Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya dan secara khusus hafalkanlah 1 Petrus 2:24.
Coba sebutkan hal-hal apa sajakah yang telah Yesus lakukan bagi kita untuk memikul dosa-dosa kita?
Hal-hal apakah yang kita peroleh bagi tubuh dan jiwa kita setelah Yesus menanggung dosa kita?
Terhadap apakah kita sudah mati agar dapat hidup dalam kebenaran?
Yesus telah menderita dan sampai mati di kayu salib untuk menanggung segala dosa-dosa kita sehingga kita beroleh kehidupan ilahi.
“Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kita pun dia tidak masuk hitungan. Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah.”(Yesaya 53:3-4).
Dalam penderitaan-Nya, Dia tidak berbuat dosa dan tidak ada tipu di dalam mulut-Nya, bahkan ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan caci maki, dan ketika Ia menderita Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkan diri-Nya bahkan nyawa-Nya kepada Bapa sehingga mati di kayu salib.
Tujuan dari hal-hal yang dilakukan oleh Yesus sampai mati di kayu salib adalah agar setiap orang yang percaya kepada Dia dimerdekakan dari dosa dan mengalami kesembuhan dalam jiwa dan tubuh kita.
Kita disembuhkan dari sakit penyakit dan kelemahan tubuh bahkan kita mengalami keselamatan dalam jiwa kita, sehingga oleh bilur-bilur Yesus kita disembuhkan dan kita beroleh hidup yang kekal.
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”(Yohanes 3:16).
“Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh.” (1 Petrus 2:24b).
Dalam hal membangun keserupaan dengan Kristus maka kita harus berbuat hal-hal yang pernah dilakukan oleh Yesus, dimana diantaranya:
Kita mau menderita bersama Yesus dan meneladani penderitaan-Nya sehingga kita mati bagi dosa dan hidup untuk kebenaran.”Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus.”(Roma 6:11).
Ketika kita mengalami kesembuhan oleh bilur-bilur Yesus maka kita harus menceritakan kasih Allah kepada dunia ini serta menyembuhkan orang-orang yang dibelenggu oleh sakit penyakit.”Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat. Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma.”(Matius 10:7-8).
Alamilah kuasa bilur-bilur Yesus yang menyembuhkan dan ceritakanlah kepada dunia akan kuasa bilur-bilur Yesus yang menyembuhkan.
Diskusikanlah dalam komunitas saudara tentang pengalaman saudara terhadap bilur-bilur yang menyembuhkan dan bagaimana Tuhan menyembuhkan orang sakit melalui saudara.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apakah hubungan sunat pada perjanjian dalam dengan baptisan?
Mengapa dosa diibaratkan hutang?
Apakah hubungan pengampunan dengan hutang dosa?
“Kamu juga, meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu dan oleh karena tidak disunat secara lahiriah, telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita, dengan menghapuskan surat hutangyang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita…” (Kolose 2:13-14).
Surat Kolose ditulis oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose, sebuah kota di Asia Kecil.
Jemaat ini menghadapi pengaruh ajaran palsu yang mencoba mencampuradukkan kebenaran Injil dengan filsafat duniawi dan tradisi manusia.
Paulus menegaskan keunggulan Kristus dan karya-Nya yang sempurna, termasuk kematian dan kebangkitan-Nya, sebagai satu-satunya jalan keselamatan.
Dalam Kolose 2:11-15, Paulus menjelaskan bagaimana kematian Yesus di kayu salib menghapus hutang dosa kita dan memberikan kemenangan atas kuasa kegelapan.
Ini adalah kabar baik yang mengubah hidup setiap orang yang percaya.
Saudara, Paulus menggambarkan bagaimana kita, yang dahulu mati secara rohani karena dosa-dosa kita, telah dihidupkan bersama Kristus melalui iman.
Ini terjadi karena kita telah “dikuburkan” bersama Dia dalam baptisan dan “dibangkitkan” bersama Dia melalui kuasa Allah.
Kematian Yesus di kayu salib bukan hanya sekadar peristiwa sejarah, tetapi juga menjadi dasar bagi pengampunan dosa kita.
Hutang dosa yang seharusnya kita tanggung telah dibayar lunas oleh kematian-Nya.
Melalui karya-Nya, kita yang dahulu jauh dari Allah sekarang diperdamaikan dengan-Nya.
Paulus menggunakan gambaran surat hutang, yaitu catatan dosa kita yang seharusnya menuntut pembayaran hukuman.
Yesus menghapus surat hutang itu dengan memakukan-Nya di kayu salib.
Ini berarti bahwa hukuman atas dosa-dosa kita telah ditanggung oleh Yesus, dan kita dibebaskan dari beban itu.
Selain itu, Yesus juga mempermalukan penguasa dan kuasa kegelapan dengan mengalahkan mereka melalui kematian dan kebangkitan-Nya.
Kemenangan ini memberikan kita kebebasan dari belenggu dosa dan kuasa setan.
Implementasi praktis dari kebenaran ini adalah, pertama, kita harus hidup dalam kesadaran bahwa hutang dosa kita telah dibayar lunas oleh Yesus.
Ini seharusnya mendorong kita untuk hidup dalam syukur dan kerendahan hati, bukan lagi dalam rasa bersalah atau ketakutan.
Kedua, kita dipanggil untuk hidup dalam kebebasan yang telah Kristus berikan, yaitu kebebasan dari kuasa dosa dan kuasa kegelapan.
Kita tidak perlu lagi menjadi budak dosa, melainkan dapat hidup dalam kekudusan dan ketaatan kepada Tuhan.
Ketiga, kita harus memberitakan kabar baik ini kepada orang lain, bahwa melalui kematian Yesus, setiap orang dapat menerima pengampunan dosa dan hidup yang baru.
Diskusikan dalam kelompok PA, bagaimana mengalami kemenangan atas dosa setelah tahu hutang dosa sudah dibayar lunas Tuhan Yesus.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Mengapa janda dari seorang nabi mengalami hutang yang besar sehingga anaknya harus diambil sebagai bayaran hutang?
Apakah yang dilakukan Elisa menghadapi masalah hutang?
Apakah sikap janda yang membuat mujizat dapat terjadi?
“Kemudian pergilah perempuan itu memberitahukannya kepada abdi Allah, dan orang ini berkata: “Pergilah, juallah minyak itu, bayarlah hutangmu, dan hiduplah dari lebihnya, engkau serta anak-anakmu”2 Raja-Raja 4:7.
Kitab 2 Raja-raja mencatat berbagai peristiwa dalam sejarah kerajaan Israel dan Yehuda, termasuk kisah-kisah tentang nabi Elisa yang melanjutkan pelayanan Elia.
Dalam 2 Raja-raja 4:1-7, kita menemukan kisah seorang janda miskin yang berada dalam kesulitan besar karena suaminya meninggal dan meninggalkan hutang yang harus dibayar.
Jika hutang itu tidak dilunasi, kedua anaknya akan diambil sebagai budak.
Dalam keputusasaan, janda ini datang kepada Elisa, meminta pertolongan.
Kisah ini menggambarkan betapa Tuhan peduli terhadap orang yang lemah dan tak berdaya, serta kuasa-Nya yang mampu mengubah situasi yang mustahil.
Elisa tidak mengabaikan permintaan janda itu. Ia bertanya apa yang masih dimiliki oleh wanita tersebut.
Janda itu menjawab bahwa ia hanya memiliki sedikit minyak.
Elisa kemudian memberinya instruksi untuk meminjam banyak bejana kosong dari tetangga-tetangganya, menuangkan minyak yang sedikit itu ke dalam bejana-bejana tersebut, dan menjual minyak itu untuk melunasi hutangnya.
Apa yang terjadi selanjutnya adalah mujizat: minyak itu terus mengalir sampai semua bejana terisi penuh.
Dengan menjual minyak tersebut, janda itu tidak hanya mampu melunasi hutangnya, tetapi juga memiliki sisa untuk menghidupi keluarganya.
Kisah ini menunjukkan bahwa Tuhan sanggup menyediakan jalan keluar di tengah kesulitan finansial.
Kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya iman dan ketaatan.
Janda itu taat kepada perkataan Elisa, meskipun instruksinya mungkin terlihat tidak masuk akal.
Ia tidak ragu untuk meminjam bejana-bejana kosong dan melakukan apa yang diperintahkan.
Iman dan ketaatannya membuka jalan bagi Tuhan untuk bekerja secara ajaib dalam hidupnya.
Ini mengingatkan kita bahwa Tuhan seringkali meminta kita untuk mengambil langkah iman, bahkan ketika situasi terlihat mustahil.
Ketika kita taat dan percaya, Tuhan akan menyediakan segala kebutuhan kita sesuai dengan waktu dan cara-Nya.
Saudara, berikut implementasi praktis.
Pertama, kita harus datang kepada Tuhan dalam doa ketika menghadapi masalah keuangan atau hutang, percaya bahwa Dia peduli dan sanggup menolong.
Kedua, kita perlu taat kepada firman Tuhan dan petunjuk-Nya, meskipun itu terlihat sulit atau tidak masuk akal.
Ketiga, kita harus menggunakan berkat yang Tuhan berikan dengan bijaksana, seperti janda itu yang menggunakan minyak untuk melunasi hutang dan memenuhi kebutuhan keluarganya.
Terakhir, kita juga diajak untuk menjadi saluran berkat bagi orang lain, seperti tetangga-tetangga janda itu yang meminjamkan bejana kosong.
Dengan demikian, kita tidak hanya menjadi penerima berkat, tetapi juga alat Tuhan untuk memberkati sesama.
Diskusikan dengan rekan-rekan PA, bagaimana supaya kita mengalami terobosan seperti seorang janda yang berhutang.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Mengapa Musa menasihati bangsa Israel tidak melupakan Tuhan saat sudah tinggal di tanah perjanjian?
Apakah yang Tuhan ingin bangsa Israel ingat saat di padang gurun?
Apakah yang dimaksud dengan kekuatan untuk memperoleh kekayaan?
“Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini.” (Ulangan 8:18).
Dalam kitab Ulangan, Musa mengingatkan bangsa Israel tentang perjalanan mereka di padang gurun selama 40 tahun.
Mereka mengalami banyak tantangan, tetapi Tuhan selalu menyertai dan memenuhi kebutuhan mereka.
Musa menekankan pentingnya untuk tidak melupakan Tuhan ketika mereka masuk ke Tanah Perjanjian, sebuah tempat yang berlimpah susu dan madu, di mana mereka akan menikmati kekayaan dan kemakmuran.
Latar belakang ini menjadi dasar bagi peringatan yang diberikan dalam Ulangan 8:11-18, di mana Musa mengingatkan mereka agar tidak menjadi sombong dan melupakan sumber segala berkat yang mereka terima.
Dalam ayat 11-14, Musa memperingatkan agar bangsa Israel tidak melupakan Tuhan ketika mereka sudah menikmati kekayaan dan kemakmuran.
Kecenderungan manusia adalah merasa bahwa kekuatan dan kemampuan merekalah yang menghasilkan segala sesuatu.
Ketika hidup dalam kenyamanan, mudah bagi kita untuk lupa bahwa Tuhanlah yang memberikan kekuatan untuk memperoleh kekayaan.
Musa mengingatkan bahwa kemakmuran bisa menjadi ujian bagi iman, apakah kita tetap mengandalkan Tuhan atau justru menjauh dari-Nya.
Musa mengingatkan bangsa Israel tentang bagaimana Tuhan memelihara mereka di padang gurun.
Tuhan memberikan manna, air dari batu, dan melindungi mereka dari bahaya.
Semua ini menunjukkan bahwa kekayaan dan kemakmuran bukanlah hasil usaha manusia semata, melainkan anugerah dari Tuhan.
Musa menegaskan bahwa Tuhan membawa mereka melalui proses yang sulit untuk merendahkan hati mereka dan menguji iman mereka, agar mereka menyadari bahwa hidup mereka bergantung sepenuhnya pada Tuhan.
Musa menegaskan bahwa kekuatan untuk memperoleh kekayaan datang dari Tuhan.
Bukan karena kekuatan atau kepintaran kita, melainkan karena Tuhanlah yang memberikan kemampuan itu.
Saudara, marilah kita selalu rendah hati dan mengakui bahwa segala berkat yang kita miliki adalah pemberian Tuhan.
Ketika kita diberkati, janganlah kita menjadi sombong, tetapi gunakanlah kekayaan itu untuk memuliakan Tuhan dan menjadi berkat bagi sesama.
Dengan demikian, kita akan tetap setia dan bersyukur kepada-Nya dalam segala keadaan.
Diskusikan dalam kelompok PA saudara, apakah yang dimaksud dengan kekuatan untuk memperoleh kekayaan.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Daud menyebut Tuhan adalah gembala-Ku. Apakah maksud penggunaan “ku” pada kata gembala. Apakah hubungan kasih Allah dengan Pengampunan?
Mengapa Daud tidak akan kekurangan?
Kalau Tuhan menjadi gembala kita, apakah yang kita butuhkan lagi?
“Tuhan adalah gembala-ku, takkan kekurangan aku.” (Mazmur 23:1).
Mazmur 23 menggambarkan Tuhan sebagai Gembala yang bertanggung jawab penuh atas kehidupan domba-Nya.
Dalam Perjanjian Baru, Yesus menyatakan diri-Nya sebagai “Gembala yang Baik” (Yohanes 10:11) yang menyerahkan nyawa-Nya bagi domba-Nya.
Ketika Daud berkata, “takkan kekurangan aku,” ia merujuk pada pemeliharaan Allah yang menyeluruh: makanan, perlindungan, pemulihan, dan tuntunan (Mazmur 23:2-3).
Yesus, sebagai penggenapan janji ini, menjamin bahwa siapa yang datang kepada-Nya tidak akan hidup dalam kekurangan rohani maupun jasmani (Filipi 4:19).
Seringkali, perasaan “kekurangan” muncul ketika kita membandingkan diri dengan standar dunia atau berfokus pada keinginan yang tidak terpenuhi.
Namun, Daud menegaskan bahwa kunci keberlimpahan terletak pada hubungan dengan Gembala, bukan pada kepemilikan materi.
Yesus mengingatkan kita: “mencari kerajaan-Nya harus menjadi yang utama, maka semua yang lain akan ditambahkan kepadamu” (Matius 6:33).
Ketika kita meletakkan Yesus sebagai pusat hidup, kita belajar melihat bahwa kasih karunia-Nya lebih dari cukup—bahkan dalam masa sulit sekalipun (2 Korintus 12:9).
Dunia menawarkan kepuasan semu melalui harta, status, atau kesenangan, tetapi semua itu bersifat sementara.
Yesus, sebagai Gembala Sejati, memberikan kepenuhan yang abadi: damai sejahtera di tengah badai (Yohanes 14:27), sukacita dalam penyerahan (Filipi 4:4), dan pengharapan yang tak pudar (Roma 15:13).
Daud menyadari hal ini ketika ia menulis, “Takkan kekurangan aku”—bukan karena hidupnya sempurna, tetapi karena ia percaya bahwa Allah mengatur langkahnya.
Demikian pula, dalam Yesus, kita menemukan bahwa diri-Nya sendiri adalah sumber segala sesuatu.
Mazmur 23:1 bukanlah janji bahwa hidup akan bebas masalah, tetapi jaminan bahwa dalam setiap musim, Yesus sang Gembala akan memenuhi kita dengan kasih karunia yang cukup.
Ketika kita berjalan dekat dengan-Nya, kita belajar berkata seperti Paulus: “Aku tahu apa itu kekurangan dan kelimpahan… Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku”(Filipi 4:12-13).
Percayalah: dalam Yesus, kita tidak akan pernah ditinggalkan-Nya kekurangan.
Jika kita merasa “tidak kekurangan” dalam Kristus, bagikanlah kasih-Nya kepada orang lain melalui pelayanan, dukungan, atau kata-kata pengharapan (2 Korintus 9:8).
Diskusikan dengan pembimbingmu, bagaimana caranya dapat membangun hubungan dengan Tuhan sebagai gembala yang menyediakan segala keperluan kita.