Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya dan secara khusus hafalkanlahFilipi 1:5!
Coba sebutkan beberapa sikap yang benar yang dilakukan oleh rasul Paulus untuk pertumbuhan rohani jemaat di Filipi?
Hal apakah yang disyukuri oleh Rasul Paulus terhadap jemaat di Filipi?
Siapakah yang mengerjakan persekutuan dalam berita Injil bagi jemaat di Filipi sehingga mereka mengalami pertumbuhan yang luar biasa?
Injil adalah berita tentang apa yang Yesus telah lakukan buat manusia melalui kematian-Nya, kebangkitan-Nya serta naiknya Yesus ke surga dan duduk di sebelah kanan Bapa.
Dan jemaat di Filipi mengalami persekutuan dalam berita Injil sehingga mereka mengalami pertumbuhan yang luar biasa dan terhindar dari penyesatan dari Injil yang palsu.
Untuk kita mengalami persekutuan dalam berita Injil maka ketika kita lahir baru haruslah merupakan sebuah pewahyuan dari Allah tentang siapa Yesus buat kita.
“Dan meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar.”(Efesus 1:17).
“Maka jawab Simon Petrus: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Kata Yesus kepadanya: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga.”(Matius 16:16-17).
Hal-hal apakah yang perlu kita pahami tentang Injil sehingga kita harus senantiasa mengalami persekutuan dalam berita Injil:
Pahami bahwa kematian Yesus telah memusnahkan kuasa iblis sehingga kita memiliki kehidupan Yesus.”Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut.”(Ibrani 2:14).”Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.”(Roma 6:4);
Pahami bahwa kebangkitan Yesus, Ia memusnahkan keberadaan iblis dan Yesus menghancurkan kuasa maut dan telah memegang kunci kerajaan maut sehingga kita memiliki kehidupan baru yaitu kehidupan Yesus.“Kamu juga, meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu dan oleh karena tidak disunat secara lahiriah, telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita,dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib.”(Kolose 2:13-14).
Dengan persekutuan dalam berita Injil yang kita bangun melalui diwahyukannya akan kematian dan kebangkitan Yesus bagi kita, maka pengenalan kita akan Tuhan menjadi berhasil dan tidak dapat digoncangkan dan disesatkan oleh ajaran-ajaran dunia ini.
Pada akhirnya kita akan mengalami kepenuhan Kristus sehingga rupa Kristus menjadi nyata dalam kita.
“Jemaat yang adalah tubuh-Nya, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu.” (Efesus 1:23).
Oleh sebab itu marilah kita senantiasa bersekutu dengan Yesus sampai kehidupan Yesus, Injil itu dicetak dalam batin, pikiran dan perbuatan kita.
Diskusikanlah dalam komunitas saudara bagaimana saudara membangun persekutuan dalam berita Injil yang membuat saudara tetap berkobar-kobar dalam mengikut Yesus!
PEMBERITAAN KERAJAAN ALLAH YANG MENGHASILKAN SUKACITA
Penulis : Pnt. Leonardo Mangunsong
Pembacaan Alkitab Hari ini :
KISAH PARA RASUL 8:5-8
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya dan secara khusus hafalkanlah Kisah Para Rasul 8:8!
Siapakah yang diberitakan oleh Filipus di Samaria?
Hal apakah yang menyebabkan orang-orang di Samaria dengan bulat hati menerima berita Injil yang disampaikan oleh Filipus?
Apakah yang dialami oleh orang-orang di Samaria setelah mereka menerima berita Injil?
Injil adalah Kabar Baik, dimana Yesus telah mati dan bangkit bagi dunia ini sehingga maut tidak lagi dapat berkuasa atas dunia ini.
Kematian-Nya telah membinasakan iblis yang berkuasa atas maut dan kebangkitan-Nya telah menghidupkan kita yang telah mati karena maut.
Karena upah dosa adalah maut.
“Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut.”(Ibrani 2:14-15).
Dengan dibebaskannya manusia dari maut berarti dosa, kelemahan dan sakit penyakit, kemiskinan dan kegagalan serta iblis tidak dapat berkuasa lagi atas manusia sehingga manusia berhak dengan kesembuhan dari sakit penyakit, tidak lagi diperbudak oleh setan dan kuasa dosa dan mengalami kemerdekaan penuh dan sejati.
Itulah sebabnya pemberitaan Injil Kerajaan Allah akan membuahkan sukacita seperti yang dialami oleh orang-orang di Samaria melalui kedatangan Filipus kesana dimana orang-orang yang ada di Samaria dilepaskan dari kuasa iblis serta banyak yang mengalami kesembuhan dimana orang lumpuh dan timpang dapat berjalan dengan normal.
Dan Firman Tuhan juga menyatakan bahwa Injil Kerajaan Allah memberi kelegaan bagi orang yang percaya kepada Yesus.
“Tetapi dengan jalan demikian Allah telah menggenapi apa yang telah difirmankan-Nya dahulu dengan perantaraan nabi-nabi-Nya, yaitu bahwa Mesias yang diutus-Nya harus menderita. Karena itu sadarlah dan bertobatlah, supaya dosamu dihapuskan, agar Tuhan mendatangkan waktu kelegaan, dan mengutus Yesus, yang dari semula diuntukkan bagimu sebagai Kristus.”(Kisah Para Rasul 3:18-20).
Yesus pun membawa sukacita bagi orang-orang yang ada di Kapernaum, ketika Ia membangkitkan orang yang lumpuh dan memberitakan pengampunan dosa kepada orang lumpuh di Kapernaum, sehingga orang-orang memuliakan Allah
”Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa” — berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu —: “Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!” Dan orang itu pun bangun, segera mengangkat tempat tidurnya dan pergi ke luar di hadapan orang-orang itu, sehingga mereka semua takjub lalu memuliakan Allah, katanya: “Yang begini belum pernah kita lihat.”(Markus 2:10-12).
Marilah kita memberitakan Injil Kerajaan Allah sehingga kota kita dan tempat dimana kita berada mengalami sukacita karena banyak orang yang dilepaskan oleh kuasa Injil dalam nama Yesus sehingga kita juga mengerjakan tujuan gereja sepanjang tahun ini yaitu mencapai 2000 orang murid di gereja kita.
Diskusikanlah dalam komunitas saudara pengalaman tentang Injil Kerajaan Allah yang saudara beritakan membawa sukacita bagi banyak orang!
TANDA DAN MUJIZAT DALAM PEMBERITAAN KERAJAAN ALLAH
Penulis : Pdt. Saul Rudy Nikson
Pembacaan Alkitab Hari ini :
KISAH PARA RASUL 8:9-17
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apa tujuan mujizat dan tanda yang dilakukan oleh Filipus di Samaria?
Mengapa respons Simon (yang sebelumnya diagungkan) terhadap pekerjaan Filipus dan kemudian para rasul begitu penting?
Apa signifikansi peristiwa turunnya Roh Kudus *setelah* orang-orang Samaria percaya dan dibaptis?
“Tetapi sekarang mereka percaya kepada Filipus yang memberitakan Injil tentang Kerajaan Allah dan tentang nama Yesus Kristus, dan mereka memberi diri mereka dibaptis, baik laki-laki maupun perempuan” (Kisah Para Rasul 8:12).
Perikop ini terjadi setelah penganiayaan terhadap jemaat di Yerusalem yang memicu penyebaran orang percaya (Kisah Para Rasul 8:1,4).
Filipus, salah satu dari Tujuh Diaken (Kisah Para Rasul 6:5), pergi ke Samaria – wilayah yang dipandang rendah oleh orang Yahudi karena perbedaan etnis dan agama.
Di sana, ia bertemu dengan Simon, seorang penyihir yang sangat berpengaruh dan dianggap sebagai “Kuasa Allah yang disebut Besar”.
Konteksnya menunjukkan perluasan Injil melampaui batas Yerusalem dan Yahudi, memasuki wilayah yang dianggap “terkutuk”, dengan tantangan dari kuasa okultisme yang mapan.
Filipus datang ke Samaria dan “memberitakan Mesias”. Bagian penting dari pelayanannya adalah “tanda-tanda” dan “mujizat-mujizat” yang ia lakukan: mengusir setan dan menyembuhkan orang lumpuh serta lumpuh.
Tujuan mujizat ini jelas:
1) Menarik perhatian orang banyak (“orang banyak itu memperhatikan”) yang sebelumnya terpikat pada Simon.
2) meyakinkan bahwa pesan Filipus sebagai berasal dari Allah yang benar, melebihi kuasa sihir Simon.
3) Menunjukkan kuasa Kerajaan Allah yang mengalahkan kuasa kegelapan (setan) dan memulihkan kehancuran (penyakit).
Mujizat bukanlah tujuan akhir, tetapi bukti pendukung yang membuka pintu bagi pemberitaan Injil dan menegaskan kebenarannya.
Respon Simon sangat krusial. Ia sendiri “percaya” dan dibaptis.
Namun, motivasinya tampak bermasalah: ia “selalu mengikuti Filipus” dan “takjub” melihat mujizat dan tanda-tanda besar yang terjadi.
Ketertarikannya terfokus pada kuasa itu sendiri, bukan pada Kristus yang diberitakan.
Hal ini menjadi bibit masalah yang akan muncul kemudian. Kedatangan Petrus dan Yohanes dari Yerusalem menunjukkan pentingnya persatuan jemaat dan otoritas para Rasul dalam masa peralihan.
Mereka menemukan bahwa orang Samaria yang telah percaya dan dibaptis belum menerima Roh Kudus.
Melalui doa dan penumpangan tangan para rasul, Roh Kudus turun atas mereka.
Kisah di Samaria mengajarkan kita prinsip penting tentang tanda dan mukjizat dalam misi Kerajaan Allah:
1) Tujuan Utama: Meneguhkan Injil dan Memuliakan Kristus.
Mujizat bukanlah pertunjukan atau cara mencari ketenaran (seperti Simon).
Tujuannya adalah membuktikan kebenaran Kabar Baik tentang Yesus Kristus dan kuasa-Nya atas dosa, setan, dan penderitaan, sehingga orang percaya kepada-Nya.
2) Bahaya Penyalahgunaan: Ketertarikan pada Kuasa, Bukan pada Kristus.
Kita harus waspada terhadap motivasi yang salah – keinginan untuk memiliki atau mengontrol kuasa ilahi demi status, pengaruh, atau keuntungan pribadi (semangat Simon).
Fokus harus tetap pada Kristus dan keselamatan yang Dia tawarkan.
3) Roh Kudus adalah Pemberian Allah, Bukan Hasil Manipulasi.
Pencurahan Roh Kudus adalah karya kedaulatan Allah, bukan sesuatu yang bisa dibeli (Simon) atau dihasilkan semata-mata oleh ritual manusiawi (baptisan air saja tidak otomatis menghasilkan pengalaman Roh yang penuh dalam konteks ini).
Kita menerima-Nya oleh iman melalui kasih karunia.
4) Peran Komunitas dan Otoritas yang Sehat.
Peran para rasul mengingatkan kita akan pentingnya akuntabilitas, persekutuan yang sehat, dan pengajaran yang benar dalam gereja, terutama terkait manifestasi Roh, untuk mencegah penyimpangan dan menjamin kesatuan.
Diskusikan dalam kelompok PA, bagaimana tanda-tanda dan mujizat diperlukan dalam pemberitaan Injil namun jangan sampai menggeser fokus pada Injil.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apa dua tugas utama yang Yesus berikan kepada kedua belas murid-Nya saat mengutus mereka?
Mengapa Yesus melarang murid-murid membawa bekal seperti tongkat, kantong perbekalan, roti, uang, atau dua helai baju?
Bagaimana seharusnya murid-murid menanggapi tempat atau orang yang tidak menerima mereka?
“Lalu pergilah mereka dan mereka mengelilingi segala desa sambil memberitakan Injil dan menyembuhkan orang sakit di segala tempat”. (Lukas 9:6).
Perikop ini mencatat momen penting dalam pelayanan Yesus: pengutusan resmi pertama kedua belas murid-Nya.
Sebelumnya, mereka telah menyaksikan kuasa dan ajaran Yesus (termasuk mukjizat tenangnya badai dan pengusiran setan di Gadara -Lukas 8:22-39).
Kini, Yesus tidak hanya ingin mereka menjadi penonton, tetapi rekan sekerja aktif dalam misi-Nya.
Pengutusan ini terjadi setelah Yesus memanggil mereka dan sebelum peristiwa penting seperti pengakuan Petrus (Lukas 9:18-20) dan transfigurasi (Lukas 9:28-36).
Ini adalah “magang” praktis di bawah otoritas-Nya.
Yesus memulai dengan memberi mereka “kuasa dan wewenang”.
Kuasa ini adalah kemampuan untuk melakukan hal-hal supranatural, sementara wewenang adalah hak legal atau mandat untuk bertindak atas nama Dia.
Untuk apa? 1) Mengusir semua setan, dan 2) menyembuhkan penyakit.
Namun, tujuan utama pemberian kuasa ini bukanlah mukjizat itu sendiri, melainkan untuk mendukung pemberitaan mereka: “memberitakan Kerajaan Allah”.
Penyembuhan dan pengusiran setan adalah tanda yang meyakinkan dan mendemonstrasikan bahwa Kerajaan Allah yang penuh kuasa itu sungguh-sungguh hadir dan sedang bekerja melalui Yesus, Sang Raja.
Perintah Yesus selanjutnya mengejutkan: “Jangan membawa apa-apa dalam perjalanan”.
Larangan membawa tongkat (alat bantu/perlindungan), kantong perbekalan, roti, uang, dan bahkan baju ganti sangat radikal.
Tujuannya jelas: mendorong ketergantungan mutlak pada Allah.
Mereka harus belajar bahwa yang mengutus dan memberi mereka kuasa juga akan menyediakan kebutuhan mereka melalui orang-orang yang menerima kabar baik.
Ini juga menghilangkan penghalang material yang bisa mengalihkan fokus dari misi utama.
Terhadap penolakan, Yesus memberi instruksi tegas: “pergilah dari situ dan kebaskanlah debu dari kakimu”.
Gerakan simbolis Yahudi ini menandakan pemutusan hubungan dan tanggung jawab, menyatakan bahwa penolakan itu terhadap Allah sendiri dan konsekuensinya ada pada mereka yang menolak.
Pesan dan utusan Kerajaan tidak boleh dipaksakan atau diperjualbelikan.
Pengutusan murid-murid pertama ini memberikan prinsip abadi bagi setiap pengikut Kristus yang diutus ke dunia:
1) Mandat Utama: Memberitakan Kerajaan Allah.
Pesan kita bukan tentang diri kita, gereja kita, atau program kita, tetapi tentang pemerintahan Allah yang hadir dalam Kristus, menawarkan keselamatan, pembebasan, dan transformasi.
2) Bersandar pada Otoritas dan Penyediaan Allah. Kita diutus dengan kuasa dan wewenang dari Kristus, bukan dari keahlian atau sumber daya kita.
Ini menuntut ketergantungan yang dalam pada-Nya dalam doa, dan kesediaan untuk menerima penyediaan-Nya.
3) Bersikap Tegas terhadap Penolakan. Sementara kita harus berusaha dengan rendah hati dan sabar, kita tidak perlu memaksakan Injil atau membuang waktu dan energi secara berlebihan di tempat yang terus menolak dan menghina injil.
“Mengibaskan debu” berarti dengan jelas menunjukkan penolakan itu dan konsekuensinya, lalu beralih kepada mereka yang terbuka, tanpa kebencian atau dendam.
Diskusikan dalam kelompok PA, bagaimana caranya mengetahui tempat yang sudah menguning untuk pemberitaan Injil kerajaan Allah.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apa perbedaan mendasar antara “roti” yang dimakan nenek moyang (manna) dengan “Roti Hidup” yang Yesus tawarkan?
Mengapa Yesus menggunakan gambaran yang begitu keras dan fisik (“makan daging-Ku”, “minum darah-Ku”) untuk menggambarkan hubungan dengan-Nya?
Apa konsekuensi praktis dalam hidup sehari-hari jika kita sungguh-sungguh percaya bahwa Yesus adalah “Roti Hidup” yang kita butuhkan?
“Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya”. (Yohanes 6:58).
Perikop ini adalah klimaks dari pengajaran Yesus di sinagoga Kapernaum setelah mujizat memberi makan 5000 orang.
Orang banyak mencari Yesus terutama untuk roti jasmani lagi.
Yesus menegaskan bahwa Dia adalah “roti hidup” yang turun dari surga, jauh melebihi manna di padang gurun.
Ayat 48-58 merupakan respons langsung terhadap keraguan dan pertentangan orang Yahudi yang terkejut dan tersinggung dengan klaim Yesus.
Di sini, Yesus memperdalam makna metafora “Roti Hidup” dengan bahasa yang lebih tegas dan radikal tentang makan daging dan minum darah-Nya.
Yesus memulai dengan pernyataan tegas: “Akulah roti hidup”.
Ini bukan sekadar perumpamaan, tetapi pengakuan tentang identitas dan misi ilahi-Nya.
Ia menegaskan kontras mutlak: nenek moyang Israel makan manna (roti dari surga jenis pertama) dan tetap mati secara rohani (ay. 49).
Namun, Dia adalah “roti yang turun dari surga” (ay. 50) yang jenis baru dan sejati.
Siapa saja yang “makan roti ini” – yaitu percaya dan menerima Dia – “akan hidup selama-lamanya” (ay. 51a).
Roti ini adalah “daging-Ku”, yang diberikan Yesus “untuk hidup dunia”, menunjuk pada korban penebusan-Nya di kayu salib.
Yesus adalah satu-satunya sumber hidup kekal yang berasal dari surga.
Kata-kata Yesus menjadi sangat gamblang dan mengejutkan: “Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman.
Tuntutan untuk “makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya”adalah gambaran yang kuat dan kontroversial.
Ini melambangkan
1) Penerimaan Penuh, Bukan sekadar mengagumi, tetapi menerima sepenuhnya pribadi dan karya Yesus (kematian-Nya yang mencurahkan darah bagi pengampunan dosa) ke dalam hidup kita.
2) Ketergantungan Mutlak: Seperti makanan jasmani menjadi sumber tenaga dan hidup fisik, demikian pula persekutuan intim dengan Kristus melalui iman adalah sumber hidup rohani dan kekal.
3) Persatuan yang Mendalam: “Tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia”.
Hubungan makan-minum ini menghasilkan persekutuan yang erat dan saling tinggal antara orang percaya dengan Kristus, menjadi sumber hidup yang berkelanjutan.
Pengakuan Yesus sebagai “Roti Hidup” menuntut respons yang konkret dalam hidup kita:
1) Mengakui Kelaparan Rohani: Seperti tubuh membutuhkan makanan, Kita harus jujur bahwa hanya Kristus yang dapat mengisi kelaparan itu.
2) Menerima dengan Iman: “Makan” dan “minum” Yesus berarti datang kepada-Nya dalam iman, mempercayai bahwa kematian dan kebangkitan-Nya saja yang memberi kita hidup kekal.
3) Hidup dalam Ketergantungan dan Persekutuan dengan Tuhan : Seperti kita makan setiap hari, kita perlu “mengunyah” Firman Tuhan (Alkitab) dan bersekutu dengan-Nya dalam doa secara teratur.
Perjamuan Kudus menjadi peringatan yang kaya akan makna ini – mengingat tubuh dan darah Kristus yang dikorbankan bagi kita.
4) Menjadi jawaban bagi Sesama: Menyadari diri kita sendiri hidup karena “Roti Hidup”, kita terdorong untuk membagikan Kristus dan hidup yang kita terima kepada orang lain yang masih lapar.
Diskusikan dalam kelompok PA saudara, apakah makna perjamuan kudus dengan pernyataan Yesus roti hidup.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apakah yang terjadi pada Krispus?
Apakah tindakan Krispus setelah percaya?
Apakah perintah Tuhan kepada Paulus saat itu?
“Pada suatu malam berfirmanlah Tuhan kepada Paulus di dalam suatu penglihatan: “Jangan takut! Teruslah memberitakan firman dan jangan diam!” (Kisah Para Rasul 18:9).
Ayat-ayat ini terjadi selama pelayanan Paulus di Korintus, kota Yunani yang terkenal makmur tetapi juga penuh penyembahan berhala dan kehidupan moral yang longgar (Kisah Para Rasul 18:1-7).
Paulus datang dari Atena, tempat ia mengalami respons yang beragam terhadap khotbahnya.
Di Korintus, ia awalnya menghadapi penolakan dari orang-orang Yahudi, sehingga ia memfokuskan pelayanan pada orang-orang non-Yahudi (bangsa-bangsa lain) (ay. 6-7).
Krispus, kepala rumah ibadat, menjadi contoh nyata dari buah pelayanan Paulus di tengah tantangan ini.
Ayat 8 menyoroti dua hal penting terkait tema konsistensi:
1) Waktu (“beberapa waktu lamanya”): Paulus tidak sekadar menyampaikan satu kali khotbah lalu pergi. Ia menetap dan mengajar terus-menerus.
2) Hasil (“banyak orang Korintus… percaya dan memberi diri mereka dibaptis”): Buah ini bukan hasil khotbah sporadis, melainkan pengajaran yang berkelanjutan dan setia.
Kata Yunani diatribō (diterjemahkan “tinggal” atau “menetap beberapa waktu lamanya”) mengandung makna menetap, tinggal, dan melibatkan diri secara intensif.
Konsistensi waktu dan komitmen Paulus menjadi wadah bagi pekerjaan Roh Kudus, sehingga menghasilkan pertobatan signifikan, termasuk Krispus dan keluarganya.
Ayat 9-10 mencatat penampakan Tuhan setelah periode konsistensi Paulus ini.
Tuhan tidak hanya menguatkan Paulus yang mungkin lelah atau takut (ay. 9: “Jangan takut!”), tetapi juga memberikan dua jaminan penting terkait pelayanannya yang konsisten:
1) Perlindungan Ilahi (“sebab Aku menyertai engkau”): Tuhan menjamin kehadiran dan perlindungan-Nya atas Paulus.
2) Buah yang Pasti (“tidak ada orang yang akan menganiaya engkau… sebab banyak umat-Ku di kota ini”).
Janji ini bukanlah jaminan tanpa usaha, melainkan dorongan ilahi bagi Paulus untuk terus mengajar dengan setia, karena Tuhan sendiri yang bekerja di hati banyak orang.
Konsistensi Paulus didasarkan pada janji dan penyertaan Tuhan.
Tema konsistensi Paulus dalam mengajar Firman di Korintus memberikan pelajaran penting bagi kita:
Pertama, buah yang bertahan seringkali membutuhkan waktu dan ketekunan.
Pelayanan yang efektif jarang bersifat instan; ia memerlukan komitmen jangka panjang untuk tinggal, mengajar, dan membangun hubungan, seperti yang Paulus lakukan “beberapa waktu lamanya”.
Kedua, konsistensi lahir dari iman akan janji Tuhan, bukan hanya dari hasil yang terlihat.
Meskipun menghadapi penolakan, Paulus terus mengajar.
Ini mengingatkan kita untuk tetap setia mengabarkan kebenaran, sekalipun hasilnya belum kelihatan, karena Tuhan terus bekerja.
Ketiga, konsistensi membutuhkan keberanian yang ditopang Tuhan.
Ketakutan Paulus (ay. 9) nyata, tetapi Tuhan memberi jaminan penyertaan-Nya.
Dalam mengajar Firman, kita juga akan menghadapi tantangan, kelelahan, atau rasa takut.
Janji penyertaan Tuhan (“Aku menyertai engkau”) adalah sumber kekuatan kita untuk tetap konsisten.
Marilah kita meneladani Paulus: mengabarkan Firman dengan setia, tekun, dan berani, bukan karena hasilnya yang spektakuler, tetapi karena ketaatan pada panggilan dan iman pada janji serta penyertaan Tuhan yang berdaulat atas pekerjaan-Nya.
Diskusikan dengan pembimbingmu, bagaimana caranya menjadi pribadi yang konsisten dalam pemberitaan firman.