KRISTUS HIDUP DALAM KITA
Penulis : Pdt. Saul Rudy Nikson

Pembacaan Alkitab Hari ini :
GALATIA 2:19-20
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya memahaminya.

- Apa arti praktisnya bagimu “bukan lagi aku sendiri yang hidup”?
- Bagaimana kamu dapat hidup “oleh iman dalam Anak Allah” hari ini?
- Bagaimana keyakinan bahwa “Kristus hidup di dalam aku” mengubah caramu menghadapi satu tantangan spesifik?

“namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku”. (Galatia 2:20).
Surat Galatia ditulis dalam suasana genting.
Jemaat di Galatia sedang disesatkan oleh orang-orang yang meyakinkan mereka bahwa percaya kepada Kristus saja tidak cukup; mereka juga harus disunat dan menaati hukum Taurat untuk diselamatkan.
Bagi Paulus, ini bukanlah perdebatan kecil, melainkan penyangkalan terhadap inti Injil itu sendiri.
Jika keselamatan bisa diraih dengan usaha manusia, maka kematian Kristus menjadi sia-sia.
Inilah yang membuat Paulus dengan berani menegur Petrus dan menulis surat yang tegas ini.
Kebenaran bahwa manusia dibenarkan hanya oleh iman kepada Kristus saja adalah harga mati yang tidak bisa ditawar.
Ayat 19 memperkenalkan sebuah paradoks rohani yang mendalam: kita harus mati untuk benar-benar hidup.
Paulus berkata, “Sebab aku telah mati bagi hukum Taurat.”
Apa artinya? Ini berarti kita sudah tidak lagi berada di bawah sistem yang menuntut kita untuk membuktikan diri kita benar di hadapan Allah dengan kekuatan kita sendiri, dan kita tidak pernah bisa memenuhinya.
Namun, kematian ini justru menjadi pembebasan.
Ketika kita “mati” bagi sistem usahanya sendiri, kita dibuka untuk menerima kehidupan yang sejati—kehidupan yang berasal dari Kristus.
Kematian ini terjadi karena kita telah “disalibkan dengan Kristus.”
Salib-Nya bukan hanya peristiwa sejarah, melainkan tempat di mana identitas lama kita dihukum dan diakhiri.
Prinsip kebenaran yang kedua adalah: Hidup Kristen yang sejati adalah Kristus yang hidup di dalam dan melalui kita.
Bukan kita yang berusaha meniru Yesus dengan kekuatan kita, melainkan kita membiarkan Dia menyatakan hidup-Nya melalui kepribadian, talenta, dan tubuh kita.
Ini adalah kehidupan yang dijalani “oleh iman.” Iman bukanlah perasaan, tetapi sikap percaya dan ketergantungan yang terus-menerus bahwa “Anak Allah telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.”
Ketika kita sadar bahwa Kristus mengasihi kita secara pribadi dan telah memberikan segalanya bagi kita, motivasi hidup kita berubah dari kewajiban menjadi respons kasih.
Hal-hal praktis untuk melakukan Firman. Pertama, Sadarilah “Kematian” Identitas Lama Setiap Hari.
Di pagi hari, akui dengan sengaja, “Aku telah disalibkan dengan Kristus.
Tuntutan, rasa bersalah, dan ego lamaku sudah tidak berkuasa lagi.”
Ini membebaskan kita dari beban membuktikan diri.
Kedua, Hidupilah hari Ini dengan sikap bergantung penuh (Iman).
Dalam setiap situasi—bekerja, berkeluarga, menghadapi pencobaan—bertanyalah, “Bukan aku, tetapi Kristus.”
Serahkan kendali dan undang Roh-Nya untuk bertindak melalui Anda.
Ketiga, Biarkan Kasih Kristus Menjadi Motivasi Utama.
Ketika menghadapi orang yang sulit atau tugas yang berat, ingatlah frasa “Ia mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya bagiku.”
Tindakan kasih terbesar-Nya inilah yang seharusnya menjadi pendorong bagi setiap tindakan kasih dan pengorbanan kita kepada orang lain.

Diskusikan dalam kelompok PA saudara, diskusikan apakah respon kita apabila telah menerima kasih karunia.
Pembacaan Alkitab Setahun
Ibrani 7-10