TUBUH TERPELIHARA SEMPURNA DENGAN TAK BERCACAT

Penulis : Pdt. Saul Rudy Nikson

This image has an empty alt attribute; its file name is D1.png

Pembacaan Alkitab Hari ini : 

1 TESALONIKA 5:23-27

Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya memahaminya.

This image has an empty alt attribute; its file name is D2.png
  1. Apa artinya dikuduskan secara roh, jiwa, dan tubuh?
  2. Bagaimana kesetiaan Allah memberi keyakinan akan pemeliharaan-Nya?
  3. Bagaimana komunitas membantumu bertumbuh dalam kekudusan?
This image has an empty alt attribute; its file name is D3.png

Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita.” (1 Tesalonika 5:23).

Jemaat di Tesalonika adalah sebuah komunitas baru yang lahir di tengah gejolak dan penganiayaan.

Mereka hidup dengan pengharapan yang besar akan kedatangan Kristus kembali, namun juga dihantui oleh pertanyaan dan ketakutan, termasuk tentang kesiapan mereka menyambut Sang Mempelai.

Dalam konteks inilah Rasul Paulus menulis suratnya untuk menguatkan dan mengarahkan mereka.

Penutup suratnya bukan sekadar formalitas, melainkan sebuah doa dan permohonan yang mencerminkan isi hatinya yang terdalam bagi kawanan domba yang dikasihinya.

Ia ingin mereka bertahan dan sampai pada garis akhir dengan kemenangan.

Doa Paulus mengungkapkan sebuah kebenaran mendalam: kekudusan dan pemeliharaan kita adalah karya Allah sendiri.

Bukan kita yang mengandalkan kekuatan sendiri untuk menjadi kudus, melainkan “Allah damai sejahtera” yang akan mengerjakannya dalam diri kita.

Yang menakjubkan, kekudusan yang Allah kehendaki bersifat holistik, mencakup “roh, jiwa, dan tubuh”.

Allah tidak hanya peduli dengan aspek rohani kita saja, tetapi juga dengan pikiran, perasaan, kehendak (jiwa), dan bahkan tubuh fisik kita.

Semua aspek kehidupan kita—ibadah, pekerjaan, hubungan, bahkan kesehatan—adalah bagian dari proses pengudusan.

Tujuannya jelas: agar kita dapat dipelihara “dengan tak bercacat” pada saat Yesus Kristus datang.

Keyakinan Paulus bahwa Allah akan menyelesaikan karya-Nya ini bukanlah sebuah harapan kosong, melainkan berdasarkan pada karakter Allah sendiri.

Ayat 24 menjadi peneguh: “Ia, yang memanggil kamu, adalah setia.” Kesetiaan Allah pada janji dan panggilan-Nyalah yang menjadi jaminan utama kita.

Inilah yang membedakan Kekristenan dari agama-agama lain; keselamatan kita dari awal hingga akhir bergantung pada kesetiaan Allah, bukan ketidaksetiaan kita.

Pemeliharaan ini memiliki tujuan yang mulia, yaitu penampakan kemuliaan kita bersama Kristus pada kedatangan-Nya.

Kekudusan kita adalah untuk mempersiapkan kita sebagai mempelai yang siap menyambut Mempelai Pria surgawi.

Lalu, bagaimana kita merespons kebenaran ini?

Pertama, dengan beristirahat dalam kesetiaan Allah.

Ketika kita lemah dan jatuh, kita tidak perlu putus asa, tetapi ingatlah bahwa Dia yang memulai pekerjaan baik dalam kita akan menyempurnakannya.

Kedua, kita diajak untuk bekerja sama dengan Roh Kudus dalam proses pengudusan seluruh hidup kita.

Kita memelihara tubuh sebagai bait Roh Kudus, merenungkan Firman untuk memperbarui jiwa, dan menyembah Dia dalam roh.

Ketiga, kita menghidupinya dalam komunitas. Kita saling mendoakan seperti Paulus meminta doa, kita menguatkan satu sama lain dengan kasih persaudaraan, dan kita setia membangun diri di atas Firman Tuhan yang dibaca dan diajarkan secara lengkap.

Dengan demikian, kita hidup dalam keyakinan bahwa Ia akan memampukan kita untuk berdiri tak bercacat di hadapan-Nya kelak.

Diskusikan dengan pembimbingmu, bagaimana caranya membangun kekudusan dalam jiwa dan tubuh.

Pembacaan Alkitab Setahun

Kisah Para Rasul 11-13