ROH KRISTUS YANG ADA DI DALAM KITA
Penulis : Pdt. Saul Rudy Nikson

Pembacaan Alkitab Hari ini :
GALATIA 4:3-9
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.

- Apakah ada area dalam hidupku dimana aku masih hidup seperti “hamba” yang takut, padahal Tuhan sudah mengangkatku sebagai “anak”?
- Bagaimana kehadiran “Roh Anak-Nya” dalam hatiku mempengaruhi caraku memandang dan memanggil Allah dalam doa sehari-hari?
- Aturan atau tradisi “agama” apa yang kuanggap wajib, yang sebenarnya justru menutupi kasih karunia dan kebenaran yang Kristus berikan?

“Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: “ya Abba, ya Bapa!” (Galatia 4:6).
Jemaat Galatia mengalami kebingungan identitas.
Mereka telah mengalami kebebasan yang membawa sukacita ketika pertama kali percaya kepada Kristus -Galatia 4:15.
Namun, kemudian datanglah orang-orang yang meyakinkan mereka bahwa pengalaman kasih karunia itu belum cukup.
Mereka diajar bahwa untuk benar-benar menjadi umat Allah, mereka harus memenuhi serangkaian aturan dan ritual keagamaan.
Pada dasarnya, mereka diajak untuk menukar hubungan yang hidup dan berdasarkan iman dengan sebuah sistem agama yang kaku dan berdasarkan performa.
Mereka seperti seorang anak angkat yang sudah diberi kebebasan dan warisan penuh, tetapi memilih untuk kembali hidup di bawah peraturan pengasuh yang ketat karena merasa tidak layak.
Paulus menjelaskan bahwa sebelum Kristus, seluruh umat manusia pada dasarnya berada dibawah “perwalian”.
Bagi orang non-Yahudi, itu adalah penyembahan berhala.
Bagi orang Yahudi, itu adalah Hukum Taurat.
Keduanya adalah sistem yang “lemah dan miskin” karena tidak dapat mengubah hati atau memberikan hidup yang kekal.
Mereka hanya menunjukkan dosa, tetapi tidak menyelesaikannya.
Namun, Kristus datang untuk “menebus” kita. Ia membayar lunas harga untuk kebebasan kita.
Hasilnya bukan sekadar kita dibebaskan dari penjara, tetapi kita diangkat menjadi anak-anak Allah.
Status kita berubah secara radikal: dari budak menjadi ahli waris yang berhak atas segala janji Allah.
Lalu, bagaimana kita bisa yakin bahwa status kita sudah berubah? Buktinya adalah kehadiran “Roh Anak-Nya” di dalam hati kita.
Roh Kudus adalah pribadi yang sama dengan Roh Kristus.
Ketika Kristus tinggal di dalam kita melalui Roh-Nya, Dia mengubah cara kita berhubungan dengan Allah.
Kita tidak lagi memandang-Nya sebagai Hakim yang menakutkan atau Majikan yang keras, tetapi sebagai “Abba, Bapa” yang penuh kasih.
Seruan “Abba” ini adalah karya Roh yang membuktikan bahwa kita adalah anak-anak-Nya.
Ini adalah bisikan Allah dari dalam hati yang meyakinkan kita bahwa kita diterima, dikasihi, dan dimiliki oleh-Nya.
Hidup dalam kebenaran ini berarti:
Pertama, hiduplah sesuai dengan statusmu. Anda adalah anak Raja, bukan budak yang hina.
Itu berarti Anda dapat menghadap Bapa dengan penuh kepercayaan diri dan keyakinan akan kasih-Nya, sekalipun mungkin Anda jatuh dalam dosa.
Kedua, andalkanlah Roh yang ada di dalammu.
Kekuatan untuk hidup kudus bukan berasal dari usaha kita menaati aturan, tetapi dari penyerahan diri kepada Roh Kristus yang tinggal di dalam.
Biarkan Dia yang memimpin dan mengubah Anda dari dalam.
Ketiga, jangan kembali kepada perhambaan.
Waspadalah terhadap kecenderungan untuk menjadikan kesalehan pribadi, tradisi, atau aktivitas agama sebagai ukuran penerimaan Allah.
Tuhan sudah menerima Anda bukan karena apa yang Anda lakukan, tetapi karena apa yang telah Kristus lakukan.
Tugas Anda adalah mempercayai-Nya dan membiarkan Roh-Nya mengubah Anda menjadi semakin serupa dengan Sang Anak.

Diskusikan dalam kelompok PA, bagaimana supaya kehadiran Roh Kristus menjadi realita dalam kehidupan sehari-hari.
Pembacaan Alkitab Setahun
Markus 14