PENDERITAAN YANG MENDAHULUI KEMULIAAN

Penulis : Anang Kristianto

This image has an empty alt attribute; its file name is D1.png

Pembacaan Alkitab Hari ini : 

ROMA 8:18-25

Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.

This image has an empty alt attribute; its file name is D2.png
  1. Apa yang diyakini Paulus mengenai penderitaan yang dialami pada zaman sekarang?
  2. Siapa sajakah yang mengeluh dan merasa sakit bersalin?
  3. Bagaimana dengan kita yang telah menerima karunia sulung Roh? Apakah juga mengeluh?
  4. Sesuai dengan ayat yang kita baca, apa yang terjadi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat?
This image has an empty alt attribute; its file name is D3.png

Surat ini dibuat dengan latar belakang kondisi saat dimana jemaat Roma hidup dalam tekanan politik dan sosial di bawah kekuasaan Romawi.

Konsep “kemuliaan” di dunia Romawi erat dengan kejayaan militer dan status sosial, tetapi Paulus menekankan kemuliaan surgawi yang akan datang.

Ia juga memakai gambaran penderitaan ciptaan seperti rasa sakit melahirkan, yang dikenal dalam budaya kuno sebagai penderitaan sementara menuju sukacita.

Dengan itu Paulus menegaskan bahwa penderitaan orang percaya hanyalah proses menuju pembaruan yang lebih besar.

Melalui teks ini Paulus menghibur jemaat Roma bahwa penderitaan bukanlah tanda ditinggalkan Allah, tetapi bagian dari perjalanan menuju kemuliaan.

Ia juga menunjukkan bahwa penderitaan bukan hanya milik manusia, melainkan seluruh ciptaan turut menderita dan menantikan pemulihan.

Di banyak bagian dunia, orang Kristen masih mengalami penganiayaan secara langsung.

Misalnya, dilarang beribadah, ditekan untuk meninggalkan iman, atau bahkan mendapat ancaman kekerasan.

Situasi ini mirip dengan penderitaan jemaat mula-mula, di mana iman kepada Kristus bertabrakan dengan otoritas politik atau agama mayoritas.

Penderitaan yang lain adalah orang-orang percaya hidup dalam sistem yang tidak adil— diskriminasi, penindasan ekonomi, atau politik yang korup.

Walau tidak selalu karena iman mereka, penderitaan ini tetap dirasakan dan menuntut orang percaya untuk hidup setia dan menjadi terang di tengah kegelapan.

Orang percaya juga menderita secara batin—melawan godaan, menghadapi intimidasi rasa bersalah, atau tekanan hidup modern seperti materialisme, individualisme, dan relativisme moral.

Pergumulan ini kadang tidak terlihat, tetapi nyata, dan menuntut ketekunan serta pengharapan dalam Kristus.

Bagaimana dengan kehidupan saudara saat ini?

Di tengah ketidakadilan yang mungkin kita alami di kantor, di lingkungan dimana kita berada, apakah kita menjadi putus asa tanpa pengharapan dan ikut mengeluh dengan situasi yang ada?

Firman Tuhan hari ini mengingatkan kita bahwa  penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita ketika kita tetap setia. 

Penderitaan menguji keyakinan kita bahwa Allah tetap berkuasa atas situasi apapun yang Dia ijinkan terjadi atas hidup kita, atas keluarga kita, atas bangsa kita.

Penderitaan menguatkan otot rohani kita agar menjadi semakin kuat untuk menggenapi panggilan Ilahi dengan sempurna hingga akhir hidup kita.

Diskusikan dengan kelompok PA dan persekutuan kita, mengenai topik ini dengan lebih mendalam. Bagaimana kita bisa praktekkan dalam kehidupan sehari-hari dan berkat apa yang didapat dari melakukan Firman Tuhan ini.

Pembacaan Alkitab Setahun

Matius 15-17