Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya memahaminya dan secara khusus hafalkanlah Roma 16:19.
Terhadap ajaran apakah yang harus kita waspada dan hindari sehingga tidak terjadi perpecahan dan penipuan?
Bagaimanakah sikap kita terhadap ajaran kebenaran sehingga kita bersih dan bijaksana terhadap hal-hal yang jahat?
Apakah akibat dari ketaatan kita terhadap ajaran dari jalan-jalan Tuhan?
Pada hari-hari terakhir di akhir zaman ini dunia sedang mengalami masa-masa sukar, dimana hadirnya kehidupan duniawi di berbagai bangsa dimana mereka takluk kepada roh-roh dunia ini yang membuat dunia ini dikuasai oleh yang jahat.
”Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah. Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu!”(2 Timotius 3:1-5).
Roh-roh dunia yang sedang bekerja itu dapat mempengaruhi kehidupan kita jika kita tidak menyadarinya sehingga geng dapat bersikap yang sama seperti dunia ini.
Nasehat Tuhan agar kita menjauhi mereka.
Beberapa hal yang harus kita lakukan sehingga kita menang terhadap roh-roh dunia ini yang dapat membuat kita menjadi duniawi:
Kita harus mau menderita dan memikul salib karena iman kita kepada Yesus Kristus. ”Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya, sedangkan orang jahat dan penipu akan bertambah jahat, mereka menyesatkan dan disesatkan.”(2 Timotius 3:12-13).
Kita harus berpegang dan berjalan dalam kebenaran firman Tuhan agar kita beroleh hikmat untuk menghadapi serta menaklukkan dunia ini. ”Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus.”(2 Timotius 3:15).
Kita harus hidup dalam ketaatan kepada Tuhan agar memiliki hidup saleh dan dapat menaklukkan dunia ini karena ketaatan kita seperti Yesus taat kepada Bapa. ”Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus, dan kami siap sedia juga untuk menghukum setiap kedurhakaan, bila ketaatan kamu telah menjadi sempurna.”(2 Korintus 10:5-6).
Diskusikanlah dalam komunitas Saudara bagaimana Saudara senantiasa hidup dalam ketaatan kepada Tuhan dalam segala hal untuk menaklukkan dunia ini.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya memahaminya dan secara khusus hafalkanlah 1 Korintus 2:4.
Apakah hal yang dirasakan oleh Rasul Paulus ketika datang kepada jemaat di Korintus?
Dengan hikmat dan perkataan dari siapakah yang digunakan oleh Rasul Paulus untuk menghadapi jemaat Korintus?
Kekuatan siapakah yang bekerja dan diandalkan oleh Rasul Paulus dalam menyampaikan kesaksian Allah kepada jemaat Korintus?
Tuhan sedang membawa kita untuk menjadi kepala dan bukan menjadi ekor namun untuk mewujudkannya bukan karena kekuatan kita tetapi oleh kekuatan Roh Kudus.
Sebab kita harus menghadapi roh-roh dunia ini yang ingin menghambat kita dalam merealisasikannya.
Oleh karena itu, ada beberapa hal yang harus kita pahami untuk mewujudkannya:
Kita harus bergerak dengan keyakinan bahwa didalam diri kita ada Roh Kristus yang posisinya lebih besar dari roh-roh di dunia ini sehingga kita dapat menyingkirkan kekuatan dunia ini, rasa tidak berdaya, tidak mampu, tidak mungkin dan tidak bisa. ”Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus. Tetapi jika Kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran.”(Roma 8:9-10). ”Kamu berasal dari Allah, anak-anakku, dan kamu telah mengalahkan nabi-nabi palsu itu; sebab Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia.”(Yohanes 4:4).
Roh Kristus yang ada di dalam kita membuat kita dapat berjalan dalam kebenaran yang dapat membuat kita dapat bergerak dengan Imannya anak Allah. ”namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.”(Galatia 2:20). ”Ia berkata kepada mereka: “Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, –maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.” (Matius 17:20).
Kita berjalan, berkata-kata dan bertindak dengan kekuatan Roh yang senantiasa menyertai kehidupan kita. ”Ialah membuat kami juga sanggup menjadi pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru, yang tidak terdiri dari hukum yang tertulis, tetapi dari Roh, sebab hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan.”(2 Korintus 3:6).
Kita sudah memiliki Roh Kristus, Firman hidup untuk bergerak mewujudkan menjadi kepala bukan ekor namun marilah kita andalkan kekuatan Roh Allah untuk semua ketetapan Allah digenapi dalam hidup kita.
Diskusikanlah dalam komunitas Saudara bagaimana pengendalian Saudara terhadap kekuatan Roh Kudus untuk terwujudnya janji-janji Allah dalam hidup Saudara.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya memahaminya dan secara khusus hafalkanlah 1 Yohanes 2:15.
Mengapa Allah melarang kita untuk mengasihi dunia dengan segala apa yang ada didalamnya?
Berasal dari siapakah semua yang ada di dalam dunia ini, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup?
Apakah yang akan dialami oleh orang-orang yang hidupnya melakukan kehendak Allah?
Dunia ini sedang lenyap dengan segala keinginannya.
Oleh sebab itu, Tuhan melarang kita untuk mengasihi dunia ini dengan segala yang ada di dalamnya supaya kita tetap hidup selama-lamanya.
”Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.”(1 Yohanes 2:15-17).
Agar kita tidak mengasihi dunia ini maka kita harus dipenuhi oleh pemahaman tentang bahwa Allah mengasihi kita.
Dengan dipenuhi oleh Kasih Allah maka kita tidak memerlukan kasih dari dunia ini dan juga tidak mengasihi dunia ini namun dipenuhi oleh pengenalan akan kasih Allah yang sempurna.
”Dan Ia, Tuhan kita Yesus Kristus, dan Allah, Bapa kita, yang dalam kasih karunia-Nya telah mengasihi kita dan yang telah menganugerahkan penghiburan abadi dan pengharapan baik kepada kita, kiranya menghibur dan menguatkan hatimu dalam pekerjaan dan perkataan yang baik.”(2 Tesalonika 2:16-17).
”Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah.”(Efesus 3:18-19).
Pemahaman akan kasih Allah kepada kita membuat kita tahu bahwa ketika kita lahir baru memiliki kemampuan ilahi yang membuat hati dapat mengasihi Allah dan luput dari hawa nafsu dunia ini.
”Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya.”(Yehezkiel 36:27).
”Karena kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib. Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia.”(2 Petrus 1:3-4).
Pemahaman ini membuat kita senantiasa terhubung dengan Roh Kristus yang membuat kita terus mencintai Tuhan dan membenci dunia ini dengan yang ada di dalamnya yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup.
”namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.”(Galatia 2:20).
Diskusikanlah dalam komunitas Saudara bagaimana Saudara tetap teguh dan konsisten tidak mengasihi dunia ini karena memahami tentang kehidupan Kristus dalam batin Saudara.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apakah ada area dalam hidupku dimana aku masih hidup seperti “hamba” yang takut, padahal Tuhan sudah mengangkatku sebagai “anak”?
Bagaimana kehadiran “Roh Anak-Nya” dalam hatiku mempengaruhi caraku memandang dan memanggil Allah dalam doa sehari-hari?
Aturan atau tradisi “agama” apa yang kuanggap wajib, yang sebenarnya justru menutupi kasih karunia dan kebenaran yang Kristus berikan?
“Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: “ya Abba, ya Bapa!” (Galatia 4:6).
Jemaat Galatia mengalami kebingungan identitas.
Mereka telah mengalami kebebasan yang membawa sukacita ketika pertama kali percaya kepada Kristus -Galatia 4:15.
Namun, kemudian datanglah orang-orang yang meyakinkan mereka bahwa pengalaman kasih karunia itu belum cukup.
Mereka diajar bahwa untuk benar-benar menjadi umat Allah, mereka harus memenuhi serangkaian aturan dan ritual keagamaan.
Pada dasarnya, mereka diajak untuk menukar hubungan yang hidup dan berdasarkan iman dengan sebuah sistem agama yang kaku dan berdasarkan performa.
Mereka seperti seorang anak angkat yang sudah diberi kebebasan dan warisan penuh, tetapi memilih untuk kembali hidup di bawah peraturan pengasuh yang ketat karena merasa tidak layak.
Paulus menjelaskan bahwa sebelum Kristus, seluruh umat manusia pada dasarnya berada dibawah “perwalian”.
Bagi orang non-Yahudi, itu adalah penyembahan berhala.
Bagi orang Yahudi, itu adalah Hukum Taurat.
Keduanya adalah sistem yang “lemah dan miskin” karena tidak dapat mengubah hati atau memberikan hidup yang kekal.
Mereka hanya menunjukkan dosa, tetapi tidak menyelesaikannya.
Namun, Kristus datang untuk “menebus” kita. Ia membayar lunas harga untuk kebebasan kita.
Hasilnya bukan sekadar kita dibebaskan dari penjara, tetapi kita diangkat menjadi anak-anak Allah.
Status kita berubah secara radikal: dari budak menjadi ahli waris yang berhak atas segala janji Allah.
Lalu, bagaimana kita bisa yakin bahwa status kita sudah berubah? Buktinya adalah kehadiran “Roh Anak-Nya” di dalam hati kita.
Roh Kudus adalah pribadi yang sama dengan Roh Kristus.
Ketika Kristus tinggal di dalam kita melalui Roh-Nya, Dia mengubah cara kita berhubungan dengan Allah.
Kita tidak lagi memandang-Nya sebagai Hakim yang menakutkan atau Majikan yang keras, tetapi sebagai “Abba, Bapa” yang penuh kasih.
Seruan “Abba” ini adalah karya Roh yang membuktikan bahwa kita adalah anak-anak-Nya.
Ini adalah bisikan Allah dari dalam hati yang meyakinkan kita bahwa kita diterima, dikasihi, dan dimiliki oleh-Nya.
Hidup dalam kebenaran ini berarti:
Pertama, hiduplah sesuai dengan statusmu. Anda adalah anak Raja, bukan budak yang hina.
Itu berarti Anda dapat menghadap Bapa dengan penuh kepercayaan diri dan keyakinan akan kasih-Nya, sekalipun mungkin Anda jatuh dalam dosa.
Kedua, andalkanlah Roh yang ada di dalammu.
Kekuatan untuk hidup kudus bukan berasal dari usaha kita menaati aturan, tetapi dari penyerahan diri kepada Roh Kristus yang tinggal di dalam.
Biarkan Dia yang memimpin dan mengubah Anda dari dalam.
Ketiga, jangan kembali kepada perhambaan.
Waspadalah terhadap kecenderungan untuk menjadikan kesalehan pribadi, tradisi, atau aktivitas agama sebagai ukuran penerimaan Allah.
Tuhan sudah menerima Anda bukan karena apa yang Anda lakukan, tetapi karena apa yang telah Kristus lakukan.
Tugas Anda adalah mempercayai-Nya dan membiarkan Roh-Nya mengubah Anda menjadi semakin serupa dengan Sang Anak.
Diskusikan dalam kelompok PA, bagaimana supaya kehadiran Roh Kristus menjadi realita dalam kehidupan sehari-hari.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apakah dalam kehidupan sehari-hari saya lebih sering merasa seperti seorang “hamba” yang takut dihukum atau seperti seorang “anak” yang dikasihi dan dekat dengan Bapa?
Kapan terakhir kali saya benar-benar merasakan keintiman untuk memanggil Allah “Abba, Bapa” dalam doa saya?
Bagaimana Roh Kudus biasanya “bersaksi” dan meyakinkan saya bahwa saya adalah anak Allah, terutama saat saya merasa lemah dan gagal?
“Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah”. (Roma 8:16).
Bagi banyak orang di jaman Rasul Paulus, hubungan dengan Allah adalah sesuatu yang jauh, formal, dan transaksional.
Mereka harus datang kepada Allah melalui perantara, mempersembahkan korban, dan taat pada banyak peraturan dengan harapan agar Dia berkenan.
Gambaran tentang Allah lebih seperti seorang Hakim yang agung atau Raja yang jauh.
Dalam konteks inilah Paulus menulis suratnya kepada jemaat di Roma. Ia ingin meluruskan pemahaman yang keliru ini.
Melalui Kristus, segalanya telah berubah.
Injil yang dibawa Paulus bukanlah tentang peraturan baru, tetapi tentang sebuah hubungan yang baru.
Sebuah hubungan yang begitu dekat dan intim, yang dipermudah oleh karya Roh Kudus di dalam hati setiap orang percaya.
Paulus menggunakan dua istilah yang bertolak belakang: “roh perhambaan” dan “Roh yang menjadikan kamu anak Allah”.
Hidup dalam “roh perhambaan” adalah hidup yang penuh beban.
Kita merasa harus membuktikan diri, takut melakukan kesalahan, dan selalu was-was akan penghukuman.
Itu adalah kehidupan yang melelahkan.
Tetapi, Roh yang diberikan Allah kepada kita adalah Roh yang membebaskan.
Dia tidak menjadikan kita hamba, tetapi anak-anak-Nya.
Seorang anak tidak perlu membuktikan apapun untuk dicintai ayahnya.
Kasih itu sudah pemberian. Statusnya sudah pasti.
Inilah yang Roh Kudus kerjakan: Dia mengubah mentalitas kita dari mentalitas hamba yang takut menjadi mentalitas anak yang tahu bahwa ia diterima dan dikasihi.
Bukti paling nyata bahwa kita adalah anak-anak adalah keintiman kita dengan Bapa.
Roh Kudus mengajarkan mulut kita untuk memanggil “Abba, ya Bapa!”.
Ini adalah seruan yang spontan, penuh kepercayaan, dan kasih.
Ini adalah doa yang keluar dari hati seorang anak yang tahu ia dipeluk oleh ayahnya.
Di saat-saat ketika kita ragu, ketika dosa membuat kita merasa tidak layak, atau ketika keadaan terasa berat, Roh Kudus tidak diam.
Dia “bersaksi bersama-sama dengan roh kita”.
Dia membisikkan kebenaran ke dalam hati kita, mengingatkan kita akan janji-janji Firman Tuhan, dan meyakinkan kita bahwa kita tetap adalah anak-anak Allah yang berharga, sekalipun perasaan kita berkata lain.
Lalu, bagaimana kita hidup sebagai anak-anak Allah sehari-hari?
Pertama, tolaklah mentalitas hamba.
Ketika Anda berdoa, ingatlah bahwa Anda datang kepada seorang Bapa, bukan kepada seorang hakim yang menunggu untuk menghakimi kesalahan Anda.
Kedua, praktikkan keintiman dengan memanggil “Abba, Bapa”.
Jadikan ini sebagai bagian dari doa-doa pribadi Anda.
Ungkapkan hati Anda kepada-Nya dengan jujur dan percaya, seperti seorang anak bercerita kepada ayahnya yang dikasihi.
Ketiga, peganglah kesaksian Roh.
Saat keraguan dan ketakutan datang, jangan andalkan perasaan.
Berpeganglah pada kebenaran Firman Tuhan dalam Roma 8:16. Katakan, “Roh Allah bersaksi bahwa saya adalah anak-Nya.”
Biarkan kebenaran ini yang membentuk identitas, harga diri, dan keberanian Anda.
Hidup dalam realitas sebagai anak Allah akan mengubah cara Anda menghadapi setiap tantangan kehidupan.
Diskusikan dalam kelompok PA, bagaimana caranya menyadari posisi sebagai anak Allah secara konsisten.