Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya memahaminya.
Apa tanda bukti bahwa Allah mengasihi dunia ini?
Untuk apa Allah mengutus AnakNya yang tunggal ke dunia ini?
Siapakah yang di maksud “terang telah datang ke dalam dunia”?
Suatu hari di dalam khotbah KKR yang dihadiri ribuan orang, seorang pendeta besar, yang memiliki banyak jemaat, dalam khotbahnya ia bertanya ke seluruh orang yang hadir “Apa intisari topik khotbah yang paling utama yang Tuhan Yesus ajarkan selama Dia hidup, terutama di 3,5 tahun pelayanannya di muka bumi ini?”
Dari ribuan jemaat yang hadir, cuman 1-2 orang saja yang menjawab dengan suara lantang, bahwa intisari topik khotbah yang Yesus ajarkan adalah tentang “Kerajaan Allah”.
Dan memang benar itulah intisari dari khotbah Yesus selama Dia melayani 3,5 tahun di muka bumi ini.
Kenapa begitu penting khotbah itu disampaikan Yesus berulang kali ke murid-murid dan semua orang yang mendengar khotbahNya?
Alasannya karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (ayat 16).
Jadi syarat utama untuk masuk dalam Kerajaan Allah, bukan karena perbuatan baik, bukan karena hidup soleh, bukan karena taat dalam mengikuti ajaran agama, tetapi seseorang bisa masuk dalam kerajaan Allah harus mengalami transformasi spiritual atau rohani, dengan kata lain dia harus mengalami kelahiran/hidup yang baru.
Karena Yesus tidak datang untuk menghakimi dunia, tetapi untuk menyelamatkannya, menekankan misiNya yang penuh kasih (Ayat 17).
Hanya Tuhan Yesus, yang sanggup menyelamatkan manusia dari dosa dan hukuman kekal.
Respon seseorang pada karya Yesus dikayu salib akan menentukan apa yang akan ia terima: hidup kekal atau hukuman kekal.
Hukuman kekal akan dialami sebagai konsekuensi manusia berdosa bagi mereka yang menolak kesempatan untuk menerima keselamatan dari Yesus, namun sebaliknya, jika mereka datang kepada terang Yesus maka ia diselamatkan dan beroleh hidup kekal.
Biarlah momentum bulan Desember menjelang akhir tahun 2025 ini, kita dapat mengevaluasi diri, apakah kita sudah merespon karya Yesus dan menerima anugerah keselamatan itu? Jika belum, maka mintalah AnugerahNya yang besar agar kita di selamatkan. Jika kita sudah percaya, maka apa langkah selanjutnya yang akan kita perbuat kepada orang lain yang belum menikmati sang Terang itu?
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya memahaminya.
Siapakah yang dimaksud Firman itu?
Apakah Firman itu sudah ada, sebelum dunia dijadikan?
Apa maksud dari kalimat “Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya”?
Pada mulanya adalah Firman dari kata Yunani (Logos). Kalimat ini menekankan tentang keberadaanNya bukan hanya sebelum Ia menjelma (inkarnasi) menjadi manusia, tetapi juga sebelum segala waktu ada.
Kekekalan biasanya diungkapkan dengan keberadaan sebelum dunia dijadikan.
Kekekalan Allah digambarkan di dalam (Mazmur 90:2) “sebelum gunung-gunung dilahirkan;” dan didalam (Amsal 8:23).
Tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan, mulai dari malaikat yang paling tinggi sampai pada kepada mahluk yang paling rendah, baik itu mahluk hidup maupun benda mati.
Dengan kata lain Allah Bapa tidak melakukan hal apa pun tanpa Dia dalam pekerjaan penciptaan itu.
Sementara kalimat “Dalam Dia ada hidup” (Yohanes 1:4) Rasul Yohanes memaknai istilah kata “Hidup” memakai kata “zoè”, (dlm teks aslinya) untuk menunjuk pada hidup ilahi, hidup kekal, dan kehidupan yang berkualitas dari Allah sendiri.
Ini bukan sekadar keberadaan fisik atau fungsi biologis, tetapi esensi kehidupan sejati yang hanya dimiliki oleh Allah.
Dengan kata lain ayat ini menyatakan bahwa “hidup” atau “zoè” adalah Yesus Kristus yang adalah sumber dari kehidupan spiritual yang kekal, yang menerangi manusia dan membawa mereka keluar dari kegelapan dosa dan ketidaktahuan.
Kita tahu bersama, bulan Desember ini adalah momentum, dimana kita mengingat kembali hari kehadiran Sang Mesias lebih dari 2000 tahun yang lalu dalam wujud manusia.
Allah menjelma menjadi manusia dengan cara Dia lahir kedunia lewat seorang perempuan yang suci.
Tujuan Dia adalah menggenapi janjiNya yaitu Dia datang untuk menebus dosa umat manusia dengan cara mati di kayu salib.
Kita akan bisa mengalami terang dan hidup (zoè) itu jika kita percaya sepenuhnya kepada Dia sang Firman itu sendiri.
Karena Yesuslah sumber terang yang telah mengalahkan kegelapan serta membebaskan manusia dari perbudakan dosa dan kematian kekal.
Saudara, kita tidak sekedar tahu tapi juga percaya dan mengalamiNya sendiri bahwa Dia adalah Firman yang hidup, yang membawa terang, keselamatan dan kedamaian.
Biarlah momentum ini kita dapat mengintropeksi diri kita masing-masing.
Bila saat ini kita merasa sudah jauh dari Dia, maka segera kembali datang, bertobat dan bersekutu dengan Dia.
Bagi kita yang sekarang ini menikmati karyaNya, mari ceritakan itu ke banyak orang yang belum percaya kepada sang Terang dan hidup itu.
Biarlah di momentum bulan Desember, kita dapat menikmati sang Terang dan hidup yang sejati dan jangan lupa untuk berbagi kebaikan Tuhan kepada orang lain yang belum menikmati sang Terang dan hidup itu.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya memahaminya.
Siapa yang telah melihat terang yang besar?
Seperti apa bangsa ini bersuka cita?
Apa yang terjadi dengan “kuk dan gandar” yang selama ini menekan mereka?
Mereka bersukacita dihadapan siapa?
Nabi Yesaya melalui ayat-ayat yang kita baca hari ini menyampaikan nubuat yang sangat kuat kepada umat Israel yang saat itu hidup dalam tekanan politik, kegelapan rohani, dan rasa takut akibat penindasan bangsa asing.
Daerah Zebulon dan Naftali—wilayah yang pertama mengalami agresi musuh—digambarkan sebagai tempat yang “terhina,” tetapi justru di sanalah Tuhan berjanji menyalakan terang-Nya. Kegelapan bukanlah akhir.
Ayat-ayat ini menubuatkan hadirnya seorang Pribadi yang membawa sukacita besar, mematahkan kuk penindasan, dan menghancurkan belenggu yang membelenggu umat-Nya.
Janji ini bukan sekadar peristiwa historis, tetapi sebuah deklarasi bahwa penyelamatan Allah akan datang melalui seorang Raja yang penuh kuasa dan damai.
Di masa kini, nubuat ini menemukan penggenapannya secara penuh dalam diri Yesus Kristus.
Dunia yang kita tempati mungkin tidak berbeda jauh dengan keadaan zaman Yesaya.
Banyak orang hidup dalam tekanan, keresahan mental, kelelahan sosial, dan kegelapan moral.
Kejahatan, peperangan, ketidakadilan, serta ketakutan akan masa depan membuat manusia sulit melihat harapan.
Namun Injil menegaskan bahwa Yesus adalah Terang yang bersinar di tengah kegelapan itu.
Terang Kristus bukan hanya konsep spiritual, tetapi sebuah kuasa yang mengubahkan—membuka mata hati, mematahkan belenggu dosa, memulihkan hidup yang rusak, dan menghadirkan damai dalam dunia.
Ketika Yesus datang, Ia tidak hanya membawa solusi sementara, tetapi sebuah pemerintahan damai yang terus bekerja dalam hati orang percaya.
Kerajaan Allah telah hadir di muka bumi namun kehadirannya tidak seperti yang banyak manusia bahkan bangsa Israel dapat bayangkan.
Biarkan firman-Nya yang kita dengar dan ucapkan menyingkapkan kegelapan dalam hati, mengoreksi keangkuhan, menguatkan yang lemah, dan memimpin langkah kita kepada hidup yang kudus, sebuah proses transformasi dari hari ke hari.
Terang Kristus harus terlihat melalui perbuatan kita: kejujuran dalam pekerjaan, kebaikan dalam relasi, kemurahan hati kepada yang membutuhkan, dan keberanian melawan ketidakadilan.
Ketika kita berjalan dalam terang Yesus, kita menjadi pembawa terang bagi lingkungan kita—keluarga, gereja, masyarakat—sehingga orang lain pun dapat melihat harapan dalam diri kita.
Yesus memang telah naik ke sorga, namun kita diberi kuasa dan otoritas dari Yesus sendiri untuk memancarkan kasih dan kebenaran Kristus dalam segala yang kita lakukan.
Diskusikan dengan kelompok PA dan persekutuan kita, mengenai topik ini dengan lebih mendalam. Bagaimana kita bisa praktekkan dalam kehidupan sehari-hari dan berkat apa yang didapat dari melakukan Firman Tuhan ini.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya memahaminya.
Apa yang terjadi dengan gunung rumah Tuhan pada hari-hari terakhir?
Siapa yang akan datang berduyun-duyun ke gunung rumah Tuhan?
Apa tujuan mereka datan ke rumah Tuhan?
Siapa yang akan menjadi hakim dan wasit bagi suku-suku bangsa?
Ayat yang kita baca hari menuliskan sebuah visi eskatologis dari Mikha—sebuah gambaran tentang masa depan ketika Gunung Rumah Tuhan ditinggikan dan bangsa-bangsa berduyun-duyun datang ke dalamnya untuk belajar jalan Tuhan.
Konteks kitab ini adalah masa ketidakadilan sosial dan kemerosotan moral di Israel dan Yehuda.
Mikha menegur para pemimpin yang menyalahgunakan kekuasaan dan umat yang hidup jauh dari kehendak Allah.
Di tengah kondisi itu, Mikha menyampaikan nubuat pengharapan: suatu hari Tuhan sendiri akan menjadi pusat kehidupan bangsa-bangsa, dan hukum-Nya akan menjadi standar kebenaran.
Gambaran pedang yang ditempa menjadi mata bajak adalah simbol damai sejahtera sejati—bukan karena kekuatan manusia, tetapi karena pemerintah dan tatanan Tuhan yang ditegakkan.
Apa yang disampaikan oleh Nabi Mikha ini tentu membutuhkan suatu proses untuk terjadi, kita tidak tahu secara pasti apakah hal ini sedang terjadi atau sedang dalam persiapan penggenapannya.
Kita hidup di tengah persaingan global, polarisasi politik, konflik antar bangsa, dan masyarakat yang sering kehilangan arah moral.
Banyak orang berusaha mencari jawaban melalui kekuatan ekonomi, militer, ideologi, atau teknologi yang saat ini informasinya dapat diakses dengan mudah melalui media sosial—namun tetap gagal menemukan damai yang sejati.
Dalam konteks ini, visi Mikha menegaskan bahwa transformasi bangsa-bangsa tidak dapat berlangsung tanpa firman Tuhan sebagai pusatnya.
Ketika manusia mencoba membangun dunia tanpa kebenaran Allah, yang muncul justru kekacauan, ketakutan, dan keletihan.
Namun janji Mikha mengingatkan bahwa Tuhan rindu mengajar bangsa-bangsa dan membawa mereka kembali ke jalan yang benar.
Gereja dan umat Tuhan dipanggil menjadi saksi yang memancarkan terang itu di tengah dunia yang haus akan kebenaran sejati Saudara, penggenapan firman ini hanya bisa terjadi ketika umatNya merespon seluruh proses persiapan yang Tuhan buat bagi gerejaNya.
Renungan hari ini mengajak kita untuk terlebih dahulu membiarkan Tuhan mengajar kita setiap hari melalui firman-Nya, sebelum kita dapat menjadi alat-Nya untuk mengajar bangsa-bangsa.
Mulailah dari hidup pribadi yang taat, jujur, damai, dan mengutamakan kehendak Tuhan dalam setiap keputusan.
Dalam keluarga, tempat kerja, komunitas, bahkan media sosial, kita dapat memperkenalkan jalan Tuhan melalui perkataan yang membangun, sikap yang penuh kasih, dan tindakan yang membawa damai.
Diskusikan dengan kelompok PA dan persekutuan kita, mengenai topik ini dengan lebih mendalam. Bagaimana kita bisa praktekkan dalam kehidupan sehari-hari dan berkat apa yang didapat dari melakukan Firman Tuhan ini.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya memahaminya.
Kapan kah yang disebut sebagai hari-hari terakhir?
Apakah makna “naik ke gunung Tuhan” dalam kehidupan sehari-hari?
Nabi Yesaya menerima sebuah penglihatan profetik yang luar biasa mengenai masa depan rencana Allah atas dunia.
Ia melihat suatu waktu ketika “gunung rumah Tuhan akan berdiri tegak… dan segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana.” (Yesaya 2:2).
Ini adalah gambaran tentang pemerintahan Allah yang akan dinyatakan di atas segala pemerintahan manusia, dan panggilan bagi bangsa-bangsa untuk datang kepada-Nya.
Dikatakan panggilan bagi bangsa-bangsa, karena ketika Allah akan mewujudkan nubuat nabi Yesaya tersebut, Allah tidak akan melakukannya tanpa melibatkan Tubuh Kristus.
Dengan demikian kita dipanggil untuk menjadi alat Tuhan yang membawa bangsa-bangsa datang kepada-Nya.
Bangsa-bangsa datang kepada Tuhan karena mereka mencari pengajaran, kebenaran, dan karena mereka memerlukan arahan Tuhan atas kehidupan mereka, baik secara individu maupun secara korporat.
Gereja tidak dipanggil untuk menjadi pusat hiburan atau politik, tetapi pusat transformasi melalui Firman Tuhan.
Ketika Firman Tuhan diberitakan dengan kuasa dan dijalankan dalam ketaatan, maka kebencian berubah menjadi kasih, kekerasan berubah menjadi damai, hati yang patah dipulihkan, hidup yang hancur dipulihkan.
Gereja yang hidup dalam Firman juga akan menjadi magnet rohani yang menarik bangsa-bangsa datang kepada Tuhan.
Penglihatan Yesaya ini tentu bukan hanya gambaran masa depan semata, tetapi juga sebagai undangan untuk bertindak hari ini.
Jika bangsa-bangsa akan datang kepada Tuhan, pertanyaannya adalah:
Siapakah yang akan memanggil mereka datang?
Umat Tuhan harus menjadi suara yang berkata: “Mari, kita naik ke gunung Tuhan.”
Setiap orang percaya dipanggil menjadi saksi Kristus dimanapun Tuhan menempatkan kita.
Misi bukan pilihan. Itu panggilan. Misi adalah kita!
Saudara, dalam kelompok pemuridan, doakan satu dengan yang lain, agar kita bersama bukan hanya menjadi pendengar Firman, tapi juga sebagai pelaku Firman, khususnya dalam menggenapi Amanat Agung Tuhan.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya memahaminya.
Bagaimana kebenaran bahwa maut tidak lagi berkuasa atas Kristus, mengubah pandangan kita tentang penderitaan, godaan, dan ketakutan dalam hidup ini?
Seperti apakah penerapan dari ungkapan “menganggap diri telah mati terhadap dosa tetapi hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus”?
Umat percaya yang sungguh-sungguh percaya kepada Kristus, dipanggil untuk hidup dalam satu realitas rohani yang luar biasa, yaitu bahwa kita telah mati bagi dosa dan hidup bagi Allah.
Namun, banyak orang percaya yang masih menjalani hidup seolah-olah tidak ada perubahan yang terjadi ketika mereka menerima Kristus.
Mereka masih dibayangi kegagalan masa lalu, terjebak dalam dosa yang sama, atau hidup dalam ketakutan dan seperti tanpa pengharapan apapun!
Saudara ketika Kristus mati, manusia lama kita turut mati.
Ketika Kristus bangkit, kita menerima hidup yang baru di dalam Dia. Artinya: kita tidak lagi diperbudak oleh dosa; dosa bukan lagi tuan atas hidup kita; kita memiliki kuasa untuk berkata tidak terhadap dosa dan ya kepada kebenaran.
Saudara, kebangkitan Kristus bukan hanya sebuah peristiwa sejarah, tetapi itu seharusnya adalah sumber kuasa baru yang bekerja dalam hidup kita hari ini.
Roma 6:9 “Karena kita tahu, bahwa Kristus, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, tidak mati lagi: maut tidak berkuasa lagi atas Dia.”
Jika kita satu dengan Kristus, maka kuasa dosa dan maut yang dulu mengikat kita sudah dipatahkan.
Tidak ada alasan lagi untuk hidup dalam kekalahan rohani.
Namun mengapa umat Tuhan masih melakukan dosa? Hal itu bukan karena dosa yang berkuasa atas mereka, melainkan karena mereka sendiri yang “memberi izin”.
Misalnya jika seorang anak muda tahu bahwa pertemanan dengan teman di sekolah sering mengakibatkan perilaku yang buruk.
Maka perlu untuk bersikap tegas, jauhi pergaulan yang buruk.
Cari komunitas yang membangun iman kita kepada Tuhan.
Jangan kita membiarkan pikiran-pikiran lama, pola hidup lama, dan godaan menggiring kita kembali ke dalam belenggu yang sebenarnya sudah dipatahkan.
Hidup kerohanian kita bukan proses memperbaiki diri, tetapi radikal, yaitu: perubahan identitas.
Kita bukan lagi hamba dosa, kita adalah milik Kristus.
Kita bukan lagi hidup untuk diri sendiri — kita hidup untuk Allah.
Saudara, Kristus telah menang dan kemenangan itu juga adalah milik kita.
Mari kita berjalan dalam hidup baru, sebagai manusia baru yang penuh kuasa dan kemuliaan Allah.
Ingat bahwa manusia lama kita telah dikuburkan melalui baptisan yang kita telah jalani!
Saudara, dalam kelompok pemuridan, doakan satu dengan yang lain, dengan permohonan: agar saudara hidup sebagai pribadi yang telah mati bagi dosa dan hidup bagi Allah. Dan biarlah hidupmu memuliakan Tuhan dalam segala hal.