ROH YANG MENJADIKAN KITA ANAK ALLAH

Penulis : Pdt. Saul Rudy Nikson

This image has an empty alt attribute; its file name is D1.png

Pembacaan Alkitab Hari ini : 

ROMA 8:14-16

Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.

This image has an empty alt attribute; its file name is D2.png
  1. Apakah dalam kehidupan sehari-hari saya lebih sering merasa seperti seorang “hamba” yang takut dihukum atau seperti seorang “anak” yang dikasihi dan dekat dengan Bapa?
  2. Kapan terakhir kali saya benar-benar merasakan keintiman untuk memanggil Allah “Abba, Bapa” dalam doa saya?
  3. Bagaimana Roh Kudus biasanya “bersaksi” dan meyakinkan saya bahwa saya adalah anak Allah, terutama saat saya merasa lemah dan gagal?
This image has an empty alt attribute; its file name is D3.png

Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah”. (Roma 8:16).

Bagi banyak orang di jaman Rasul Paulus, hubungan dengan Allah adalah sesuatu yang jauh, formal, dan transaksional.

Mereka harus datang kepada Allah melalui perantara, mempersembahkan korban, dan taat pada banyak peraturan dengan harapan agar Dia berkenan.

Gambaran tentang Allah lebih seperti seorang Hakim yang agung atau Raja yang jauh.

Dalam konteks inilah Paulus menulis suratnya kepada jemaat di Roma. Ia ingin meluruskan pemahaman yang keliru ini.

Melalui Kristus, segalanya telah berubah.

Injil yang dibawa Paulus bukanlah tentang peraturan baru, tetapi tentang sebuah hubungan yang baru.

Sebuah hubungan yang begitu dekat dan intim, yang dipermudah oleh karya Roh Kudus di dalam hati setiap orang percaya.

Paulus menggunakan dua istilah yang bertolak belakang: “roh perhambaan” dan “Roh yang menjadikan kamu anak Allah”.

Hidup dalam “roh perhambaan” adalah hidup yang penuh beban.

Kita merasa harus membuktikan diri, takut melakukan kesalahan, dan selalu was-was akan penghukuman.

Itu adalah kehidupan yang melelahkan.

Tetapi, Roh yang diberikan Allah kepada kita adalah Roh yang membebaskan.

Dia tidak menjadikan kita hamba, tetapi anak-anak-Nya.

Seorang anak tidak perlu membuktikan apapun untuk dicintai ayahnya.

Kasih itu sudah pemberian. Statusnya sudah pasti.

Inilah yang Roh Kudus kerjakan: Dia mengubah mentalitas kita dari mentalitas hamba yang takut menjadi mentalitas anak yang tahu bahwa ia diterima dan dikasihi.

Bukti paling nyata bahwa kita adalah anak-anak adalah keintiman kita dengan Bapa.

Roh Kudus mengajarkan mulut kita untuk memanggil “Abba, ya Bapa!”.

Ini adalah seruan yang spontan, penuh kepercayaan, dan kasih.

Ini adalah doa yang keluar dari hati seorang anak yang tahu ia dipeluk oleh ayahnya.

Di saat-saat ketika kita ragu, ketika dosa membuat kita merasa tidak layak, atau ketika keadaan terasa berat, Roh Kudus tidak diam.

Dia “bersaksi bersama-sama dengan roh kita”.

Dia membisikkan kebenaran ke dalam hati kita, mengingatkan kita akan janji-janji Firman Tuhan, dan meyakinkan kita bahwa kita tetap adalah anak-anak Allah yang berharga, sekalipun perasaan kita berkata lain.

Lalu, bagaimana kita hidup sebagai anak-anak Allah sehari-hari?

Pertama, tolaklah mentalitas hamba.

Ketika Anda berdoa, ingatlah bahwa Anda datang kepada seorang Bapa, bukan kepada seorang hakim yang menunggu untuk menghakimi kesalahan Anda.

Kedua, praktikkan keintiman dengan memanggil “Abba, Bapa”.

Jadikan ini sebagai bagian dari doa-doa pribadi Anda.

Ungkapkan hati Anda kepada-Nya dengan jujur dan percaya, seperti seorang anak bercerita kepada ayahnya yang dikasihi.

Ketiga, peganglah kesaksian Roh.

Saat keraguan dan ketakutan datang, jangan andalkan perasaan.

Berpeganglah pada kebenaran Firman Tuhan dalam Roma 8:16. Katakan, “Roh Allah bersaksi bahwa saya adalah anak-Nya.”

Biarkan kebenaran ini yang membentuk identitas, harga diri, dan keberanian Anda.

Hidup dalam realitas sebagai anak Allah akan mengubah cara Anda menghadapi setiap tantangan kehidupan. 

Diskusikan dalam kelompok PA, bagaimana caranya menyadari posisi sebagai anak Allah secara konsisten.

Pembacaan Alkitab Setahun

Markus 12-13