Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya memahaminya.
Apa yang dilakukan Yesus ketika mendengar bahwa Yohanes telah ditangkap?
Firman apa yang digenapi ketikan Yesus meninggalkan Nazaret?
Hal baik apa yang dinubuatkan mengenai bangsa yang diam dalam kegelapan?
Apa yang Yesus beritakan sejak saat itu?
Ketika Yohanes Pembaptis ditangkap, Yesus memulai pelayanan-Nya di wilayah Galilea, sebuah daerah yang sering dipandang rendah dan jauh dari pusat keagamaan Yerusalem.
Di sanalah genaplah nubuat nabi Yesaya: “Bangsa yang diam dalam kegelapan telah melihat terang yang besar, dan bagi mereka yang diam di negeri yang dinaungi maut, telah terbit terang.”(Matius 4:16).
Ayat ini menegaskan bahwa Yesus datang bukan hanya untuk bangsa Yahudi yang taat, tetapi juga bagi mereka yang hidup dalam keterasingan, keputusasaan, dan kegelapan rohani.
Terang Kristus menembus tempat-tempat yang paling gelap — baik secara geografis, sosial, maupun hati manusia — untuk membawa pengharapan dan kehidupan baru.
Di zaman modern, kegelapan itu tidak lagi hanya berbentuk penyembahan berhala atau penindasan lahiriah atau posisi geografis yang jauh dari kota.
Ia muncul dalam bentuk kebingungan moral, kekosongan makna, dan hilangnya kasih di tengah kemajuan dunia.
Banyak orang hidup dalam terang teknologi, tetapi hatinya gelap oleh rasa takut, cemas, dan kehilangan arah.
Dunia mencari solusi melalui pengetahuan dan sistem, tetapi tanpa Kristus, semua itu tentu sia-sai. Terang yang sejati datang dari Kristus sendiri — Dia yang memanggil kita untuk berpaling dari jalan lama dan hidup dalam pertobatan -Matius 4:17.
Pertobatan bukan sekadar menyesali dosa, tetapi membuka hati agar terang Kristus mengubahkan cara berpikir dan arah hidup kita.
Namun kita tidak berhenti pada diri kita sendiri, pengampunan Kristus atas dosa kita memiliki tujuan ilahi dan mulia, yaitu membawa orang-orang berdosa sama seperti kita dulu untuk datang kepada terang Kristus.
Hari ini, Tuhan memanggil kita untuk menjadi pembawa terang di tengah dunia yang gelap dan menuju kebinasaannya.
Jangan biarkan kegelapan zaman ini melemahkan iman dengan cara mendistraksi kita melalui berbagai informasi dan kegiatan yang cenderung membuat kita nyaman untuk sibuk dengan kehidupan dan persoalan sendiri.
Ada tetangga, rekan kerja, keluarga yang terdekat dan masih hidup dalam kegelapan membutuhkan terang Kristus yang kita miliki.
Mereka mungkin saja baik-baik secara lahiriah namun kita pasti tahu bahwa semua orang tanpa Kristus sedang hidup dalam kegelapan.
Mereka membutuhkan terang Kristus agar dapat melihat realita sesungguhnya kehidupan yang benar sehingga mengalami sukacita dan damai sejahtera.
Bila hati kita siap dan kita berkomitmen untuk bergerak, Tuhan bisa membawa kita kepada orang-orang tersebut, sehingga keselamatan itu sampai kepada mereka.
Diskusikan dengan kelompok PA dan persekutuan kita, mengenai topik ini dengan lebih mendalam. Bagaimana kita bisa praktekkan dalam kehidupan sehari-hari dan berkat apa yang didapat dari melakukan Firman Tuhan ini.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya memahaminya.
Apa jawab Simon Petrus ketika Yesus bertanya “siapakah Aku ini?”
Mengapa Yesus mengatakan “berbahagialah engkau Simon bin Yunus?”
Dimana Yesus mendirikan jemaatNya?
“Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.” Menurut anda apakah maksud Yesus ini?
Ketika Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya tentang siapa diri-Nya, Petrus menjawab dengan iman yang teguh, “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup.” (Matius 16:16).
Jawaban ini bukan sekadar pengakuan lisan Simon, melainkan penyataan rohani yang datang dari Bapa di surga.
Di atas pengakuan ini, Yesus mendirikan gereja-Nya — komunitas orang-orang yang percaya dan hidup dalam otoritas surgawi.
Ia berkata, “Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Surga. Apa yang kauikat di bumi akan terikat di surga, dan apa yang kaulepaskan di bumi akan terlepas di surga.” (ay.19).
Ayat ini menunjukkan bahwa iman kepada Kristus memberi kuasa untuk menghadirkan kehendak Allah di bumi — bukan melalui kekuatan manusia, tetapi melalui otoritas ilahi yang bekerja di dalam gereja-Nya.
Saudara, tidak sedikit orang- orang percaya melupakan atau kehilangan kesadaran akan otoritas rohani ini.
Ketakutan, kompromi, dan tekanan dunia dengan berbagai informasi yang salah membuat manusia sering “terikat” oleh kekhawatiran, dosa, dan opini manusia.
Kita lupa bahwa Yesus memberi kita kuasa untuk menolak setiap pekerjaan kegelapan, untuk mengikat intimidasi kekuatiran dan ketakutan, dan untuk melepaskan kebenaran, sukacita serta damai sejahtera di lingkungan kita.
Kuasa mengikat di bumi bukan sekadar doa deklaratif yang kita lakukan pada saat persekutuan doa atau doa probida, tetapi kesadaran hidup bahwa kita mewakili surga di tengah dunia yang kacau dimanapun kita berada.
Kuasa itu bekerja ketika kita mempraktekkan kebenaran dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari cara berpikir, perkataan dan keputusan yang kita buat.
Kuasa itu bekerja ketika hati dan gaya hidup kita selaras dengan kehendak Kristus.
Hari ini, Tuhan mengingatkan bahwa gereja bukanlah lembaga yang pasif, melainkan wakil Kerajaan Allah di bumi.
Setiap anak Tuhan diberi kunci rohani untuk menghadirkan terang di tempat gelap, keadilan di tengah ketidakbenaran, dan kasih di tengah kebencian.
Jangan biarkan dunia yang mengikatmu dengan ketakutan dan kesesatan; berdirilah dalam otoritas Kristus.
Gunakan kuasa yang telah dipercayakan kepadamu — untuk mengikat hal-hal yang tidak sesuai dengan surga, dan melepaskan kehendak Allah di bumi.
Sebab kuasa itu nyata, dan bekerja melalui mereka yang hidup dalam kebenaran.
Diskusikan dengan kelompok PA dan persekutuan kita, mengenai topik ini dengan lebih mendalam. Bagaimana kita bisa praktekkan dalam kehidupan sehari-hari dan berkat apa yang didapat dari melakukan Firman Tuhan ini.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya memahaminya.
Bagaimanakah supaya Allah ada di pihak kita?
Siapakah yang bisa memisahkan kita dari kasih Kristus?
Roma pasal 8 adalah puncak dari ajaran Rasul Paulus, sebuah rangkaian pernyataan kemenangan rohani, tentang kasih, keselamatan, dan kepastian hidup kekal dalam Kristus.
Di tengah penderitaan, aniaya, dan tantangan hidup yang berat, Paulus menyatakan satu kebenaran yang sangat kuat dan agung: “Tidak ada kuasa di bumi maupun di surga yang dapat memisahkan kita dari kasih Kristus.”
Kata-kata ini bukan sebuah teori bagi Paulus, tetapi pengalaman pribadi Paulus sendiri yang telah menghadapi penganiayaan, pemenjaraan, bahkan ancaman kematian.
Namun, di tengah semua itu, imannya berdiri teguh karena ia tahu, Allah berpihak kepadanya. “Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?”
Kalimat ini bukan pertanyaan retoris, melainkan pernyataan keyakinan mutlak.
Paulus tidak sedang berkata bahwa kita tidak akan pernah memiliki musuh, tetapi bahwa tidak ada musuh yang dapat mengalahkan kita jika Allah bersama kita.
Kebenaran Firman ini sangat kuat, yang menjadi pertanyaan? Apakah seorang percaya bisa dikalahkan?
Jika melihat realita dalam kehidupan, tentu bisa dan faktanya banyak umat Tuhan yang kalah dalam peperangan rohani.
Penyebab kekalahan orang percaya ternyata bukan hal yang dari luar, tetapi justru berasal dari dalam, yaitu ketika:
Ia meragukan kasih Allah,
Kehilangan iman bahwa Allah berpihak kepadanya
Atau berhenti berjalan dalam Roh, kembali hidup dalam daging.
Jadi, kekalahan bukan karena Allah tidak cukup kuat, melainkan karena kita berhenti percaya dan tunduk pada kebenaran itu.
Alkitab mencatat bahkan para tokoh besar seperti Petrus, Daud, dan Elia pernah jatuh: Petrus menyangkal Yesus;
Daud jatuh dalam dosa besar ketika dia membunuh Uria secara tidak langsung demi memperoleh Batsyeba;
Elia pernah ketakutan dan ingin mati ketika dia tahu bahwa Izebel sedang mencari untuk membunuhnya.
Namun mereka tidak tinggal dalam kekalahan. Mengapa? Karena mereka kembali kepada kasih dan panggilan Allah.
Saudara, ada janji Firman bahwa kita yang percaya tidak bisa dikalahkan secara rohani, tetapi kita bisa tampak kalah secara manusiawi jika kita kehilangan iman kepada kasih Allah;
hidup dalam daging, bukan dalam Roh;
kita mengijinkan tekanan dunia menggantikan harapan pada Kristus.
Namun selama kita kembali kepada kasih Kristus, tidak ada kuasa di dunia atau di neraka yang dapat memisahkan kita dari kasih Kristus.
Saudara, dalam kelompok pemuridan, diskusikan pengalamanmu kalah dalam peperangan rohani dan apakah kemudian engkau menang, jika ya, bagaimana kemenangan itu engkau peroleh?
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya memahaminya.
Apa yang Paulus maksudkan dengan harta dalam bejana tanah liat?
Apa yang dimaksud Paulus dengan dia membawa kematian Kristus di dalam tubuhnya?
“Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.” (2 Korintus 4:7).
“Harta” yang dimaksud Paulus adalah kabar baik atau Injil Keselamatan bagi orang percaya, dan juga tentang Kristus yang ada di dalam kita, yang akan memberikan pengharapan akan kemuliaan bagi kita yang percaya. (Lihat. Kolose 1:27)
Harta itu Allah tempatkan dalam bejana tanah liat, yang adalah kita.
Bejana itu berarti: rapuh, tidak sempurna, dan mudah pecah.
Namun justru di sanalah letak kemuliaannya.
Allah sengaja memilih bejana yang lemah agar kemuliaan kuasa-Nya nyata, bukan untuk membesarkan manusia, tetapi untuk memuliakan Kristus.
Dengan kata lain, kelemahan kita bukan menjadi penghalang bagi Allah, kelemahan kita justru sebagai sarana di mana kuasa kebangkitan Kristus akan bekerja.
Saudara, ketika kita menerima Kristus, kita sebenarnya menerima harta surgawi yang tidak ternilai.
Namun, kehidupan sehari-hari sering membuat kita merasa lemah, rapuh, atau tak layak.
Tetapi Firman ini mengingatkan kita bahwa:
Nilai hidup kita bukan karena wadahnya, tetapi karena isi yang ada di dalamnya, yaitu Kristus yang adalah pengharapan akan kemuliaan.
Meski kita lemah, anugerah-Nya dan kuasa kebangkitan Kristus sanggup bekerja melalui kelemahan kita.
Sehingga meskipun tubuh kita lemah, meskipun kita menderita, kuasa kebangkitan Kristus tetap bekerja.
Kita bukan hanya penonton kebangkitan, tetapi peserta di dalamnya.
Kita bukan hanya percaya bahwa Yesus bangkit, tetapi juga bangkit bersama dengan-Nya, untuk hidup dalam kasih, kuasa, dan pengharapan yang kekal.
Saudara, dalam kelompok pemuridan, diskusikan makna Kristus ada dalam diri kita dan bagaimana kuasa kebangkitan itu bisa kita alami dalam kehidupan sehari-hari.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya memahaminya.
Apakah arti bahwa manusia tetap mati walaupun belum melakukan dosa seperti Adam?
Apa peran ketaatan Kristus dibandingkan dengan ketidaktaatan Adam?
Sejak kejatuhan manusia pertama, Adam, seluruh umat manusia masuk ke dalam wilayah dosa dan maut.
Firman Allah menggambarkan bahwa “maut telah berkuasa dari zaman Adam sampai kepada zaman Musa”.
Dosa bukan sekadar kesalahan moral; dosa adalah kuasa yang merusak hidup manusia, memutuskan hubungan dengan Allah, dan membawa manusia ke dalam keterikatan yang mendalam.
Namun, di tengah kegelapan itu, Allah mengutus “Adam yang terakhir”, yaitu Yesus Kristus, untuk memulihkan apa yang telah rusak.
Dalam diri Kristus, manusia tidak hanya diampuni, tetapi juga dipulihkan untuk hidup dan berkuasa kembali sebagaimana rencana semula Allah bagi manusia.
Ketika Adam jatuh, seluruh umat manusia ikut jatuh di bawah kuasa dosa.
Tetapi ketika Kristus taat sampai mati di kayu salib, Ia membuka jalan bagi semua orang untuk keluar dari kutuk itu dan hidup dalam kuasa anugerah.
Dengan demikian, setiap orang di dunia ini berada di bawah salah satu kondisi ini: ia ada dalam Adam atau berada dalam Kristus.
Siapa yang masih hidup dalam Adam, hidupnya dikuasai dosa dan maut.
Tetapi siapa yang hidup dalam Kristus, ia dibebaskan untuk berkuasa atas dosa dan maut.
Ayat 17 mengatakan bahwa mereka yang menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran akan “hidup dan berkuasa oleh karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus”.
Jadi, hidup dalam Kristus bukanlah hidup yang kalah, takut, atau pasif, melainkan hidup yang aktif memerintah dalam wilayah kasih karunia Allah.
Berkuasa bukan berarti kita menjadi sombong atau mendominasi orang lain, tetapi:
Berkuasa atas dosa, bukan lagi diperbudak olehnya.
Berkuasa atas ketakutan, karena Kristus telah menang atas maut.
Berkuasa atas situasi, karena kita hidup dalam iman dan pengharapan.
Kristus tidak hanya menebus, tetapi juga memulihkan otoritas rohani manusia yang hilang di Taman Eden.
Ia mengembalikan mandat untuk “berkuasa” atas ciptaan, bukan dalam kesombongan, tetapi dalam kasih dan ketaatan kepada Allah.
Dengan demikian setiap orang percaya sepatutnya menyadari bahwa kuasa kebangkitan Kristus telah dan sedang bekerja di dalam dirinya.
Karena itu, kita tidak lagi hidup dalam kekalahan, tetapi hidup dalam kemenangan.
Kita tidak lagi diperbudak oleh masa lalu, tetapi dihidupkan untuk memerintah bersama Kristus, di bumi ini dan sampai selama-lamanya.
Saudara, dalam kelompok pemuridan, diskusikan makna kemenangan itu dalam kehidupan saat ini, dalam hal apa saja kita bisa menang?
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya memahaminya.
Apakah arti sengat maut dan mengapa hukum Taurat disebut sebagai kuasa dosa?
Apakah kita dijanjikan untuk selalu mengalami kemenangan dalam kehidupan sehari-hari di dunia nyata?
Ketika Allah memberikan hukum Taurat kepada umat manusia, maka hukum Taurat itu justru semakin memperlihatkan betapa besar dosa manusia.
Karena hukum tersebut menjadi acuan atas semua perilaku manusia.
Semakin jelas hukum, akan semakin nyata pelanggaran. Yang manusia lakukan.
Sehingga hukum Taurat memperkuat rasa bersalah, tetapi tidak memberi kuasa untuk bebas darinya.
Namun di dalam Kristus, Taurat digenapi, “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.” (Matius 5:17).
Yesus menggenapi tuntutan Taurat, karena Dia hidup sempurna sesuai dengan hukum Allah.
Hukum Taurat menuntut hukuman bagi pelanggaran dosa, sebab “upah dosa ialah maut.” -Roma 6:23.
Dan Yesus telah menanggung kutuk hukum itu sebagai pengganti manusia.
Bagi kita yang percaya, maka Yesus akan menjadi Juru Selamat yang menebus dosa dan pelanggaran kita.
Kita yang berdosa dibenarkan oleh karya keselamatan Yesus di kayu salib dan kita dijanjikan untuk berkemenangan oleh iman kita kepada Kristus.
“Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.” (1 Korintus 15:57).
Kata “kemenangan” di sini berasal dari kata Yunani “nikos” atau “nike”, yang berarti: “Kemenangan total dalam peperangan, kemenangan yang terus menerus”
Jadi kemenangan Yesus bukanlah sekadar kemenangan tipis, melainkan kemenangan final dan tak terbantahkan.
Dan oleh anugerah Tuhan, maka kita yang bersedia untuk taat dan percaya, akan juga menjalani kehidupan yang berkemenangan.
Dengan begitu, kemenangan Kristus akan menjadi bagian kita melalui iman, sehingga kita tidak berjuang untuk menang, tetapi berjuang dari posisi kemenangan.
Roma 8:37 “Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.”
Ada banyak kesulitan dalam kehidupan, ada banyak tekanan dalam kehidupan.
Tetapi Firman Tuhan telah menyatakan bahwa kita “lebih dari orang-orang yang menang”.
Hal ini akan terwujud jika kita percaya, beriman atas perkataan Kristus.
Sehingga kemenangan sejati bukan karena kita kuat, tetapi karena Kristus yang hidup di dalam kita.
Maka, setiap langkah iman kita bukan langkah menuju kemenangan, melainkan langkah dari kemenangan yang telah Kristus menangkan.
Saudara, dalam kelompok pemuridan, diskusikan kemenangan seperti apa yang pernah dialami dan kemenangan seperti apa yang diharapkan?