Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Mengapa Musa menasihati bangsa Israel tidak melupakan Tuhan saat sudah tinggal di tanah perjanjian?
Apakah yang Tuhan ingin bangsa Israel ingat saat di padang gurun?
Apakah yang dimaksud dengan kekuatan untuk memperoleh kekayaan?
“Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini.” (Ulangan 8:18).
Dalam kitab Ulangan, Musa mengingatkan bangsa Israel tentang perjalanan mereka di padang gurun selama 40 tahun.
Mereka mengalami banyak tantangan, tetapi Tuhan selalu menyertai dan memenuhi kebutuhan mereka.
Musa menekankan pentingnya untuk tidak melupakan Tuhan ketika mereka masuk ke Tanah Perjanjian, sebuah tempat yang berlimpah susu dan madu, di mana mereka akan menikmati kekayaan dan kemakmuran.
Latar belakang ini menjadi dasar bagi peringatan yang diberikan dalam Ulangan 8:11-18, di mana Musa mengingatkan mereka agar tidak menjadi sombong dan melupakan sumber segala berkat yang mereka terima.
Dalam ayat 11-14, Musa memperingatkan agar bangsa Israel tidak melupakan Tuhan ketika mereka sudah menikmati kekayaan dan kemakmuran.
Kecenderungan manusia adalah merasa bahwa kekuatan dan kemampuan merekalah yang menghasilkan segala sesuatu.
Ketika hidup dalam kenyamanan, mudah bagi kita untuk lupa bahwa Tuhanlah yang memberikan kekuatan untuk memperoleh kekayaan.
Musa mengingatkan bahwa kemakmuran bisa menjadi ujian bagi iman, apakah kita tetap mengandalkan Tuhan atau justru menjauh dari-Nya.
Musa mengingatkan bangsa Israel tentang bagaimana Tuhan memelihara mereka di padang gurun.
Tuhan memberikan manna, air dari batu, dan melindungi mereka dari bahaya.
Semua ini menunjukkan bahwa kekayaan dan kemakmuran bukanlah hasil usaha manusia semata, melainkan anugerah dari Tuhan.
Musa menegaskan bahwa Tuhan membawa mereka melalui proses yang sulit untuk merendahkan hati mereka dan menguji iman mereka, agar mereka menyadari bahwa hidup mereka bergantung sepenuhnya pada Tuhan.
Musa menegaskan bahwa kekuatan untuk memperoleh kekayaan datang dari Tuhan.
Bukan karena kekuatan atau kepintaran kita, melainkan karena Tuhanlah yang memberikan kemampuan itu.
Saudara, marilah kita selalu rendah hati dan mengakui bahwa segala berkat yang kita miliki adalah pemberian Tuhan.
Ketika kita diberkati, janganlah kita menjadi sombong, tetapi gunakanlah kekayaan itu untuk memuliakan Tuhan dan menjadi berkat bagi sesama.
Dengan demikian, kita akan tetap setia dan bersyukur kepada-Nya dalam segala keadaan.
Diskusikan dalam kelompok PA saudara, apakah yang dimaksud dengan kekuatan untuk memperoleh kekayaan.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Daud menyebut Tuhan adalah gembala-Ku. Apakah maksud penggunaan “ku” pada kata gembala. Apakah hubungan kasih Allah dengan Pengampunan?
Mengapa Daud tidak akan kekurangan?
Kalau Tuhan menjadi gembala kita, apakah yang kita butuhkan lagi?
“Tuhan adalah gembala-ku, takkan kekurangan aku.” (Mazmur 23:1).
Mazmur 23 menggambarkan Tuhan sebagai Gembala yang bertanggung jawab penuh atas kehidupan domba-Nya.
Dalam Perjanjian Baru, Yesus menyatakan diri-Nya sebagai “Gembala yang Baik” (Yohanes 10:11) yang menyerahkan nyawa-Nya bagi domba-Nya.
Ketika Daud berkata, “takkan kekurangan aku,” ia merujuk pada pemeliharaan Allah yang menyeluruh: makanan, perlindungan, pemulihan, dan tuntunan (Mazmur 23:2-3).
Yesus, sebagai penggenapan janji ini, menjamin bahwa siapa yang datang kepada-Nya tidak akan hidup dalam kekurangan rohani maupun jasmani (Filipi 4:19).
Seringkali, perasaan “kekurangan” muncul ketika kita membandingkan diri dengan standar dunia atau berfokus pada keinginan yang tidak terpenuhi.
Namun, Daud menegaskan bahwa kunci keberlimpahan terletak pada hubungan dengan Gembala, bukan pada kepemilikan materi.
Yesus mengingatkan kita: “mencari kerajaan-Nya harus menjadi yang utama, maka semua yang lain akan ditambahkan kepadamu” (Matius 6:33).
Ketika kita meletakkan Yesus sebagai pusat hidup, kita belajar melihat bahwa kasih karunia-Nya lebih dari cukup—bahkan dalam masa sulit sekalipun (2 Korintus 12:9).
Dunia menawarkan kepuasan semu melalui harta, status, atau kesenangan, tetapi semua itu bersifat sementara.
Yesus, sebagai Gembala Sejati, memberikan kepenuhan yang abadi: damai sejahtera di tengah badai (Yohanes 14:27), sukacita dalam penyerahan (Filipi 4:4), dan pengharapan yang tak pudar (Roma 15:13).
Daud menyadari hal ini ketika ia menulis, “Takkan kekurangan aku”—bukan karena hidupnya sempurna, tetapi karena ia percaya bahwa Allah mengatur langkahnya.
Demikian pula, dalam Yesus, kita menemukan bahwa diri-Nya sendiri adalah sumber segala sesuatu.
Mazmur 23:1 bukanlah janji bahwa hidup akan bebas masalah, tetapi jaminan bahwa dalam setiap musim, Yesus sang Gembala akan memenuhi kita dengan kasih karunia yang cukup.
Ketika kita berjalan dekat dengan-Nya, kita belajar berkata seperti Paulus: “Aku tahu apa itu kekurangan dan kelimpahan… Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku”(Filipi 4:12-13).
Percayalah: dalam Yesus, kita tidak akan pernah ditinggalkan-Nya kekurangan.
Jika kita merasa “tidak kekurangan” dalam Kristus, bagikanlah kasih-Nya kepada orang lain melalui pelayanan, dukungan, atau kata-kata pengharapan (2 Korintus 9:8).
Diskusikan dengan pembimbingmu, bagaimana caranya dapat membangun hubungan dengan Tuhan sebagai gembala yang menyediakan segala keperluan kita.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apakah yang dimaksud dengan menipu Allah yang dilakukan bangsa Israel?
Apakah yang terjadi bila bangsa Israel taat memberi perpuluhan?
Apakah kita sudah taat memberi sesuai kehendak Tuhan?
Aku akan menghardik bagimu belalang pelahap, supaya jangan dihabisinya hasil tanahmu dan supaya jangan pohon anggur di padang tidak berbuah bagimu, firman TUHAN semesta alam”. (Maleakhi 3:11).
Kitab Maleakhi adalah kitab terakhir dalam Perjanjian Lama dan ditulis pada masa setelah pembuangan Israel ke Babel.
Saat itu, bangsa Israel telah kembali ke tanah mereka, tetapi mereka mulai lalai dalam ibadah dan kehidupan rohani.
Mereka menahan persepuluhan dan persembahan, serta meragukan kasih dan keadilan Tuhan. Dalam Maleakhi 3:6-11, Tuhan menegur umat-Nya karena tidak setia dalam memberikan apa yang menjadi hak-Nya, yaitu persepuluhan dan persembahan.
Tuhan mengingatkan mereka bahwa Dialah Tuhan yang tidak berubah, dan mereka dipanggil untuk kembali kepada-Nya dengan setia.
Tuhan menyatakan bahwa Dia tidak berubah, dan karena itu, umat-Nya tidak binasa.
Namun, mereka telah menyimpang dari ketetapan-Nya. Tuhan memanggil mereka untuk kembali kepada-Nya, dan sebagai tanda pertobatan, mereka harus mempersembahkan persepuluhan dan persembahan dengan setia.
Persepuluhan adalah sepuluh persen dari penghasilan yang seharusnya dikembalikan kepada Tuhan sebagai pengakuan bahwa segala yang mereka miliki berasal dari-Nya.
Dengan menahan persepuluhan, mereka tidak hanya merugikan diri sendiri tetapi juga merampas hak Tuhan.
Dalam kitab Maleakhi, menahan persepuluhan dan persembahan sama dengan merampok Tuhan.
Namun, Tuhan menjanjikan berkat yang melimpah jika mereka setia dalam memberikan persepuluhan.
Tuhan bahkan menantang mereka untuk mencobai-Nya dalam hal ini, dengan janji bahwa Dia akan membuka tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat yang tidak terhingga.
Tuhan juga berjanji untuk melindungi hasil bumi mereka dari hama dan kerusakan.
Ini menunjukkan bahwa Tuhan peduli terhadap kesejahteraan umat-Nya dan ingin memberkati mereka secara materi dan rohani.
Implementasi praktis dari firman ini adalah, pertama, kita harus menyadari bahwa segala yang kita miliki adalah pemberian Tuhan, dan kita dipanggil untuk mengelola keuangan dengan bijaksana, termasuk memberikan berbagai persembahan dengan sukacita.
Kedua, kita perlu memeriksa hati dan motivasi kita dalam memberi.
Memberi bukan sekadar kewajiban, tetapi sebagai bentuk penyembahan dan pengakuan bahwa Tuhan adalah sumber berkat kita.
Ketiga, kita harus percaya pada janji Tuhan bahwa ketika kita setia dalam memberi, Dia akan mencurahkan berkat-Nya dalam hidup kita.
Terakhir, kita juga diajak untuk hidup dalam ketaatan dan kepercayaan penuh kepada Tuhan, karena Dia tidak pernah berubah dan setia pada janji-Nya.
Dengan demikian, kita dapat mengalami kepenuhan berkat-Nya dalam setiap aspek kehidupan.
Diskusikan dalam kelompok PA, bagaimana caranya memberi persembahan dengan ketaatan dan sukacita.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Siapakah yang disebut terkutuk oleh firman Tuhan?
Mengapa orang tersebut dianggap terkutuk?
Mengapa seseorang yang berharap kepada Tuhan sangat diberkati?
Mengapa orang yang berharap kepada Tuhan tidak berhenti menghasilkan buah?
Saudara, dalam kehidupan ini, terutama bagi kita sebagai orang percaya, kita harus memahami beberapa prinsip tentang kelimpahan. Yesus dengan jelas menyatakannya:
Yohanes 10:10“Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.”
Dalam Perjanjian Lama, kelimpahan atau berkat sering kali digambarkan dalam bentuk kekayaan fisik atau materi.
Oleh karena itu, untuk memperolehnya, sering dikaitkan dengan bekerja, mencari nafkah atau mencari uang.
Mengenai kelimpahan berupa kekayaan, Perjanjian Lama menuliskan:
Ulangan 8:18“Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini.”
Amsal10:22“Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya.”
Dari kedua firman Tuhan ini, sangat jelas bahwa kekayaan dan kelimpahan berasal dari Tuhan Allah yang sangat baik.
Oleh karena itu, kita seharusnya memahami bahwa kekayaan adalah berkat dari Tuhan dan Tuhanlah yang menganugerahkan kekuatan bagi kita untuk memperolehnya dan sudah sepantasnya kita menjaga hubungan dengan Tuhan.
Selain itu, peran Roh Kudus sangat besar bagi mereka yang sungguh-sungguh mau bergantung kepada Tuhan dalam hal kekayaan.
Kekayaan bukan semata-mata hasil kerja keras kita, namun kasih karunia yang dianugerahkan melalui hubungan pribadi kita dengan Roh Kudus.
Yohanes 14:26“tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.”
Roh Kudus mampu mengajarkan segala sesuatu dan memberikan kekuatan serta pengetahuan untuk memperoleh kelimpahan.
Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk mengandalkan Tuhan dalam mengelola kelimpahan yang telah dianugerahkan kepada kita.
Jangan sampai kita salah dalam pengelolaan atau salah menggunakan kelimpahan tersebut, karena jika tidak dikelola dengan baik, kelimpahan itu bisa berkurang bahkan habis.
Roh Kudus juga dapat mengajarkan kita dalam mengembangkan kekayaan dengan cara yang benar, baik melalui investasi, berdagang maupun berusaha sesuai dengan talenta dan bakat kita sehingga kita mendapatkan kelimpahan.
Haleluya, puji Tuhan, Amin.
Mengapa banyak anak-anak Tuhan hidup dalam kekurangan, padahal Tuhan Yesus telah berjanji untuk memberikan kelimpahan?
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Mengapa Yesus melarang murid-muridNya mengumpulkan harta di bumi?
Dimana Yesus menganjurkan para murid untuk mengumpulkan harta?
Dimana hati kita berada?
Apa yang membuat mata kita menjadi mata yang baik?
Saudara, Tuhan Yesus membandingkan Allah dengan Mamon saat mengajarkan murid-muridNya tentang harta di surga:
Matius 6:24“Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.”
Dalam pengajarannya, Yesus dengan tegas menyatakan bahwa para murid harus memprioritaskan Kerajaan Allah dan tidak dipusingkan dengan berbagai kekuatiran hidup.
Matius 6:33“Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”
Saudara, Tuhan Yesus mengajarkan bahwa Kerajaan Allah dan kebenarannya harus diutamakan dalam kehidupan orang percaya.
Segala sesuatu yang kita lakukan sepatutnya bertujuan untuk memperluas Kerajaan Allah.
Pekerjaan kita merupakan platform pelayanan kita, tempat kita bersaksi dan memberitakan Injil keselamatan atau Injil kasih karunia.
Dengan demikian, bekerja bukan hanya sekedar mencari nafkah, tetapi juga menjadi sarana untuk menjadi saksi Kristus dalam melaksanakan Amanat Agung Kristus.
Oleh karena itu, kehadiran kita seharusnya tidak mempermalukan Kristus atau merusak kekristenan di hadapan kolega di kantor atau tempat kerja.
Kita seharusnya bekerja dengan serius, tidak setengah hati tetapi dengan segenap hati, pikiran, dan kemampuan.
Dengan demikian, prestasi kerja kita dapat mengharumkan kekristenan dan memuliakan Yesus Kristus.
Ketika bekerja, kita sepatutnya menunjukkan kinerja yang baik tanpa bersikap arogan atau sombong.
Kita harus bersedia bekerjasama dalam tim yang baik serta dikenal sebagai pribadi yang baik hati, pekerja keras dan rela membantu serta menolong rekan satu tim maupun kolega dari tim lain.
Dalam bekerja, sepatutnya rekan-rekan dan kolega kita mengenal kita sebagai pribadi yang baik, rela berbagi dan bukan seseorang yang hanya mengejar keuntungan pribadi karena setiap bantuan selalu diperhitungkan, sebaliknya kita dikenal sebagai pribadi yang tulus menolong.
Selain itu, teman-teman juga mengenal kita sebagai seseorang yang gemar bersaksi sehingga mereka tahu bahwa kita adalah pribadi yang mengabdi kepada Tuhan, selalu mendahulukan dan mengutamakan Tuhan.
Namun, di saat yang sama, mereka juga melihat bahwa kita adalah pribadi yang menghargai semua rekan dengan berbagai latar belakang kepercayaan, bukan seseorang yang fanatik buta.
Mereka mengenal kita sebagai seorang Kristen yang sungguh-sungguh, bukan hanya beragama setengah hati, tetapi tetap menghargai kepercayaan orang lain yang berbeda.
Saudara, sebagai murid Kristus, kita hidup di tengah masyarakat yang religius di Bandung.
Sering kali kita bertemu dengan teman-teman yang sangat fanatik dalam kepercayaannya.
Beberapa dari mereka mungkin enggan bersalaman dengan kita, bahkan ketika kita menyapa, mereka terlihat ragu atau enggan berbicara dengan kita yang mereka anggap sebagai kafir.
Lalu, bagaimana kita harus bersikap? Jangan pernah bosan untuk tetap bersikap ramah dan menyapa mereka semua.
Jika kita adalah laki-laki, sebaiknya kita tetap menyapa teman pria dengan baik, namun jika teman wanita enggan menjawab sapaan kita, cukup berikan senyuman tanpa harus menyapa lagi.
Hal ini untuk menghindari kesalahpahaman agar tidak dianggap mengganggu, mencari perhatian, atau bahkan disalahartikan.
Oleh karena itu, marilah kita hidup dalam kekudusan dan kesucian serta senantiasa bergaul dengan Bapa.
Dengan demikian, orang-orang di sekitar kita akan melihat bahwa kita berbeda dari kebanyakan orang Kristen pada umumnya.
Terlebih lagi, jika mereka mengetahui bahwa kita adalah Kristen Batak, mungkin ada sebagian yang enggan bergaul dengan kita.
Namun, jika mereka melihat bahwa kita adalah orang Kristen yang sungguh-sungguh dan memiliki kehidupan rohani yang tidak asal-asalan, mereka akan lebih menghargai kita.
Mereka tahu bahwa orang Kristen Batak dikenal sebagai pribadi yang jujur, setia, loyal dalam pertemanan serta rela membela teman tanpa ragu dan tidak sungkan untuk berkorban demi persahabatan.
Saudara, marilah kita menonjolkan nilai mengutamakan Tuhan dalam pertemanan dengan teman sejawat, baik di kantor, di sekolah maupun di lingkungan tetangga.
Sebagai contoh, jika ada rencana untuk berkumpul, beritahukan kepada mereka bahwa kita selalu beribadah ke gereja pada hari Minggu di jam tertentu.
Biasakan hal ini secara konsisten sehingga mereka memahami bahwa pada hari Minggu, kita tidak bisa ikut berkumpul karena itu adalah waktu untuk beribadah di gereja.
Mereka sepatutnya mengenal kita bukan sebagai orang yang pelit atau kikir yang enggan berbagi, apalagi seseorang yang hanya ingin mencari keuntungan dari persahabatan.
Kita bukanlah orang yang tidak rela rugi tetapi seseorang yang tidak mempermasalahkan jika mengalami kerugian atau dirugikan.
Selain itu, mereka juga harus mengenal kita sebagai pribadi yang mudah memaafkan, suka mengampuni serta selalu berbuat baik.
Kita dikenal sebagai orang yang murah hati, terutama bagi mereka yang benar-benar membutuhkan bantuan.
Galatia 6:9“Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah.”
Saudara, jika dalam hidup kita dikenal sebagai orang yang melayani Tuhan, hamba Allah dan masyarakat di sekitar kita mengetahuinya, maka itu menjadi kesempatan bagi kita untuk lebih mudah bersaksi.
Masyarakat tidak selalu menuntut kita untuk memberi uang atau harta karena mereka memahami bahwa kita bukanlah hamba uang yang selalu perhitungan dalam segala bentuk bantuan.
Haleluya, puji Tuhan, Amin.
Apakah setiap orang yang mencintai uang sudah pasti mengabdi kepada Mamon?
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Dalam rangka apa Sang Tuan membagikan hartanya kepada para hambanya?
Apa tujuan Sang Tuan membagikan hartanya kepada mereka?
Ketika Sang Tuan kembali, apa yang dilaporkan oleh para hamba?
Mengapa ada hamba yang dipuji, tetapi ada juga yang dikecam?
Saudara, dari cerita di atas, kita belajar bahwa ketika seseorang dikaruniakan talenta atau bakat, maka sepatutnya ia mengembangkannya agar talenta atau bakat itu.
Setiap orang yang percaya kepada Yesus Kristus dianugerahi setidaknya satu talenta atau satu karunia rohani yang berasal dari Tuhan, Allah Bapa kita.
1 Korintus 12:7“Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama.”
Dalam firman ini dinyatakan bahwa setiap orang percaya dianugerahi satu karunia Roh sebagai penyataan Roh untuk kepentingan bersama.
Karunia Roh sebagai penyataan berarti bahwa keberadaannya menjadi bukti bahwa orang tersebut didiami oleh Roh Kudus.
Oleh karena itu, manifestasi dari Roh Kudus hadir sebagai karunia Roh, yang menjadi bukti nyata kehadiran-Nya di dalam orang percaya.
Setiap talenta, bakat maupun karunia Roh sepatutnya digunakan untuk kepentingan bersama yaitu tubuh Kristus atau jemaat Kristus.
Selain itu, talenta dan karunia tersebut dikembangkan agar menghasilkan pertumbuhan serta pertambahan karunia dalam diri setiap orang percaya.
Rasul Paulus menjelaskan bahwa setiap anggota tubuh Kristus harus berkontribusi dalam pertumbuhan jemaat melalui peran setiap anggota:
Efesus 4:16“Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, –yang rapih tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota–menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih.”
Kristus menghendaki agar setiap anggota jemaat bertumbuh ke arah Kristus dan berperan dalam membangun jemaat Kristus sehingga seluruh tubuh Kristus mengalami pertumbuhan melalui peran dan fungsi masing-masing anggotanya.
Oleh karena itu, setiap orang percaya sepatutnya mengembangkan karunia Roh yang telah dianugerahkan Tuhan kepadanya agar karunia tersebut berkembang dan berfungsi dengan baik.
Ketika setiap anggota tubuh Kristus mengelola karunia Roh yang dianugerahkan Tuhan hasilnya akan sangat baik bagi pertumbuhan dan pembangunan tubuh Kristus dalam kasih.
Saudara, ada anggota yang dianugerahkan bukan hanya satu karunia, tetapi beberapa karunia Roh.
Namun, semuanya diberikan untuk kepentingan bersama.
Marilah kita, sebagai anggota tubuh Kristus, mengembangkan karunia Roh dengan menggunakannya untuk kepentingan bersama.
Karunia tersebut bukan untuk keuntungan pribadi melainkan untuk kepentingan seluruh tubuh Kristus.
Haleluya, Puji Tuhan, Amin.
Mengapa karunia Roh tidak berkembang dan bertambah pada seseorang, sementara pada saudara yang lain, karunia Rohnya berkembang dan bertambah?