Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya memahaminya.
Apa yang terjadi dengan gunung rumah Tuhan pada hari-hari terakhir?
Siapa yang akan datang berduyun-duyun ke gunung rumah Tuhan?
Apa tujuan mereka datan ke rumah Tuhan?
Siapa yang akan menjadi hakim dan wasit bagi suku-suku bangsa?
Ayat yang kita baca hari menuliskan sebuah visi eskatologis dari Mikha—sebuah gambaran tentang masa depan ketika Gunung Rumah Tuhan ditinggikan dan bangsa-bangsa berduyun-duyun datang ke dalamnya untuk belajar jalan Tuhan.
Konteks kitab ini adalah masa ketidakadilan sosial dan kemerosotan moral di Israel dan Yehuda.
Mikha menegur para pemimpin yang menyalahgunakan kekuasaan dan umat yang hidup jauh dari kehendak Allah.
Di tengah kondisi itu, Mikha menyampaikan nubuat pengharapan: suatu hari Tuhan sendiri akan menjadi pusat kehidupan bangsa-bangsa, dan hukum-Nya akan menjadi standar kebenaran.
Gambaran pedang yang ditempa menjadi mata bajak adalah simbol damai sejahtera sejati—bukan karena kekuatan manusia, tetapi karena pemerintah dan tatanan Tuhan yang ditegakkan.
Apa yang disampaikan oleh Nabi Mikha ini tentu membutuhkan suatu proses untuk terjadi, kita tidak tahu secara pasti apakah hal ini sedang terjadi atau sedang dalam persiapan penggenapannya.
Kita hidup di tengah persaingan global, polarisasi politik, konflik antar bangsa, dan masyarakat yang sering kehilangan arah moral.
Banyak orang berusaha mencari jawaban melalui kekuatan ekonomi, militer, ideologi, atau teknologi yang saat ini informasinya dapat diakses dengan mudah melalui media sosial—namun tetap gagal menemukan damai yang sejati.
Dalam konteks ini, visi Mikha menegaskan bahwa transformasi bangsa-bangsa tidak dapat berlangsung tanpa firman Tuhan sebagai pusatnya.
Ketika manusia mencoba membangun dunia tanpa kebenaran Allah, yang muncul justru kekacauan, ketakutan, dan keletihan.
Namun janji Mikha mengingatkan bahwa Tuhan rindu mengajar bangsa-bangsa dan membawa mereka kembali ke jalan yang benar.
Gereja dan umat Tuhan dipanggil menjadi saksi yang memancarkan terang itu di tengah dunia yang haus akan kebenaran sejati Saudara, penggenapan firman ini hanya bisa terjadi ketika umatNya merespon seluruh proses persiapan yang Tuhan buat bagi gerejaNya.
Renungan hari ini mengajak kita untuk terlebih dahulu membiarkan Tuhan mengajar kita setiap hari melalui firman-Nya, sebelum kita dapat menjadi alat-Nya untuk mengajar bangsa-bangsa.
Mulailah dari hidup pribadi yang taat, jujur, damai, dan mengutamakan kehendak Tuhan dalam setiap keputusan.
Dalam keluarga, tempat kerja, komunitas, bahkan media sosial, kita dapat memperkenalkan jalan Tuhan melalui perkataan yang membangun, sikap yang penuh kasih, dan tindakan yang membawa damai.
Diskusikan dengan kelompok PA dan persekutuan kita, mengenai topik ini dengan lebih mendalam. Bagaimana kita bisa praktekkan dalam kehidupan sehari-hari dan berkat apa yang didapat dari melakukan Firman Tuhan ini.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya memahaminya.
Kapan kah yang disebut sebagai hari-hari terakhir?
Apakah makna “naik ke gunung Tuhan” dalam kehidupan sehari-hari?
Nabi Yesaya menerima sebuah penglihatan profetik yang luar biasa mengenai masa depan rencana Allah atas dunia.
Ia melihat suatu waktu ketika “gunung rumah Tuhan akan berdiri tegak… dan segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana.” (Yesaya 2:2).
Ini adalah gambaran tentang pemerintahan Allah yang akan dinyatakan di atas segala pemerintahan manusia, dan panggilan bagi bangsa-bangsa untuk datang kepada-Nya.
Dikatakan panggilan bagi bangsa-bangsa, karena ketika Allah akan mewujudkan nubuat nabi Yesaya tersebut, Allah tidak akan melakukannya tanpa melibatkan Tubuh Kristus.
Dengan demikian kita dipanggil untuk menjadi alat Tuhan yang membawa bangsa-bangsa datang kepada-Nya.
Bangsa-bangsa datang kepada Tuhan karena mereka mencari pengajaran, kebenaran, dan karena mereka memerlukan arahan Tuhan atas kehidupan mereka, baik secara individu maupun secara korporat.
Gereja tidak dipanggil untuk menjadi pusat hiburan atau politik, tetapi pusat transformasi melalui Firman Tuhan.
Ketika Firman Tuhan diberitakan dengan kuasa dan dijalankan dalam ketaatan, maka kebencian berubah menjadi kasih, kekerasan berubah menjadi damai, hati yang patah dipulihkan, hidup yang hancur dipulihkan.
Gereja yang hidup dalam Firman juga akan menjadi magnet rohani yang menarik bangsa-bangsa datang kepada Tuhan.
Penglihatan Yesaya ini tentu bukan hanya gambaran masa depan semata, tetapi juga sebagai undangan untuk bertindak hari ini.
Jika bangsa-bangsa akan datang kepada Tuhan, pertanyaannya adalah:
Siapakah yang akan memanggil mereka datang?
Umat Tuhan harus menjadi suara yang berkata: “Mari, kita naik ke gunung Tuhan.”
Setiap orang percaya dipanggil menjadi saksi Kristus dimanapun Tuhan menempatkan kita.
Misi bukan pilihan. Itu panggilan. Misi adalah kita!
Saudara, dalam kelompok pemuridan, doakan satu dengan yang lain, agar kita bersama bukan hanya menjadi pendengar Firman, tapi juga sebagai pelaku Firman, khususnya dalam menggenapi Amanat Agung Tuhan.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya memahaminya.
Bagaimana kebenaran bahwa maut tidak lagi berkuasa atas Kristus, mengubah pandangan kita tentang penderitaan, godaan, dan ketakutan dalam hidup ini?
Seperti apakah penerapan dari ungkapan “menganggap diri telah mati terhadap dosa tetapi hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus”?
Umat percaya yang sungguh-sungguh percaya kepada Kristus, dipanggil untuk hidup dalam satu realitas rohani yang luar biasa, yaitu bahwa kita telah mati bagi dosa dan hidup bagi Allah.
Namun, banyak orang percaya yang masih menjalani hidup seolah-olah tidak ada perubahan yang terjadi ketika mereka menerima Kristus.
Mereka masih dibayangi kegagalan masa lalu, terjebak dalam dosa yang sama, atau hidup dalam ketakutan dan seperti tanpa pengharapan apapun!
Saudara ketika Kristus mati, manusia lama kita turut mati.
Ketika Kristus bangkit, kita menerima hidup yang baru di dalam Dia. Artinya: kita tidak lagi diperbudak oleh dosa; dosa bukan lagi tuan atas hidup kita; kita memiliki kuasa untuk berkata tidak terhadap dosa dan ya kepada kebenaran.
Saudara, kebangkitan Kristus bukan hanya sebuah peristiwa sejarah, tetapi itu seharusnya adalah sumber kuasa baru yang bekerja dalam hidup kita hari ini.
Roma 6:9 “Karena kita tahu, bahwa Kristus, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, tidak mati lagi: maut tidak berkuasa lagi atas Dia.”
Jika kita satu dengan Kristus, maka kuasa dosa dan maut yang dulu mengikat kita sudah dipatahkan.
Tidak ada alasan lagi untuk hidup dalam kekalahan rohani.
Namun mengapa umat Tuhan masih melakukan dosa? Hal itu bukan karena dosa yang berkuasa atas mereka, melainkan karena mereka sendiri yang “memberi izin”.
Misalnya jika seorang anak muda tahu bahwa pertemanan dengan teman di sekolah sering mengakibatkan perilaku yang buruk.
Maka perlu untuk bersikap tegas, jauhi pergaulan yang buruk.
Cari komunitas yang membangun iman kita kepada Tuhan.
Jangan kita membiarkan pikiran-pikiran lama, pola hidup lama, dan godaan menggiring kita kembali ke dalam belenggu yang sebenarnya sudah dipatahkan.
Hidup kerohanian kita bukan proses memperbaiki diri, tetapi radikal, yaitu: perubahan identitas.
Kita bukan lagi hamba dosa, kita adalah milik Kristus.
Kita bukan lagi hidup untuk diri sendiri — kita hidup untuk Allah.
Saudara, Kristus telah menang dan kemenangan itu juga adalah milik kita.
Mari kita berjalan dalam hidup baru, sebagai manusia baru yang penuh kuasa dan kemuliaan Allah.
Ingat bahwa manusia lama kita telah dikuburkan melalui baptisan yang kita telah jalani!
Saudara, dalam kelompok pemuridan, doakan satu dengan yang lain, dengan permohonan: agar saudara hidup sebagai pribadi yang telah mati bagi dosa dan hidup bagi Allah. Dan biarlah hidupmu memuliakan Tuhan dalam segala hal.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya memahaminya.
Jika Firman Tuhan menyatakan bahwa kita telah mati bagi dosa karena bersatu dengan Kristus, dalam hal apa saat ini saudara masih mengalami kesukaran untuk menang dari pencobaan?
Bagaimana makna kesatuan bahwa kita telah mati dan bangkit bagi Kristus mempengaruhi cara saudara memandang diri, dan kehidupan rohani saudara hari ini?
Banyak umat Tuhan berkata bahwa mereka percaya kepada Yesus dan sudah diselamatkan, tetapi faktanya tidak sedikit yang masih hidup dalam ikatan dosa yang berulang: marah yang tak terkendali, kebiasaan buruk, kecemaran, kebohongan, keserakahan, atau hidup kompromi terhadap dosa.
Firman Tuhan menyatakan dengan tegas: “Bolehkah kita bertekun dalam dosa supaya semakin bertambah kasih karunia itu?” Lalu jawabannya sangat tegas: “Sekali-kali tidak!”
Mengapa? Karena keselamatan bukan hanya membebaskan kita dari hukuman dosa, tetapi juga membebaskan kita dari kuasa dosa.
Firman Tuhan menyatakan bahwa mereka yang percaya dan disatukan dengan Kristus telah mati bagi dosa.
Artinya, kita tidak lagi berada di bawah kendali, tekanan, atau tuntutan dosa.
Setan tidak lagi memiliki hak legal artinya tuduhannya tidak lagi memiliki “kekuatan hukum” atas hidup kita.
Jika kita telah mati terhadap dosa, mengapa kita masih harus hidup di dalamnya?
Seorang yang mati tidak lagi merespons panggilan, rayuan, atau tekanan apa pun.
Demikian pula, orang yang sudah mati bagi dosa tidak lagi tunduk pada kehendaknya.
Menurut Alkitab, baptisan bukan sekadar upacara rohani, tetapi deklarasi bahwa: yang pertama manusia lama kita telah dikuburkan bersama Kristus, dan yang kedua kita bangkit untuk hidup dalam hidup yang baru.
Baptisan adalah penguburan masa lalu, dan kita dibangkitkan dengan kuasa kebangkitan Kristus untuk hidup dalam kemenangan.
“Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa.” (Roma 6:6).
Saudara, seorang hamba tidak memiliki hak memilih, tetapi seorang yang dibebaskan memiliki kuasa untuk berkata “tidak”.
Melalui salib: Dosa tidak lagi berkuasa; rantai masa lalu telah diputus; Iblis tidak bisa lagi menuntut kita; kita bukan budak, tetapi pemenang di dalam Kristus.
Saudara, orang percaya bukanlah orang yang tidak pernah jatuh, tetapi orang yang tidak tinggal dalam kejatuhan. Kristus tidak mati agar kita hidup dalam rasa bersalah terus-menerus, tetapi agar kita berjalan dalam kemerdekaan ilahi.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya memahaminya.
Dalam kehidupan sehari-hari apa makna “mengasihi dunia”?
Bagaimana caranya agar kita bisa selalu mengasihi Tuhan dibandingkan mengasihi dunia?
“Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu.” (1 Yohanes 2:15).
Dunia sebagai sistem nilai yang menentang Allah adalah dunia dengan gaya hidup yang berpusat pada ego dan dosa.
Tiga keinginan dunia yang telah kita baca, yaitu:
Keinginan daging: ini adalah hasrat untuk memuaskan hawa nafsu, kesenangan sesaat tanpa mempedulikan nilai-nilai Firman Tuhan.
Keinginan mata: adalah ambisi akan materi, yang bisa menyebabkan iri hati, rakus, mengejar apa yang dilihat untuk kebanggaan diri.
Keangkuhan hidup: adalah kesombongan atas posisi, harta, kekuasaan dan pencapaian pribadi.
Semua ini tampak menyenangkan dan memikat, tetapi ujungnya adalah kehampaan dan kebinasaan.
Itu adalah kebahagiaan semu, prestasi semu yang hanya akan memuaskan ego kita.
Karena segala yang tampak mengagumkan di dunia, apakah itu popularitas, kekayaan, kekuasaan, teknologi, kemewahan, tren dan budaya, itu semuanya hanya sementara.
Banyak orang, pejabat, pengusaha yang hari ini dipuja, besok dilupakan, bahkan dikucilkan.
Prestasi yang dibangun dengan sudah payah, besok bisa hilang dalam sekejap, apalagi kalau prestasi dan kedudukan itu dibangun dengan melakukan hal-hal yang menyimpang.
Misalnya seseorang bisa segera dipromosikan menjadi manajer dalam perusahaan oleh karena memiliki paman yang menjabat sebagai direktur.
Ketika sang paman pensiun, maka manajer tersebut bisa saja kemudian diacuhkan bahkan dikucilkan.
Manusia membangun kerajaan sementara di bumi, tetapi tanpa Tuhan semua akan hancur.
Dunia yang dicari banyak orang seperti pasir di padang gurun yang segera lenyap ditiup oleh angin.
Karena itu adalah kebodohan jika seseorang menukar kehidupan kekal dengan kenikmatan sesaat.
Setiap hari kita akan berada dalam persimpangan:
Mengikuti keinginan dunia atau mengikuti kehendak Tuhan.
Hidup dengan perspektif sementara atau hidup dengan perspektif pada kekekalan.
Mengejar kesenangan sesaat atau menyenangkan hati Allah.
Dunia mengajak kita mengejar apa yang cepat terlihat namun Tuhan memanggil kita untuk mengejar apa yang akan bertahan selamanya.
Saudara, dalam kelompok pemuridan, diskusikan apa yang patut kita lakukan agar kita selalu memiliki kerinduan untuk menyenangkan hati Tuhan.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya memahaminya.
Manakah yang lebih penting: mengalahkan dunia atau mengasihi sesama?
Apakah bukti bahwa kita benar-benar mengasihi Allah?
“Setiap orang yang percaya, bahwa Yesus adalah Kristus, lahir dari Allah.” (1 Yohanes 5:1a).
Saudara, kelahiran baru bukan lah sekadar perubahan perilaku, tetapi transformasi kehidupan kita sebagai manusia.
Kita tidak lagi hidup sebagai manusia lama yang mudah ditaklukkan oleh dosa, tekanan dunia, atau ketakutan.
Kita adalah anak-anak Allah, yang dilahirkan oleh Roh Kudus.
Perubahan status rohani kita ini sangat penting, sebab kemenangan dimulai dari siapa kita, bukan dari apa yang kita lakukan.
Banyak dari kita umat percaya yang gagal hidup berkemenangan karena mencoba menang dengan kekuatan sendiri.
Firman Allah ini mengingatkan: kemenangan bukan dimulai dari usaha, melainkan dari kelahiran baru.
Sebenarnya apakah yang dimaksud Firman Allah dengan “dunia”?
Dunia dalam konteks ini tentu bukanlah ciptaan fisik, tetapi sistem nilai yang menentang Allah:
a. Keinginan daging; b. Keinginan mata; c. Keangkuhan hidup; d. Godaan untuk bersikap kompromi terhadap dosa.
Hal-hal inilah yang berusaha mengendalikan manusia.
Namun Firman Tuhan menyatakan: “Semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia.”
Artinya, kita sebagai umat percaya, tidak tunduk pada nilai dunia, tetapi menundukkan dunia di bawah kehendak Tuhan.
“Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita.” (1 Yohanes 5:4b).
Dasar kemenangan itu: bukan kekuatan pribadi, bukan kecerdasan, bukan pengalaman, tetapi iman.
Iman di sini bukan sekadar percaya bahwa Tuhan ada, tetapi adalah kepercayaan aktif yang percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Roh Kudus ada di dalam kita yang akan menjadi penolong bagi kita yang percaya.
Dengan demikian kita dapat berkata, jika kita lahir dari Allah, kita pasti mengalahkan dunia.
Bukan mungkin. Bukan kadang-kadang. Tetapi pasti.
Karena Tuhan yang telah memberikan keselamatan kepada kita adalah Tuhan yang telah mengalahkan dunia.
Saudara, dalam kelompok pemuridan, diskusikan apa yang patut kita lakukan agar iman kita bertumbuh.