Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya dan secara khusus hafalkanlah Yohanes 4:34.
Apakah yang menjadi makanan dari Yesus sehingga Dia dapat hidup di dunia ini dengan benar dan sempurna?
Siapakah yang telah mengutus Yesus datang ke dunia ini?
Coba jelaskan hal-hal yang menjadi bukti yang dilakukan oleh Yesus dimana Dia telah bertanggungjawab dengan tugas yang Bapa berikan?
Yesus datang kedunia, tumbuh dan dewasa karena Dia memiliki makanan sorgawi yang membuat Dia berhasil dan bertanggungjawab di hadapan Bapa.
Makanan-Nya adalah melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang Bapa berikan kepada-Nya.
Hal yang dilakukan-Nya adalah mati dikayu salib, sehingga Dia menebus semua orang yang berdoasa, menghancurkan kuasa dosa, kuasa iblis termasuk kuasa maut.
Dan Yesus juga menyatakan kasih Bapa akan dunia ini serta memuliakan Bapa melalui seluruh kehidupan-Nya, sehingga Yesus pernah berkata “Sudah Selesai”.
Dia telah menyelesaikan kehendak Bapa dengan sempurna.
“Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: “Sudah selesai.” Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.” (Yohanes 19:30).
Itulah perbuatan Yesus selama Ia ada di dunia ini, dan sebagai umat Tuhan yang mewarisi perbuatan-perbuatan Yesus maka kita pun harus memiliki kehidupan yang melakukan perbuatan-perbuatan yang pernah Yesus lakukan, yaitu melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan Bapa.
Perbuatan-perbuatan yang kita lakukan adalah:
Berbuat baik kepada setiap orang dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai iblis, dengan kuasa nama Yesus.“Yaitu tentang Yesus dari Nazaret: bagaimana Allah mengurapi Dia dengan Roh Kudus dan kuat kuasa, Dia, yang berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis, sebab Allah menyertai Dia.”(Kisah Para Rasul 10:38).
Memberi makan orang banyak.”Tetapi jawab-Nya: “Kamu harus memberi mereka makan!” Kata mereka kepada-Nya: “Jadi haruskah kami membeli roti seharga dua ratus dinar untuk memberi mereka makan?”(Markus 6:37).
Mengampuni orang yang bersalah kepada kita.“Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga.Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.”(Matius 6:14-15).
Berdoa dan memuridkan bangsa-bangsa untuk mengenal Allah.“Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah. Ketika hari siang, Ia memanggil murid-murid-Nya kepada-Nya, lalu memilih dari antara mereka dua belas orang, yang disebut-Nya rasul.”(Lukas 6:12-13).
Meletakkan iblis di bawah kaki kita dan kaki Yesus.“Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: “Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu.”(Mazmur 110:1). ”Semoga Allah, sumber damai sejahtera, segera akan menghancurkan Iblis di bawah kakimu. Kasih karunia Yesus, Tuhan kita, menyertai kamu!”(Roma 16:20).
Marilah kita melakukan perbuatan-perbuatan Yesus, berbuat baik, memberi makan orang banyak, mengampuni orang yang bersalah kepada kita, berdoa dan memuridkan dunia ini serta meletakkan musuh Yesus dibawah kaki-Nya.
Diskusikanlah dalam komunitas saudara bagaimana saudara hidup meneladani Yesus dalam hal penguasaan diri sehingga dapat mengerjakan dan menyelesaikan tujuan Tuhan.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya dan secara khusus hafalkanlah Titus 2:6.
Apakah nasihat Rasul Paulus terhadap orang-orang muda seperti Titus?
Hal-hal apakah yang menjadi nasihat Rasul Paulus terhadap orang-orang muda selain menguasai diri dalam segala hal?
Menurut saudara karakter siapakah yang harus kita warisi dalam hal penguasaan diri, jujur dan hidup tidak bercela?
Sebagai anak-anak Allah maka kita ditetapkan sebagai ahli waris Kerajaan Allah dan yang kita warisi adalah pribadi Yesus dan salah satu diantaranya adalah karakter Yesus.
“Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.” (Roma 8:17).
Salah satu karakter Yesus yang harus kita warisi adalah bahwa Yesus menjadi teladan dalam hal kejujuran, kesungguhan dalam mengajar orang lain sehingga mengajar ajaran yang sehat dan tidak bercela.
Hal ini dilakukan Yesus karena Dia telah menguasai diri dalam segala hal dimana setiap ajarannya murni ajaran yang berasal dari Bapa dan Dia tidak mengajarkan hal-hal yang lain kecuali yang diajarkan dimana Dia menerimanya dari Bapa.
”Maka kata Yesus: “Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku. Dan Ia, yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya.” Setelah Yesus mengatakan semuanya itu, banyak orang percaya kepada-Nya.” (Yohanes 8:28-30).
Itulah sebabnya Yesus menjadi berhasil dalam melakukan kehendak Bapa dan berkemenangan.
Tuhan ingin agar kita mewarisi karakter Yesus yaitu hidup dalam penguasaan diri dalam segala hal.
Karena orang-orang yang menguasai diri dapat merebut kota bahkan orang-orang yang menguasai dirilah yang dapat menyelesaikan tujuan Allah dan akan beroleh mahkota yang abadi.
”Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan,orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota.”(Amsal 16:32).
”Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi.”(I Korintus 9:25).
”Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.”(I Korintus 9:27).
Oleh sebab itu marilah kita membangun kehidupan penguasaan diri sehingga kita dapat berhasil dan berkemenangan seperti Yesus supaya kita juga dapat memahami jalan-jalan Tuhan di dalam kehidupan kita.
”Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa.” (I Petrus 4:7).
Diskusikanlah dalam komunitas saudara bagaimana saudara hidup meneladani Yesus dalam hal penguasaan diri sehingga dapat mengerjakan dan menyelesaikan tujuan Tuhan.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apakah nasehat Paulus untuk laki-laki tua?
Apakah nasehat Paulus untuk perempuan tua dan muda?
Apakah nasehat Paulus untuk orang-orang muda?
“Laki-laki yang tua hendaklah hidup sederhana, terhormat, bijaksana, sehat dalam iman, dalam kasih dan dalam ketekunan”. (Titus 2:2).
Bijaksana menurut kamus bahasa Indonesia adalah 1) selalu menggunakan akal budinya (pengalaman dan pengetahuannya); arif; tajam pikiran
2) pandai dan hati-hati (cermat, teliti, dan sebagainya) apabila menghadapi kesulitan dan sebagainya.
Sedangkan dalam bahasa Yunani σώφρων (sōphrōn) dan memiliki arti memiliki pikiran yang baik dan mampu mengendalikan diri.
Dari dua pengertian tersebut bijaksana berarti memiliki pemikiran yang baik (cemat, teliti, tajam) dan mampu mengendalikan diri.
Rasul Paulus menulis surat kepada muridnya yang bernama Titus supaya dapat menjadi gembala yang baik, surat ini disebut pula surat penggembalaan.
Tujuan Rasul Paulus menulis surat ini salah satunya adalah untuk membantu jemaat tumbuh dalam iman, pengetahuan akan kebenaran dan kesalehan hidup.
Salah satu nasehat Paulus untuk jemaat adalah hidup bijaksana.
Jemaat yang dilayani Titus sedang menghadapi berbagai tantangan, baik dari dalam maupun dari luar.
Tantangan yang dialami Titus dalam jemaat saat itu adalah aneka kelompok, sehingga perlu penanganan yang berbeda-beda, untuk orang tua, orang muda, wanita tua dan wanita muda.
Bahkan dalam jemaat terdapat mereka yang masih memiliki status budak.
Salah satu nasehat Paulus yang disebut dua kali adalah hidup bijaksana.
Saudara, kita hidup dalam zaman dimana dosa semakin merajalela. Orang tidak takut kepada Tuhan.
Budaya yang ada di sekitar kita sangat mungkin mempengaruhi pola pikir dan tindakan kita.
Oleh karena itu, kita perlu bijaksana dalam kehidupan. Pengetahuan akan kebenaran akan memampukan kita memilah-milah mana yang benar dan mana yang kurang benar.
Budaya yang mengutamakan potensi diri (berpusat pada diri sendiri) menjadi gerakan zaman baru.
Gerakan ini mirip dengan gerakan yang mengutamakan berkat atau Injil kemakmuran!
Gerakan yang mengutamakan kemakmuran dari pada pengenalan akan Tuhan.
Kalau kita tidak bijaksana, mungkin saja kita terpengaruh, apalagi gerakan atau ajaran itu dibungkus ayat-ayat firman Tuhan.
Dalam dunia yang semakin materialistis dan konsumtif, kita harus semakin bijak, mampu menilai keadaan zaman dan mampu mengendalikan diri.
Pengendalian diri menjadi benteng supaya kita tidak terseret arus dunia.
Oleh karena itu, kita harus tekun menghidupi kebenaran firman Tuhan dan hidup dalam persekutuan yang intim dengan Tuhan.
Supaya kita memiliki pikiran dan perasaan Kristus dan kita menjadi terang atau garam dunia ini.
Diskusikan dalam kelompok PA, bagaimana caranya supaya kita memiliki hati yang bijaksana.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Mengapa kita harus kudus?
Apakah hubungan ketaatan dengan kekudusan?
Apakah artinya kudus?
“Sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.” (1 Petrus 1:16).
Kita sudah sering mendengar kata “kudus”, sering memuji atau menyembah Tuhan dengan kata “kuduslah Tuhan”.
Apa artinya kudus? Dalam bahasa Yunani ἅγιος (hagios) yang memiliku arti; terpisah dari kondisi umum dan dikhususkan untuk sakral, murni, tidak cacat moral, sesuatu yang suci.
Alkitab Bahasa Indonesia sehari hari menggunakan kata suci.
Dalam konteks ayat-ayat yang kita renungkan, kudus memiliki pengertian hidup suci, tidak menuruti hawa nafsu dan taat.
Oleh karena itu ketaatan adalah bagian dari cara hidup yang kudus.
Ketaatan mencakup dua hal; taat terhadap kebenaran firman Tuhan (menjadi pelaku firman) dan juga taat kepada panggilan Tuhan.
Karena mungkin saja seorang anak Tuhan taat untuk melakukan firman Tuhan yang sudah dia dengar, tetapi enggan untuk pergi ke tempat yang Tuhan sudah siapkan.
Saudara, contoh ketaatan yang sempurna adalah Tuhan Yesus di dalam Filipi 2:8“Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib”.
Jadi untuk dapat menjadi pribadi yang taat sepenuhnya diperlukan kerendahan hati.
Rendah hati memiliki pengertian tidak menanggap diri penting, sebaliknya Tuhan dan orang lain lebih penting.
Orang yang rendah hati, selalu mengutamakan kepentingan Tuhan dan orang lain.
Saudara, menjadi pribadi yang taat kepada Tuhan bukanlah proses yang mudah.
Kita harus belajar taat kepada hal-hal yang kecil, supaya dapat taat kepada perintah yang besar.
Tuhan Yesus sendiri mengalami pergumulan di Taman Getsmani sebelum Dia disalibkan.
Namun Tuhan Yesus mengutamakan kehendak Bapa dari kehendak pribadi-Nya.
Biarlah setiap hari kita mengawali kehidupan dengan doa sederhana “bukan kehendakku yang jadi tetapi kehendak-Mu”.
Diskusikan dengan rekan-rekan PA, bagaimana membangun bertumbuh dalam proses kerendahan hati dan ketaatan.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Mengapa kita tidak boleh menghakimi saudara kita?
Apakah yang dimaksud dengan menghakimi?
Pernah saudara menghakimi orang lain? Apakah akibatnya?
“Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi” (Matius 7:1).
Hakim menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah orang yang mengadili perkara (dalam pengadilan atau mahkamah).
Hakim diberikan kewenangan oleh negara untuk memutuskan seseorang bersalah atau tidak, dan jikalau bersalah hakim menentukan hukuman yang diberikan atas kesalahan tersebut.
Menghakimi berarti berlaku seperti hakim, menempatkan kita seperti hakim, merasa memiliki hak menyatakan kesalahan orang lain, menilai perbuatan orang lain dari cara pandang kita.
Menghakimi orang lain, berarti menilai kesalahan orang lain berdasarkan pandangan kita, bukan berdasarkan kebenaran.
Saudara, menegur dan menghakimi adalah tindakan yang berbeda.
Alkitab mengajarkan untuk kita untuk tidak menghakimi tetapi saling menegur (kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain. Baca Kolose 3:16).
Ada persyaratan untuk menegur. Pertama, yaitu kita hidup dalam firman Tuhan (mengetahui kebenaran).
Kedua, dengan hikmat, sehingga teguran kita tepat sasaran.
Ketiga, menegur di dalam kasih, bukan dengan emosi atau kemarahan.
Selain itu ada tata cara menegur saudara. Tegurlah di bawah empat mata, atau bila tidak mau bertobat bawa seorang atau dua orang saksi -Matius 18:15.
Saudara, terkadang Tuhan memakai orang di sekitar kita untuk menegur, orang tua, istri, suami, anak, pembimbing, pendeta atau penatua.
Sesungguhnya teguran sangat berguna bagi pertumbuhan rohani.
Menurut Amsal,
1) Siapa mengindahkan teguran adalah bijak.
2) Tetapi siapa mengindahkan teguran, ia dihormati.
3) Tetapi siapa mengabaikan teguran, tersesat.
4) Orang yang mengarahkan telinga kepada teguran yang membawa kepada kehidupan akan tinggal di tengah-tengah orang bijak.
5) Tetapi siapa mendengarkan teguran, memperoleh akal budi.
6) Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi.
Oleh karena itu jangan alergi dengan teguran.
Jangan marah karena teguran.
Jangan menolak teguran.
Saudara, terimalah teguran dengan rendah hati.
Kalaupun engkau tidak merasa bersalah, terima teguran itu, dan ucapkan terima kasih.
Bila diperlukan, ambil waktu untuk mendiskusikan dalam kasih teguran tersebut.
Mungkin saja ada kesalahpahaman.
Diskusikan dalam kelompok PA saudara, bagaimana caranya menegur yang baik.