Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apa arti “mendengarkan suara TUHAN“ bagi umat Tuhan di jaman sekarang?
Apa arti simbolis dari “kota” dan “ladang” dalam konteks kehidupan pada masa kini?
Dalam masa kini, apa saja bentuk “buah kandungan“, “hasil bumi“, dan “hasil ternak“?
Ulangan 28 adalah salah satu pasal yang paling kuat dalam Perjanjian Lama yang berisi berkat dan kutuk.
Ayat 1–5 menggambarkan berkat-berkat luar biasa yang dijanjikan Tuhan kepada umat-Nya jika mereka taat kepada firman-Nya.
Ulangan 28:1b “…, maka TUHAN, Allahmu, akan mengangkat engkau di atas segala bangsa di bumi.”
“Tuhan akan mengangkat engkau” menunjukkan bahwa pengangkatan itu berasal dari Tuhan, bukan hasil ambisi pribadi atau kekuatan manusia.
Kenaikan posisi atau promosi orang percaya, baik di tempat kerja atau di lingkungan pelayanan di gereja misalnya, bukan karena hebatnya strategi, tetapi karena kesetiaan dalam mendengarkan dan melakukan firman Tuhan.
Dalam Perjanjian Baru, prinsip ini ditegaskan:
“Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” (Matius 23:12).
Jadi, promosi yang dari Tuhan itu dimulai dengan sikap rendah hati dan taat.
Lalu berkat seperti apa yang Tuhan berikan kepada umat yang taat?
Berkat Tuhan bukan hanya bersifat rohani, tetapi juga menyentuh seluruh aspek kehidupan:
Berkat di kota dan di ladang, artinya berkat atas tempat tinggal dan pekerjaan
Berkat buah kandungan, artinya berkat atas keluarga dan keturunan kita
Berkat hasil bumi dan ternak, artinya berkat hasil usaha atau bisnis kita
Berkat bakul dan tempat adonan, artinya berkat atau kelimpahan atas kebutuhan sehari-hari
Tuhan ingin mengangkat umat-Nya, tetapi jalan ke sana bukan melalui ambisi duniawi, melainkan melalui ketaatan yang dilakukan secara terus menerus.
Tuhan mencari orang yang mendengar dan melakukan firman-Nya, yang bersedia dipimpin, dibentuk, dan dipakai untuk kemuliaan-Nya.
Ketika kita taat dan setia, Tuhan akan mengangkat kita, dalam waktu-Nya dan dengan cara-Nya, menjadi berkat bagi banyak orang.
Saudara, dalam kelompok pemuridan, diskusikan apakah engkau sungguh mendengarkan suara Tuhan, karena itu adalah jalan menuju perkenan Tuhan.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Bagaimana hidup kita mencerminkan sebagai pelayan Allah di tengah masyarakat saat ini?
Apa yang dimaksud dengan “keturunan yang diberkati TUHAN”? Apakah ini berbicara tentang keturunan biologis atau rohani?
Yesaya 61, adalah pasal yang berisi nubuat tentang pemulihan besar yang akan Tuhan kerjakan bagi umat-Nya.
Ayat-ayat ini menggambarkan akan adanya perubahan luar biasa: akan datangnya tahun rahmat Tuhan yang akan menghibur orang yang berkabung, akan dipulihkannya reruntuhan menjadi kota yang makmur.
“Keturunanmu akan terkenal di antara bangsa-bangsa, dan anak cucumu di tengah-tengah suku-suku bangsa, sehingga semua orang yang melihat mereka akan mengakui, bahwa mereka adalah keturunan yang diberkati TUHAN.” (Yesaya 61:9).
Janji ini bukan hanya untuk bangsa Israel secara fisik, tetapi juga untuk kita umat Allah yang telah ditebus oleh darah Kristus.
Lalu apa artinya menjadi keturunan yang diberkati Tuhan?
Bagaimana hal itu memengaruhi kehidupan kita dan generasi-generasi berikutnya?
“Tetapi kamu akan disebut imam TUHAN dan akan dinamai pelayan Allah kita. Kamu akan menikmati kekayaan bangsa-bangsa dan akan memegahkan diri dengan segala harta benda mereka.” (Yesaya 61:6).
Kemuliaan pertama dari keturunan yang diberkati Tuhan adalah pribadi kita yang diubahkan.
Kita bukan lagi orang yang terbuang, melainkan disebut sebagai imam-imam Tuhan, itu artinya kita sebagai perantara antara Allah dan dunia.
Dalam Perjanjian Baru, hal ini diteguhkan:
“Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri…” (1 Petrus 2:9a).
Kita bukan hanya umat yang diselamatkan, tetapi diangkat menjadi imamat yang rajani, orang-orang yang oleh karena anugerah Tuhan diberi kuasa atau otoritas untuk turut ambil bagian dalam pemerintahan Allah di muka bumi.
“…kamu akan mendapat warisan dua kali lipat di negerimu dan sukacita abadi akan menjadi kepunyaanmu.” (Yesaya 61:7b).
Tuhan menjanjikan pemulihan yang berlipat ganda atas luka, kehancuran, dan penghinaan yang pernah dialami umat-Nya.
Tuhan tidak hanya menyembuhkan luka, tetapi menggantikannya dengan sukacita abadi.
Sehingga keturunan yang diberkati Tuhan adalah mereka yang mengalami pemulihan ilahi, yang tidak hanya memulihkan masa lalu, tetapi juga mempersiapkan masa depan yang penuh kemuliaan.
Saudara, dalam kelompok pemuridan, diskusikan bagaimana wujud dari kemuliaan yang Tuhan berikan kepada kita itu dapat kita nikmati?
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Kemuliaan seperti apakah yang Tuhan berikan kepada para murid-Nya?
Apakah yang Tuhan kehendaki tentang kesatuan umat Tuhan dan berikan contoh konkret apa yang bisa dilakukan di masa kini?
Yohanes pasal 17 dikenal sebagai Doa Tuhan Yesus untuk murid-murid-Nya.
Dan dalam bagian terakhir doa ini, Yesus menyatakan satu kebenaran menakjubkan: bahwa Ia telah memberikan kemuliaan yang diterima dari Bapa kepada murid-murid-Nya.
Ini adalah pernyataan yang sangat mendalam:
“Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku.” (Yohanes 17:22a).
Sebenarnya apa arti kemuliaan ini? Bagaimana bentuknya?
Dan bagaimana hal ini mengubah identitas dan hidup para murid, termasuk kita umat percaya di masa kini?
Dalam Perjanjian Lama, kemuliaan Allah adalah manifestasi kehadiran-Nya yang kudus dan tak tertandingi.
Itu terlihat dalam tiang awan pada siang hari dan tiang api pada malam hari yang tampak di atas Kemah Suci.
Namun dalam Kitab Yohanes, kemuliaan itu diperlihatkan bukan lewat kilau terang, tetapi dalam pengorbanan kasih dan ketaatan sempurna Yesus kepada Bapa.
“Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya.” (Yohanes 17:4).
Kemuliaan Yesus bukan sekadar kuasa, tetapi karakter Allah yang dinyatakan dalam kasih, kekudusan, kerendahan hati, dan pengorbanan.
Dan inilah kemuliaan yang Ia berikan kepada murid-murid-Nya.
Yohanes 17:22b “…, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu”
Kemuliaan yang diberikan Yesus tidak dimaksudkan untuk individualisme atau kemegahan pribadi, melainkan untuk menciptakan kesatuan kita umat percaya.
Kemuliaan sejati akan selalu membawa orang percaya pada persekutuan yang dalam dengan Allah dan dengan sesama.
Dan kesatuan ini bukan keseragaman, tetapi kesatuan dalam kasih dan tujuan, hidup dalam misi Kristus, mencerminkan kasih Bapa, dan berjalan dalam kebenaran Roh.
Saudara, dalam kelompok pemuridan, diskusikan bagaimana kemuliaan yang Tuhan berikan kepada umat percaya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari?
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Siapakah yang menjadi satu roh dengan Allah?
Bagaimanakah status tubuh jasmani kita?
Dalam pemahaman masa kini, tubuh manusia seringkali dipandang hanya sebagai objek fisik untuk dilihat, dipuja, atau bahkan dieksploitasi.
Namun Alkitab mengajarkan suatu pandangan yang jauh lebih dalam dan mulia: tubuh kita adalah bait Allah.
Ini bukan sekadar hal yang abstrak, melainkan realitas rohani yang kudus.
Karena “siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia.” (1 Korintus 6:17).
Untuk lebih memahami konteks dari ayat Firman yang kita baca, perlu kita memahami seperti apakah kota Korintus pada jaman gereja yang mula-mula.
Pada zaman itu Korintus adalah kota besar, makmur, dan bersifat metropolitan.
Terletak di Yunani, di jalur strategis dekat dengan pelabuhan besar yang menjadikan Korintus menjadi pusat perdagangan internasional.
Karena kekayaan dan campuran dari berbagai budaya, kota Korintus menjadi kota yang penuh dengan gaya hidup hedonisme, keangkuhan, dan banyak terdapat hal yang asusila dilakukan oleh warganya.
Itu sebabnya Paulus menulis secara khusus kepada orang-orang percaya di Korintus tentang gaya hidup bebas dan moralitas yang rusak.
Ia mengingatkan mereka bahwa hidup orang percaya tidak lagi milik orang tersebut secara pribadi, sebab mereka telah dibeli dan dibayar lunas oleh darah Kristus.
Karena itu, tubuh mereka tidak bisa diperlakukan seenaknya, tetapi harus dihormati sebagai tempat kediaman Roh Kudus.
Sebagai umat Allah, tubuh kita juga adalah Bait Allah dan ini tentu memiliki konsekuensi akan apa yang sepatutnya kita lakukan dengan tubuh jasmani kita.
Pertama, penting untuk kita hidup dalam kekudusan.
Paulus secara tegas berkata, “Jauhkanlah dirimu dari percabulan.” Dosa seksual disebut sebagai dosa yang berdampak langsung terhadap tubuh.
Ketika kita sadar bahwa tubuh kita adalah bait-Nya, maka kita tidak akan sembarangan dalam menggunakannya.
Kedua, kita akan menjaga diri dari pencemaran dunia.
Dunia menawarkan banyak hal yang mencemari pikiran, tubuh, dan roh.
Tetapi sebagai bait Allah, kita dipanggil untuk hidup berbeda: menjaga kesucian, kesehatan, dan integritas hidup.
Ketiga, kita menggunakan tubuh untuk kemuliaan Tuhan.
Segala aktivitas kita, baik makan, minum, bekerja, berbicara, bahkan istirahat, dapat menjadi bentuk penyembahan kepada Tuhan jika dilakukan dalam kesadaran bahwa tubuh ini milik-Nya.
Saudara, dalam kelompok pemuridan, diskusikan tentang bahaya yang bisa menyebabkan pencemaran rohani yang berasal dari tubuh jasmani kita.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apakah ciri-ciri orang yang tidak mengenal Allah pada jaman akhir?
Apakah ciri-ciri tersebut hanya berlaku bagi orang yang belum mengenal Kristus atau juga akan ada pada orang yang sudah mengenal Kristus?
Surat Paulus kepada Timotius yang telah kita baca, ini memberikan gambaran mengerikan tentang kondisi manusia di hari-hari terakhir.
Dunia digambarkan sebagai tempat yang semakin jauh dari Tuhan.
Nilai-nilai Firman Allah yang ada dalam Alkitab, digantikan dengan perilaku yang hanya mementingkan diri sendiri, keserakahan, kesombongan, dan kekerasan hati.
Gambaran ini bukan hanya nubuat masa depan, ini adalah kenyataan yang sedang kita saksikan hari-hari ini.
Bukankah media massa, media sosial dipenuhi berita tentang kekerasan, tindak kejahatan yang semakin mencekam, dan perilaku korupsi pun tampak sudah sukar untuk ditiadakan.
Dalam hubungan pribadi, kita melihat keretakan dalam keluarga, pertengkaran antar teman, dan semangat persaingan yang mengabaikan kasih.
Bahkan dalam konteks pelayanan pun, banyak yang hanya beribadah secara lahiriah atau hanya bersifat agamawi, tanpa mengalami keintiman persekutuan dengan Tuhan.
Namun, justru di tengah-tengah dunia yang rusak inilah umat Tuhan dipanggil untuk bersinar semakin terang. Terang karena kemuliaan Tuhan ada pada kita.
Saudara, kemuliaan Tuhan bukanlah hanya sesuatu yang terlihat secara fisik atau spektakuler.
Dalam Alkitab, kemuliaan sering kali dikaitkan dengan kehadiran Tuhan, karakter-Nya yang mulia, dan pekerjaan-Nya yang menyelamatkan dan mengubahkan.
Ketika dunia berjalan dalam kegelapan, anak-anak Tuhan dipanggil untuk menjadi terang.
Saat kebanyakan orang hidup dalam tipu daya, egoisme, dan kemunafikan, kita dipanggil untuk hidup dalam kasih, kebenaran, dan kuasa Roh Kudus.
Inilah bentuk nyata dari kemuliaan di tengah dunia yang rusak.
Tuhan Yesus menghendaki agar “terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” (lihat. Matius 5:16)
Dengan kata lain, hidup orang percaya yang benar, kudus, dan penuh kasih adalah cerminan dari kemuliaan Tuhan yang sejati.
Kemuliaan Allah tidak pernah padam, bahkan di dunia yang rusak dan penuh kegelapan.
Justru kemuliaan Allah itu seperti bintang yang sangat terang di langit malam, kemuliaan itu bersinar dengan cemerlang di tengah situasi yang paling kelam.
Mari kita memilih untuk tidak menjadi bagian dari kerusakan dunia, tetapi menjadi pembawa kemuliaan Tuhan.
Jadilah terang, hiduplah dalam kasih, dan tunjukkan kuasa Allah melalui kehidupan yang diubahkan.
Saudara, dalam kelompok pemuridan, diskusikan tentang situasi sosial saat ini apakah hal itu berdampak pada kehidupan pribadi dan dalam pelayanan di gereja.