari orang yang mempersembahkan korban (1 Samuel 15:22).
Dan Firman Tuhan sangat jelas untuk mendefenisikan tentang siapa yang mengasihi Dia.
Yohanes 14:23 Jawab Yesus: “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia.”
Tanda bahwa kita mengasihi Tuhan, bukan karena kita aktif melayani, aktif dalam aktivitas sosial termasuk memberikan apa yang kita miliki.
Itu semua baik, tetapi bisa saja seseorang melakukan hal tersebut karena ingin dilihat dan dipuji oleh orang.
Kasih yang sejati kepada Tuhan adalah ketika kita bersedia untuk mentaatinya dimana pun dan kapan pun.
Termasuk ketika tidak ada orang yang melihat, kita tetap taat kepada-Nya.
Saudara, diskusikan dalam kelompok di pemuridan, kapan engkau terakhir menolak untuk taat?
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Siapakah yang dipanggil oleh Allah?
Apa tujuan Allah setelah memanggil mereka?
Oleh karena kasih-Nya, Yesus telah mati bagi kita orang berdosa.
Kita terbilang di antara umat manusia yang seharusnya layak untuk dihukum dalam hukuman kekal karena dosa dan pelanggaran kita.
Tetapi ketika kita merespon dengan benar ketika kita mendengarkan atau membaca Injil atau kabar baik tentang keselamatan di dalam Kristus, maka kita menjadi orang yang percaya.
Dan Allah ingin setiap orang percaya, mereka juga dimuridkan agar karakter, pribadi kita berubah.
Keselamatan satu kali kita terima, tetapi mengerjakan keselamatan itu yang perlu kita lakukan seumur hidup.
Filipi 2:12 “Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir.”
Ketika seseorang dimuridkan, mereka akan diajar asas penting tentang keselamatan, kemenangan atas dosa dan lalin-lain.
Para pembimbing rohani juga akan memberi contoh, bukan hanya sekedar mengajar.
Sehingga yang sebelumnya adalah seorang murid kemudian bertumbuh menjadi seorang pembimbing rohani atau pemurid.
Dengan cara seperti itu sebenarnya pemurid dan yang dimuridkan sedang bertumbuh bersama menjadi semakin dewasa di dalam Kristus.
Akan ada proses akuntabilitas, dimana seorang pemurid akan didorong untuk semakin bertanggung jawab atas dirinya sendiri.
Karena bagaimana pun kita adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu dengan yang lain.
Seorang pemurid akan lebih berhati-hati dalam menjalani kehidupannya karena mereka perlu menjadi contoh atau teladan bagi orang yang dimuridkan.
Dan kita tahu bahwa tidak ada pemimpin atau pembimbing yang sempurna.
Kadang kita juga melihat bahwa orang yang membimbing kita secara rohani, mereka melakukan hal yang buruk.
Jika ini terjadi, tugas kita bukanlah menghakimi mereka, tapi hendaknya kita mendoakan mereka.
Bahkan Paulus seorang rasul yang menulis paling banyak kitab di Perjanjian Baru, masih butuh didoakan.
“Selanjutnya, saudara-saudara, berdoalah untuk kami, supaya firman Tuhan beroleh kemajuan dan dimuliakan, sama seperti yang telah terjadi di antara kamu.” (2 Tesalonika 3:1).
Entah apa pun profesi kita saat ini, tetapi kita semua dipanggil untuk menjadi murid Kristus, yang dengan senang hati bergiat untuk melayani Tuhan dengan melayani sesama.
Karena ketika kita bersama-sama melakukan ini, kita sedang dibentuk untuk menjadi semakin serupa Kristus.
Saudara, diskusikan dalam kelompok di pemuridan, bagaimana agar bisa konsisten untuk bertumbuh menjadi semakin dewasa di dalam Kristus.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Siapakah yang diberi segala kuasa di sorga dan di bumi?
Apa sajakah perintah atau amanat Allah bagi kita yang percaya?
Yesus ketika Dia ada di bumi, Yesus memberitakan Injil kepada banyak orang.
Dia pergi dari desa ke desa, memberitakan Injil, menyembuhkan yang sakit dan juga berkhotbah kepada banyak orang.
Beberapa kali Alkitab mencatat bahwa Yesus berkhotbah kepada ribuan orang sekaligus.
Tetapi ada hal yang secara terus menerus Yesus lakukan kepada sejumlah kecil orang, tepatnya kepada dua belas orang.
Yesus memberikan perhatian khusus kepada mereka yang Alkitab menyebutnya sebagai murid-murid Kristus.
Kepada mereka Yesus memberikan perhatian khusus, memberikan waktu khusus untuk mengajar dan memberikan teladan.
Yang Yesus lakukan adalah sebuah proses untuk memuridkan orang-orang yang Yesus pilih.
Yesus tentu mengerti bahwa Dia akan disalib, mati, dikuburkan dan bangkit.
Setelah bangkit empat puluh hari kemudian Yesus naik ke sorga.
Lalu siapa yang akan melanjutkan pelayanannya, tentu murid-murid-Nya, mereka yang sudah dipersiapkan selama kurang dari tiga setengah tahun.
Tiga setengah tahun bukanlah waktu yang panjang, tetapi ketika waktu tersebut digunakan secara efektif, dimana Yesus bukan hanya mengajar tetapi juga memberikan contoh, memberikan nasehat, bahkan menegur juga ketika ada murid-Nya yang berbuat salah, maka hasilnya luar biasa.
Setelah Yesus naik ke sorga, kemudian tiba hari pentakosta dimana Roh Kudus dicurahkan kepada umat percaya.
Maka para murid, baik yang dua belas orang maupun murid yang lain, mereka dibaptis oleh Roh Kudus sehingga mereka pun menjadi semakin teguh, berani dan memiliki hikmat dan pengurapan yang luar biasa.
Sehingga Petrus misalnya, yang tadinya sempat menyangkal bahwa dia adalah murid Yesus, menjadi Petrus yang sekuat batu karang.
Alkitab mencatat bagaimana ketika Petrus berkhotbah maka ada tiga ribu orang yang memberi diri dibaptis (Kisah Para Rasul 2:14-41).
Di masa kini, perintah yang sama diberikan kepada kita yang percaya, karena Injil tetap harus diberitakan, orang perlu mendengar Injil, dibaptis dan dimuridkan.
Kita orang-orang yang telah menjadi percaya, Tuhan tidak ingin kita menjadi orang yang egois, hidup untuk diri sendiri.
Tetapi agar kita juga memiliki beban bagi jiwa-jiwa yang terhilang tanpa Kristus.
Mereka ada di sekitar kita, mungkin ada anggota keluarga yang belum menjadi percaya.
Atau teman sekolah, teman di kampus, teman di tempat kerja.
Tanpa Yesus mereka semua akan binasa.
Setelah seseorang menjadi orang percaya, maka mereka juga perlu diajar agar bertumbuh semakin dewasa, artinya mereka diajar untuk menjadi seorang murid.
Jadi kita semua dipanggil untuk menjadi pemurid.
Saudara, diskusikan dalam kelompok di persekutuan, apakah engkau sudah menjadi seorang murid? Kalau sudah apakah engkau sudah menjadi seorang pemurid?
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apa yang Yesus lakukan dengan roti di tangannya?
Apa yang terjadi dengan mata mereka setelah Yesus memecah roti?
Apa pula yang terjadi dengan hati mereka?
Hal apa yang dilakukan oleh mereka setelah berjumpa dengan Yesus?
Saudara saudari..
Di tengah kesunyian pagi hari ketika Paskah, berita yang luar biasa itu lambat laun tersiar.
Hari semakin cerah. Kubur itu kosong. Yesus hidup!
Ketika pagi mulai merekah hari minggu itu, para pengikut Yesus masih dirundung duka serta perasaan takut dan tidak memiliki pengharapan.
Petrus yang berjiwa pemimpin, telah hancur luluh hatinya karena menyadari bahwa ia menyangkal Yesus.
Dua murid yang berjalan ke Emaus juga dalam kebingungan dan kekecewaan, sehingga tidak mengenali Yesus walaupun Yesus berjalan bersama mereka.
Namun demikian, dalam waktu dua belas jam segala sesuatunya berubah.
Kubur itu tidak saja kosong, tetapi Tuhan Yesus sendiri telah dilihat oleh murid-murid.
Saat Yesus makan bersama-sama dengan mereka dan memecah-mecahkan roti, mata mereka terbuka dan mereka mengenal Dia.
Petrus menjadi seorang manusia baru kemurungan dan perkabungannya berlalu.
Ketakutannya lenyap dan sebagai gantinya ada sukacita yang tidak terlukiskan.
Dua murid yang berjalan ke Emaus juga mengalami hati yang berkobar-kobar dan sukacita yang melimpah.
Pada perjamuan Kudus, Tuhan sering kali menyatakan diri-Nya dengan cara yang nyata.
Lewat roti dan anggur kita diingatkan akan kasih terbesar di kayu salib untuk hidup kita.
Mata kita terbuka untuk semakin mengenal Kristus dan kita semakin diwahyukan siapa Kristus dalam hidup kita; Dia penebus, sahabat dan sumber kekuatan dalam hidup kita.
Saat itu mata iman kita terbuka; kita merasakan diampuni, dicintai dan dilayakkan untuk menikmati semua kasih karunia-Nya dalam hidup kita untuk kita bisa menjadi saksi-Nya sampai Ia datang kedua kalinya.
Tuhan Yesus memberkati.
Ambil waktu untuk menceritakan kepada saudara/saudari lainnya, apa hal baru yang Tuhan buka dalam hidupmu pada saat melakukan perjamuan Kudus.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Setiap kali kita makan roti dan minum cawan dalam perjamuan, apa yang kita beritakan?
Sampai kapan kita beritakan kematian Tuhan?
Bagaimana keadaan kita yang seharusnya ketika kita mengambil bagian dalam perjamuan kudus?
Kalau kita dengan cara tidak layak makan roti dan minum cawan, kita berdosa terhadap apa?
Saudara Saudari..
Pada zaman gereja mula-mula, Perjamuan Kudus diadakan dalam suatu acara makan bersama.
Semua orang membawa makanan menurut kemampuan masing-masing, untuk dibagikan dan dimakan bersama.
Namun tidak demikian halnya di Korintus.
Di sana mereka bahkan tidak sabar menunggu sampai semua orang datang berkumpul untuk makan bersama-sama.
Malah beberapa orang minum-minum sampai mabuk, sementara yang lainnya kelaparan.
Tidak heran Paulus tidak mau memuji mereka, karena hal itu sungguh memalukan.
Paulus segera menegur dengan mengingatkan mereka pada peristiwa perjamuan Tuhan yang pertama kali, yang diadakan Tuhan Yesus sendiri.
Perbuatan mereka sangat tidak layak.
Rasul Paulus menegaskan kita, dalam melakukan Perjamuan Kudus harus melakukannya dengan cara yang layak (bukan asal-asalan, tanpa introspeksi, tanpa pengertian).
Sebenarnya tidak ada satupun orang Kristen yang “layak” memasuki hadirat Allah.
Yudas Iskariot duduk bersama Yesus dalam perjamuan terakhir. Tetapi hatinya sudah jauh.
Ia berpura-pura mengambil bagian tetapi akhirnya mengkhianati Tuhan Yesus.
Ini menjadi peringatan kepada kita. Jangan sampai kita hadir secara fisik dalam perjamuan kudus tetapi jauh secara rohani.
Kita ikut ambil bagian, tapi hati kita sedang sibuk dengan handphone, tugas, menyimpan dosa, luka atau kepahitan yang belum dibereskan dengan Tuhan dan sesama.
Jadi, mari selalu luangkan waktu untuk menyiapkan diri sebelum melakukan perjamuan kudus.
Ambil doa pribadi minta Roh Kudus menyelidiki hati kita, tidak asal ambil roti dan anggur.
Kita sedang memperingati kematian dan kebangkitan Tuhan sampai Tuhan Yesus datang.
Tuhan Yesus memberkati.
Mari diskusikan bersama, persiapan rohani apa yang perlu dilakukan sebelum melakukan perjamuan kudus? Bagaimana meng-edukasi teman-teman seiman bahwa perjamuan kudus bukan budaya yang kosong dan tidak bermakna.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Pada malam waktu Yesus diserahkan, Yesus mengambil apa?
Setelah itu apa yang Yesus lakukan? Dan apa yang dilakukan dengan roti itu?
Apa yang Yesus katakan dengan roti itu?
Lalu Yesus mengambil apa?
Dan apa yang Yesus katakan dengan cawan itu?
Saudara-saudari..
Perjamuan Kudus bukan mengenai ritual yang dilakukan di dalam gereja sebulan sekali, momen yang sangat berharga ini untuk mengingat apa yang Yesus kerjakan bagi kita yaitu pengorbananNya di kayu salib untuk keselamatan kita.
Kata-kata dalam ayat hari ini menunjuk kepada tubuh Kristus yang diserahkan dalam kematian-Nya dan darah-Nya yang dicurahkan sebagai korban di kayu salib. Ketika Yesus berkata tentang roti “inilah tubuhku”.
Yesus bermaksud bahwa roti itu melambangkan tubuh-Nya.
“Cawan” melambangkan darah Kristus yang dicurahkan untuk mengesahkan “perjanjian baru”.
Makan roti dan minum cawan itu berarti mengumumkan dan menerima keuntungan dari korban kematian Yesus.
Rasul Paulus menekankan bahwa setiap kali kita makan roti dan minum cawan ini, kita sedang “mengingat kematian Kristus dan memberitakannya” sampai ia datang kembali.
Hal ini juga berarti panggilan untuk hidup dalam kesadaran bahwa kita ditebus dengan darah yang mahal.
Pada waktu terjadinya perjamuan kudus, murid-murid tidak sepenuhnya mengerti apa yang sedang terjadi ketika Yesus mengadakan perjamuan kudus.
Tetapi setelah kebangkitan-Nya, murid-murid menyadari betapa dalam makna dari roti dan anggur.
Sehingga sejak saat itu, murid-murid menjadi saksi yang radikal karena mereka mengingat akan pengorbanan Yesus.
Mari membangun budaya perjamuan kudus yang mengerti makna yang benar, sehingga kita menjadi saksi-Nya yang efektif di generasi ini sampai Tuhan Yesus datang untuk yang kedua kalinya.
Tuhan Yesus memberkati.
Apakah di kelompok PA, kelompok Pemuridan atau komunitas saudara, saudara terbiasa untuk berbicara tentang salib, pengorbanan dan kasih Kristus? Bagaimana membangun budaya Perjamuan Kudus dalam komunitas saudara?