KITA ADALAH AHLI WARIS

Penulis : Anang Kristianto

This image has an empty alt attribute; its file name is D1.png

Pembacaan Alkitab Hari ini : 

ROMA 8:12-17

Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.

This image has an empty alt attribute; its file name is D2.png
  1. Apa yang terjadi bila kita hidup menurut daging?
  2. Siapa yang disebut sebagai anak Allah?
  3. Siapakah yang disebut sebagai ahli waris?
  4. Apakah maksudnya ahli waris?
This image has an empty alt attribute; its file name is D3.png

Dalam budaya Yahudi, hukum Taurat menetapkan bahwa anak sulung mendapat bagian ganda dari warisan (Ulangan 21:17).

Warisan bukan hanya sekadar harta, tetapi juga hak untuk meneruskan nama keluarga, tanah pusaka, dan janji perjanjian Allah.

Jadi, menjadi ahli waris berarti memiliki identitas, kedudukan, dan tanggung jawab.

Dalam budaya Romawi, adopsi (huiothesia dalam bahasa Yunani, yang dipakai Paulus di Roma 8) sangat dikenal.

Seorang anak angkat mendapat hak penuh sebagai anak sah, sama seperti anak kandung.

Bahkan, adopsi sering dilakukan oleh keluarga bangsawan atau kaisar untuk memastikan ada penerus.

Artinya, status seorang ahli waris tidak bisa dibatalkan dan dilindungi hukum.

Ketika Paulus menulis bahwa kita adalah “ahli waris Allah” (Roma 8:17), ia memadukan kedua latar belakang budaya ini: kita diangkat sebagai anak sah oleh Allah melalui Kristus, bukan sekadar tamu atau pengikut.

Status ini tidak dapat digugurkan dan memberi kita hak penuh atas janji Allah.

Warisan yang dimaksud Paulus bukan berupa tanah, kekayaan, atau kedudukan duniawi, melainkan sesuatu yang jauh lebih besar: Hidup kekal (Yohanes 3:16; Roma 6:23). Roh Kudus yang tinggal dalam kita sebagai jaminan (Efesus 1:13-14).

Kemuliaan bersama Kristus—artinya kita akan mengambil bagian dalam kebangkitan dan kemuliaan-Nya (Roma 8:17, 2 Timotius 2:11-12).

Janji Allah dalam Perjanjian Lama yang digenapi dalam Kristus (Galatia 3:29).

Sebagai anak-anak Allah, kita dipanggil untuk hidup sesuai dengan identitas baru ini.

Menjadi “ahli waris” berarti kita memiliki suatu pola pikir yang berbeda, tidak lagi dikuasai oleh pola pikir dunia yang rusak.

Sebaliknya, kita mewarisi dan memiliki pola pikir yang diperlukan untuk mengalami kemuliaan Kristus dalam seluruh aspek kehidupan kita karena posisi sebagai anakNya.

Kemuliaan ini melebihi dari apa yang dunia dapat berikan, namun hal ini dapat kita alami ketika kita terus dibaharui.

Roh Kudus menolong dan memampukan kita untuk tidak hanya menerima apa yang dijanjikanNya tetapi juga mengerti bagaimana menggunakan seluruh berkat yang Tuhan berikan untuk menggenapi panggilan ilahi atas hidup kita.

Saudara, sebagai anak kita mewarisi juga karakter dan kemuliaanNya, selayaknya kita hidup sesuai dengan standar ilahi yang sempurna.

Sebagai ahli waris kita juga membawa nama baikNya.

Bertumbuhlah dalam pengenalan yang lebih dalam lagi akan Bapa dan kebenaranNya, sehingga hidup kita selalu akan lebih baik dari hari ke hari.

Diskusikan dengan kelompok PA dan persekutuan kita, mengenai topik ini dengan lebih mendalam. Bagaimana kita bisa praktekkan dalam kehidupan sehari-hari dan berkat apa yang didapat dari melakukan Firman Tuhan ini.

Pembacaan Alkitab Setahun

Matius 11-12