KAMU BUKAN HAMBA TETAPI ANAK
Penulis : Bernard Tagor

Pembacaan Alkitab Hari ini :
GALATIA 4:1-7
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.

- Apa yang dimaksud dengan akil balig?
- Menurut pembacaan kita di kitab Galatia diatas jika seorang belum akil balig, dapatkan kita menerima warisan yang sah menurut hukum?
- Kapan waktunya kita bisa dikatakan akil baligh menurut pembacaan kitab Galatia diatas?
- Apa perbedaan antara hamba dengan anak, dalam konteks pembacaan kitab Galatia?

Paulus sesuai konteks bacaan menjelaskan bahwa ayat ini bukan berbicara mengenai perubahan dari “hamba menjadi anak”, dan juga bukan menjelaskan status kita “dulu waktu berdosa dan sekarang telah diselamatkan”.
Paulus ingin menekankan bahwa mereka orang-orang Galatia masa itu memang sudah berstatus anak atau sudah percaya, namun mereka kembali kepada kehidupan lamanya.
Mereka masih saja hidup dibawah hukum taurat.
Paulus menegaskan kembali, ketika kita sudah percaya kepada Dia, itu artinya kita juga percaya bahwa Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita -Galatia 3:13.
Ayat ini meyakinkan bahwa seharusnya kita sudah tidak lagi hidup dibawah hukum taurat.
Dengan demikian kita adalah anak yang sudah akil balig “sudah diperhitungkan dewasa”.
Dengan status kita yang sudah akil balig tersebut, kita sudah dianggap layak menjadi anak yang memiliki atau mewarisi hak penuh atas semua janji-janji Bapa kita.
Apa itu janji-janji Bapa? Adalah segala berkat rohani maupun jasmani yang Tuhan sediakan bagi kita, di bumi maupun di sorga.
Masih ingat kisah tentang perumpamaan anak yang hilang (Lukas 15 :11-32)?
Ada satu pernyataan yang menarik dari anak bungsunya yang sudah kembali kepada rumah bapanya “aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa, jadikanlah aku sebagai salah satu upahan bapa” (Lukas 15:19).
Anak bungsunya tahu persis meskipun dia sudah menjadi anak “durhaka” terhadap orang tuanya, namun itu tidak merubah statusnya bahwa dia tetap anak dari bapaknya, bukan menjadi anak orang lain.
Namun kenyataannya anak bungsu tersebut tidak mengetahui akan statusnya bahwa dia anak dari seorang ayah yang kaya.
Dalam prakteknya sering terjadi kita yang sudah berstatus anak Allah namun sikap dan tindakan kita tidak mencerminkan sebagai anak-anak Allah yang sudah akil baligh (“sudah dewasa”).
Kita masih saja dikuasai oleh keinginan daging. Kita masih diperhamba oleh uang, tak jarang anak-anak Tuhan lebih “mencintai uang dan materialisme” dibandingkan dengan mencintai Tuhan.
Kita juga masih sering dikuasai rasa takut dan kuatir yang berlebihan seolah-olah tidak ada penyertaan Tuhan dalam hidup kita.
Kita masih menyimpan rasa sakit hati kepada orang lain, kecewa terhadap banyak hal, sulit mengampuni, sulit untuk meminta maaf, sulit berterima kasih dan kurang bersyukur atas apa yang kita miliki saat ini.
Kita sering jatuh kepada dosa yang sama berulang kali dan lain sebagainya.
Hal-hal tersebut menunjukkan bahwa kita ini “anak” namun masih bermental “hamba” seperti pernyataan anak bungsu diatas -Lukas 15:19.

Diskusikan dengan kelompok PA dan persekutuan kita. Saat ini kita tahu tentang status kita di hadapan Tuhan yaitu kita adalah anak, namun kenapa kita masih saja bermental “hamba”?
Pembacaan Alkitab Setahun
Ulangan 24-27