OLEH BILUR-BILURNYA KITA TELAH SEMBUH
Penulis : Pdt. Saul Rudy Nikson

Pembacaan Alkitab Hari ini :
1 PETRUS 2:21-25
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya memahaminya.

- Apa tantangan terbesar untuk tidak membalas ketidakadilan?
- Bagaimana Yesus sebagai pengganti mengubah pandanganmu tentang dosa?
- Di aspek apa kamu paling butuh penyembuhan rohani dari Kristus?

“….Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh….” (1 Petrus 2:24).
Surat 1 Petrus ditulis kepada orang-orang percaya yang tersebar di berbagai wilayah dan sedang menghadapi tekanan dan penganiayaan karena iman mereka kepada Kristus.
Dalam situasi yang penuh ketidakpastian dan penderitaan itu, Petrus menulis untuk menguatkan dan mengingatkan mereka tentang identitas mereka sebagai umat pilihan Allah.
Nasihatnya sangat praktis, termasuk bagaimana menghadapi ketidakadilan, khususnya bagi para hamba atau budak yang mungkin diperlakukan dengan semena-mena oleh tuan mereka.
Dalam konteks inilah Petrus mengarahkan pandangan mereka kepada Kristus, yang adalah teladan utama dalam menanggung penderitaan.
Petrus menekankan bahwa Kristus adalah teladan kita yang sempurna.
Ketika kita menghadapi perlakuan tidak adil, cercaan, atau penderitaan karena kebenaran, kita diajak untuk “mengikuti jejak-Nya”.
Bagaimana jejak itu? Dia yang tidak berdosa dan tidak menipu, sama sekali tidak membalas ketika dicaci dan dianiaya.
Sebaliknya, Ia menyerahkan segala sesuatu kepada Dia yang menghakimi dengan adil.
Di sini kita belajar bahwa penderitaan kita tidak perlu menghasilkan dosa-dosa baru seperti kemarahan, kebencian, atau balas dendam.
Kristus menunjukkan jalan yang berbeda: jalan kepercayaan penuh kepada Bapa, sekalipun di dalam lorong gelap ketidakadilan.
Penderitaan Kristus bukan sekadar teladan moral yang patut kita tiru. Ia lebih dari sekedar pahlawan yang gigih; Ia adalah Sang Penebus.
Ayat 24 dengan tegas menyatakan bahwa di atas kayu salib, Dia “telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya”. Penderitaan-Nya bersifat substitutif, artinya Dia menggantikan kita.
Dosa-dosa kitalah yang seharusnya membawa kita pada maut, tetapi justru telah ditanggung-Nya.
Frase “Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh” adalah sebuah paradoks yang indah: luka-luka fisik yang diderita Yesus justru menjadi sumber penyembuhan rohani bagi kita.
Penyembuhan apakah itu? Penyembuhan dari penyakit dosa yang mematikan, pemulihan hubungan kita dengan Allah, dan kuasa untuk hidup bagi kebenaran.
Lalu, bagaimana kedua kebenaran ini diaplikasikan dalam hidup kita sehari-hari?
Pertama, Ketika kita diperlakukan dengan tidak adil, ingatlah bahwa kita dipanggil untuk mengikuti teladan Kristus dengan tidak membalas dan mempercayakan hidup kita kepada Allah.
Namun yang lebih mendasar lagi, sebelum kita mampu meneladani Dia, kita harus lebih dulu mengalami Dia sebagai Juruselamat.
Kedua, Setiap kali kita gagal untuk meneladani-Nya, kita dapat kembali kepada “Gembala dan Penjaga jiwa kita”.
Ingatlah bahwa oleh bilur-bilur (luka-luka)Nya, kita telah disembuhkan dan diampuni.
Ketiga, ketika kita mengalami sakit penyakit, ingatlah Dia juga sudah menanggung penderitaan kita.
Teruslah berharap dan melangkah dengan iman.

Diskusikan dalam kelompok PA, bagaimana caranya menghadapi penderitaan, terutama sakit penyakit.
Pembacaan Alkitab Setahun
Kisah Para Rasul 9-10