Selasa, 18 November 2025

YESUS MEMIKUL KELEMAHAN DAN MENANGGUNG PENYAKIT KITA

Penulis : Pdt. Saul Rudy Nikson

This image has an empty alt attribute; its file name is D1.png

Pembacaan Alkitab Hari ini : 

MATIUS 8:14-17

Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya memahaminya.

This image has an empty alt attribute; its file name is D2.png
  1. Gambaran Yesus seperti apa yang kamu lihat dari tindakan-Nya menyembuhkan?
  2. Bagaimana mukjizat penyembuhan menunjukkan Yesus memikul beban dosa?
  3. Setelah disembuhkan, bagaimana kamu bisa bangun dan melayani?
This image has an empty alt attribute; its file name is D3.png

Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: “Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita.” (Matius 8:17).

Injil Matius ditulis dalam konteks masyarakat Yahudi yang menantikan kedatangan Mesias yang dijanjikan.

Mereka mengharapkan seorang pembebas yang berkuasa.

Dalam pasal 8, Matius dengan sengaja menyusun serangkaian mukjizat Yesus untuk memperlihatkan wibawa Mesias yang sesungguhnya.

Setelah menyembuhkan orang kusta dan hamba perwira, Yesus memasuki ranah yang lebih pribadi: rumah Petrus.

Di sini, kita melihat Yesus bukan sebagai tokoh publik yang jauh, tetapi sebagai Tuhan yang peduli dengan pergumulan sehari-hari dalam keluarga para pengikut-Nya.

Konteks ini menunjukkan bahwa perhatian-Nya meliputi juga masalah pribadi yang tersembunyi di dalam dinding rumah kita.

Ketika Yesus memasuki rumah Petrus, Ia menemukan ibu mertua yang terbaring lemah karena demam.

Respons Yesus langsung dan penuh kasih: Ia mendekati si sakit, memegang tangannya, dan memulihkannya.

Sentuhan-Nya penuh dengan kuasa yang mengusir penyakit dan kelemahan.

Hasilnya bukan hanya kesembuhan fisik, tetapi sebuah pemulihan yang utuh sehingga ia mampu bangkit dan melayani.

Peristiwa ini menjadi sebuah gambaran yang indah: Yesus datang ke dalam “rumah” kehidupan kita yang penuh dengan “penyakit” dan “kelemahan,” baik secara fisik, emosional, maupun spiritual.

Ia tidak berdiam diri; Ia mengulurkan tangan-Nya yang berkuasa untuk memulihkan dan memampukan kita untuk hidup kembali bagi kemuliaan-Nya.

Matius tidak berhenti pada fakta penyembuhan ini. Ia melihatnya melalui lensa nubuat Perjanjian Lama.

Ia mengutip Yesaya 53:4, “Ia memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita.

Setiap kali Yesus menyembuhkan, Ia sesungguhnya sedang “memikul” beban penyakit itu.

Ia sedang menanggung di dalam diri-Nya sendiri akibat dari kutuk dosa yang merusak dunia.

Penyembuhan-penyembuhan ini adalah tanda nyata bahwa Sang Mesias sedang berperang melawan kuasa kegelapan dan penderitaan.

Semua karya penyembuhan itu adalah fajar dari karya penebusan-Nya yang akan mencapai puncaknya di Kalvari, di mana Ia akan benar-benar memikul dosa kita di atas tubuh-Nya di kayu salib -1 Petrus 2:24.

Apa artinya ini bagi kita hari ini?

Pertama, kita dapat datang kepada Yesus dengan segala kelemahan dan “penyakit” kita, percaya bahwa Ia peduli.

Seperti Ia masuk ke rumah Petrus, Ia ingin masuk ke dalam titik terlemah hidup kita.

Kedua, kita diingatkan bahwa kesembuhan fisik, meskipun sangat kita dambakan dan seringkali Allah anugerahkan, bukanlah tujuan akhir.

Tujuan akhirnya adalah pemulihan hubungan dengan Allah dan kemampuan untuk “melayani” Dia, dalam keadaan apapun.

Ketiga, di saat kita menderita dan pertolongan belum datang, kita berpegang pada kebenaran ini: Yesus telah dan terus “memikul” beban kita.

Dia tidak jauh dan acuh tak acuh. Iman itu tidak goyah karena penderitaan.

Iman itu akan membawamu semakin mengenal Tuhan Yesus, dan memampukan melewati penderitaan.

Diskusikan dalam kelompok PA saudara, diskusikan apakah respon kita apabila kesembuhan belum terjadi saat mendoakan orang yang sakit.

Pembacaan Alkitab Setahun

Kisah Para Rasul 14-15

Senin, 17 November 2025

TUBUH TERPELIHARA SEMPURNA DENGAN TAK BERCACAT

Penulis : Pdt. Saul Rudy Nikson

This image has an empty alt attribute; its file name is D1.png

Pembacaan Alkitab Hari ini : 

1 TESALONIKA 5:23-27

Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya memahaminya.

This image has an empty alt attribute; its file name is D2.png
  1. Apa artinya dikuduskan secara roh, jiwa, dan tubuh?
  2. Bagaimana kesetiaan Allah memberi keyakinan akan pemeliharaan-Nya?
  3. Bagaimana komunitas membantumu bertumbuh dalam kekudusan?
This image has an empty alt attribute; its file name is D3.png

Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita.” (1 Tesalonika 5:23).

Jemaat di Tesalonika adalah sebuah komunitas baru yang lahir di tengah gejolak dan penganiayaan.

Mereka hidup dengan pengharapan yang besar akan kedatangan Kristus kembali, namun juga dihantui oleh pertanyaan dan ketakutan, termasuk tentang kesiapan mereka menyambut Sang Mempelai.

Dalam konteks inilah Rasul Paulus menulis suratnya untuk menguatkan dan mengarahkan mereka.

Penutup suratnya bukan sekadar formalitas, melainkan sebuah doa dan permohonan yang mencerminkan isi hatinya yang terdalam bagi kawanan domba yang dikasihinya.

Ia ingin mereka bertahan dan sampai pada garis akhir dengan kemenangan.

Doa Paulus mengungkapkan sebuah kebenaran mendalam: kekudusan dan pemeliharaan kita adalah karya Allah sendiri.

Bukan kita yang mengandalkan kekuatan sendiri untuk menjadi kudus, melainkan “Allah damai sejahtera” yang akan mengerjakannya dalam diri kita.

Yang menakjubkan, kekudusan yang Allah kehendaki bersifat holistik, mencakup “roh, jiwa, dan tubuh”.

Allah tidak hanya peduli dengan aspek rohani kita saja, tetapi juga dengan pikiran, perasaan, kehendak (jiwa), dan bahkan tubuh fisik kita.

Semua aspek kehidupan kita—ibadah, pekerjaan, hubungan, bahkan kesehatan—adalah bagian dari proses pengudusan.

Tujuannya jelas: agar kita dapat dipelihara “dengan tak bercacat” pada saat Yesus Kristus datang.

Keyakinan Paulus bahwa Allah akan menyelesaikan karya-Nya ini bukanlah sebuah harapan kosong, melainkan berdasarkan pada karakter Allah sendiri.

Ayat 24 menjadi peneguh: “Ia, yang memanggil kamu, adalah setia.” Kesetiaan Allah pada janji dan panggilan-Nyalah yang menjadi jaminan utama kita.

Inilah yang membedakan Kekristenan dari agama-agama lain; keselamatan kita dari awal hingga akhir bergantung pada kesetiaan Allah, bukan ketidaksetiaan kita.

Pemeliharaan ini memiliki tujuan yang mulia, yaitu penampakan kemuliaan kita bersama Kristus pada kedatangan-Nya.

Kekudusan kita adalah untuk mempersiapkan kita sebagai mempelai yang siap menyambut Mempelai Pria surgawi.

Lalu, bagaimana kita merespons kebenaran ini?

Pertama, dengan beristirahat dalam kesetiaan Allah.

Ketika kita lemah dan jatuh, kita tidak perlu putus asa, tetapi ingatlah bahwa Dia yang memulai pekerjaan baik dalam kita akan menyempurnakannya.

Kedua, kita diajak untuk bekerja sama dengan Roh Kudus dalam proses pengudusan seluruh hidup kita.

Kita memelihara tubuh sebagai bait Roh Kudus, merenungkan Firman untuk memperbarui jiwa, dan menyembah Dia dalam roh.

Ketiga, kita menghidupinya dalam komunitas. Kita saling mendoakan seperti Paulus meminta doa, kita menguatkan satu sama lain dengan kasih persaudaraan, dan kita setia membangun diri di atas Firman Tuhan yang dibaca dan diajarkan secara lengkap.

Dengan demikian, kita hidup dalam keyakinan bahwa Ia akan memampukan kita untuk berdiri tak bercacat di hadapan-Nya kelak.

Diskusikan dengan pembimbingmu, bagaimana caranya membangun kekudusan dalam jiwa dan tubuh.

Pembacaan Alkitab Setahun

Kisah Para Rasul 11-13

Minggu, 16 November 2025

OLEH BILUR-BILURNYA KITA TELAH SEMBUH

Penulis : Pdt. Saul Rudy Nikson

This image has an empty alt attribute; its file name is D1.png

Pembacaan Alkitab Hari ini : 

1 PETRUS 2:21-25

Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya memahaminya.

This image has an empty alt attribute; its file name is D2.png
  1. Apa tantangan terbesar untuk tidak membalas ketidakadilan?
  2. Bagaimana Yesus sebagai pengganti mengubah pandanganmu tentang dosa?
  3. Di aspek apa kamu paling butuh penyembuhan rohani dari Kristus?
This image has an empty alt attribute; its file name is D3.png

“….Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh….” (1 Petrus 2:24).

Surat 1 Petrus ditulis kepada orang-orang percaya yang tersebar di berbagai wilayah dan sedang menghadapi tekanan dan penganiayaan karena iman mereka kepada Kristus.

Dalam situasi yang penuh ketidakpastian dan penderitaan itu, Petrus menulis untuk menguatkan dan mengingatkan mereka tentang identitas mereka sebagai umat pilihan Allah.

Nasihatnya sangat praktis, termasuk bagaimana menghadapi ketidakadilan, khususnya bagi para hamba atau budak yang mungkin diperlakukan dengan semena-mena oleh tuan mereka.

Dalam konteks inilah Petrus mengarahkan pandangan mereka kepada Kristus, yang adalah teladan utama dalam menanggung penderitaan.

Petrus menekankan bahwa Kristus adalah teladan kita yang sempurna.

Ketika kita menghadapi perlakuan tidak adil, cercaan, atau penderitaan karena kebenaran, kita diajak untuk “mengikuti jejak-Nya”.

Bagaimana jejak itu? Dia yang tidak berdosa dan tidak menipu, sama sekali tidak membalas ketika dicaci dan dianiaya.

Sebaliknya, Ia menyerahkan segala sesuatu kepada Dia yang menghakimi dengan adil.

Di sini kita belajar bahwa penderitaan kita tidak perlu menghasilkan dosa-dosa baru seperti kemarahan, kebencian, atau balas dendam.

Kristus menunjukkan jalan yang berbeda: jalan kepercayaan penuh kepada Bapa, sekalipun di dalam lorong gelap ketidakadilan.

Penderitaan Kristus bukan sekadar teladan moral yang patut kita tiru. Ia lebih dari sekedar pahlawan yang gigih; Ia adalah Sang Penebus.

Ayat 24 dengan tegas menyatakan bahwa di atas kayu salib, Dia “telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya”. Penderitaan-Nya bersifat substitutif, artinya Dia menggantikan kita.

Dosa-dosa kitalah yang seharusnya membawa kita pada maut, tetapi justru telah ditanggung-Nya.

Frase “Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh” adalah sebuah paradoks yang indah: luka-luka fisik yang diderita Yesus justru menjadi sumber penyembuhan rohani bagi kita.

Penyembuhan apakah itu? Penyembuhan dari penyakit dosa yang mematikan, pemulihan hubungan kita dengan Allah, dan kuasa untuk hidup bagi kebenaran.

Lalu, bagaimana kedua kebenaran ini diaplikasikan dalam hidup kita sehari-hari?

Pertama, Ketika kita diperlakukan dengan tidak adil, ingatlah bahwa kita dipanggil untuk mengikuti teladan Kristus dengan tidak membalas dan mempercayakan hidup kita kepada Allah.

Namun yang lebih mendasar lagi, sebelum kita mampu meneladani Dia, kita harus lebih dulu mengalami Dia sebagai Juruselamat.

Kedua,  Setiap kali kita gagal untuk meneladani-Nya, kita dapat kembali kepada “Gembala dan Penjaga jiwa kita”.

Ingatlah bahwa oleh bilur-bilur (luka-luka)Nya, kita telah disembuhkan dan diampuni.

Ketiga, ketika kita mengalami sakit penyakit, ingatlah Dia juga sudah menanggung penderitaan kita.

Teruslah berharap dan melangkah dengan iman.

Diskusikan dalam kelompok PA, bagaimana caranya menghadapi penderitaan, terutama sakit penyakit.

Pembacaan Alkitab Setahun

Kisah Para Rasul 9-10

Sabtu, 15 November 2025

MENGENAKAN SELURUH PERLENGKAPAN SENJATA ALLAH

Penulis : Pdt. Robinson Saragih

This image has an empty alt attribute; its file name is D1.png

Pembacaan Alkitab Hari ini : 

EFESUS 6:15-20

Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya memahaminya.

This image has an empty alt attribute; its file name is D2.png
  1. Apa yang dimaksud dengan senjata di kaki?
  2. Iman dipakai untuk apa?
  3. Mengapa kebenaran dan keadilan dijadikan senjata Allah?
  4. Senjata apa yang digunakan untuk menutup tubuh bagian belakang?
This image has an empty alt attribute; its file name is D3.png

Saudara, untuk melawan tipu muslihat iblis, rasul Paulus menganjurkan kita untuk mengenakan seluruh perlengkapan senjata Allah.

Sebenarnya, iblis adalah musuh yang telah kalah, tetapi Rasul Petrus menasihati kita untuk senantiasa waspada dan berjaga-jaga.

Memang ia sudah dikalahkan oleh Yesus, tetapi bagaimana dengan peperangan kita saat ini?

Kita harus sadar bahwa musuh ini adalah makhluk yang sangat berpengalaman dalam menipu, sehingga ia dikenal sebagai Bapa Pembohong, Bapa Penipu, dan Bapa Pendusta.

Ketika kita tidak waspada dan berjaga-jaga, dia bisa menipu kita melalui berbagai cara dalam pencobaan.

Kita juga perlu menyadari bahwa dia pernah menjadi “guru” dan sahabat” kita ketika kita masih berdosa.

Dia mengetahui kesukaan, hobi, kejatuhan, dan keburukan kita, karena dulu memang dia mengajari kita melakukan dosa.

Oleh karena itu, Rasul Paulus menyaksikan:

Roma 7:21-23 “Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku. Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku.”

Dahulu, tubuh kita sangat terlatih untuk berbuat dosa. Batin atau hati nurani kita sebenarnya tidak ingin berbuat jahat, tetapi anggota tubuh kita dikuasai oleh keinginan daging, yaitu dosa.

Oleh karena itu, Rasul Paulus pernah menyatakan:

Roma 7:24-26 “Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. Jadi dengan akal budiku aku melayani hukum Allah, tetapi dengan tubuh insaniku aku melayani hukum dosa.”

Itulah sebabnya kita perlu bertobat dan percaya kepada Yesus, serta mengalami kelahiran baru, supaya kita mengalami penciptaan kembali dan hidup yang baru:

2 Korintus 5:17 “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.”

Saudara, untuk mengalami kemenangan dalam peperangan rohani, rasul Paulus menganjurkan kita untuk mengenakan seluruh perlengkapan senjata Allah.

Efesus 6:14-18 “Jadi berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan berbajuzirahkan keadilan, kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera; dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat, dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah, dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus”

Sangat penting bagi kita untuk menyimak senjata-senjata Allah ini: kebenaran sebagai ikat pinggang, keadilan sebagai baju zirah, pekerjaan pemberitaan Injil sebagai kasut kaki, iman sebagai perisai, keselamatan sebagai ketopong, dan Firman Allah sebagai pedang Roh.

Apakah Anda telah menggunakan seluruh perlengkapan senjata Allah ini?

Dengan demikian, Anda dapat mengatasi intimidasi si jahat, iblis, yang suka menggunakan tipu muslihat dan berbohong untuk membuat orang percaya menjadi ragu, bimbang, kuatir, bahkan takut.

Oleh karena itu, Rasul Paulus dengan jelas menggambarkan seluruh perlengkapan senjata Allah ini, supaya kita dapat meneliti, apakah kita sudah mengenakannya?

Jika belum, kenakanlah, agar Anda dapat berdiri tegak setelah menghadapi berbagai persoalan dalam hidup.

Haleluya, Puji Tuhan, Amin.

Apa yang dimaksud dengan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera?

Pembacaan Alkitab Setahun

Kisah Para Rasul 7-8

Jumat, 14 November 2025

KITA KUAT DI DALAM KUAT KUASANYA

Penulis : Pdt. Robinson Saragih

This image has an empty alt attribute; its file name is D1.png

Pembacaan Alkitab Hari ini : 

EFESUS 6:10-14

Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya memahaminya.

This image has an empty alt attribute; its file name is D2.png
  1. Apa yang menjadi sumber kekuatan bagi kita?
  2. Apa yang membuat kita mampu melawan tipu muslihat iblis?
  3. Siapa yang sebenarnya kita lawan dalam peperangan rohani?
  4. Apa yang seharusnya kita ambil dan gunakan untuk menghadapi iblis?
This image has an empty alt attribute; its file name is D3.png

Saudara, jika kita menyadari bahwa kita sedang berada dalam peperangan rohani, maka kita harus selalu ingat bahwa Yesus telah menang.

Peperangan yang kita hadapi sekarang adalah melawan iblis yang sudah kalah.

Oleh karena itu, kita perlu benar-benar memahami bahwa yang kita sedang melawan tipu daya iblis.

Efesus 6:11 “Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis”

Rasul Paulus dengan jelas mengatakan “tipu muslihat iblis”, sedangkan Rasul Petrus menggambarkan iblis sebagai seekor singa, yaitu hewan yang dikenal sebagai raja dari segala binatang buas.

1 Petrus 5:8 “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.”

Saudara, dari kedua ayat firman Tuhan ini, kita dapat melihat dengan jelas tipu daya atau tipu muslihat iblis, seperti yang dijelaskan oleh Rasul Petrus.

Jelas bahwa singa yang digambarkannya merupakan simbol tipu muslihat.

Singa biasanya menerkam mangsanya secara diam-diam, dengan mengendap-endap untuk mencari siapa yang dapat ditelannya.

Biasanya, singa menerkam dengan cakarnya, menggigit, atau mencabik mangsanya.

Namun, iblis sebenarnya sudah kalah, maka ia hanya muncul sebagai suara auman untuk menakut-nakuti mangsanya.

Singa ini telah kehilangan gigi dan cakarnya, karena senjata pamungkasnya telah dilucuti oleh Yesus ketika Yesus bangkit dari kubur.

Jadi, peperangan kita saat ini adalah melawan tipu muslihat setan.

Oleh karena itu, rasul Paulus menganjurkan kita untuk menggunakan seluruh perlengkapan senjata Allah, agar kita mampu menghadapi setiap tipu daya setan.

Dan yang terutama, dalam menghadapi setan atau iblis, kita tidak bisa mengandalkan kekuatan diri sendiri, hikmat, atau apapun dari diri kita.

Sebaliknya, kita harus bergantung pada kuasa Roh Kudus, yang dianugerahkan kepada kita ketika Roh Kudus turun atas kita sebagai pengurapan ilahi.

Oleh karena itu, Rasul Petrus menegaskan:

1 Petrus 5:9 “Lawanlah dia dengan iman yang teguh,…”

Rasul Yakobus juga menekankan:

Yakobus 4:7 “Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!”

Dari ajaran kedua rasul ini, kita belajar bahwa kita harus melawan iblis dan tidak tinggal diam saat ia menipu jemaat Kristus atau menipu kita sendiri.

Kita telah diberikan kuasa oleh Allah ketika dianugerahi Roh Kudus dan mengalami baptisan Roh Kudus.

Oleh karena itu, marilah kita mendengarkan anjuran penulis Kitab Ibrani:

Ibrani 10:24-25 “Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.”

Dengan memperhatikan satu sama lain dan saling mengasihi, kita dapat saling menguatkan sehingga bersama-sama dapat melawan tipu muslihat iblis dalam komunitas, jemaat, dan persekutuan.

Dengan demikian, kita dapat menang bersama menggunakan kekuatan kuasa Allah.

Haleluya, Puji Tuhan, Amin.

Apa yang menjadi penyebab kekalahan anak-anak Tuhan dalam peperangan rohani yang mereka hadapi?

Pembacaan Alkitab Setahun

Kisah Para Rasul 4-6

Kamis, 13 November 2025

TUNDUKLAH KEPADA ALLAH LAWANLAH IBLIS

Penulis : Pdt. Robinson Saragih

This image has an empty alt attribute; its file name is D1.png

Pembacaan Alkitab Hari ini : 

YAKOBUS 4:7-10

Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya memahaminya.

This image has an empty alt attribute; its file name is D2.png
  1. Kepada siapa seharusnya kita menundukkan diri?
  2. Mengapa kita harus mendekat kepada Allah?
  3. Mengapa orang yang mendua hati disebut malang?
  4. Apa yang akan terjadi bagi mereka yang merendahkan diri?
This image has an empty alt attribute; its file name is D3.png

Saudara, rasul Yakobus adalah adik kandung Yesus.

Dia baru benar-benar percaya bahwa Yesus adalah Mesias, seperti yang telah dikatakan oleh ibu mereka, setelah Yesus bangkit dari kubur-Nya.

Setelah kebangkitan-Nya, Yesus pergi ke Galilea dan kembali ke rumah-Nya di Nazaret untuk menyatakan diri-Nya sebagai Mesias kepada keluarga-Nya, kepada ibu serta saudara-saudara-Nya yaitu kepada Yakobus, Simon, Yudas, dan beberapa saudara perempuan-Nya -Matius 13:55, Markus 6:3.

Rasul ini menyatakan dalam kitabnya bahwa pencobaan dapat mendatangkan kebahagiaan bagi siapapun yang mengalaminya, asalkan dijalani tanpa bersungut-sungut, melainkan dengan ketekunan, kesabaran, dan ucapan syukur kepada Tuhan Allah, Bapa kita.

Sebab kita tahu bahwa Tuhan sedang merenda sesuatu yang baik dalam hidup kita:

Roma 8:28 “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”

Oleh karena itu, dalam menghadapi segala sesuatu atau berbagai pencobaan, sikap kita seharusnya adalah senantiasa merendahkan dan menundukkan diri kepada kedaulatan Allah, serta tetap hidup dalam ketaatan dan kebenaran.

Roh Kudus akan mengajar kita untuk melawan iblis, dan ia pun akan lari meninggalkan kita.

Saudara, sadarkah kita bahwa iblis atau setan telah dikalahkan ketika Yesus mati di kayu salib?

Setelah dikuburkan, Yesus turun ke dalam kerajaan maut untuk memproklamasikan diri-Nya sebagai Mesias, dan Dia melucuti kuasa iblis serta mengalahkan maut dengan kebangkitan-Nya dari kubur.

Karena itu, semua orang yang percaya kepada-Nya disebut oleh rasul Paulus sebagai orang yang lebih dari pemenang:

Roma 8:37 “Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.”

Oleh karena itu, ketika kita mengalami segala sesuatu, kita harus selalu menyadari bahwa kehidupan kita merupakan peperangan rohani, yaitu melanjutkan peperangan yang telah dimenangkan oleh Yesus Kristus.

Saudara, marilah kita senantiasa terhubung dengan Bapa melalui Roh Kudus-Nya, agar Roh Kudus senantiasa menolong, menghibur, dan mengajar kita karena dialah penolong, penghibur dan pengajar:

Yohanes 14:26-27 “tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu. Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.”

Dalam peperangan rohani dan dalam menghadapi berbagai pencobaan, marilah kita senantiasa mengingat bahwa kerendahan hati dan ketundukan kepada Allah merupakan kekuatan yang sejati untuk melawan iblis atau setan.

Rasul Yakobus menegaskan hal ini dalam kitabnya:

Yakobus 4:7 “Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!

Saudara, iblis tidak akan lari ketika berhadapan dengan seseorang yang hanya tahu banyak firman, tetapi tidak melakukannya.

Namun, iblis akan lari tunggang-langgang ketika berhadapan dengan pelaku firman yang melawannya, karena ia tahu bahwa kuasa Tuhan menyertai pelaku firman dan tunduk kepada Allah.

Oleh karena itu, marilah kita senantiasa menggunakan seluruh perlengkapan senjata Allah, agar kita senantiasa memenangkan setiap pertempuran melawan setan, dan iblis pun akan lari meninggalkan kita.

Haleluya, puji Tuhan, Amin.

Mengapa kita harus menggunakan seluruh perlengkapan senjata Allah untuk memenangkan pertempuran atau peperangan rohani?

Pembacaan Alkitab Setahun

Kisah Para Rasul 1-3