Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Ketika Roh kudus turun, apa yang terjadi atas kumpulan orang yang telah percaya itu? (ayat 32)
Apa dampak yang terjadi dalam kumpulan jemaat, pada saat itu (ayat 33)
Adakah diantara kumpulan jemaat yang kekurangan, pada saat jemaat saling berbagi? (ayat 34a)
Mengapa pemberian yang diperoleh diantara jemaat diserahkan pada rasul-rasul? (ayat 35)
Pada saat peristiwa pentakosta terjadi, dimana terjadi pencurahan Roh Kudus turun atas para Rasul, mereka dengan berani memberitakan Firman Allah yang kemudian berdampak kepada pertambahan jumlah jemaat yang percaya kepada Kristus Yesus.
Kepercayaan kepada Firman Allah-lah yang membuat jemaat mula-mula bisa sehati dan sejiwa diantara mereka.
Apakah zaman sekarang sehati dan sejiwa diantara jemaat yang percaya kepada Kristus masih relevan? Ya, masih relevan.
Namun kita dengan jujur mengatakan bahwa hal tersebut tidak mudah dan tidak banyak kita temukan sekelompok orang beriman atau jemaat yang sehati dan sejiwa seperti kehidupan jemaat mula-mula.
Kita harus paham dan sadar bahwa Firman Allah-lah yang mempersatukan kita.
Kita tidak lagi fokus kepada perbedaan, seperti beda usia, beda jenis kelamin, beda senioritas dalam ikut Tuhan, perbedaan ekonomi, perbedaan status sosial.
Tetapi kita harus lebih fokus kepada kesatuan tubuh, roh, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua (Lihat Efesus 4:4-6).
Jika kita mengetahui bahwa Firman Allah yang sudah mempersatukan kita, maka jemaat otomatis memiliki gaya hidup memberi.
Memberi dengan apa yang kita miliki. Itu adalah salah satu tanda perwujudan kesehatian dalam jemaat.
Jadi tidak mungkin orang benar atau jemaat yang percaya kepada Firman Allah tidak mau berbagi kepada jemaat yang tidak mampu.
Namun perlu diingat, prinsip cara hidup berbagi pada era jemaat mula-mula bukan merupakan suatu keharusan atau sesuatu yang dipaksakan tetapi murni berdasarkan hati yang sukarela.
Dan prinsip berbagi tersebut bukan berbicara “kesamarataan, tetapi berbicara keseimbangan.”
Artinya biarpun ada jemaat yang kaya menjual harta miliknya, namun itu tidak berarti seluruh harta miliknya juga di jual untuk orang yang membutuhkan, tetap orang kaya tersebut masih memiliki harta lainnya.
Begitu pula dengan orang yang kurang mampu tidak menuntut agar orang yang mampu atau orang kaya memberi dan membagikan seluruh harta mereka, agar orang yang kurang mampu itu menjadi sama dengan orang yang mampu.
Orang yang memiliki banyak harta harus ingat, bahwa mereka harus juga memberi lebih banyak dibandingkan orang yang kurang mampu.
Agar terjadi “keseimbangan, tidak ada seorangpun yang berkekurangan diantara mereka” (lihat Kisah Para Rasul 4:34a).
Kemana sebaiknya kita membagikan atau menyerahkan harta milik kita?
Bisa langsung kepada orang, jemaat yang membutuhkan disekitar kita, anggota PA, anggota persekutuan atau jemaat kita.
Namun pada konteks ayat yang kita baca (lihat Kisah Para Rasul 4:35) jemaat mula-mula meletakkan di depan kaki rasul-rasul.
Hal itu dimaksudkan bukan untuk memperkaya para rasul atau hamba Tuhan, gereja, namun agar pemberian seluruh jemaat dapat dikelola dengan baik, bijaksana dan rapi untuk dibagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluan jemaat.
Selain itu juga untuk menghindari “dominasi dan ketergantungan” si pemberi terhadap orang yang di beri.
Jadi dengan demikian terhindarkan orang-orang yang memiliki harta banyak untuk dianggap “orang yang paling berjasa” untuk jemaat yang kurang mampu.
Diskusikan dengan kelompok PA dan persekutuan kita. Sesuai dengan perikop ayat renungan yang kita baca hari ini, apakah kita sudah belajar dan rela hati memberi dengan harta yang kita miliki, sebagai perwujudan bahwa kita sudah sehati dan sejiwa dengan anggota tubuh Kristus yang memerlukan?
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Menjadi teladan dalam hal apa saja kita harus senantiasa?
Apa yang harus kita tekuni sesuai surat Paulus ini?
Apa yang harus kita lakukan dengan karunia yang Tuhan berikan?
Timotius adalah seorang pemimpin muda gereja di Efesus yang menjadi murid dan mitra pelayanan Paulus (Kisah Para Rasul 16:1-3).
Sebagai pemimpin muda, Timotius mungkin merasa dirinya kurang berpengalaman atau tidak dihormati oleh jemaat yang lebih tua.
Oleh karena itu, Paulus menulis surat ini untuk memberikan arahan dan dorongan kepada Timotius.
Paulus menekankan bahwa kepemimpinan rohani tidak hanya soal usia atau status, tetapi tentang karakter dan integritas.
Timotius harus menjadi teladan dalam lima aspek utama: perkataan, tingkah laku, kasih, kesetiaan, dan kesucian.
Tugas utama Timotius adalah membaca, mengajar, dan memberitakan firman Tuhan.
Ini menunjukkan bahwa firman Tuhan adalah fondasi utama pelayanan gereja.
Paulus juga mengingatkan Timotius untuk tidak melalaikan karunia rohani yang telah diberikan kepadanya melalui nubuat dan penumpangan tangan.
Ini menunjukkan bahwa setiap pemimpin gereja memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan potensi spiritualnya.
Setiap orang percaya, terutama pemimpin gereja, harus terus mengembangkan karunia rohani yang telah diberikan Allah.
Ini membutuhkan disiplin dan kerja keras.
Kita harus menjaga integritas pribadi sambil memastikan bahwa ajaran yang disampaikan sesuai dengan firman Tuhan.
Kedua hal ini sangat penting untuk pertumbuhan rohani gereja.
Secara khusus, karunia rohani adalah pemberian dari Tuhan untuk membangun tubuh Kristus atau gereja lokal dimana kita ditempatkan.
Karunia-karunia yang diberikan kepada kita adalah bentuk kepercayaan Allah kepada kita gerejaNya.
Tentunya kita harus menggunakannya seperti yang dikehendakiNya.
Ingatlah akan perumpamaan hamba dengan talenta yang diberikan tuannya.
Tuhan kita ingin semua talenta yang dipercayakan digunakan dan dilipatgandakan, bukan untuk disimpan sendiri.
Suatu saat Tuhan akan meminta pertanggungjawaban kepada kita, sama seperti tuan yang meminta pertanggungjawaban atas setiap talenta yang dipercayakannya.
Bagaimana dengan kita hari ini? Sudahkah kita melayani sesuai talenta dan karunia yang Tuhan percayakan?
Apakah kita setia dengan sedikit talenta yang Tuhan percayakan?
Tidak masalah kecil atau besar, suatu waktu Tuhan akan mempercayakan lebih banyak lagi karena kesetiaan kita mulai dari hal sederhana untuk menggunakan talenta tersebut bagi rencanaNya.
Diskusikan dengan kelompok PA dan persekutuan kita, bahwa adakah manusia yang tidak pernah berbuat dosa? Siapakah yang sanggup menebus dosa kita? Dan diskusikan hal apa yang harus kita lakukan agar dosa kita ditebus dan kita beroleh keselamatan.
RAHASIA YANG DINYATAKAN DI DALAM ROH KEPADA PAULUS
Penulis : Anang Kristianto
Pembacaan Alkitab Hari ini :
EFESUS 3:1-6
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apakah yang dipercayakan Allah kepada Paulus (ayat 2)?
Bagaimana rahasia Kristus dinyatakan kepada Paulus?
Apakah yang sekarang dinyatakan di dalam Roh kepada rasul dan nabiNya?
Apakah orang-orang bukan Yahudi seperti kita turut menjadi ahli waris dan janji yang diberikan dalam Kristus Yesus?
Jemaat Efesus adalah komunitas Kristen mula-mula yang terletak di kota Efesus, sebuah pusat perdagangan dan kebudayaan besar di wilayah Asia Kecil.
Jemaat ini didirikan oleh Paulus selama pelayanannya di sana (Kisah Para Rasul 19).
Salah satu tantangan utama dalam gereja mula-mula adalah ketegangan antara orang Yahudi dan bukan Yahudi mengenai status mereka di dalam Kerajaan Allah.
Banyak orang Yahudi merasa bahwa mereka memiliki hak istimewa lebih tinggi sebagai “umat pilihan Tuhan” berdasarkan hukum Taurat dan tradisi mereka.
Sementara itu, orang-orang bukan Yahudi sering kali merasa diri mereka inferior atau kurang layak dibandingkan dengan orang Yahudi.
Paulus menulis surat ini untuk menegaskan bahwa baik Yahudi maupun bukan memiliki kedudukan yang sama di dalam Kristus melalui anugerah Allah.
“Rahasia tentang Kristus” (ayat 4): Kata “rahasia” (mysterion) dalam bahasa Yunani berarti sesuatu yang sebelumnya tersembunyi tetapi sekarang dinyatakan oleh Tuhan.
Dalam konteks ini, “rahasia” merujuk pada rencana ilahi bahwa bangsa-bangsa bukan Yahudi juga termasuk dalam keselamatan melalui Kristus.
Paulus menegaskan bahwa melalui Kristus, semua orang adalah setara dalam hal keselamatan.
Tidak ada lagi perbedaan status atau hak istimewa berdasarkan etnisitas atau tradisi.
Ayat 6 (“turut menjadi ahli waris”) menunjukkan bahwa semua orang percaya, tanpa memandang latar belakang mereka, memiliki bagian yang sama dalam janji-janji Allah.
Dalam gereja lokal, kita harus menolak segala bentuk diskriminasi berdasarkan ras, etnisitas, gender, atau status sosial.
Semua orang percaya adalah anggota tubuh Kristus yang setara.
Untuk memahami kebenaran rohani, kita membutuhkan bimbingan Roh Kudus.
Firman Tuhan harus dibaca dan dipelajari dengan hati yang terbuka terhadap penyataan ilahi.
Persoalannya adalah bagaimana kita terus mempelajari kebenaran Firman Tuhan agar semakin memahami kebenaran demi kebenaran yang Roh Kudus terus nyatakan dalam kehidupan kita?
Kelompok pemuridan dan persekutuan membuat kita terus mempelajari FirmanNya.
Tentunya tidak hanya rahasia mengenai status kita dihadapan Tuhan, tetapi juga banyak “rahasia” lain untuk bagaimana kita menggenapi janjiNya.
Diskusikan dengan kelompok PA dan persekutuan kita, mengenai topik ini dengan lebih mendalam. Bagaimana kita bisa praktekkan dalam kehidupan sehari-hari dan berkat apa yang didapat dari melakukan Firman Tuhan ini.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apakah Injil yang kita beritakan atau diberitakan Paulus adalah injil manusia?
Melalui apa Paulus menerima Injil yang diberitakannya?
Seperti apa kehidupan Paulus pada waktu dalam agama Yahudi?
Menurut Paulus sejak kapan Tuhan memilihnya?
Jemaat Galatia adalah komunitas Kristen mula-mula yang tinggal di wilayah Galatia (sekarang Turki modern).
Mereka terdiri dari orang-orang non-Yahudi yang telah menerima Injil Kristus melalui pemberitaan Paulus.
Mengapa surat ini ditulis?
Menurut referensi setelah Paulus meninggalkan Galatia, kelompok “pengajar palsu” datang dan mulai mengajarkan bahwa untuk diselamatkan, orang Kristen harus menaati hukum Taurat, termasuk sunat dan aturan ritual Yahudi.
Paulus menulis surat ini untuk membela keabsahan Injil yang ia beritakan dan menegaskan bahwa keselamatan hanya berasal dari iman kepada Kristus, bukan dari ketaatan terhadap hukum Taurat.
Paulus menekankan bahwa kabar baik yang ia sampaikan bukan berasal dari manusia, tetapi langsung dari Tuhan.
Kata “penyataan” (apokalypsis) mengacu pada wahyu ilahi yang diberikan secara langsung oleh Tuhan.
Ini menunjukkan bahwa Injil Paulus bersifat supernatural, bukan hasil pemikiran manusia.
Dalam ayat-ayat ini, Paulus menceritakan bagaimana hidupnya dahulu dan bagaimana Allah memanggilnya untuk membuktikan validitas panggilannya sebagai rasul. Ia menjelaskan latar belakangnya sebagai musuh gereja sebelum bertobat, kemudian menegaskan bahwa perubahan drastis dalam hidupnya hanya bisa dijelaskan oleh intervensi ilahi.
Pesan utama bagi jemaat Galatia adalah untuk tetap setia pada Injil murni yang berpusat pada Kristus, tanpa mencampuradukkan dengan hukum Taurat atau tradisi manusia.
Saudara, melalui bacaan kita hari ini kita bisa merenungkan ulang tidak hanya kehidupan Saulus yang kemudian menjadi Paulus karena intervensi ilahi.
Sama seperti Paulus mengalami perjumpaan Ilahi yang mengubahkan hidupnya, begitu juga kita seharusnya mengalami perjumpaan secara pribadi dengan Allah yang mengasihi kita.
Perjumpaan pribadi kita dengan Allah pada saat kelahiran kembali kita tentunya tidak akan sama seperti yang terjadi pada Paulus.
Allah memiliki cara yang unik dan spesial untuk menyatakan diriNya kepada kita secara pribadi.
Satu hal yang harus kita ingat bahwa sejak saat itu seharusnya kita mengalami suatu perubahan hidup karena mengalami penyataan Ilahi.
Bagaimana dengan hari ini?
Apakah penyataan Ilahi yang kita terima masih berkobar untuk dapat kita sampaikan kepada orang lain?
Apakah autobiografi kita (catatan kehidupan kita) mengalami perubahan seperti Paulus?
Injil yang mengubah hidup kita itulah yang harus kita beritakan kepada banyak orang.
Diskusikan dengan kelompok PA dan persekutuan kita, mengenai topik ini dengan lebih mendalam. Bagaimana kita bisa praktekkan dalam kehidupan sehari-hari dan berkat apa yang didapat dari melakukan Firman Tuhan ini.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Berapa jumlah orang yang ditambahkan dalam satu hari?
Tindakan apa yang dilakukan oleh para rasul untuk membimbing orang-orang yang telah menjadi percaya?
Setelah hari Pentakosta dimana Roh Kudus dicurahkan.
Banyak orang yang kemudian mengalami lawatan Tuhan, mereka rindu untuk mengenal Tuhan.
Dari berbagai tempat mereka datang untuk mendengarkan para rasul berkhotbah.
Setelah mendengar Firman yang disampaikan oleh para rasul, mereka sangat terharu, lalu mereka bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain: “Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?” (Kisah Para Rasul 2:37).
Para rasul yang kebanyakan adalah orang-orang yang sederhana, diberi hikmat oleh Roh bagaimana sepatutnya mereka melayani ribuan orang yang Tuhan tambahkan dalam jemaat.
Petrus dan saudara-saudaranya yang berprofesi sebagai nelayan, tiba-tiba harus melayani ribuan orang jemaat baru.
ika hal itu terjadi di masa kini, para rasul bisa dibantu dengan teknologi multimedia yang bisa membantu mereka mengajar kepada banyak orang secara sekaligus.
Tetapi pada saat itu, tentu hal tersebut belum ada dan Roh Kudus memberikan hikmat bagaimana mereka harus melayani.
Para rasul meminta mereka beribadah di rumah-rumah, mungkin ada tigapuluh orang yang sekaligus beribadah di satu rumah.
Mungkin seperti ibadah persekutuan di masa kini.
Kemudian para rasul akan berkeliling untuk mengajar dari rumah ke rumah.
Bisa dibayangkan bahwa pada waktu itu belum ada Alkitab yang dicetak seperti saat ini.
Jadi sistem pengajaran yang disampaikan sebagian besar melalui lisan.
Misalnya mereka menceritakan bagaimana Tuhan menolong Daud dan mengokohkan takhta Daud melalui berbagai pertempuran yang dialami oleh Daud.
Para rasul juga bisa menceritakan nubuat-nubuat kedatangan Mesias dan bagaimana hal itu kemudian digenapi oleh kedatangan Yesus sebagai Anak Tunggal Allah Bapa.
Tetapi di samping pengajaran lisan dari para rasul, Roh Kudus juga membantu meneguhkan pengajaran-pengajaran tersebut dengan mukjizat dan tanda-tanda.
Seperti tertulis dalam Kisah Para Rasul 2:43 “Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda.”
Pengajaran lisan, kesaksian para rasul ditambah dengan mukjizat dan tanda-tanda, itu semua semakin meneguhkan jemaat untuk mereka semakin mengenal Allah, semakin mengenal Yesus yang diutus oleh Bapa untuk memberitakan keselamatan bagi bangsa-bangsa.
Jika duaribu tahun yang lalu, mereka dalam segala keterbatasan, tetapi dengan haus dan rindu bertekun dalam pengajaran rasul.
Bukankah sepantasnya jika saat ini, dimana Alkitab dan buku-buku rohani banyak tersedia baik di toko buku rohani maupun yang bisa kita peroleh melalui online.
Sepatutnya kita bisa lebih bertekun dalam belajar Firman dan kemudian melakukannya.
Saudara, diskusikan dalam kelompok pemuridan, sudah berapa lama engkau menerima Kristus sebagai Juruselamat, sudah berapa kali engkau membaca Alkitab dari awal hingga akhir?