Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya memahaminya dan secara khusus hafalkanlah Yohanes 15:8.
Hal apakah yang dilakukan oleh Yesus terhadap ranting-ranting agar lebih banyak berbuah?
Apakah yang harus kita lakukan agar kita dapat senantiasa berbuah lebat?
Siapakah yang dimuliakan ketika berbuah banyak?
Bapa pencipta langit dan bumi layak dipermuliakan dan kita sebagai umat-Nya lah yang harus memuliakan Dia.
Hal yang diinginkan Allah adalah agar kita berbuah lebat, karena dengan cara berbuah lebat kita mempermuliakan Tuhan.
”Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.”(Yohanes 15:8).
Buah yang dimaksudkan oleh Tuhan adalah:
Hidup yang semakin serupa dengan Yesus. ”Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar.”(2 Korintus 3:18). ”Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya.”(1 Yohanes 3:2).
Hidup yang memultiplikasikan Yesus kepada dunia ini dengan cara memuridkan bangsa-bangsa. ”Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”(Matius 28:19-20).
Untuk mewujudkan berbuah lebat, maka ada beberapa hal yang harus kita lakukan diantaranya:
Kita harus rela dibersihkan oleh Tuhan supaya semakin berbuah lebat. Hal-hal yang diberikan adalah dosa-doa yang menghalangi kita untuk berbuah yaitu malas, egois, tidak mau berubah, tidak fokus, rasa puas dari diri yang membuat kita menjadi stagnan atau jalan ditempat. ”Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah.”(Yohanes 15:2).
Kita harus senantiasa tinggal di dalam Tuhan dan firman-Nya dengan cara bersekutu dengan Tuhan dan juga dengan firman-Nya sehingga kita selalu berbuah lebat. ”Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.”(Yohanes 15:4).
Dengan senantiasa mau dibersihkan dan dibentuk oleh Tuhan serta senantiasa melekat dengan Tuhan melalui persekutuan yang erat dengan Dia maka kita akan berbuah lebat dengan demikian Bapa dimuliakan.
Diskusikanlah dalam komunitas Saudara bagaimana Saudara memuliakan Tuhan dengan cara berbuah lebat.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya memahaminya dan secara khusus hafalkanlah Yesaya 60:2.
Mengapa Allah memerintahkan kita untuk bangkit menjadi terang?
Apakah yang menjadi nyata dalam hidup kita ketika kita mau bangkit menjadi terang?
Apakah yang akan dialami oleh bangsa-bangsa ketika kita mau bangkit dan menjadi terang?
Yesus berkata bahwa Dia adalah terang dunia dan telah datang ke dalam dunia ini dan ketika kita mengikut Dia maka kita mempunyai terang hidup itu.
Itulah sebabnya, Allah menerapkan kita sebagai terang Kristus.
”Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia. Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya.”(Yohanes 1:9-10).
”Selama Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia.”(Yohanes 9:5).
”Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.”(Yohanes 8:12).
”Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.”(Matius 5:14).
Alkitab berkata bahwa semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah dan akibatnya manusia mengalami maut yaitu hidup dalam dosa, kutuk kemiskinan, kelemahan dan sakit penyakit bahkan dibelenggu oleh kuasa iblis.
Namun ketika kita percaya kepada Yesus dan memiliki terang itu maka gelap menjadi sirna dan kemuliaan Tuhan menjadi nyata dalam hidup kita.
Akibatnya dosa tidak dapat berkuasa lagi atas hidup kita. Kita tidak dapat dibelenggu oleh kemiskinan dan sakit penyakit dan kita dapat mengalahkan kuasa iblis, sehingga kita tidak lagi diselimuti oleh maut tetapi dipenuhi oleh kemuliaan Tuhan.
Yang dimaksudkan dengan kemuliaan Tuhan adalah kuasa Tuhan, kasih Tuhan, karakter Tuhan serta pikiran dan perasaan Tuhan juga perkataan dan perbuatan Tuhan karena didalam kita ada terang Kristus sehingga kita mulai memancarkan dan mengalirkan kehidupan Kristus, sehingga kemuliaan Tuhan menjadi nyata atas kita.
Tujuan Allah memberikan terang itu kepada kita agar dunia yang gelap ini datang kepada terang yang ada pada kita sehingga dunia yang gelap ini tidak dikuasai oleh iblis tetapi mengalami kehidupan Kristus yang ada pada kita, sehingga bumi ini akan penuh dengan kemuliaan Tuhan bahkan Tuhan kita akan dimuliakan melalui kemuliaan Tuhan yang nyata di dalam kita.
”Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.”(Matius 5:16).
Diskusikanlah di dalam komunitas Saudara bagaimana kemuliaan Tuhan menjadi nyata dalam hidup Saudara ketika terang Kristus itu ada di dalam Saudara.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya memahaminya.
Menurut ayat 14-15, apa saja dua hal yang tidak mungkin dilakukan terhadap terang? Apa implikasinya bagi hidupmu?
Bagaimana caramu menyeimbangkan antara menjadi terang yang terlihat (ayat 16) dan tidak melakukannya untuk pamer (Matius 6:1)?
Di bidang kehidupan mana (keluarga, pekerjaan, komunitas) terangmu paling perlu untuk dinyatakan dengan lebih berani?
“Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi”. (Matius 5:14).
Khotbah di Bukit diawali dengan Yesus yang mendefinisikan ulang identitas para pengikut-Nya.
Sebelum memberi mereka daftar peraturan, Ia pertama-tama memberikan mereka identitas: “Kamu adalah garam… Kamu adalah terang.”
Ini adalah pernyataan faktual, bukan sebuah harapan.
Setiap orang yang telah mengalami kasih karunia Allah di dalam Kristus secara otomatis adalah terang.
Pertanyaannya bukanlah apakah kita adalah terang, tetapi apakah terang kita bersinar, atau justru kita telah menutupinya?
Prinsip kebenaran pertama dari perikop ini adalah sifat alami terang yang harus terlihat.
Sebuah kota di atas bukit tidak bisa disembunyikan; sebuah pelita tidak dinyalakan untuk lalu ditaruh di bawah tempurung.
Demikian pula, iman Kristen bukanlah harta pribadi yang untuk disimpan secara rahasia.
Iman yang sejati akan secara alami mengekspresikan diri melalui perbuatan-perbuatan yang baik dan kasih yang nyata.
Kita sering tergoda untuk “menutup” terang kita karena takut dipermalukan, tidak sesuai dengan tren, atau ingin menghindari konflik.
Namun, Yesus dengan tegas menolak mentalitas ini.
Menyembunyikan terang kita berarti mengingkari tujuan dasar dari panggilan kita.
Prinsip kebenaran kedua yang kritis adalah tujuan dari terang kita.
Ayat 16 dengan jelas menyatakan bahwa tujuan dari perbuatan baik kita adalah agar orang lain yang melihatnya “memuliakan Bapamu yang di sorga.”
Ini adalah ujian motivasi yang penting.
Apakah kita bersikap baik, melayani, dan berkarya untuk mendapat pujian bagi diri sendiri atau kelompok kita?
Atau apakah semua itu kita lakukan sehingga orang yang melihatnya akan diarahkan untuk memuji dan mengenal Allah Bapa?
Terang kita bukanlah lampu sorot yang mengarah ke dalam, memamerkan kebaikan kita, melainkan seperti bulan yang memantulkan cahaya matahari, mengarahkan semua perhatian kepada Sumber Terang itu sendiri, yaitu Allah.
Hal-hal praktis untuk melakukan Firman.
Pertama, Tanyakan pada diri sendiri: “Di lingkungan kerja, sekolah, atau keluarga-ku, adakah bukti yang terlihat bahwa aku adalah pengikut Kristus?
Apakah kata-kata, tindakan, dan prioritas hidupku memancarkan nilai-nilai Kerajaan Sorga?”
Kedua, Jangan menghindari interaksi dengan dunia.
Beranilah untuk menyatakan pendapat berdasarkan prinsip kebenaran, tawarkan doa untuk teman yang sedang susah, atau menjadi sukarelawan dalam pelayanan sosial.
Jadilah orang yang aktif terlibat, bukan yang bersembunyi.
Ketiga, Murnikan Motivasi. Sebelum melakukan suatu perbuatan baik, periksa motivasi hati.
Berdoalah, “Tuhan, biarlah melalui tindakan ini, orang-orang bukan memuji aku, tetapi mengenal dan memuliakan Engkau.”
Fokuskan pelayanan pada bagaimana Allah dipermuliakan, bukan bagaimana kita dilihat orang.
Diskusikan dalam kelompok PA, bagaimana supaya terang Kristus senantiasa terlihat dan memancar setiap hari dari diri kita.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya memahaminya.
“Sampah” apa dalam hidupmu yang masih sulit kamu lepaskan untuk Kristus?
Bagaimana hubungan antara “kuasa kebangkitan” dan “penderitaan” dalam proses pertumbuhan rohanimu?
Langkah praktis apa yang dapat kamu ambil hari ini untuk lebih mengutamakan “pengenalan akan Kristus”?
“Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus”. (Filipi 3:7).
Surat Filipi dikenal sebagai “Surat Sukacita”, namun ditulis dari tempat yang paling tidak menyenangkan: penjara.
Justru dalam keadaan inilah terang iman Paulus bersinar paling terang.
Ia tidak mengeluh, tetapi menulis untuk menguatkan jemaat di Filipi.
Konteks inilah yang membuat pengakuannya dalam pasal 3 begitu berkuasa.
Ketika segala hak dan keamanan dunianya hilang, Paulus justru menemukan bahwa Kristus adalah satu-satunya harta yang tidak dapat dirampas.
Hidupnya menjadi bukti bahwa terang sejati bukan berasal dari keadaan yang baik, tetapi dari pengenalan yang dalam akan Kristus, yang mampu bersinar bahkan dalam kegelapan penjara.
Prinsip kebenaran pertama yang Paulus ajarkan adalah perlunya sebuah pertukaran nilai yang radikal.
Semua yang kita banggakan—latar belakang keluarga, prestasi akademis, kesuksesan karir, pelayanan agama, bahkan moralitas pribadi—harus ditempatkan pada perspektif yang benar di hadapan Kristus.
Semua hal itu adalah “keuntungan”, tetapi bisa menjadi “kerugian” jika kita mengandalkannya untuk diterima oleh Allah.
Kita menjadi terang ketika kita berani, seperti Paulus, mengosongkan tangan kita dari “sampah” yang kita anggap berharga, agar kita dapat sepenuhnya merangkul Kristus sebagai satu-satunya harta.
Terang itu bersinar ketika dunia melihat bahwa kita menganggap sesuatu yang mereka kejar sebagai tidak berharga dibandingkan dengan Kristus.
Prinsip kebenaran kedua adalah jalan untuk menjadi serupa dengan Kristus.
Proses ini tidak otomatis dan nyaman. Paulus menggambarkannya sebagai sebuah proses yang dinamis: “kuasa kebangkitan-Nya” dan “persekutuan dalam penderitaan-Nya”.
Kita tidak dapat memilih yang satu dan menolak yang lain. Kuasa Allah dinyatakan justru ketika kita lemah dan bersandar kepada-Nya.
Keserupaan dengan Kristus dibentuk bukan di puncak kesuksesan, tetapi dalam lembah penyerahan dan ketaatan, bahkan dalam penderitaan.
Inilah cara terang itu ditempa—sebagaimana sebuah lentera harus dilindungi oleh kaca yang tembus pandang, hidup kita harus “dibentuk” melalui proses penyangkalan diri dan ketaatan, agar terang Kristus dapat bersinar tanpa halangan.
Hal-hal praktis untuk melakukan Firman.
Pertama, Secara rutin, evaluasi hal-hal yang Anda banggakan.
Tanyakan, “Apakah ini membawa aku lebih dekat kepada Kristus atau justru membuatku mengandalkan diriku sendiri?”
Berdoalah untuk melepaskan segala “keuntungan” yang menghalangi persekutuan dengan-Nya.
Kedua, Sambut Penderitaan Kecil sebagai Latihan.
Jangan lari dari ketidaknyamanan, penolakan, atau kesulitan kecil yang datang karena kesetiaan kepada Kristus.
Lihatlah itu sebagai “persekutuan dalam penderitaan-Nya” yang akan membentuk karakter Kristus dalam diri Anda.
Ketiga, Jadikan Pengenalan akan Kristus sebagai Tujuan Utama.
Dalam setiap aktivitas rohani—baca Alkitab, doa, ibadah—tetapkan tujuan utama bukan untuk sekedar mendapat berkat atau pengetahuan, tetapi untuk “mengenal Dia” lebih dalam.
Carilah wajah-Nya, bukan hanya tangan-Nya.
Diskusikan dalam kelompok PA, bagaimana caranya mengetahui sampah rohani dan membuangnya.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya memahaminya.
Apa arti praktisnya bagimu “bukan lagi aku sendiri yang hidup”?
Bagaimana kamu dapat hidup “oleh iman dalam Anak Allah” hari ini?
Bagaimana keyakinan bahwa “Kristus hidup di dalam aku” mengubah caramu menghadapi satu tantangan spesifik?
“namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku”. (Galatia 2:20).
Surat Galatia ditulis dalam suasana genting.
Jemaat di Galatia sedang disesatkan oleh orang-orang yang meyakinkan mereka bahwa percaya kepada Kristus saja tidak cukup; mereka juga harus disunat dan menaati hukum Taurat untuk diselamatkan.
Bagi Paulus, ini bukanlah perdebatan kecil, melainkan penyangkalan terhadap inti Injil itu sendiri.
Jika keselamatan bisa diraih dengan usaha manusia, maka kematian Kristus menjadi sia-sia.
Inilah yang membuat Paulus dengan berani menegur Petrus dan menulis surat yang tegas ini.
Kebenaran bahwa manusia dibenarkan hanya oleh iman kepada Kristus saja adalah harga mati yang tidak bisa ditawar.
Ayat 19 memperkenalkan sebuah paradoks rohani yang mendalam: kita harus mati untuk benar-benar hidup.
Paulus berkata, “Sebab aku telah mati bagi hukum Taurat.”
Apa artinya? Ini berarti kita sudah tidak lagi berada di bawah sistem yang menuntut kita untuk membuktikan diri kita benar di hadapan Allah dengan kekuatan kita sendiri, dan kita tidak pernah bisa memenuhinya.
Namun, kematian ini justru menjadi pembebasan.
Ketika kita “mati” bagi sistem usahanya sendiri, kita dibuka untuk menerima kehidupan yang sejati—kehidupan yang berasal dari Kristus.
Kematian ini terjadi karena kita telah “disalibkan dengan Kristus.”
Salib-Nya bukan hanya peristiwa sejarah, melainkan tempat di mana identitas lama kita dihukum dan diakhiri.
Prinsip kebenaran yang kedua adalah: Hidup Kristen yang sejati adalah Kristus yang hidup di dalam dan melalui kita.
Bukan kita yang berusaha meniru Yesus dengan kekuatan kita, melainkan kita membiarkan Dia menyatakan hidup-Nya melalui kepribadian, talenta, dan tubuh kita.
Ini adalah kehidupan yang dijalani “oleh iman.” Iman bukanlah perasaan, tetapi sikap percaya dan ketergantungan yang terus-menerus bahwa “Anak Allah telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.”
Ketika kita sadar bahwa Kristus mengasihi kita secara pribadi dan telah memberikan segalanya bagi kita, motivasi hidup kita berubah dari kewajiban menjadi respons kasih.
Hal-hal praktis untuk melakukan Firman. Pertama, Sadarilah “Kematian” Identitas Lama Setiap Hari.
Di pagi hari, akui dengan sengaja, “Aku telah disalibkan dengan Kristus.
Tuntutan, rasa bersalah, dan ego lamaku sudah tidak berkuasa lagi.”
Ini membebaskan kita dari beban membuktikan diri.
Kedua, Hidupilah hari Ini dengan sikap bergantung penuh (Iman).
Dalam setiap situasi—bekerja, berkeluarga, menghadapi pencobaan—bertanyalah, “Bukan aku, tetapi Kristus.”
Serahkan kendali dan undang Roh-Nya untuk bertindak melalui Anda.
Ketiga, Biarkan Kasih Kristus Menjadi Motivasi Utama.
Ketika menghadapi orang yang sulit atau tugas yang berat, ingatlah frasa “Ia mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya bagiku.”
Tindakan kasih terbesar-Nya inilah yang seharusnya menjadi pendorong bagi setiap tindakan kasih dan pengorbanan kita kepada orang lain.
Diskusikan dalam kelompok PA saudara, diskusikan apakah respon kita apabila telah menerima kasih karunia.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya memahaminya.
Menurut Yohanes 12:35, apa konsekuensi jika kita berjalan dalam kegelapan?
Bagaimana caranya kita dapat “percaya kepada terang” dalam keputusan sehari-hari?
Area mana dalam hidupmu yang perlu lebih mencerminkan identitas sebagai “anak-anak terang”?
“…Selama terang itu ada padamu, percayalah kepadanya, supaya kegelapan jangan menguasai kamu; barangsiapa berjalan dalam kegelapan, ia tidak tahu ke mana ia pergi”. (Yohanes 12:35b).
Kehidupan kita diwarnai oleh berbagai kesempatan, dan seringkali kita menundanya karena mengira kesempatan itu akan selalu ada.
Dalam bacaan kita hari ini, Yesus berada di puncak ketegangan dengan orang banyak yang mendengar pengajaran-Nya.
Mereka sibuk berdebat tentang identitas Mesias, tetapi Yesus justru memperingatkan mereka tentang satu hal yang jauh lebih mendesak: waktu untuk berjalan dalam terang-Nya hampir habis.
Ia tidak akan selamanya hadir secara fisik bersama mereka.
Peringatan ini bergema dalam hidup kita: kesempatan untuk mendengar suara-Nya, untuk bertobat, dan untuk hidup dalam kasih karunia-Nya adalah sebuah anugerah yang tidak boleh kita sia-siakan.
Orang banyak itu terpaku pada teka-teki teologis (“Siapakah Anak Manusia itu?”) sehingga mereka lalai untuk merespons kebenaran yang sudah dinyatakan di depan mata mereka.
Yesus tidak menjawab teka-teki mereka, melainkan menuntut sebuah tindakan: “Percayalah kepada terang itu, supaya kamu menjadi anak-anak terang.”
Ini mengajarkan kita sebuah prinsip kebenaran yang penting: Allah lebih menghargai ketaatan iman daripada pemahaman intelektual yang sempurna.
Kita tidak perlu memahami segala sesuatu tentang Yesus dan rencana-Nya sebelum kita mau percaya dan mengikut Dia.
Iman adalah langkah untuk mempercayai Dia, bahkan di tengah hal-hal yang belum kita mengerti sepenuhnya.
Mengapa banyak orang menolak Yesus? Penjelasan Alkitab sungguh menggentarkan: karena hati mereka telah menjadi keras.
Kekerasan hati bukanlah suatu kecelakaan, melainkan konsekuensi dari penolakan yang berulang-ulang terhadap kebenaran.
Setiap kali kita mendengar firman Tuhan tetapi memilih untuk mengabaikannya, setiap kali kita merasakan sentuhan Roh Kudus tetapi memadamkannya, hati kita sedikit demi sedikit mengeras.
Proses ini akhirnya dapat membawa kita pada titik di mana kita “tidak dapat percaya” (ayat 39).
Ini adalah peringatan serius untuk senantiasa memiliki hati yang lembut dan siap untuk diajar, agar kita tidak tertipu oleh dosa yang mengeraskan hati.
Hal-hal praktis untuk melakukan Firman.
Pertama, Bertindaklah Atas Dasar Terang yang Sudah Anda Miliki.
Jangan menunggu sampai semua pertanyaan Anda terjawab.
Lakukan apa yang sudah Anda ketahui sebagai kehendak Tuhan.
Jika Anda tahu Anda harus mengampuni, lakukanlah sekarang.
Jika Anda tahu Anda harus jujur, praktikkanlah hari ini.
Kedua, Jaga Kelembutan Hati dengan Disiplin Rohani.
Rutinlah berdoa meminta Tuhan menyelidiki hati Anda (“Tuhan, adakah kegelapan dalam diriku?”).
Bacalah Firman Tuhan bukan hanya untuk pengetahuan, tetapi untuk ditransformasi olehnya.
Ketiga, Hidupi Identitas Anda sebagai Anak Terang. Sadari bahwa Anda adalah duta dari terang Kristus.
Dalam setiap percakapan, keputusan, dan tindakan, tanyakan pada diri sendiri, “Apakah ini mencerminkan bahwa saya adalah anak terang?”
Pilihlah untuk berkata-kata dan bertindak yang membawa orang lain kepada kebaikan dan kebenaran Kristus.
Diskusikan dengan pembimbingmu, bagaimana caranya mencerminkan terang Kristus dalam komunitas kita.