MURID YANG TAAT DAN TIDAK MEMBERONTAK
Penulis : Pdt. Saul Rudy Nikson

Pembacaan Alkitab Hari ini :
YESAYA 50:4-7
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.

- Apakah yang dimaksud lidah seorang murid?
- Apakah yang dimaksud mempertajam telinga?
- Apakah respon orang taat terhadap orang yang berbuat jahat?

“Tuhan ALLAH telah membuka telingaku, dan aku tidak memberontak, tidak berpaling ke belakang”. (Yesaya 50:5).
Yesaya 5:4-7 adalah bagian dari “Nyanyian Kebun Anggur, sebuah alegori yang menggambarkan hubungan Allah dengan umat Israel.
Kebun anggur yang dipelihara dengan cermat (Israel) diharapkan menghasilkan buah keadilan dan kebenaran, tetapi yang tumbuh justru “buah liar” ketidaksetiaan.
Konteksnya adalah kemerosotan moral dan spiritual Kerajaan Yehuda, di mana ketamakan, ketidakadilan, dan penyembahan berhala merajalela.
Allah, sebagai pemilik kebun anggur, mengungkap kekecewaan-Nya: “Aku menanti keadilan, tetapi yang ada ialah penindasan; Aku menanti kebenaran, tetapi yang ada ialah keonaran.”
Situasi ini menjadi dasar teguran keras bagi umat yang mengaku sebagai “anak Tuhan,” tetapi hidup dalam pemberontakan.
Dalam ayat 4, Allah bertanya retoris: “Apakah lagi yang harus diperbuat untuk kebun anggur-Ku, yang belum Kuperbuat kepadanya?”
Ini menegaskan bahwa Allah telah memberikan segala yang dibutuhkan untuk kesetiaan umat-Nya: hukum Taurat, nabi, dan perlindungan.
Namun, Israel merespons dengan ketidaktaatan. Metafora “buah liar” melambangkan kehidupan yang bertentangan dengan kehendak Tuhan, seperti penindasan terhadap kaum lemah.
Konsekuensinya adalah penghakiman: kebun anggur akan dibiarkan tandus, simbol kehancuran yang akhirnya terjadi melalui pembuangan ke Babel.
Ketika Yesaya menubuatkan hal ini, umat Tuhan hidup di bawah tekanan politik, ancaman musuh, dan godaan mengikuti nilai dunia.
Lalu, apa yang membuat seseorang tetap setia?
1) Pengingat akan Kasih Karunia Allah : Ketaatan bukan berasal dari kekuatan diri sendiri, tetapi dari kesadaran bahwa Tuhan telah memberikan segala yang baik. Seperti Paulus berkata, “Kasih Kristus yang menguasai kami”.
2) Pengharapan akan Janji Tuhan: Meski penghakiman datang, nubuat Yesaya juga mengandung janji pemulihan (Yes. 11:1-10).
Keyakinan bahwa Tuhan tetap setia memampukan kita taat dalam kegelapan.
Di dunia yang menawarkan jalan pintas melalui korupsi, keserakahan, atau kompromi iman, menjadi anak Tuhan yang taat menuntut:
1) Berkorban untuk Kebenaran, seperti menolak menyontek di kampus/sekolah atau menolak suap di pekerjaan.
2) Bersuara bagi yang Tertindas, meski berisiko dikucilkan.
3) Mengandalkan Roh Kudus, yang memberi kekuatan saat iman diuji.
Ketaatan sejati lahir dari pengenalan akan karakter Allah: “Tuhan itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang yang sesat” (Mzm. 25:8).
Tekanan hidup bukanlah halangan, melainkan kesempatan untuk membuktikan bahwa kasih-Nya “lebih kuat daripada maut” (Kid. 8:6).
Anak Tuhan yang taat adalah mereka yang, seperti Daniel di Babel, memilih untuk “berdoa tiga kali sehari” sekalipun nyawa taruhannya—karena percaya bahwa ketaatan adalah jalan menuju kemerdekaan sejati.

Diskusikan dalam kelompok PA, bagaimana tetap bisa taat dalam tekanan yang besar.
Pembacaan Alkitab Setahun
Mazmur 36-39