Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Siapakah yang di maksud “kami”, yang sebelumnya telah menaruh harapan pada Kristus, boleh menjadi puji-pujian bagi kemuliaan-Nya?
Pada saat kapan kita dimeteraikan dengan Roh Kudus?
Siapa yang menjamin kita dijadikan milik Allah?
Kata materai dalam konteks Efesus 1:13 merujuk pada “meterai” dalam bahasa asli Alkitab (Yunani) adalah “sphragis” memiliki arti “meterai” atau “tanda”, dan digunakan untuk menandakan kepemilikan, keaslian, atau jaminan.
Dalam hal ini Roh Kudus sebagai meterai atau tanda yang diberikan kepada orang percaya sebagai jaminan keselamatan dan kepemilikan Allah.
Tetapi, apakah ketika kita percaya kepadaNya, maka kita serta merta meninggalkan dunia dan naik ke sorga memerintah bersama Dia serta menerima segala janji-janji Allah? Jelas bukan seperti itu!
Kita masih hidup di dunia, kenyataanya kita bisa menderita, bisa jatuh sakit, bisa mengalami banyak pergumulan hidup, bahkan masih bisa jatuh ke dalam dosa.
Bagaimana mengetahui bahwa kita orang yang sudah percaya kepada Dia, yang saat ini masih hidup di dunia tetapi yakin betul sudah menerima janji-janji Allah? (Janji yang terutama yaitu hidup yang kekal).
Tentu Roh Kudus yang ada di dalam hati kitalah yang bisa menjamin kita memperoleh seluruh janji-janji Allah.
Dengan kata lain Roh Kudus sendiri adalah jaminan kita, meskipun kita saat ini masih hidup di dalam dunia.
Sama halnya dalam dunia kerja, ketika resmi diterima dan akan masuk dalam suatu perusahaan, kita akan menandatangani “surat perjanjian kesepakatan bersama”.
Biasanya isi dalam surat perjanjian kesepakatan itu berisi tentang klausul “janji tentang hak dan kewajiban” yang akan diterima oleh kedua belah pihak, yang ditandatangani diatas materai yang berkop surat perusahaan oleh kedua belah pihak, yaitu pihak pekerja dan pihak perusahaan dan di cap resmi oleh perusahaan.
Apakah ketika kita menandatangani surat perjanjian kesepakatan tersebut, kita otomatis langsung menerima semua hak (gaji) kita pekerja?
Tentu tidak serta merta kita menerima hak kita itu, perlu waktu melakukan kewajiban yang sudah disepakati bersama.
Dengan “surat perjanjian kesepakatan” yang ditandatangani oleh kedua belah pihak diawal, secara resmi kita sudah mendapat “jaminan” oleh perusahaan bahwa kita akan memperoleh hak kita nantinya.
Perlu diketahui, perjanjian yang dilakukan oleh manusia tidaklah sama dengan apa yang di janjikan oleh Roh Kudus.
Sebab manusia bisa saja berjanji, namun tidak ada yang bisa menjamin 100% bahwa manusia pasti bisa menepati janjinya.
Berbeda dengan Roh Kudus, apa yang menjadi ketetapanNya dari semula sebelum dunia dijadikan, dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya.
Jadi pada saat kita percaya kepada Dia, kita tidak perlu takut dan ragu lagi, jika saja kita masih jatuh ke dalam dosa.
Keselamatan itu tetap ada dan tetap berlaku.
Namun demikian bukan berarti ketika hidup kita sudah di jamin oleh Roh Kudus, kita bisa seenaknya melakukan dosa.
Tentu kita juga harus bersyukur dan bertanggungjawab atas kepercayaan yang diberikan oleh Kristus.
Dengan cara; kita tidak boleh berbuat dosa lagi, Iman kita semakin bertambah teguh di dalam Dia dalam segala situasi apapun, karakter dan perbuatan kita berubah seturut pikiran Kristus.
Dengan cara demikian kita sedang menunjukkan kita adalah anak perjanjian atau ahli waris yang memiliki segala berkat-berkat Allah.
Dan lewat hidup kita, banyak orang menjadi percaya kepada Kristus.
Ketika kita sudah percaya kepada Dia, dan pada saat kita jatuh ke dalam dosa, apakah kita ragu akan keselamatan yang kita terima? Bagaimana caranya kita mengetahui bahwa Roh Kudus yang ada didalam hati kita menjamin bahwa kita memperoleh seluruh janji-janji Allah (terutama hidup kekal)? Diskusikan dengan kelompok PA atau Persekutuan kita.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Sebutkan dua hal yang membuat Paulus bersyukur? (ayat 14)
Oleh karena siapa, penderitaan yang dialami oleh Paulus dan rekan sepelayanannya dalam memberitakan firman? (ayat 15)
Ada kekhawatiran di dalam diri Paulus atas tugas beratnya. Apakah itu? (ayat 16)
Apa yang membuat Paulus berbeda dari orang lain dalam hal menyebarkan firman Allah? (ayat 17)
Latar belakang surat ini ditulis untuk menanggapi situasi yang rumit pada masa itu, di antara jemaat, termasuk serangan terhadap otoritas dan integritas Paulus sebagai rasul.
Paulus tidak ingin apa yang sudah dilakukan dan diajarkan selama ini membuat jemaat Korintus menjadi ragu.
Paulus ingin menjelaskan kembali untuk membela dan memperkuat otoritasnya sebagai rasul Kristus.
Paulus menggunakan bahasa dan metafora yang kuat untuk menjelaskan pelayanan dan penderitaannya sebagai hamba Kristus yang sejati.
Dia memahami betul atas apa yang Allah kerjakan buat Kristus, yaitu Allah yang telah membangkitkan Tuhan Yesus, Allah yang sama akan membangkitkan Paulus, juga orang-orang yang percaya kepada Dia.
Dengan kata lain, Paulus menekankan bahwa kebangkitan Yesus adalah jaminan bagi kebangkitan orang-orang percaya.
Dalam menyebarluaskan injil ke banyak daerah termasuk di Korintus, Paulus dan rekannya acap kali mengalami banyak penderitaan.
Tetapi hal itu bukan membuat mereka mundur dalam memberitakan Firman, namun sebaliknya mereka bersukacita, karena penderitaan mereka itu akhirnya membuat banyak orang menjadi percaya kepada Kristus.
Dalam mengemban tugas pelayanannya seiring waktu, Paulus sadar dan mengakui bahwa secara fisik, semua manusia (termasuk Paulus) dari hari ke hari terus mengalami kemerosotan manusia lahiriah atau fisik.
Dan hal itu wajar terjadi, karena setiap hari umur manusia terus bertambah.
Meskipun demikian ia tegaskan bahwa kemerosotan manusia lahiriah bukan berarti manusia batiniah mereka ikut merosot.
Justru sebaliknya Paulus menegaskan bahwa manusia batiniahnya semakin kuat dan diperbaharui dari hari ke hari.
Bahkan kemerosotan fisik atau manusia lahiriah, serta penderitaan yang dialami oleh Paulus dianggap ringan oleh Paulus.
Dia menganggap hal itu mulia dan berdampak kekal. Itu semua ia bisa lalui bukan karena kekuatan manusia, namun semata-mata oleh karena kuasa Roh Kudus yang bekerja di dalam hidup mereka.
Dari kisah perjalanan dan penderitaan Paulus dalam penyebarluasan injil Kristus diatas ada beberapa pelajaran yang kita bisa petik, diantaranya; Kita percaya bahwa kebangkitan Yesus adalah jaminan bagi kita orang-orang percaya bisa bangkit dari setiap masalah, pergumulan atau keterpurukan apapun itu yang hari ini mungkin kita sedang alami.
Kita terus mengalami kemerosotan fisik, tetapi itu bukan berarti secara rohaniah kita juga ikut merosot.
Hendaknya Roh kudus yang kita miliki, itulah yang menyegarkan serta memperbaharui hidup kita, sehingga kita bisa terus semangat, antusias mengiring Tuhan untuk menggenapi janjiNya.
Apa yang hari ini kita sedang alami dalam keseharian kita menjadi pengikut Kristus? Apakah Roh Kudus yang ada dalam hati kita membuat batin kita antusias mengiring Yesus dan terus diperbaharui atau sebaliknya? Diskusikan dengan kelompok PA atau Persekutuan kita.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apa yang diyakini Paulus mengenai penderitaan yang dialami pada zaman sekarang?
Siapa sajakah yang mengeluh dan merasa sakit bersalin?
Bagaimana dengan kita yang telah menerima karunia sulung Roh? Apakah juga mengeluh?
Sesuai dengan ayat yang kita baca, apa yang terjadi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat?
Surat ini dibuat dengan latar belakang kondisi saat dimana jemaat Roma hidup dalam tekanan politik dan sosial di bawah kekuasaan Romawi.
Konsep “kemuliaan” di dunia Romawi erat dengan kejayaan militer dan status sosial, tetapi Paulus menekankan kemuliaan surgawi yang akan datang.
Ia juga memakai gambaran penderitaan ciptaan seperti rasa sakit melahirkan, yang dikenal dalam budaya kuno sebagai penderitaan sementara menuju sukacita.
Dengan itu Paulus menegaskan bahwa penderitaan orang percaya hanyalah proses menuju pembaruan yang lebih besar.
Melalui teks ini Paulus menghibur jemaat Roma bahwa penderitaan bukanlah tanda ditinggalkan Allah, tetapi bagian dari perjalanan menuju kemuliaan.
Ia juga menunjukkan bahwa penderitaan bukan hanya milik manusia, melainkan seluruh ciptaan turut menderita dan menantikan pemulihan.
Di banyak bagian dunia, orang Kristen masih mengalami penganiayaan secara langsung.
Misalnya, dilarang beribadah, ditekan untuk meninggalkan iman, atau bahkan mendapat ancaman kekerasan.
Situasi ini mirip dengan penderitaan jemaat mula-mula, di mana iman kepada Kristus bertabrakan dengan otoritas politik atau agama mayoritas.
Penderitaan yang lain adalah orang-orang percaya hidup dalam sistem yang tidak adil— diskriminasi, penindasan ekonomi, atau politik yang korup.
Walau tidak selalu karena iman mereka, penderitaan ini tetap dirasakan dan menuntut orang percaya untuk hidup setia dan menjadi terang di tengah kegelapan.
Orang percaya juga menderita secara batin—melawan godaan, menghadapi intimidasi rasa bersalah, atau tekanan hidup modern seperti materialisme, individualisme, dan relativisme moral.
Pergumulan ini kadang tidak terlihat, tetapi nyata, dan menuntut ketekunan serta pengharapan dalam Kristus.
Bagaimana dengan kehidupan saudara saat ini?
Di tengah ketidakadilan yang mungkin kita alami di kantor, di lingkungan dimana kita berada, apakah kita menjadi putus asa tanpa pengharapan dan ikut mengeluh dengan situasi yang ada?
Firman Tuhan hari ini mengingatkan kita bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita ketika kita tetap setia.
Penderitaan menguji keyakinan kita bahwa Allah tetap berkuasa atas situasi apapun yang Dia ijinkan terjadi atas hidup kita, atas keluarga kita, atas bangsa kita.
Penderitaan menguatkan otot rohani kita agar menjadi semakin kuat untuk menggenapi panggilan Ilahi dengan sempurna hingga akhir hidup kita.
Diskusikan dengan kelompok PA dan persekutuan kita, mengenai topik ini dengan lebih mendalam. Bagaimana kita bisa praktekkan dalam kehidupan sehari-hari dan berkat apa yang didapat dari melakukan Firman Tuhan ini.
DI DALAM KRISTUS TELAH MENGARUNIAKAN BERKAT ROHANI
Penulis : Anang Kristianto
Pembacaan Alkitab Hari ini :
EFESUS 1:3-11
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apa yang ditentukan Allah oleh Yesus Kristus sejak semula kepada kita?
Apa yang menjadi dasar kita peroleh penebusan yaitu pengampunan dosa?
Apakah Tuhan telah menyatakan rahasia kehendakNya kepada kita?
Di dalam siapakah Paulus dan murid di Efesus mendapat bagian yang dijanjikan?
Dalam perikop yang kita baca hari ini Paulus membuka suratnya dengan sebuah pujian kepada Tuhan karena karya keselamatan di dalam Kristus yang seharusnya membuat kehidupan jemaat Efesus berbeda dengan lingkungannya.
Pada masa itu, jemaat di Efesus hidup di tengah budaya Romawi yang sarat dengan penyembahan kepada dewa dan mencari berkat melalui ritual-ritual duniawi.
Paulus menekankan bahwa berkat sejati bukanlah kekayaan materi atau keberuntungan nasib sesuai standar mereka, melainkan “segala berkat rohani di dalam sorga” yang sudah diberikan Allah di dalam Kristus.
Firman Tuhan melalui Paulus di Efesus 1:3-11 mengubah konsep gaya hidup yang sangat kontras dengan lingkungan sekitar: orang Efesus mencari “berkat” dari kuil Artemis, tetapi Paulus menegaskan bahwa berkat sejati datang dari Allah melalui Kristus.
Orang Efesus mencari berkat materi atau jimat, Paulus menegaskan berkat rohani yang kekal.
Paulus menekankan pengampunan, penebusan, pemilihan, dan warisan surgawi—sesuatu yang tidak bisa diberikan oleh dewa-dewi atau praktik magis.
Bukan nasib, melainkan rencana Allah.
Dunia ini dengan berbagai filsafatnya dibantu dengan kemajuan teknologi informasi dan media tanpa terasa telah membawa banyak pemahaman yang jauh dari kebenaran mengenai berkat.
Manusia jasmani memang membutuhkan materi untuk kebutuhan kehidupan, namun dunia mencoba menawarkan berbagai standar kebutuhan jasmani agar manusia hanya fokus dengan kebutuhan ini.
Keberhasilan hidup ditentukan oleh berkat dari sisi jasmani dan mengabaikan hal kekal yang lebih penting.
Selama kita hidup dalam dunia manusia jasmani kita memang perlu diperhatikan, namun fokus kita sejatinya adalah berkat rohani.
Transformasi kehidupan karena Kristus yang dimulai dari perubahan pola pikir (metanoia) tidak dapat diraih dengan kekayaan materi, itu adalah anugerah dari Tuhan khusus untuk murid-muridNya dan membutuhkan ketaatan untuk kita dapat mengalaminya.
Saudara, Firman Tuhan hari ini mengingatkan kita bersama, bahwa kita ditetapkan untuk mengalami berkat rohani dan sekaligus mengalirkan berkat rohani ini kepada banyak orang yang Tuhan anugerahkan.
Tantangan kita adalah banyak orang di dunia ini lebih fokus kepada berkat jasmani daripada berkat rohani, termasuk orang-orang percaya yang sudah mulai jauh dari kebenaran Firman Tuhan.
Kita membutuhkan kuasa dan hikmatNya.
Diskusikan dengan kelompok PA dan persekutuan kita, mengenai topik ini dengan lebih mendalam. Bagaimana kita bisa praktekkan dalam kehidupan sehari-hari dan berkat apa yang didapat dari melakukan Firman Tuhan ini.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apa yang terjadi bila kita hidup menurut daging?
Siapa yang disebut sebagai anak Allah?
Siapakah yang disebut sebagai ahli waris?
Apakah maksudnya ahli waris?
Dalam budaya Yahudi, hukum Taurat menetapkan bahwa anak sulung mendapat bagian ganda dari warisan (Ulangan 21:17).
Warisan bukan hanya sekadar harta, tetapi juga hak untuk meneruskan nama keluarga, tanah pusaka, dan janji perjanjian Allah.
Jadi, menjadi ahli waris berarti memiliki identitas, kedudukan, dan tanggung jawab.
Dalam budaya Romawi, adopsi (huiothesia dalam bahasa Yunani, yang dipakai Paulus di Roma 8) sangat dikenal.
Seorang anak angkat mendapat hak penuh sebagai anak sah, sama seperti anak kandung.
Bahkan, adopsi sering dilakukan oleh keluarga bangsawan atau kaisar untuk memastikan ada penerus.
Artinya, status seorang ahli waris tidak bisa dibatalkan dan dilindungi hukum.
Ketika Paulus menulis bahwa kita adalah “ahli waris Allah” (Roma 8:17), ia memadukan kedua latar belakang budaya ini: kita diangkat sebagai anak sah oleh Allah melalui Kristus, bukan sekadar tamu atau pengikut.
Status ini tidak dapat digugurkan dan memberi kita hak penuh atas janji Allah.
Warisan yang dimaksud Paulus bukan berupa tanah, kekayaan, atau kedudukan duniawi, melainkan sesuatu yang jauh lebih besar: Hidup kekal (Yohanes 3:16; Roma 6:23). Roh Kudus yang tinggal dalam kita sebagai jaminan (Efesus 1:13-14).
Kemuliaan bersama Kristus—artinya kita akan mengambil bagian dalam kebangkitan dan kemuliaan-Nya (Roma 8:17, 2 Timotius 2:11-12).
Janji Allah dalam Perjanjian Lama yang digenapi dalam Kristus (Galatia 3:29).
Sebagai anak-anak Allah, kita dipanggil untuk hidup sesuai dengan identitas baru ini.
Menjadi “ahli waris” berarti kita memiliki suatu pola pikir yang berbeda, tidak lagi dikuasai oleh pola pikir dunia yang rusak.
Sebaliknya, kita mewarisi dan memiliki pola pikir yang diperlukan untuk mengalami kemuliaan Kristus dalam seluruh aspek kehidupan kita karena posisi sebagai anakNya.
Kemuliaan ini melebihi dari apa yang dunia dapat berikan, namun hal ini dapat kita alami ketika kita terus dibaharui.
Roh Kudus menolong dan memampukan kita untuk tidak hanya menerima apa yang dijanjikanNya tetapi juga mengerti bagaimana menggunakan seluruh berkat yang Tuhan berikan untuk menggenapi panggilan ilahi atas hidup kita.
Saudara, sebagai anak kita mewarisi juga karakter dan kemuliaanNya, selayaknya kita hidup sesuai dengan standar ilahi yang sempurna.
Sebagai ahli waris kita juga membawa nama baikNya.
Bertumbuhlah dalam pengenalan yang lebih dalam lagi akan Bapa dan kebenaranNya, sehingga hidup kita selalu akan lebih baik dari hari ke hari.
Diskusikan dengan kelompok PA dan persekutuan kita, mengenai topik ini dengan lebih mendalam. Bagaimana kita bisa praktekkan dalam kehidupan sehari-hari dan berkat apa yang didapat dari melakukan Firman Tuhan ini.