Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apa yang harus diusahakan oleh jemaat di Korintus sesuai pesan Paulus pada perikop ini?
Apa yang harus kita lakukan agar Allah sumber damai sejahtera menyertai kita?
Apakah yang harus kita berikan kepada saudara yang lain?
Kasih karunia dan persekutuan siapa yang menyertai senantiasa murid-murid di Korintus?
Kota Korintus pada abad pertama adalah pusat perdagangan dan budaya Yunani-Romawi.
Kehidupan sosialnya sangat kosmopolitan, tapi juga dikenal dengan moralitas yang rusak, persaingan, dan perpecahan.
Jemaat di sana menghadapi masalah serius: perpecahan antar kelompok (1 Korintus 1:12), ketidakmurnian moral (1 Korintus 5), penyalahgunaan karunia rohani (1 Korintus 12–14), serta kritikan terhadap kerasulan Paulus (2 Korintus 10–13).
Rasul Paulus menutup suratnya kepada jemaat di Korintus dengan sebuah nasihat penuh kasih: “Bersukacitalah, sempurnakanlah dirimu, kuatkanlah hatimu, sehati sepikir, dan hiduplah dalam damai sejahtera.” (ayat 11).
Lalu ia meneguhkan jemaat dengan berkat yang sangat terkenal: kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian (ayat 14).
Konteks ini lahir dari pergumulan jemaat yang penuh perpecahan, ajaran yang menyimpang, serta ketegangan dalam hubungan dengan Paulus.
Namun penutup ini bukan sekadar formalitas, melainkan undangan untuk masuk dalam kehidupan yang ditopang oleh kasih Allah Tritunggal.
Bagi kita pada masa kini, pesan ini sangat relevan.
Dunia modern menawarkan banyak suara yang dapat menggeser kebenaran: relativisme, kesibukan, hingga godaan materi.
Namun firman hari ini menegaskan bahwa murid Kristus dipanggil untuk hidup dalam persekutuan yang nyata dengan Roh Kudus.
Dialah yang menolong kita untuk memiliki sukacita di tengah penderitaan, kesatuan di tengah perbedaan, serta damai sejahtera di tengah kegelisahan dunia.
Persekutuan dengan Roh Kudus bukan sekadar pengalaman emosional, tetapi realitas hidup yang membuat kita sadar akan hadirat Allah, diteguhkan dalam iman, dan diarahkan kepada kebenaran.
Karena itu, hal praktis yang harus dijalani adalah membangun keintiman dengan Roh Kudus setiap hari.
Dalam tantangan dunia modern—dengan arus informasi yang cepat, tekanan hidup, dan kecenderungan individualisme—murid Kristus harus melatih diri untuk peka mendengar suara Roh Kudus melalui doa, perenungan firman, dan ketaatan sehari-hari.
Kita dipanggil untuk menjadi saksi kasih Kristus dengan menjaga kesatuan dalam komunitas, menunjukkan damai sejahtera di lingkungan kerja, serta menghadirkan terang di tengah dunia yang penuh kegelisahan.
Dengan hidup dalam persekutuan Roh Kudus, kita tidak hanya bertahan, tetapi juga memancarkan kasih Allah yang mengubahkan.
Diskusikan dengan kelompok PA dan persekutuan kita, mengenai topik ini dengan lebih mendalam. Bagaimana kita bisa praktekkan dalam kehidupan sehari-hari dan berkat apa yang didapat dari melakukan Firman Tuhan ini.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apakah seseorang bisa hidup tidak di bawah hukum Taurat?
Apakah perbedaan antara percabulan, kecemaran, dan hawa nafsu?
Menjadi murid Kristus bukan hanya tentang belajar firman dan beribadah, tetapi tentang hidup dalam Roh, menghasilkan kehidupan yang nyata, yang dirasakan oleh orang lain.
Rasul Paulus mengajarkan bahwa hidup seorang murid sejati tidak ditentukan oleh kemampuan manusia, tetapi oleh buah Roh yang dihasilkan saat seseorang hidup dipimpin oleh Roh Kudus.
Dalam diri setiap umat percaya, ada pertentangan antara keinginan daging (keinginan manusia yang berdosa) dan keinginan Roh (keinginan untuk melakukan kehendak Allah).
Keinginan daging adalah keinginan untuk memuaskan ego, nafsu, dan ambisi pribadi.
Keinginan Roh akan memimpin kita kepada kekudusan, kesediaan untuk memikul salib, dan untuk mengasihi dengan kasih Kristus.
Murid yang sejati bukan lah yang hanya tahu mana yang benar, tetapi yang memilih untuk hidup oleh Roh, menolak keinginan daging yang tampak lebih menarik tetapi sesungguhnya akan membawa kita menjadi semakin jauh dari Tuhan.
Keinginan daging yang perlu diwaspadai ada dalam dua kelompok:
Kelompok pertama yang terkait dengan dosa seksual: percabulan, kecemaran, dan hawa nafsu.
Berbeda dengan masa dimana Alkitab diwahyukan, saat ini dosa seksual terpampang dengan sangat jelas melalui alat komunikasi visual dan sedemikian mudah diakses oleh siapapun, termasuk anak-anak.
Sesungguhnya tanpa pertolongan Roh, mustahil seseorang bisa hidup dalam kekudusan dan kebenaran.
Kelompok dosa kedua adalah yang terkait dengan penyembahan berhala.
Di jaman ini berhala bukan berbentuk patung yang disembah, tetapi berbagai hal yang menjadi pusat perhatian manusia, sering dipikirkan, diimpikan dan dicari dengan sekuat tenaga.
Apakah itu: uang, harta benda, aset yang bisa berwujud kendaraan, rumah, perhiasan mahal.
Manusia modern telah dibius dengan kebahagiaan palsu yang ditandai dengan berbagai pencapaian atas kepemilikan dari hal-hal di atas.
Sebaliknya dari hidup dalam kedagingan, Tuhan menghendaki kita sebagai murid Kristus untuk hidup dipimpin oleh Roh, sehingga kita menghasilkan buah-buah Roh Kudus.
Kita berlimpah dalam: Kasih – Yang membuat kita bisa mengasihi orang lain tanpa pamrih, bahkan sekalipun orang tersebut sangat menjengkelkan.
Kita memiliki buah Roh Sukacita – Dan ini bukan kegembiraan duniawi karena kita memiliki banyak uang, harta.
Ini sukacita yang kita peroleh karena hidup di dalam Roh.
Saudara, dalam kelompok pemuridan, ceritakan pengalamanmu dibaptis Roh, yang umumnya dengan perantaraan para hamba Tuhan.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apakah yang dimaksud dengan baptisan Yohanes?
Apakah yang terjadi ketika Paulus membaptis mereka dalam nama Yesus?
Apa perbedaan baptisan yang Paulus lakukan dengan baptisan yang Yohanes lakukan?
Baptisan adalah salah satu tanda ketaatan dan iman dalam kehidupan rohani kita.
Namun, Alkitab menunjukkan bahwa bukan hanya tindakan baptisan yang penting, tetapi juga oleh siapa seseorang dibaptis.
Kisah 19:1-6 menceritakan bagaimana Paulus bertemu beberapa murid di Efesus yang sudah dibaptis, tetapi belum dibaptis dalam nama Yesus dan belum menerima Roh Kudus.
Peristiwa ini mengungkapkan bahwa baptisan yang sejati selalu terkait erat dengan karya Roh Kudus.
Baptisan Yohanes adalah baptisan pertobatan, tanda seseorang percaya kepada karya keselamatan Kristus dan bertekad untuk meninggalkan dosa.
Tetapi, baptisan ini belum membawa seseorang masuk ke dalam hubungan perjanjian baru dengan Kristus, karena dilakukan sebelum kematian dan kebangkitan-Nya.
Paulus menegaskan bahwa orang percaya jangan berhenti pada baptisan air.
Harus lanjut kepada baptisan Roh Kudus yang membawa kita kepada janji Bapa, yaitu kepenuhan Roh Kudus.
Karena tanpa Roh Kudus, kehidupan rohani akan hambar, kita tidak memiliki kuasa, dan mudah digoyahkan oleh roh jahat.
Kisah Para Rasul 19:6 “Dan ketika Paulus menumpangkan tangan di atas mereka, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, dan mulailah mereka berkata-kata dalam bahasa roh dan bernubuat.”
Setelah Paulus menumpangkan tangan, Roh Kudus turun atas mereka, dan mereka mulai berkata-kata dalam bahasa roh dan bernubuat.
Ini adalah tanda bahwa baptisan Roh bukan sebuah ritual, tetapi ini adalah pencurahan kuasa ilahi.
Dari peristiwa ini, ada beberapa pelajaran penting:
Kebenaran harus menjadi dasar ibadah, iman yang sehat dibangun di atas pengenalan yang benar akan Kristus.
Baptisan dalam nama Yesus adalah pengakuan iman yang penuh, bukan sekadar simbol, tetapi pernyataan bahwa kita sepenuhnya menjadi milik-Nya.
Kepenuhan Roh Kudus memberi kuasa untuk menjadi saksi, tanpa Roh Kudus, sesungguhnya kita tidak atau kurang berdaya!
Saudara, dalam kelompok pemuridan, ceritakan pengalamanmu dibaptis Roh – umumnya dengan perantaraan seorang hamba Tuhan.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Apakah yang Tuhan perintahkan kepada Ananias?
Bagaimana reaksi Ananias ketika menerima perintah tersebut?
Kisah pertobatan Saulus di jalan menuju Damsyik adalah salah satu peristiwa paling dramatis dalam Perjanjian Baru.
Dari seorang penganiaya jemaat, ia diubahkan menjadi rasul yang memberitakan Kristus sampai ke ujung bumi.
Dari penganiaya jemaat menjadi penulis kitab Perjanjian Baru yang paling produktif.
Namun, titik balik hidupnya bukan hanya ketika ia melihat cahaya dan mendengar suara Yesus, tetapi juga saat ia dipenuhi dengan Roh Kudus melalui pelayanan Ananias.
Ananias yang tahu bagaimana reputasi Saulus sebagai penganiaya jemaat, adalah sangat wajar kalau dia sempat ragu, tetapi ketaatan Ananias membuktikan bahwa perintah Tuhan harus direspon dengan iman, bukan rasa takut.
Setelah firman Tuhan datang kepada Ananias dan Tuhan sendiri yang menyatakan bahwa Dia akan memakai Saulus sebagai utusan ke bangsa-bangsa lain dan raja-raja.
Ananias pun dengan lantang berbicara kepada Saulus, “Saulus, saudaraku, Tuhan Yesus, yang telah menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus.”
Saulus yang matanya kembali pulih, akhirnya dibaptis dan untuk sementara tinggal bersama dengan para murid di Damsyik.
Baptisan Saulus ini menandai kematian manusia lamanya dan kelahiran baru di dalam Kristus.
Sejak saat itu, Saulus tidak lagi mengandalkan kekuatan dirinya, melainkan kuasa Roh yang bekerja di dalamnya.
Kisah Saulus mengingatkan kita bahwa pilihan Tuhan bukanlah kebetulan.
Allah memanggil bukan karena kita layak, tetapi karena kasih karunia-Nya.
Dan setiap panggilan selalu disertai dengan pengurapan Roh Kudus agar kita sanggup menjalankannya.
Apa pun latar belakang kita, Allah sanggup untuk mengubah kita menjadi alat di tangan-Nya, untuk menyatakan kasih, kuasa dan anugerah-Nya kepada mereka yang terhilang.
Tujuan Allah tetaplah sama, agar Injil diberitakan, orang yang berdosa diselamatkan, dan Dia akan memakai umat-Nya untuk menggenapi hal itu.
Tujuan sama, hanya metoda bisa saja berubah, tetapi urutannya kurang lebih akan seperti ini:
Pertemuan dengan Kristus akan mengubah arah hidup kita.
Baptisan air akan meneguhkan komitmen iman kita.
Baptisan Roh Kudus akan memberi kuasa dan keberanian kepada kita
Panggilan untuk melayani akan datang setelah kita bertumbuh semakin dewasa dan memahami talenta dan karunia kita.
Saudara, dalam kelompok pemuridan, diskusikan apakah engkau sudah mendapatkan panggilan atau arahan untuk melayani Tuhan. Baik dalam pelayanan musik, dalam bidang audio visual, literatur atau sebagai pemurid.
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
Baptisan apa yang dilakukan oleh Yohanes?
Apa yang dimaksud dengan baptisan Roh Kudus?
Sebelum Yesus naik ke surga, Ia memberikan janji yang luar biasa kepada murid-murid-Nya: “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” (Kisah Para Rasul 1:8).
Janji ini menggenapi nubuat Yohanes Pembaptis bahwa Yesus akan membaptis dengan Roh Kudus dan api (Matius 3:11).
Baptisan Roh Kudus bukanlah momen emosional, tetapi peristiwa rohani yang membawa perubahan total dalam hidup murid-murid, sehingga mereka diperlengkapi untuk melayani dengan kuasa Allah.
Para murid setelah mereka dibaptis oleh Roh Kudus, terjadi perubahan yang sangat dramatis.
Misalnya Petrus, yang sempat menyangkal Yesus sebanyak tiga kali, menjadi Petrus yang sangat berani untuk bersaksi.
Di hadapan orang-orang Yahudi dengan gagah berani Petrus menyampaikan Injil yang diakhiri dengan: “Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus.” Dan orang-orang Yahudi yang terpesona oleh kemuliaan Kristus di dalam khutbah Petrus, bertanya, “Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara? Dan dengan tegas Petrus menjawab: “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.” (Lihat. Kisah Para Rasul 2:14-41).
Di Kisah Para Rasul 6, ditulis bagaimana ketika para rasul sedemikian sibuk melayani sehingga banyak yang mengeluh karena mereka merasa kurang terlayani.
Sehingga para rasul memutuskan untuk mengangkat para diaken untuk membantu mereka.
Stefanus yang penuh dengan karunia dan kuasa, mengadakan mujizat-mujizat dan tanda-tanda di antara orang banyak.
Stefanus ditetapkan sebagai diaken, tetapi apa yang dia lakukan tidak berbeda dengan apa yang dilakukan oleh para rasul.
Akibatnya banyak orang yang dibuat tidak nyaman sehingga akhirnya Stefanus dibawa ke Mahkamah Agama.
Dan bersama dengan Stefanus dibawa juga saksi-saksi palsu.
Stefanus yang penuh dengan iman dan Roh Kudus dengan gagah berani menyampaikan kisah tentang Abraham hingga Kristus.
Imam Besar dan para ahli Taurat yang mendengar kisah itu, sangat tertusuk hati mereka.
Mereka menyambutnya dengan gertakan gigi, karena kesaksian Stefanus itu seperti menelanjangi kemunafikan mereka.
Dengan amarah meluap mereka menyeret Stefanus dan melempari Stefanus dengan batu.
Stefanus, seorang diaken pertama dalam gereja yang mula-mula, akhirnya mati sebagai martir.
Dan kematian Stefanus sama sekali tidak membuat orang percaya menjadi takut. Injil terus tersebar.
Dan kisah perjuangan para rasul, para diaken, para penginjil itu terus berlangsung hingga masa kini.
Saudara, dalam kelompok pemuridan, diskusikan bagaimana pengalamanmu memberitakan Injil kepada keluargamu, atau kepada teman di sekolah, kampus atau di kantor.