MENANGGUNG KELEMAHAN SAUDARA YANG TIDAK KUAT

Penulis : Anang Kristianto

This image has an empty alt attribute; its file name is D1.png

Pembacaan Alkitab Hari ini : 

ROMA 15:1-7

Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.

This image has an empty alt attribute; its file name is D2.png
  1. Apakah kewajiban kita bagi orang lan atau saudara yang lebih lemah?
  2. Apakah yang harus kita usahakan dan cari bagi sesama?
  3. Apakah Kristus mencari kesenanganNya sendiri?
This image has an empty alt attribute; its file name is D3.png

Dalam suratnya kepada jemaat di Roma, Rasul Paulus mengajak jemaat untuk hidup dalam semangat saling menanggung kelemahan dan mencari kebaikan bersama.

Secara konteks, surat Roma ditujukan kepada jemaat yang terdiri dari orang Yahudi dan non-Yahudi (bangsa-bangsa lain), yang memiliki latar belakang budaya, hukum, dan kebiasaan ibadah yang sangat berbeda.

Ketegangan antara kelompok “yang kuat” (kemungkinan besar non-Yahudi atau Yahudi yang bebas dari hukum Taurat secara ketat) dan “yang lemah” (mereka yang masih terikat pada praktik-praktik tradisional Yahudi) menjadi tantangan dalam komunitas Kristen awal.

Paulus, sebagai seorang Farisi yang paham mendalam akan hukum Taurat dan budaya Yahudi, memahami betul pentingnya menjaga kesatuan dalam perbedaan.

Bayangkan sebuah keluarga besar yang sedang mengadakan acara makan malam syukur di halaman rumah.

Meja panjang sudah disiapkan, kursi tertata rapi, dan makanan tersedia melimpah.

Anggota keluarga inti sudah duduk, tetapi tiba-tiba datang beberapa tamu tak diundang—ada tetangga baru yang belum dikenal, ada anak-anak kecil yang belum tahu sopan santun makan bersama, dan bahkan ada seorang kakek yang jalannya lambat dan memerlukan bantuan.

Sebagian orang di meja merasa terganggu. Mereka berpikir, “Kenapa mereka harus ikut? Mereka bahkan tidak membawa apa-apa.”

Namun sang pemilik rumah—kepala keluarga—berdiri, tersenyum, dan berkata, “Tolong, ambilkan kursi tambahan.

Geser sedikit mejanya. Kita luaskan tendanya. Mereka juga bagian dari pesta ini.”

Begitulah gambaran dari ajakan Paulus dalam Roma 15.

Seperti Kristus telah menyambut kita semua—yang dulunya orang luar, orang berdosa, dan lemah—maka kita pun dipanggil untuk menjadi rumah yang terbuka, bukan eksklusif.

Ketika kita menyambut orang lain yang berbeda dengan kasih dan kesabaran, kita tidak hanya menciptakan keharmonisan sosial, tetapi kita memuliakan Allah.

Karena penerimaan semacam itu adalah bayangan dari kasih Kristus sendiri.

Bagi kita hari ini, Firman Tuhan ini adalah pengingat bahwa kita tidak boleh mudah menyalahkan atau menjauhi saudara seiman hanya karena mereka belum sempurna atau berbeda dengan kita.

Namun, seperti Kristus yang tidak membiarkan siapapun yang datang kepada-Nya binasa, marilah kita juga belajar untuk menanggung kelemahan saudara yang tidak kuat, dengan penuh kasih, tanpa syarat, dan dalam kesabaran.

Karena di situlah kesatuan gereja terjaga, dan kemuliaan Allah terlihat nyata.

Diskusikan dengan kelompok PA dan persekutuan kita, mengenai topik ini dengan lebih mendalam. Bagaimana kita bisa praktekkan dalam kehidupan sehari-hari dan berkat apa yang didapat dari melakukan Firman Tuhan ini.

Pembacaan Alkitab Setahun

Mazmur 120-132