MATI BAGI DOSA, HIDUP BAGI ALLAH

Penulis : Pramadya Wisnu

This image has an empty alt attribute; its file name is D1.png

Pembacaan Alkitab Hari ini : 

ROMA 6:8-11

Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya memahaminya.

This image has an empty alt attribute; its file name is D2.png
  1. Bagaimana kebenaran bahwa maut tidak lagi berkuasa atas Kristus, mengubah pandangan kita tentang penderitaan, godaan, dan ketakutan dalam hidup ini?
  2. Seperti apakah penerapan dari ungkapan “menganggap diri telah mati terhadap dosa tetapi hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus”?
This image has an empty alt attribute; its file name is D3.png

Umat percaya yang sungguh-sungguh percaya kepada Kristus, dipanggil untuk hidup dalam satu realitas rohani yang luar biasa, yaitu bahwa kita telah mati bagi dosa dan hidup bagi Allah.

Namun, banyak orang percaya yang masih menjalani hidup seolah-olah tidak ada perubahan yang terjadi ketika mereka menerima Kristus.

Mereka masih dibayangi kegagalan masa lalu, terjebak dalam dosa yang sama, atau hidup dalam ketakutan dan seperti tanpa pengharapan apapun!

Saudara ketika Kristus mati, manusia lama kita turut mati.

Ketika Kristus bangkit, kita menerima hidup yang baru di dalam Dia. Artinya: kita tidak lagi diperbudak oleh dosa; dosa bukan lagi tuan atas hidup kita; kita memiliki kuasa untuk berkata tidak terhadap dosa dan ya kepada kebenaran.

Saudara, kebangkitan Kristus bukan hanya sebuah peristiwa sejarah, tetapi itu seharusnya adalah sumber kuasa baru yang bekerja dalam hidup kita hari ini.

Roma 6:9  “Karena kita tahu, bahwa Kristus, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, tidak mati lagi: maut tidak berkuasa lagi atas Dia.”

Jika kita satu dengan Kristus, maka kuasa dosa dan maut yang dulu mengikat kita sudah dipatahkan.

Tidak ada alasan lagi untuk hidup dalam kekalahan rohani.

Namun mengapa umat Tuhan masih melakukan dosa? Hal itu bukan karena dosa yang berkuasa atas mereka, melainkan karena mereka sendiri yang “memberi izin”.

Misalnya jika seorang anak muda tahu bahwa pertemanan dengan teman di sekolah sering mengakibatkan perilaku yang buruk.

Maka perlu untuk bersikap tegas, jauhi pergaulan yang buruk.

Cari komunitas yang membangun iman kita kepada Tuhan. 

Jangan kita membiarkan pikiran-pikiran lama, pola hidup lama, dan godaan menggiring kita kembali ke dalam belenggu yang sebenarnya sudah dipatahkan.

Hidup kerohanian kita bukan proses memperbaiki diri, tetapi radikal, yaitu: perubahan identitas.

Kita bukan lagi hamba dosa, kita adalah milik Kristus.

Kita bukan lagi hidup untuk diri sendiri — kita hidup untuk Allah.

Saudara, Kristus telah menang dan kemenangan itu juga adalah milik kita.

Mari kita berjalan dalam hidup baru, sebagai manusia baru yang penuh kuasa dan kemuliaan Allah.

Ingat bahwa manusia lama kita telah dikuburkan melalui baptisan yang kita telah jalani!

Saudara, dalam kelompok pemuridan, doakan satu dengan yang lain, dengan permohonan: agar saudara hidup sebagai pribadi yang telah mati bagi dosa dan hidup bagi Allah. Dan biarlah hidupmu memuliakan Tuhan dalam segala hal.

Pembacaan Alkitab Setahun

2 Korintus 1-4