Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Siapa yang mengirik gandum di tempat pemerasan anggur, dan mengapa?
Siapa yang dimaksud oleh Malaikat Tuhan dan disebut-Nya sebagai pahlawan yang gagah berani?
Mengapa Gideon mempertanyakan pernyataan Malaikat Tuhan yang mengatakan, “Tuhan menyertai kami”?
Apa yang diperintahkan oleh Tuhan kepada Gideon?
Apa jawaban Gideon?
Saudara, ketika Tuhan Allah ingin mengangkat seseorang menjadi alat-Nya, sering kali orang tersebut akan mengalami sesuatu yang sulit.
Hal ini juga terjadi pada Gideon ketika Tuhan ingin menjadikannya sebagai hakim di Israel.
Saat itu, Gideon sedang mengirik gandum di tempat pemerasan anggur agar bisa bersembunyi dari orang-orang Midian.
Mengapa Gideon bersembunyi? Tentu saja karena ia merasa takut.
Di tengah ketakutannya, Malaikat Tuhan menyapanya:
Hakim-hakim 6:11-12”Kemudian datanglah Malaikat TUHAN dan duduk di bawah pohon tarbantin di Ofra, kepunyaan Yoas, orang Abiezer itu, sedang Gideon, anaknya, mengirik gandum dalam tempat pemerasan anggur agar tersembunyi bagi orang Midian. Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya dan berfirman kepadanya, demikian: “TUHAN menyertai engkau, ya pahlawan yang gagah berani.”
Gideon, yang sedang ketakutan, disapa oleh Tuhan Allah dengan sebutan “Pahlawan yang Gagah Berani.”
Tuhan ingin memperlihatkan diri-Nya kepada Gideon dan memperkenalkan diri-Nya kepadanya.
Ketika seseorang bertemu dengan Tuhan, maka Tuhan akan memperkenalkan diri-Nya.
Jika seseorang mengenal Tuhan dengan benar, maka akan terjadi perubahan dalam diri orang tersebut.
Orang yang mengenal Tuhan dengan benar akan menjadi berani, berkuasa dan benar, serta mengalami pembaharuan bahkan mengalami kelahiran baru, pemulihan, dan pengurapan baru.
Ketika terjadi dialog dengan Tuhan, maka Tuhan Allah akan berfirman untuk meyakinkan, memerintah, atau mengajar.
Nah, itulah yang mengubah sikap dan pandangan, serta apa yang Tuhan ingin lakukan melalui orang tersebut.
Tuhan ingin supaya Gideon menjadi hakim di Israel, seorang penguasa sebelum zaman raja-raja di Israel.
Tuhan menetapkan Gideon sebagai hakim di Israel dan memerintahkannya untuk melepaskan Israel dari cengkeraman orang Midian.
Hakim-hakim 6:13-17”Jawab Gideon kepada-Nya: “Ah, tuanku, jika TUHAN menyertai kami, mengapa semuanya ini menimpa kami? Di manakah segala perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib yang diceritakan oleh nenek moyang kami kepada kami, ketika mereka berkata: Bukankah TUHAN telah menuntun kita keluar dari Mesir? Tetapi sekarang TUHAN membuang kami dan menyerahkan kami ke dalam cengkeraman orang Midian.” Lalu berpalinglah TUHAN kepadanya dan berfirman: “Pergilah dengan kekuatanmu ini dan selamatkanlah orang Israel dari cengkeraman orang Midian. Bukankah Aku mengutus engkau!” Tetapi jawabnya kepada-Nya: “Ah Tuhanku, dengan apakah akan kuselamatkan orang Israel? Ketahuilah, kaumku adalah yang paling kecil di antara suku Manasye dan akupun seorang yang paling muda di antara kaum keluargaku.” Berfirmanlah TUHAN kepadanya: “Tetapi Akulah yang menyertai engkau, sebab itu engkau akan memukul kalah orang Midian itu sampai habis.” Maka jawabnya kepada-Nya: “Jika sekiranya aku mendapat kasih karunia di mata-Mu, maka berikanlah kepadaku tanda, bahwa Engkau sendirilah yang berfirman kepadaku.”
Dialog inilah yang sering mengubah pandangan seseorang yang sedang dipersiapkan oleh Allah untuk menjadi pemimpin atas kehendak Allah.
Gideon meminta beberapa tanda untuk meyakinkan dirinya bahwa ia telah mendapatkan anugerah kasih karunia Tuhan untuk memimpin bangsa Israel dan melepaskan mereka dari cengkeraman orang Midian.
Hakim-hakim 6:33-35”Seluruh orang Midian dan orang Amalek dan orang-orang dari sebelah timur telah berkumpul bersama-sama; mereka telah menyeberang dan berkemah di lembah Yizreel. Pada waktu itu Roh TUHAN menguasai Gideon; ditiupnyalah sangkakala dan orang-orang Abiezer dikerahkan untuk mengikuti dia. Juga dikirimnya pesan kepada seluruh suku Manasye dan orang-orang inipun dikerahkan untuk mengikuti dia. Dikirimnya pula pesan kepada suku Asyer, Zebulon dan Naftali, dan orang-orang inipun maju untuk menggabungkan diri dengan mereka.”
Saudara, banyak orang yang ingin bergabung dengan seseorang yang ditunjuk Tuhan untuk menjadi pemimpin.
Hakim-hakim 7:1-7”Adapun Yerubaal–itulah Gideon–bangun pagi-pagi dengan segala rakyat yang bersama-sama dengan dia, lalu mereka berkemah dekat mata air Harod; perkemahan orang Midian itu ada di sebelah utaranya, dekat bukit More, di lembah. Berfirmanlah TUHAN kepada Gideon: “Terlalu banyak rakyat yang bersama-sama dengan engkau itu dari pada yang Kuhendaki untuk menyerahkan orang Midian ke dalam tangan mereka, jangan-jangan orang Israel memegah-megahkan diri terhadap Aku, sambil berkata: Tanganku sendirilah yang menyelamatkan aku. Maka sekarang, serukanlah kepada rakyat itu, demikian: Siapa yang takut dan gentar, biarlah ia pulang, enyah dari pegunungan Gilead.” Lalu pulanglah dua puluh dua ribu orang dari rakyat itu dan tinggallah sepuluh ribu orang. Tetapi TUHAN berfirman kepada Gideon: “Masih terlalu banyak rakyat; suruhlah mereka turun minum air, maka Aku akan menyaring mereka bagimu di sana. Siapa yang Kufirmankan kepadamu: Inilah orang yang akan pergi bersama-sama dengan engkau, dialah yang akan pergi bersama-sama dengan engkau, tetapi barangsiapa yang Kufirmankan kepadamu: Inilah orang yang tidak akan pergi bersama-sama dengan engkau, dialah yang tidak akan pergi.” Lalu Gideon menyuruh rakyat itu turun minum air, dan berfirmanlah TUHAN kepadanya: “Barangsiapa yang menghirup air dengan lidahnya seperti anjing menjilat, haruslah kaukumpulkan tersendiri, demikian juga semua orang yang berlutut untuk minum.” Jumlah orang yang menghirup dengan membawa tangannya ke mulutnya, ada tiga ratus orang, tetapi yang lain dari rakyat itu semuanya berlutut minum air. Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Gideon: “Dengan ketiga ratus orang yang menghirup itu akan Kuselamatkan kamu: Aku akan menyerahkan orang Midian ke dalam tanganmu; tetapi yang lain dari rakyat itu semuanya boleh pergi, masing-masing ke tempat kediamannya.”
Hakim-hakim 7:9-14”Pada malam itu berfirmanlah TUHAN kepadanya: “Bangunlah, turunlah menyerbu perkemahan itu, sebab telah Kuserahkan itu ke dalam tanganmu. Tetapi jika engkau takut untuk turun menyerbu, turunlah bersama dengan Pura, bujangmu, ke perkemahan itu; maka kaudengarlah apa yang mereka katakan; kemudian engkau akan mendapat keberanian untuk turun menyerbu perkemahan itu.” Lalu turunlah ia bersama dengan Pura, bujangnya itu, sampai kepada penjagaan terdepan laskar di perkemahan itu. Adapun orang Midian dan orang Amalek dan semua orang dari sebelah timur itu bergelimpangan di lembah itu, seperti belalang banyaknya, dan unta mereka tidak terhitung, seperti pasir di tepi laut banyaknya. Ketika Gideon sampai ke situ, kebetulan ada seorang menceritakan mimpinya kepada temannya, katanya: “Aku bermimpi: tampak sekeping roti jelai terguling masuk ke perkemahan orang Midian; setelah sampai ke kemah ini, dilanggarnyalah kemah ini, sehingga roboh, dan dibongkar-bangkirkannya, demikianlah kemah ini habis runtuh.” Lalu temannya menjawab: “Ini tidak lain dari pedang Gideon bin Yoas, orang Israel itu; Allah telah menyerahkan orang Midian dan seluruh perkemahan ini ke dalam tangannya.”
Saudara, melalui pengintaian yang dilakukan oleh Gideon, dia mendengar orang Midian menceritakan mimpinya.
Dari situ, Gideon menyadari bahwa Tuhan Allah berkehendak supaya Gideon menyerbu perkemahan orang Midian.
Hakim-hakim 7:15-22”Segera sesudah Gideon mendengar mimpi itu diceritakan dengan maknanya, sujudlah ia menyembah. Kemudian pulanglah ia ke perkemahan orang Israel, lalu berkata: “Bangunlah, sebab TUHAN telah menyerahkan perkemahan orang Midian ke dalam tanganmu.” Sesudah itu dibaginyalah ketiga ratus orang itu dalam tiga pasukan dan ke tangan mereka semuanya diberikannya sangkakala dan buyung kosong dengan suluh di dalam buyung itu. Dan berkatalah ia kepada mereka: “Perhatikanlah aku dan lakukanlah seperti yang kulakukan. Maka apabila aku sampai ke ujung perkemahan itu, haruslah kamu lakukan seperti yang kulakukan. Apabila aku dan semua orang yang bersama dengan aku meniup sangkakala, maka haruslah kamu juga meniup sangkakala sekeliling seluruh perkemahan itu, dan berseru: ‘Demi TUHAN dan demi Gideon!'” Lalu Gideon dan keseratus orang yang bersama-sama dengan dia sampai ke ujung perkemahan itu pada waktu permulaan giliran jaga tengah malam, ketika penjaga-penjaga baru saja ditempatkan. Lalu mereka meniup sangkakala sambil memecahkan buyung yang di tangan mereka. Demikianlah ketiga pasukan itu bersama-sama meniup sangkakala, dan memecahkan buyung dengan memegang obor di tangan kirinya dan sangkakala di tangan kanannya untuk ditiup, serta berseru: “Pedang demi TUHAN dan demi Gideon!” Sementara itu tinggallah mereka berdiri, masing-masing di tempatnya, sekeliling perkemahan itu, tetapi seluruh tentara musuh menjadi kacau balau, berteriak-teriak dan melarikan diri. Sedang ketiga ratus orang itu meniup sangkakala, maka di perkemahan itu TUHAN membuat pedang yang seorang diarahkan kepada yang lain, lalu larilah tentara itu sampai ke Bet-Sita ke arah Zerera sampai ke pinggir Abel-Mehola dekat Tabat.”
Hakim-hakim 7:25”Mereka berhasil menawan dua raja Midian, yakni Oreb dan Zeeb. Oreb dibunuh di gunung batu Oreb dan Zeeb dibunuh dalam tempat pemerasan anggur Zeeb. Mereka mengejar orang Midian itu, lalu mereka membawa kepala Oreb dan kepala Zeeb kepada Gideon di seberang sungai Yordan.”
Saudara, demikianlah Tuhan menyertai Gideon sehingga dia bisa menjadi pemenang.
Begitu juga kita, orang percaya, dapat menjadi pemenang karena Tuhan menyertai kita.
Dimanapun kita berada, Tuhan senantiasa menyertai kita.
Tuhan ingin agar kita selalu berhasil dan beruntung karena Dia menyertai kita dari dalam batin kita melalui Roh Kudus yang tidak pernah meninggalkan kita.
Dia berjanji akan menyertai kita sampai kepada kesudahan alam.
Haleluya, Puji Tuhan, Amin.
Mengapa banyak anak-anak Tuhan tidak selalu menang, bahkan seringkali mengalami kegagalan?
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Mengapa Yerusalem tidak perlu lagi takut, dan Sion tidak boleh menjadi lemah?
Siapa yang memberikan kemenangan?
Apa yang menyebabkan timbulnya rasa bercela?
Apa yang sedang terjadi pada Israel saat ini?
Saudara, sebagai konsekuensi dari perkataan-perkataan nenek moyang orang Yahudi saat mereka menyalibkan Yesus Kristus, yaitu Mesias yang dijanjikan, maka bangsa Israel mengalami penderitaan yang sangat berat dari zaman ke zaman.
Sejak tahun 70 Masehi, Israel hilang dari peta sejarah setelah Jenderal Titus menghancurkan kota-kota di Israel, terutama Yerusalem.
Matius 27:25”Dan seluruh rakyat itu menjawab: “Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!”
Nubuatan Yesus tentang Yerusalem terjadi pada tahun 70 Masehi, ketika tidak ada satu batu pun tersisa bertumpuk di reruntuhan Bait Allah.
Lukas 21:6“Apa yang kamu lihat di situ–akan datang harinya di mana tidak ada satu batupun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan.”
Bait Allah yang dibangun oleh Herodes sebagai pengganti Bait Allah Salomo adalah bangunan yang sangat megah karena dilapisi emas.
Ketika Jenderal Titus menghancurkannya, bangunan itu dibakar sehingga lapisan emas meleleh dan masuk ke celah-celah batu yang dipakai membangun Bait Allah.
Setelah bangunan tersebut hancur dan api padam, para tentara Romawi mencungkil setiap batu untuk mengambil lelehan emas yang masuk ke celah-celah batu itu sehingga benar-benar setiap batu dipisahkan oleh tentara-tentara itu untuk mendapatkan emasnya.
Kota Yerusalem yang megah itu hancur dan selama berabad-abad menjadi kota sunyi tanpa penghuni.
Seluruh negeri berubah menjadi gurun tandus karena Tuhan Allah benar-benar memakai bangsa-bangsa asing untuk menghancurkannya.
Tuhan menggunakan bangsa-bangsa asing sebagai sarana melampiaskan murka-Nya terhadap bangsa Israel karena penyembahan berhala terjadi di seluruh negeri, bahkan di Bait Allah menjadi tempat penyembahan kepada dewa-dewa yang disebut Tentara Langit.
Menurut Alkitab, Israel Utara yang dikenal sebagai kaum dari suku Efraim, anak Yusuf, bersekutu dengan sepuluh suku, sedangkan Yehuda hanya dihuni oleh dua suku, yaitu suku Yehuda dan suku Benyamin.
Nabi Zefanya telah menubuatkan bahwa akan ada masa pemulihan bagi negeri Israel, dan hal itu telah terjadi sejak tahun 1948, ketika Republik Israel didirikan.
Sejak saat itu, bangsa itu mengalami kemajuan yang sangat pesat.
Zefanya 1:4-6“Aku akan mengacungkan tangan-Ku terhadap Yehuda dan terhadap segenap penduduk Yerusalem. Aku akan melenyapkan dari tempat ini sisa-sisa Baal dan nama para imam berhala, juga mereka yang sujud menyembah di atas sotoh kepada tentara langit dan mereka yang menyembah dengan bersumpah setia kepada TUHAN, namun di samping itu bersumpah demi Dewa Milkom, serta mereka yang berbalik dari pada TUHAN, yang tidak mencari TUHAN dan tidak menanyakan petunjuk-Nya.”
Saudara, kita belajar bagaimana penyembahan berhala membuat Tuhan Allah sangat muak terhadap orang-orang Yahudi, khususnya suku Yehuda.
Tuhan begitu sebal melihat kota Yerusalem, dimana Bait Allah berada di dalamnya ternyata ada penyembahan berhala yaitu penyembahan kepada dewa langit yang disebut Tentara Langit.
Hal-hal inilah yang menyebabkan Tuhan Allah ingin agar negeri itu menjadi tandus dan ditinggalkan.
Sejak tahun 70 Masehi, orang-orang Yahudi mulai berdiaspora, keluar dari negeri mereka.
Banyak dari mereka dibenci oleh bangsa-bangsa lain, seperti bangsa Jerman dan bangsa Iran.
Lebih dari seribu tahun bangsa ini terbuang ke seluruh dunia dan meninggalkan negeri mereka.
Namun Tuhan Allah Yahwe yang disembah oleh Abraham, Ishak, dan Yakub, tetap menjadi Tuhan bagi bangsa Yahudi.
Ia adalah Tuhan yang panjang sabar, maha pemurah, pengampun, dan kasih-Nya tidak terbatas.
Pada abad ke-20, Inggris dan Prancis mulai menggagas pembentukan Negara Israel, yang diproklamasikan pada tahun 1948.
Sejak negara ini berdiri, Israel telah terlibat beberapa kali dalam perang karena negara-negara Arab di sekitarnya ada yang tidak ingin negara ini bangkit kembali.
Namun, negeri ini adalah bangsa yang dicintai oleh Tuhan Jehova, suatu kaum yang sengaja dibentuk oleh Tuhan untuk memperkenalkan diri-Nya.
Israel identik dengan bangsa penyembah Allah yang menyebut diri-Nya adalah “Aku adalah Aku. Tuhan yang tidak bernama, itulah Tuhan Allah, Yahwe.”
Pada saat perang, mereka selalu mengatakan bahwa peperangan mereka adalah peperangan Tuhan melawan musuh-Nya.
Dan nubuatan Zefanya:
Zefanya 3:20”Pada waktu itu Aku akan membawa kamu pulang, yakni pada waktu Aku mengumpulkan kamu, sebab Aku mau membuat kamu menjadi kenamaan dan kepujian di antara segala bangsa di bumi dengan memulihkan keadaanmu di depan mata mereka,” firman TUHAN.”
Saudara, nubuatan ini telah terjadi sejak tahun 1948, dan bangsa ini sudah eksis sebagai negara yang sangat maju.
Teknologinya berkembang pesat meskipun negara ini tergolong muda, namun sangat disegani karena persenjataannya.
Apa yang dinubuatkan oleh Zefanya sedang berlangsung yaitu negara ini memiliki nama yang dikenal dan sering dipuji, tetapi juga merupakan negara yang tidak disukai oleh negara-negara di sekitarnya.
Saat ini, orang-orang Yahudi sedang kembali pulang dari semua tempat dimana mereka berada sejak tahun 70 Masehi.
Bagi Yahudi, Tuhan adalah Tuhan yang memberi kemenangan dan sepatutnya anak-anak Tuhan juga memiliki pandangan yang sama, yaitu bahwa Tuhan adalah Tuhan yang selalu memberikan kemenangan.
Haleluya, Puji Tuhan, Amin.
Mengapa ada anak-anak Tuhan yang selalu mengeluh dan hidup seperti pecundang dan selalu merasa kalah?
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Kapan Musa dan bangsa Israel menyanyikan nyanyian ini?
Apa yang dilemparkan Tuhan ke dalam laut?
Siapakah Tuhan bagi Musa dan bangsa Israel?
Apa yang Tuhan benamkan ke dalam laut?
Saudara, ketika Musa memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir dan Tuhan memerintahkan mereka memasuki Tanah Kanaan yang dijanjikan kepada Abraham, maka bangsa Israel beberapa kali harus berperang untuk mempertahankan kebebasan yang telah mereka alami sebagai anugerah dari Tuhan Allah, Yahwe.
Cerita pada bagian firman yang dikutip adalah perang yang pertama. Tuhan Yahwe yang berperang bagi bangsa Israel.
Saat itu, bangsa Israel berada di tepi Laut Teberau dan mendirikan kemah di sana, dekat Pi-Hahirot, di depan Baal-Zefon.
Keluaran 14:10-31”Ketika Firaun telah dekat, orang Israel menoleh, maka tampaklah orang Mesir bergerak menyusul mereka. Lalu sangat ketakutanlah orang Israel dan mereka berseru-seru kepada TUHAN, dan mereka berkata kepada Musa: “Apakah karena tidak ada kuburan di Mesir, maka engkau membawa kami untuk mati di padang gurun ini? Apakah yang kauperbuat ini terhadap kami dengan membawa kami keluar dari Mesir? Bukankah ini telah kami katakan kepadamu di Mesir: Janganlah mengganggu kami dan biarlah kami bekerja pada orang Mesir. Sebab lebih baik bagi kami untuk bekerja pada orang Mesir dari pada mati di padang gurun ini.” Tetapi berkatalah Musa kepada bangsa itu: “Janganlah takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari TUHAN, yang akan diberikan-Nya hari ini kepadamu; sebab orang Mesir yang kamu lihat hari ini, tidak akan kamu lihat lagi untuk selama-lamanya. TUHAN akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja.” Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Mengapakah engkau berseru-seru demikian kepada-Ku? Katakanlah kepada orang Israel, supaya mereka berangkat. Dan engkau, angkatlah tongkatmu dan ulurkanlah tanganmu ke atas laut dan belahlah airnya, sehingga orang Israel akan berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering. Tetapi sungguh Aku akan mengeraskan hati orang Mesir, sehingga mereka menyusul orang Israel, dan terhadap Firaun dan seluruh pasukannya, keretanya dan orangnya yang berkuda, Aku akan menyatakan kemuliaan-Ku. Maka orang Mesir akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, apabila Aku memperlihatkan kemuliaan-Ku terhadap Firaun, keretanya dan orangnya yang berkuda.” Kemudian bergeraklah Malaikat Allah, yang tadinya berjalan di depan tentara Israel, lalu berjalan di belakang mereka; dan tiang awan itu bergerak dari depan mereka, lalu berdiri di belakang mereka. Demikianlah tiang itu berdiri di antara tentara orang Mesir dan tentara orang Israel; dan oleh karena awan itu menimbulkan kegelapan, maka malam itu lewat, sehingga yang satu tidak dapat mendekati yang lain, semalam-malaman itu. Lalu Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, dan semalam-malaman itu TUHAN menguakkan air laut dengan perantaraan angin timur yang keras, membuat laut itu menjadi tanah kering; maka terbelahlah air itu. Demikianlah orang Israel berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering; sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka. Orang Mesir mengejar dan menyusul mereka–segala kuda Firaun, keretanya dan orangnya yang berkuda–sampai ke tengah-tengah laut. Dan pada waktu jaga pagi, TUHAN yang di dalam tiang api dan awan itu memandang kepada tentara orang Mesir, lalu dikacaukan-Nya tentara orang Mesir itu. Ia membuat roda keretanya berjalan miring dan maju dengan berat, sehingga orang Mesir berkata: “Marilah kita lari meninggalkan orang Israel, sebab Tuhanlah yang berperang untuk mereka melawan Mesir.” Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Ulurkanlah tanganmu ke atas laut, supaya air berbalik meliputi orang Mesir, meliputi kereta mereka dan orang mereka yang berkuda.” Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, maka menjelang pagi berbaliklah air laut ke tempatnya, sedang orang Mesir lari menuju air itu; demikianlah TUHAN mencampakkan orang Mesir ke tengah-tengah laut. Berbaliklah segala air itu, lalu menutupi kereta dan orang berkuda dari seluruh pasukan Firaun, yang telah menyusul orang Israel itu ke laut; seorangpun tidak ada yang tinggal dari mereka. Tetapi orang Israel berjalan di tempat kering dari tengah-tengah laut, sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka. Demikianlah pada hari itu TUHAN menyelamatkan orang Israel dari tangan orang Mesir. Dan orang Israel melihat orang Mesir mati terhantar di pantai laut. Ketika dilihat oleh orang Israel, betapa besarnya perbuatan yang dilakukan TUHAN terhadap orang Mesir, maka takutlah bangsa itu kepada TUHAN dan mereka percaya kepada TUHAN dan kepada Musa, hamba-Nya itu.”
Demikianlah tindakan Tuhan menolong bangsa Israel, sehingga mereka menyadari bahwa Allah adalah Pahlawan. Haleluya, Puji Tuhan, Amin.
Dalam hal apa saja Tuhan telah memperlihatkan kepahlawanan-Nya kepadamu?
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Siapakah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus dan umat kepunyaan Allah sendiri?
Siapa yang dahulu bukan umat Allah tetapi sekarang menjadi umatNya?
Apa yang harus kita jauhkan dari kehidupan kita?
Mengapa kita harus memiliki cara hidup yang baik?
Sesuai dengan namanya surat ini ditulis oleh Rasul Petrus, salah satu dari dua belas rasul Yesus.
Petrus adalah tokoh yang sangat penting dalam perkembangan gereja mula-mula, dan perannya diakui dalam Kitab Kisah Para Rasul sebagai pemimpin jemaat.
Berdasarkan referensi surat ini ditulis pada masa di mana kekristenan mulai mengalami peningkatan penganiayaan, terutama di wilayah kekaisaran Romawi.
Surat ini ditujukan kepada para jemaat di Asia Kecil (Turki modern), khususnya di daerah seperti Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia, dan Bitinia -1 Petrus 1:1.
Jemaat-jemaat ini sebagian besar terdiri dari orang-orang non-Yahudi yang telah menjadi Kristen.
Mereka hidup di tengah masyarakat yang sebagian besar penyembah berhala dan sebagai orang Kristen, mereka menghadapi tekanan dan penganiayaan karena iman mereka yang berbeda dari kepercayaan mayoritas di daerah tersebut.
Kekristenan dianggap sebagai sekte asing, dan sering kali mereka disalahpahami atau bahkan diperlakukan dengan permusuhan.
Surat 1 Petrus 2 ini mendorong jemaat tetap beriman teguh meskipun menghadapi penganiayaan.
Ia juga menekankan pentingnya menjalani kehidupan yang saleh dan memberi kesaksian yang baik di tengah masyarakat non-Kristen, bahkan ketika mereka diperlakukan secara tidak adil.
Surat ini mengingatkan agar umat pilihan Allah memiliki cara hidup yang baik ditengah-tengah bangsa bukan Yahudi, hal ini merupakan tantangan tersendiri bagi mereka.
Namun kita meyakini bahwa kekristenan berkembang pesat pada masa itu karena murid-murid memiliki cara hidup yang berbeda dengan lingkungannya.
Di dalam penderitaan karena penganiayaan mereka menjadi sehati dan saling membantu, cara hidup mereka membedakan dengan lingkungan sosial pada masa itu sehingga banyak orang tertarik untuk bergabung dengan kumpulan murid-murid ini.
Sebutan sebagai “bangsa yang terpilih” membuat mereka menyadari bahwa gaya hidup murid-murid Kristus harus berbeda dengan gaya hidup umumnya masyarakat saat itu.
Tidak hanya diantara mereka ada kerukunan tetapi pada ayat selanjutnya (ayat 13 dst) memperlihatkan bagaimana mereka tunduk kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja maupun wali-wali yang diutusnya.
Firman Tuhan hari ini biarlah mengingatkan kita untuk berperilaku selayaknya sesuai gelar yang diberikan yaitu“ bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri”.
Di kantor, di tempat kita bekerja, di sekolah, di kampus baiklah kita memanifestasikan sebagai umat kepunyaan Allah yang memuliakan Dia melalui cara hidup kita.
Renungkan kebenaran Firman Tuhan yang kita baca hari ini. Pelajaran apa yang kita dapatkan dan komitmen apa yang akan kita lakukan di waktu dekat ini? Diskusikan dengan kelompok PA dan persekutuan.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Hal baik dan indah apa yang dinyatakan oleh Mazmur 133 ini?
Apa maksudnya minyak yang baik diatas kepala?
Apa yang Tuhan perintahkan turun ke orang-orang yang hidup dalam persaudaraan yang rukun?
Gunung Hermon terletak di ujung utara Israel, Gunung Hermon adalah gunung yang sangat tinggi dengan puncak mencapai sekitar 2.814 meter di atas permukaan laut.
Gunung ini terkenal karena sering tertutup salju, bahkan selama musim panas.
Pada masa PL Gunung Hermon adalah simbol kelimpahan air dan kesejukan.
Salju di puncaknya menghasilkan embun yang menyegarkan, dan embun ini diyakini turun ke lembah-lembah di sekitarnya, memberikan air yang vital bagi tanah yang lebih rendah.
Gunung Sion, di sisi lain berlokasi di Yerusalem, pusat ibadah bangsa Israel.
Dalam Alkitab, Gunung Sion sering melambangkan tempat pertemuan Tuhan dengan umat-Nya, pusat dari pemerintahan Allah di bumi, serta tempat di mana rumah Tuhan berada (yaitu Bait Allah).
Secara fisik, Gunung Hermon dan Gunung Sion berada sangat jauh satu sama lain (sekitar 332 km atau 5 ½ jam perjalanan dengan kendaraan), namun pemazmur menyatakan suatu kiasan akan pentingnya suatu kesatuan yang berkatnya mengalir hingga berdampak sangat jauh seperti embun Gunung Hermon turun ke atas Gunung Sion.
Ketika terjadi kerukunan di antara saudara-saudara maka Tuhan bisa memerintahkan berkat yang secara natural mustahil untuk terjadi namun karena kesatuan dan kesehatian berkat itu sampai kepada umatNya.
Kerukunan tidak hanya menciptakan damai sejahtera bagi kita yang mengalaminya tetapi juga membuat Tuhan memerintahkan berkatNya sampai kepada kita.
Pemazmur juga mengatakan bahwa kehidupan juga tercipta ketika terjadi kerukunan diantara Saudara.
Kehidupan dimanifestasikan dalam bentuk kesehatan dan pertumbuhan yang dialami oleh umat Tuhan secara korporat maupun secara pribadi.
Sudah seharusnya umat Tuhan mengalami berkat kehidupan, dimana terjadi pertumbuhan dan kehidupan yang sehat baik secara roh, jiwa maupun tubuh.
Tidak ada lagi yang sakit-sakitan dalam kumpulan umatNya karena semua mengalami sukacita dan hati yang gembira. Saudara, kita memerlukan kerukunan, karena itulah yang Tuhan kehendaki dan baik bagi umatNya.
Kerukunan di antara saudara seiman adalah sesuatu yang harus kita usahakan dan dipelihara bukan sekedar didoakan saja.
Jemaat lokal yang bertumbuh dan sehat, di dalamnya senantiasa ada kerukunan yang terpelihara sekalipun ada gesekan satu sama lain.
Kita pasti melihat banyak kelemahan ataupun kekurangan saudara yang lain, namun kerukunan adalah hal utama yang harus kita jaga.
Renungkan kebenaran Firman Tuhan yang kita baca hari ini. Pelajaran apa yang kita dapatkan dan komitmen apa yang akan kita lakukan di waktu dekat ini? Diskusikan dengan kelompok PA dan persekutuan.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apa yang dilakukan seorang sahabat terhadap sahabatnya sendiri?
Apa yang dilakukan oleh orang yang tidak berakal budi?
Apa dampak dari orang yang suka serong hati dan orang yang memutar-mutar lidahnya?
Kitab Amsal adalah kitab yang isinya banyak mengisahkan tentang nasihat-nasihat dan ajakan moral kepada kita orang yang percaya, agar kita menjadi orang-orang yang arif dan bijaksana dalam berbagai hal dalam segala aspek hidup kita.
Pernahkah kita mendengar atau mungkin juga kita pernah mengalami perlakuan teman yang mana mereka “senang melihat kita susah dan susah melihat kita senang?”
Di dalam pertemanan dengan orang dunia, yakni orang yang tidak mengenal kasih Tuhan, hal tersebut wajar terjadi.
Namun jika hal ini terjadi diantara orang percaya atau sesama anak Tuhan, maka hal ini menggambarkan bahwa kita belum memahami betul tentang kasih sejati yang sudah Tuhan Yesus berikan kepada kita, yaitu kasih tanpa syarat.
Jika kita sudah mengalami kasih itu, seharusnya kita menjadi teman bahkan sahabat yang dapat mengasihi orang lain, terutama kasih kepada saudara seiman dengan tulus.
Hari-hari ini banyak orang ingin mencari sahabat sejati, bukan sekedar teman.
Mereka tahu bahwa sahabat sejati adalah orang yang mau mendengar, menyediakan pundaknya untuk bersandar yang menyediakan waktu untuk berdiskusi tentang pergumulan-pergumulannya, mendoakan dan orang yang dapat dipercaya untuk mencurahkan segala pergumulannya dengan tidak mengumbar kepada orang lain atau dengan kata lain, seorang sahabat adalah orang yang dapat dipercaya dan dapat diandalkan.
Anak-anak kita juga ingin agar kita orang tuanya bukan hanya memiliki status dan fungsi sebagai orang tua saja, namun mereka ingin agar orang tuanya bisa berfungsi sebagai sahabat mereka.
Ada “kesetaraan” antara mereka dengan kita orang tua, sehingga mereka dengan leluasa dan nyaman bergaul dan mencurahkan isi hati mereka tanpa dibatasi otoritas yang cenderung kaku.
Bahkan Yesus juga menyebut kita sahabat, bukan lagi hamba, karena Dia akan memberitahukan kepada kita segala sesuatu yang telah Dia dengar dari BapaNya –Yohanes 15:15.
Saudara, mari jadikan diri kita bukan hanya sekedar teman biasa, namun menjadi sahabat sejati bagi anak-anak kita, bagi saudara-saudara kita, bagi sahabat-sahabat kita yang menaruh kasih setiap waktu dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.
Seorang sahabat yang tidak suka bertengkar dan juga tidak suka kepada pelanggaran.
Namun menjadi sahabat yang dapat dipercaya dan diandalkan.
Diskusikan dengan kelompok PA dan persekutuan kita. Apakah kita saat ini hanya menjadi teman biasa untuk saudara-saudara kita? atau apakah kita sudah menjadi sahabat bagi saudara-saudara kita?