MURID SEJATI MENGABDI KEPADA ALLAH BUKAN MAMON

Penulis : Anang Kristianto

This image has an empty alt attribute; its file name is D1.png

Pembacaan Alkitab Hari ini : 

LUKAS 16:10-13

Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.

This image has an empty alt attribute; its file name is D2.png
  1. Apa yang terjadi bila kita setia dan benar dalam perkara-perkara kecil?
  2. Apakah yang terjadi bila kita tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur?
  3. Apakah yang terjadi bila kita tidak setia dengan harta orang lain?
  4. Mengapa seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan?
This image has an empty alt attribute; its file name is D3.png

Pada zaman Yesus, masyarakat hidup dalam sistem sosial yang kuat diwarnai oleh struktur perbudakan dan kepemilikan mutlak.

Seorang budak tidak dapat melayani dua tuan karena seluruh hidupnya — waktu, tenaga, dan loyalitas — hanya dimiliki oleh satu majikan.

Yesus menyampaikan pengajaran yang mengejutkan: “Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.”

Kata Mamon berasal dari bahasa Aram yang berarti harta atau kekayaan, namun dalam konteks ini dipersonifikasikan sebagai tuan yang menuntut pengabdian layaknya ilah.

Pada masa itu, kekayaan sering dianggap sebagai tanda berkat, namun Yesus mengingatkan bahwa harta dapat menjadi tuan jika menggeser posisi Allah dalam hati manusia.

Dalam dunia Yahudi, kesetiaan kepada Allah dianggap mutlak, dan gagasan tentang membagi kesetiaan dengan uang adalah sesuatu yang sangat mengganggu secara teologis dan moral.

Perumpamaan dalam Lukas 16 mengandung prinsip mendalam mengenai kepercayaan dan kesetiaan.

Yesus mengajar bahwa siapa yang setia dalam perkara kecil akan setia juga dalam perkara besar, dan siapa yang tidak jujur dalam hal kecil, tidak akan jujur dalam perkara besar.

Prinsip ini menekankan bahwa kesetiaan bukanlah sesuatu yang muncul tiba-tiba dalam tugas besar, melainkan dibentuk dari tanggung jawab yang kecil.

Dalam konteks ini, “perkara kecil” bisa berarti bagaimana seseorang memperlakukan uang, barang, atau kesempatan yang bukan miliknya — termasuk bagaimana ia mengelola kepercayaan orang lain.

Hal ini kemudian dikaitkan dengan “Mamon yang tidak jujur,” yaitu harta duniawi yang dapat menggoda manusia untuk berlaku tidak benar.

Jika seseorang tidak setia dalam hal-hal fana seperti ini, bagaimana mungkin ia dipercaya oleh Allah untuk mengelola harta surgawi yang sejati?

Dalam dunia modern, tantangan untuk setia dalam hal kecil menjadi semakin berat karena nilai-nilai zaman ini menekankan pencapaian besar, citra, dan keuntungan instan.

Media sosial membentuk budaya pamer dan mengejar pengakuan, di mana keberhasilan seringkali diukur dari jumlah harta dan gaya hidup, bukan dari integritas dan kesetiaan.

Banyak orang tergoda untuk menyeleweng dalam hal kecil — seperti menipu sedikit dalam laporan keuangan, mencontek, atau memanipulasi sistem — karena hal itu dianggap wajar dan tidak berdampak besar. 

Murid yang sejati mengabdi kepada Allah tanpa kompromi dengan budaya dunia modern saat ini yang cenderung mengabdi kepada Mamon.

Diskusikan dengan kelompok PA dan persekutuan kita, mengenai topik ini dengan lebih mendalam. Bagaimana kita bisa praktekkan dalam kehidupan sehari-hari dan berkat apa yang didapat dari melakukan Firman Tuhan ini.

Pembacaan Alkitab Setahun

Yesaya 42-44