SERUPA DENGAN KRISTUS MENJADI TERANG
Penulis : Pdt. Saul Rudy Nikson

Pembacaan Alkitab Hari ini :
FILIPI 3:7-11
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya memahaminya.

- “Sampah” apa dalam hidupmu yang masih sulit kamu lepaskan untuk Kristus?
- Bagaimana hubungan antara “kuasa kebangkitan” dan “penderitaan” dalam proses pertumbuhan rohanimu?
- Langkah praktis apa yang dapat kamu ambil hari ini untuk lebih mengutamakan “pengenalan akan Kristus”?

“Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus”. (Filipi 3:7).
Surat Filipi dikenal sebagai “Surat Sukacita”, namun ditulis dari tempat yang paling tidak menyenangkan: penjara.
Justru dalam keadaan inilah terang iman Paulus bersinar paling terang.
Ia tidak mengeluh, tetapi menulis untuk menguatkan jemaat di Filipi.
Konteks inilah yang membuat pengakuannya dalam pasal 3 begitu berkuasa.
Ketika segala hak dan keamanan dunianya hilang, Paulus justru menemukan bahwa Kristus adalah satu-satunya harta yang tidak dapat dirampas.
Hidupnya menjadi bukti bahwa terang sejati bukan berasal dari keadaan yang baik, tetapi dari pengenalan yang dalam akan Kristus, yang mampu bersinar bahkan dalam kegelapan penjara.
Prinsip kebenaran pertama yang Paulus ajarkan adalah perlunya sebuah pertukaran nilai yang radikal.
Semua yang kita banggakan—latar belakang keluarga, prestasi akademis, kesuksesan karir, pelayanan agama, bahkan moralitas pribadi—harus ditempatkan pada perspektif yang benar di hadapan Kristus.
Semua hal itu adalah “keuntungan”, tetapi bisa menjadi “kerugian” jika kita mengandalkannya untuk diterima oleh Allah.
Kita menjadi terang ketika kita berani, seperti Paulus, mengosongkan tangan kita dari “sampah” yang kita anggap berharga, agar kita dapat sepenuhnya merangkul Kristus sebagai satu-satunya harta.
Terang itu bersinar ketika dunia melihat bahwa kita menganggap sesuatu yang mereka kejar sebagai tidak berharga dibandingkan dengan Kristus.
Prinsip kebenaran kedua adalah jalan untuk menjadi serupa dengan Kristus.
Proses ini tidak otomatis dan nyaman. Paulus menggambarkannya sebagai sebuah proses yang dinamis: “kuasa kebangkitan-Nya” dan “persekutuan dalam penderitaan-Nya”.
Kita tidak dapat memilih yang satu dan menolak yang lain. Kuasa Allah dinyatakan justru ketika kita lemah dan bersandar kepada-Nya.
Keserupaan dengan Kristus dibentuk bukan di puncak kesuksesan, tetapi dalam lembah penyerahan dan ketaatan, bahkan dalam penderitaan.
Inilah cara terang itu ditempa—sebagaimana sebuah lentera harus dilindungi oleh kaca yang tembus pandang, hidup kita harus “dibentuk” melalui proses penyangkalan diri dan ketaatan, agar terang Kristus dapat bersinar tanpa halangan.
Hal-hal praktis untuk melakukan Firman.
Pertama, Secara rutin, evaluasi hal-hal yang Anda banggakan.
Tanyakan, “Apakah ini membawa aku lebih dekat kepada Kristus atau justru membuatku mengandalkan diriku sendiri?”
Berdoalah untuk melepaskan segala “keuntungan” yang menghalangi persekutuan dengan-Nya.
Kedua, Sambut Penderitaan Kecil sebagai Latihan.
Jangan lari dari ketidaknyamanan, penolakan, atau kesulitan kecil yang datang karena kesetiaan kepada Kristus.
Lihatlah itu sebagai “persekutuan dalam penderitaan-Nya” yang akan membentuk karakter Kristus dalam diri Anda.
Ketiga, Jadikan Pengenalan akan Kristus sebagai Tujuan Utama.
Dalam setiap aktivitas rohani—baca Alkitab, doa, ibadah—tetapkan tujuan utama bukan untuk sekedar mendapat berkat atau pengetahuan, tetapi untuk “mengenal Dia” lebih dalam.
Carilah wajah-Nya, bukan hanya tangan-Nya.

Diskusikan dalam kelompok PA, bagaimana caranya mengetahui sampah rohani dan membuangnya.
Pembacaan Alkitab Setahun
Ibrani 11-13